Anda di halaman 1dari 35

BLASTOMYCOSIS

MUMPS
Oleh: Annisa Aulia Rahmah
LAPORAN Instruktur: Dr. Drg. Maharani Laillyza Apriasari, Sp. PM
KASUS -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT


SUBSITUSI PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN GIGI FKG ULM
KASUS INFEKSI
BLASTOMYCOSIS
LAPORAN KASUS

Pasien sebelumnya rawat inap karen


dispnea dan didiagnosis anemia
Wanita usia 66 tahun datang dengan hemolitik autoimun Coombs-positif
Riwayat medis menunjukkan pasien
gejala demam, menggigil, dan batuk dan telah menggunakan dosis
menerima VTE, terapi antikoagulan
disertai dengan nyeri dada di sisi prednison mulai sekitar 6 minggu
dan diabetes yang diinduksi steroid
kanan dan sementara dispnea nya sudah
dinyatakan sembuh dengan
pengobatan steroid

Pasien pernah tinggal di Nepal 8


Pasien pernah menderita TB tahun yg lalu dan bekerja di sebuah
Pasien tidak pernah merokok dan
bertahun-tahun yang lalu dan sudah peternakan sapi. Saat ini pasien
tidak mengkonsumsi alkohol
dirawat tinggal di Queens dan tidak
memiliki hewan peliharaan
• Hemodinamik normal

LAPORAN KASUS • Laju pernapasan 20x/menit


PEMERIKSAAN OBJEKTIF • Saturasi oksigen 94%
• Suhu tubuh 38,8°C (Febris)
• Pemeriksaan fisik ditemukan nafas tidak teratur
dengan penurunan suara nafas pada basis kanan
• Terdapat ulkus 1 cm yang tidak nyeri pada dorsum
lidah
• CBC menunjukkan jumlah leukosit dan trombosit
normal;
• dengan kadar hemoglobin 11,2 g/dL.
• Kadar natrium serum adalah 132 mEq/L,
• kadar kalium serum adalah 3,2 mEq/L. Konsentrasi
kreatinin serum adalah 0,7 mg/dL.
• Hasil tes fungsi hati normal
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

Radiografi dada posteroanterior dan menunjukkan


opasitas padat di dasar paru kanan menutupi
diafragma. Radiografi dada posteroanterior dan
lateral sebelumnya yang diambil sekitar 6 minggu
sebelumnya normal

A, Radiografi dada posteroanterior menunjukkan kekeruhan padat


di dasar paru kanan menutupi diafragma. B. Radiografi dada
lateral. C, CT scan aksial dada menunjukkan konsolidasi
multilobar, padat, seperti massa di mana air bronchograms dan
beberapa fokus nekrotik yang tersebar dapat diidentifikasi tanpa
adanya obstruksi atau efusi endobronkia proksimal. D, CT scan
koronal dada.
LAPORAN KASUS
TATA L A K SA N A

Perawatan pasien diawali dengan cefepime dan vankomisin untuk pneumonianya serta prednisone masih
dilanjutkan

Pemeriksaan kultur darah dan tes antigen Legionella urin akhirnya negative

Perawatan selanjutnya diperumit oleh anemia yang memburuk karena perdarahan hemoroid, dan
mendorong penghentian antikoagulasi dan akhirnya hemoroidektomi

2 minggu perawatan pasien mengalami demam berulang

Radiografi dada sisi kanan memburuk, lalu dilakukan CT scan dada menunjukkan multilobar, konsolidasi
padat dengan bronkogram udara dan fokus nekrosis

Tidak ada limfadenopati intratoraks yang signifikan


LAPORAN KASUS
TATA L A K S A N A

• Ulkus lidah dikerok, dan, pada saat yang sama,


pasien menjalani bronkoskopi dengan BAL dan
biopsi transbronkial.
• Kerokan ulkus, cairan BAL, dan jaringan biopsi
diajukan untuk kultur bakteri, jamur, dan
mikobakteri.
• Jaringan biopsi yang diwarnai dengan
hematoxylin dan eosin (H&E) menunjukkan
inflamasi granulomatosa dengan banyak
mikroorganisme (A, B).
• Hasil pewarnaan gomori methenamine silver dan
mucicarmine (C dan D)
BLASTOMYCOSIS

• Blastomycosis adalah penyakit jamur serius manusia dan mamalia lain yang disebabkan oleh infeksi yang didapat dari
lingkungan dengan jamur dimorfik termal yang terbatas secara geografis milik genus Blastomyces.

