Anda di halaman 1dari 17

Pengkajian Awal

(Initial Assesment)
Anggota kelompok 4 :

1. Arif Mudrik Bustan


2. Aulia Robiatul Adawiyah
3. Devita Mawarni
4. Juwita Hafzari
Survei Primer (Primary Survey)

Survey primer atau biasa disebut primary survey adalah suatu proses
melakukan penilan keadaan korban gawat darurat dengan
menggunakan prioritas CAB-DE untuk menentukan kondisi
patofisiologis korban dan pertolongan yang di butuhkan dalam waktu
emanya.

Penilain keadaan korban gawat darurat dan prioritas terapi di


lakukan berdasarkan jenis perlukaan, stabilitas tanda-tanda vital pada
korban gawat darurat luka parah, prioritas terapi diberikan berurutan
berdasarkan penilaian :
C : Circulation (+Kontrol perdarahan)
A : Airway (+C Spine control)
B : Breathing (+Ventilation)
D : Disability (GCS & tanda lateralisasi)
E : Expousure (Membuka pakaian & bila perlu x-ray)

Pertolongan korban gawat darurat pada fase pra rumah sakit,


prioritas yang terpenting adalah CAB. Lakukan resutasi setiap saat
di perlukan, kemudian lakukan fiksasi korban dan bila telah stabil
lakukan evakuasi dan transportasi ke fasilitas kesehatan yang lebih
mampu. Walaupun jumluh darah, cairan, obat, ukuran anak,
kehilangan panas dan pola perlukan dapat berbeda, namun penilaian
dan prioritas pada anak dan dewasa pada dasarnya sama.
Menjaga Airway Dengan Kontrol
Servikal
Prioritas penilain adalah A (Airway) – jalan nafas, yaitu
kelancaran jalan napas (Airway). Intervensi pada airway ini
meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan napas yang dapat di
sebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula
atau maksila, fraktur larinks atau trachea.

Usaha untuk membebaskan jalan napas harus mekindungi vertebra


servikal karena kemungkinan patahnya tulang servikal harus selalu
di perhitungkan. Dalam hal ini dapat di lakukan “chin lift” atau
“jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan napas,
harus di perhitungkan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi
atau rotasi dari leher.
Kemungkinan patahnya tulang servikal dapat di duga bila ada :
1. Trauma dengan penurunan kesadaran (koma)
2. Adanya luka karena trauma tumpul di atas klavikula
3. Setiap multi-trauma (trauma pada 2 ragio atau lebih)
4. Waspada terhadap kemungkinan patah tulang belakng bila
biomejanik trauma mendukung.

Bila ragu-ragu : Pasang neckcolar


Dalam keadaan kecurigaan fraktur servikal, harus di pakai alat
imobilisasi. Bila alat imobilisasi manual (pakai tangan). Alat
imobilisasi ini harus dipakai sampai kemungkinan fraktur servikal
dapat disingkirkan. Bila ada gangguan jalan napas maka lakukan
intervensi sesuai prosedur pemberian bantuan hidup dasa (BHD)
Breathing Dan Ventilasi
Jalan napas (Airway) yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.
Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak diperlukan untuk
proses metabolisme tubuh. Oksigen diperlukan minimal dengan
konsentrasi 16-20% atau sama dengan konsentrasi oksigen di udara
bebas, selanjutnya melalui paru-paru dikeluarkan karbondioksida (CO2).
Pertukaran oksigen dengan karbon dioksida bisa terjadi bila udara bisa
masuk dan keluar jalan nafas tanpa hambatan, tidak ada cairan atau darah
di dalam paru, tidak ada infeksi di dalam paru, tidak ada tumor di dalam
paru atau jaringan parutt serta dinding torak dan diagfraghma dalam
keadaan normal. Keadaan masuk dan keluarnya udara dari udara bebas
dalam paru-paru atau sebaliknya disebut ventilasi.
Untuk terjadinya ventilasi yang baik memerlukan fungsi yang baik
dari paru, dinding dada dan diafragma. Setiap komponen ini harus
di evaluasi secara cepat dan cermat. Untuk melihat ventilasi pada
korban gawat darurat, maka pakain korban khusunya bagian dada
korban harus dibuka untuk melihat pernafasannya. Bila perlu
lakukan auskultasi untuk memastikan masuknya udara, ke dalam
paru. Perkusi dilakuakn untuk menilai adanya udara atau darah
dalam rongga pleura. Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan
kelainan dinding dada yang mungkin menggagu ventilasi.
Sirkulasi Dengan Kontrol
Perdarahan
1. Volume darah dan curah jantung (cardia output)
Pendarah merupakan sebab utama kematian pasca bedah yang mungkin dapat
diatasi dengan tampon yang cepat dan tepat dirumah sakit.
2. Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang yang ada
mengakibatkan penurunan kesadaran.
3. Warna kulit
Warna kulit dapat membantu menegakan diagnosa hipovolemia. Korban
gawat darurat trauma yang kulitnya putih maka akan tampak pucat, terutama
pada wajah dan ekstermitas.
4. Nadi
Nadi yang besar seperti arteri femonalis atau arteri carotis harus di periksa bila
lateral, untuk kekuatan nadi, kecepatan dan irama. Pada leadaan syok nadi
akan teraba kecil dan cepat.
5. Tekanan darah
Jangan terlalu percaya jika tekana darah dalam menentukan syok
karena pertimbangkan :
a. Tekana darah sebelumnya tidak diketahui
b. Diperlukan kehilangan volume darah lebih dari 30% untuk
dapat terjadi tekana darah.
6. Kontrol perdarahan
Syok jarang disebabkan oleh perdarahan intran kranial.
Pendarahan hebat di kelola pada survey primer.
Perdarahan dapat terjadi :
c. Eksternal, terlihat jelas ada darah
d. Internal, tidak terlihat ada noda darah.
e. Pendarahan di rongga tubuh seperti rongga torax, rongga
abdomen pelvis pada fraktur pelvis, rongga femur pada fraktur
femur atau fraktur tulang panjang.
Penggunaan Pneumatic Splinting
Device