ETIOLOGI BLASTOMYCOSIS
• Blastomycosis disebabkan oleh jamur dalam genus Blastomyces.
• Secara historis, B. dermatitidis adalah satu-satunya anggota genus, yang telah dijelaskan
oleh Gilchrist dan Stokes pada tahun 1898.
• B. dermatitidis adalah jamur dimorfik termal, tumbuh sebagai jamur pada suhu 30°C dan
sebagai ragi pada suhu 33°C .
• Secara mikroskopis, fase mold dicirikan oleh konidiofor yang muncul di sudut kanan dan
membawa konidia terminal tunggal, memberikan tampilan seperti permen lolipop.
• Pada fase ragi, sel-sel B. dermatitidis biasanya berukuran 8 hingga 15 m, memiliki dinding
yang tebal dan dapat direplikasi ganda, dan bereplikasi oleh satu tunas berbasis luas.
BLASTOMYCOSIS
EP I D EM I O L O G I

Blastomikosis endemic di daerah Amerika Utara

B. dermatitidis hidup di tanah yang lembap,


asam, berpasir, terkait dengan perubahan
ketinggian air dan pembusukan bahan organic

Blastomikosis paling sering terjadi pada orang


yang immunokompeten;

Namun, orang dengan gangguan kekebalan juga


dapat terinfeksi dan lebih mungkin terjadi dalam
bentuk yang lebih parah
BLASTOMYCOSIS
PATO G E N E SI S

B.dermatidis tersebar di B.dermatidis bertransformasi ke fase ragi


lingkungan dalam fase mold

Produksi konidia dalam


bentuk aerosol
Replikasi menjadi tunas

B.dermatidis terhirup melalui respirasi


dan masuk ke dalam paru-paru
Ditelan oleh makrofag paru dan terus bereplikasi
(infeksi)

Disebar ke daerah ekstrapulmoner


BLASTOMYCOSIS
PATO G E N E S I S

• Daerah ekstrapulmoner yang ikut terinfeksi; • Masa inkubasi selama 4-6 minggu
• Tanda dan gejala dapat berkembang
selama bertahun-tahun setelah
Kepala terpapar tergantung dari imunitas
Kulit leher
pasien
• Blasktomikosis dapat terjadi
berulang kali (reaktivasi infeksi)

Oral CNS
BLASTOMYCOSIS
M A N I F E STA S I K L I N I S

• Bentuk akut penyakit ini sering disalahartikan sebagai pneumonia bakterial, karena manifestasinya
dengan onset demam yang cepat, batuk produktif, dispnea, dan nyeri pleuritik.
• Bentuk blastomikosis yang paling umum adalah acute respiratory distress syndrome (ARDS) atau
sindrom gangguan pernapasan akut, sehingga membutuhkan rawat inap
• Pada pasien lain, manifestasi penyakit mungkin telah berlangsung selama beberapa bulan (kronis)
dan secara klinis tidak dapat dibedakan dari tuberkulosis paru.
BLASTOMYCOSIS EXTRAPULMONARY
K U L I T & S I S T E M S A R A F P U S AT

Blastomikosis yang melibatkan SSP merupakan


Lesi kulit khas blastomikosis adalah verrucous, kasus yang jarang
dengan granulomatosa yang tidak teratur dan Gejala yang muncul adalah sakit kepala, defek
batas dengan indurasi. neurologis fokal, perubahan status mental,
kelainan gaya berjalan, dan kejang
Abses subkutan dan lesi kulit ulseratif juga dapat
terlihat Pada umumnya pasien menunjukkan gejala dan
tanda meningitis subakut
BLASTOMYCOSIS EXTRAPULMONARY
K E PA L A & L E H E R

Laring Leher

• Blastomikosis laring adalah infeksi B. dermatitidis yang • Sembilan kasus blastomikosis yang melibatkan jaringan
paling sering dilaporkan dengan 28 kasus nonkutan pada leher telah dilaporkan
didokumentasikan dalam literatur • Presentasi klinis yang khas untuk blastomikosis leher adalah
• Pasien umumnya memngalami suara serak progresif massa yang tegas dan terfiksasi di leher anterior atau lateral
selama satu sampai beberapa bulan. dengan eritema di atasnya yang berhubungan dengan gejala
• Adanya batuk, dengan sputum, disfagia, atau dispnea infeksi paru.
bervariasi • Sebagian besar lesi leher sangat nyeri
• Hemoptisis kadang-kadang dilaporkan. • Ukuran dan tingkat pertumbuhan mereka bervariasi
• Sementara keterlibatan paru bervariasi di antara pasien ini, • Lokasi massa ini dapat menyebabkan gejala khas karena
kehadirannya tampaknya terkait dengan hasil yang lebih efek massa, seperti disfagia.
buruk.
BLASTOMYCOSIS EXTRAPULMONARY
KEPALA & LEHER

Telinga dan mastoid Nasal dan sinus paranasal

• Sebagian besar pasien mengalami nyeri telinga selama • Lesi di hidung berupa lesi krusta, papilomatosa, dan
beberapa bulan, perasaan penuh, drainase, dan/atau
masa granulomatosa yang tebal
gangguan pendengaran
• Beberapa kasus pasien mengalami perforasi septum
• Pemeriksaan otoskopi menunjukkan eksudat purulen dan
nasal
jaringan granulasi rapuh polipoid yang sering melekat pada
kanalis auditorius. • Beberapa pasien mengalami pembengkakan
• Membran timpani kadang-kadang menunjukkan granulasi infraorbital atau zygomatic dengan nyeri tekan
tetapi umumnya tidak dapat dibedakan dari otitis media • Gejala sekunder dari lokasi infeksi termasuk
bakterial akut. proptosis dan obstruksi jalan nafas disertai dengan
edema, eritema, da indurasi di daerah yang terkena
BLASTOMYCOSIS EXTRAPULMONARY
O RA L

Tujuh laporan kasus dan dua seri kasus membahas infeksi blastomikosis
rongga mulut atau lidah pada 16 pasien

Pasien mengalami nyeri intraoral dan nyeri tekan serta pertumbuhan


yang semakin membesar

Beberapa kasus dimulai sebagai lesi awal di tempat yang berbeda


dengan perkembangan selanjutnya dari massa di mulut

Pasien biasanya datang dengan lesi papula atau verruciform pada lidah
atau mukosa mulut yang biasanya berukuran beberapa sentimeter

Pembesaran bertahap selama beberapa bulan sering dilaporkan dan lesi


kadang-kadang mengalami ulserasi
BLASTOMYCOSIS
DIAGNOSIS

Kunci untuk menegakkan diagnosis blastomikosis adalah


pertimbangan kemungkinan penyakit ini melalui:

Pemeriksaa Pemeriksaa
Anamesis
n fisik n penunjang
BLASTOMYCOSIS
P E ME RI K S A A N P EN U N J A N G

Rontgen dada

Pemeriksaan untuk identikasi Blastomyces dermatidis:

• Kultur jamur
• Histopatologi dan Sitologi
• Antigen detection
• Antibody test
• Nucleic acid test (PCR)
BLASTOMYCOSIS
P E RAWATA N

• Semua pasien dengan gejala blastomikosis harus menerima pengobatan dengan agen antijamur untuk
mencegah perkembangan atau kekambuhan penyakit.
• Secara umum, pengobatan serupa untuk infeksi paru dan infeksi diseminata.
• Pilihan agen antijamur tergantung pada tingkat keparahan penyakit; infeksi ringan diobati dengan agen azole
oral, dan infeksi berat memerlukan terapi awal dengan amfoterisin B
BLASTOMYCOSIS
P E RAWATA N

Blastomycosis ringan hingga sedang

• Untuk blastomikosis ringan sampai sedang pada pasien yang tidak memerlukan
rawat inap
• Pasien diberikan itrakonazol dengan dosis awal 200mg tiga kali sehari yang
diberikan selama 3 hari, lalu diikuti oleh 200 mg dua kali sehari selama 6 sampai 12
bulan
Blastomycosis sedang hingga berat