Spalk udara (pneumatic splinting device) juga dapat di gunakan untuk


mengontrol pendarah. Spalk jenis ini harus tembus cahaya untuk
dapat dilakukan pengawasan perdarahan. Tourniquet jangan dipakai
karena merusak jaringan dan menyebabkan iskemia disatal dari
tourniquet.
Resustasi

Circulation

Airway

Breathing

Monitoring

Foto rontgen
Survei sekunder
Survei sekunder dilakukan hanya setelah survei primer, resustasi
telah selesai dilakuan dan korban gawat darurat telah stabil
Pertimbangannya adalah pada korban yang tidak sadar atau
gawat, kemungkinan untuk luput dalam mendiagnosis cukup
besar, dan memerlukan tindakan yang kompleks apabila
ditemukan kelainan pada survei sekunder.
Survei sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki ( head
to examination) sekali lagi ditekankan bahwa survei sekunder
hanya dilakukan apabila korban gawat darurat telah stabil.
Triage

Triage adalah suatu proses memilih dan menetukan korban sesuai


klafikasinya atau tingkat kemandirinya. Klifikasi I adalah korban sadar
dapat bergerak sendiri dan hanya memerlukan bantuan minimal. Klafikasi
II adalah korban sadar dan perlu bantuan orang lain untuk bergerak.
Klafikasi III korban tidak sadar dan perlu bantuan segera. Klafikasi IV
adalah korban tidak bernafas dan tidak ada denyut jantung (meninggal).
Faktor Yang Mempengaruhi
Triage

1. Derajat ancaman hidup (CAB)


2. Beratnya cedera
3. Kemungkinan hidup (salvageability)
4. Sumber-sumber logistik dan kemampuan SDM
5. Waktu
6. Informasi mungkin tidak lengkap
7. Kepuasann mungkin berbeda
8. Gunakan semua data yang mungkin di dapat, kadang-
kadang data didapat dari pengamatan jarak jauh.
9. Cegah jangan sampai tidak ada keputusan.
Menilai Tingkat Kesadaran

Penilaian tingkat kesadaran dapat menggunakan Glasgow Come Scale


(GCS). Komponen penilaian dengan GCS meliputi :
E (Eyes) : Membuka mata = 1 - 4
V (Verbal) : Bersuara = 1 – 5
M (Motorik) : Gerakan = 1 – 6

Berdasarkan GCS maka cedera kepala pada korban trauma dapat dibagi
menjadi cedera :
1. Ringan dengan nilai GCS 13 - 15
2. Sedang dengan nilai GCS 9 – 12
3. Berat dengan nilai GCS 3 – 8
Komponen mata (Eyes)
1. Membuka mata spontan (4)
2. Membuka mata dengan stimulasi suara (3)
3. Membuka mata dengan stimulasi nyeri (2)
4. Tidak dapat membuka mata (1)

Komponen verbal (Suara)


5. Orientasi baik (5)
6. Gelisah (confused) (4)
7. Kata tak jelas (inapropriate) (3)
8. Suara yang tidak jelas artinya (2)
9. Tidak ada suara (1)

Komponen motorik (Reaksi motorik)


10. Mengikuti perintah (6)
11. Melokalisir nyeri (5)
12. Menghindari nyeri (4)
13. Reaksi fleksi (3)
14. Reaksi ekstensi (2)
15. Tidak ada reaksi (1)
Terima kasih~

Anda mungkin juga menyukai