• Pasien yang mengalami blastomikosis berat atau sedang harus menerima terapi awal
dengan formulasi lipid intravena amfoterisin dengan dosis 3 sampai 5mg/kg/hari
• Terapi dilanjutkan dengan itrakonazol beberapa hari sebelum amfoterisin B
dihentikan
• Pasien harus menerima terapi antijamur selama 12 bulan
BLASTOMYCOSIS
P E RAWATA N BL A S TO M I K O SI S D E N G A N K O M P LI K A S I

Pasien dengan sindrom


Sistem Saraf Pusat
gangguan pernapasan akut

• Dibutuhkan terapi tambahan • Pasien dengan blastomikosis SSP harus


berupa metil prednisolone diawali dengan pemberian amfoterisin B
intravena dengan dosis 1 mg/kg dengan dosis 5mg/kg setiap hari yang
setiap hari selama 7 sampai 10 diberikan selama 4 sampai 6 minggu.
hari intravena untuk menekan • Apabila terapi tidak menunjukkan
inflamasi akut respon, dapat diberikan vorikonazol
MUMPS
LAPORAN KASUS

Pasien secara tidak sengaja


Pasien mengunjungi klinik Pada awalnya massa
Seorang gadis 11 tahun menggaruk belakang
terdekat dan menerima menurun, tetapi terjadi
yang terlihat sehat dirawat telinga kiri nya seminggu
pengobatan cephalexin kekambuhan dalam waktu
karena terdapat massa di sebelum datang,, dan massa
selama 3 hari karena diduga yang singkat dan menjadi
leher kirinya telah terbentuk di bawah
infeksi bakteri lebih bengkak
lesi 2 hari setelah injuri

Anggota keluarga pasien Pasien mengalami gejala


Pasien tidak memiliki
dan teman sekelasnya tidak lain berupa pusing, batuk,
riwayat bepergian dalam
ada yang menunjukkan dan rinire selama beberapa
3bulan terakhir
gejala yang serupa hari
• Pasien hampir tidak bisa memutar lehernya karena
rasa sakit yang parah yang disebabkan oleh
LAPORAN KASUS pembengkakan
PEMERIKSAAN FISIK
• Suhu tubuh pasien 38,5 C
• Luas massa di leher kiri adalah 5 × 5 cm2
• Massa terletak di area post-auricular kiri dan tampak
bulat, bengkak, dengan kemerahan ringan
• Pembengkakan teraba, bebatas jelas dan
normotermik
• Tes serologi menunjukkan IgG dan IgM
Mycoplasma pneumonia dan pasien diresepkan
LAPORAN KASUS azitromisin pada hari ke-3
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Massa pembengkakan tidak mengalami perubahan
• Setelah itu muncul massa yang baru pada bagian
ipsilateral leher yang terletak sekitar 5cm dibawah
massa pertama dengan ukuran 2 × 2 cm2
• CT scan dilakukan dan hasilnya terdapat
limfadenopati di leher bilateran dan gambaran kista
hipodens pada kelenjar parotis kiri
• Lalu dilakukan tes serologi IgM virus mumps
LAPORAN KASUS
TATA L A K SA N A

Pada hari ke-5 sampai 10. pembengkakan masih bertahan dan belum mengalami perubahan walaupun sudah
dilakukan co-amoxivlav yang disuntik

Konsultasi dengan Divisi Penyakit Menular Anak dan Divisi Bedah Anak untuk dilakukan aspirasi dan hasil
sitologi menunjukkan banyaknya neutrophil, histiosit, dan limfosit

Hasil dari kultur aspirasi menunjukkan tidak adanya pertumbuhan

Hasil tes serologi IgM Mumps positif pada hari ke-11

Di bawah pengobatan co-amoxiclav selama 1 minggu kemudian, ukuran massa leher yang lebih besar
berkurang menjadi 1,5 × 2,5 cm2, dan massa yang lebih kecil menghilang

Pasien melakukan kontrol 1minggu setelahnya kondisi pasien membaik dan tidak didapatkan lagi
pembengkakan pada lehernya
MUMPS

• Mumps atau parotitis epidemika adalah penyakit infeksi akut yang bersifat self-limited, merupakan penyakit
virus sistemik yang ditandai dengan salah satu atau beberapa kelenjar ludah, biasanya pada kelenjar parotis.

ETIOLOGI MUMPS

• Mumps disebabkan oleh Paramyxovirus


• Paramyxovirus merupakan virus RNA strain tunggal, linear, dan tidak
tersegmentasi
• Paramyxoviridae adalah virus yang stabil secara antigen, dan tidak dapat
bergabung membentuk subtype yang baru
• Paramyxoviridae awalnya bereplikasi di epitel saluran pernapasan, tetapi dapat
menyebar ke jaringan kelenjar dan sistem saraf dengan potensi untuk menyebar ke
seluruh tubuh
MUMPS
EP I D EM I O L O G I

Mumps tersebar di seluruh dunia dan banyak terjadi di negara-negara


berkembang

Penyakit ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-14 tahun

Peningkatan kasus yang besar biasanya diawali oleh penularan di sekolah

Namun, orang dengan gangguan kekebalan juga dapat terinfeksi dan


lebih mungkin terjadi dalam bentuk yang lebih parah
Virus dapat isolasi
MUMPS Paramyxovirus
ditularkan melalui
Waktu inkubasi didalam saliva dari 7
PATO G E N E S I S respiratory droplet,
berkisar antara 2- hari sebelum dampai 8
4minggu hari setelah terjadinya
saliva, ataupun formites
gejala klinis

Saat terpapar, Paramyxovirus menginfeksi saluran pernafasan


bagian atas melalui pengikatan asam sialat untuk memasuki
sel epitel

Virus melakukan replikasi di sel epitel kelenjar

Virus menyebar dan menyebakan viremia (fase awal infeksi)

Penyebaran virus mencapai jaringan targetnya seperti kelenjar


saliva
MUMPS
M A N I F E STA S I K L I N I S

• Sakit kepala
Prodroma • Malaise
l • Myalgia
• Demam

• Parotitis (muncul
Fase akut 48jam setelah
onset prodromal)
MUMPS
M A N I F E STA S I K L I N I S

Pembengkakan kelenjar parotis unilateral


maupun bilateral
Eritema pada ductus Stensen

Warna pembengkakan dari arah extraoral


normal atau sama dengan jaringan sekitar
Nyeri daerah telinga, rahang dan pipi

Nyeri saat makan


MUMPS
DIAGNOSIS

Diagnosis Mumps dapat ditegakkan


melalui
Anamesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
• Gejala yang muncul • Extraoral penunjang
• Lama gejala yang • Intraoral • Antibody Serum
muncul • Kultur Virus
• PCR
MUMPS
P E RAWATA N

• Mumps merupakan penyakit self-limited yang tidak membutuhkan perawatan


spesifik
• Penderita mumps membutuhkan terapi suportif berupa pemberian analgesic
• Pasien mumps perlu diinstruksikan untuk; istirahat yang cukup, makan TKTP, dan
mengisolasi diri
MUMPS
D I A G N O S I S BA N D I N G

Mumps • Pembengkakan bilateral


• Tidak supuratif
• Tidak berulang

Bacterial sialadenitis • Pembengkakan unilateral


• Muncul akibat OH buruk/ gigi karies
• Dapat terjadi berulang
• Terdapat cairan supuratif atau purulen
DAFTAR PUSTAK A

1. Rucci J et al, Blastomycosis of Head and Neck. American Journal of


Otolangryngology-Head and Neck Medicine and Surgery. 2014: 1(1).
2. Schwartz IS., et al. Blastomycosis. Seminars in Respiratory and Clinical Care
Medicine. 2020: 41(1).
3. Gandhi V, et al. A 66-Year-Old Woman With Fever, Cough, and a Tongue Lesion.
Chest Imaging and Pathology for Clinicians. 2015: 147(4)
4. Bockelman C, et al. Mumps : An Emergency Medicine- Focused Update. The
Journal of Emergency Medicine. 2017: 1(1); 1-8.
5. Chiang et al. Acute Appearance of a Neck Mass in an 11-Year-Old Girl. Pediatric
Reports. 2020: 12(1).
6. El Chair H dan Purnami N. Tuli Sensorineural Bilateral Mendadak pada Penderita
Parotitis Akut (Laporan Kasus). Jurnal THT-KL. 2014: 7(1);19-25
7. Wiggers J.B. Mumps in a 27-years-old man. CMAJ. 2017: 189(15)

Anda mungkin juga menyukai