Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN DEEP SMOOTH EXTUBATION

HENING TIRTA KUSUMAWARDANI (TIR)


PENDAHULUAN

Latar Belakang
 Esktubasi adalah proses melepas Endotracheal Tube (ETT) dari laring ketika
sudah tidak diperlukan lagi.
 Terdapat dua kondisi ketika akan melakukan ekstubasi, yaitu ketika pasien
masih dalam keadaan teranestesi (ekstubasi dalam/deep extubation) atau
pasien sudah sadar (ekstubasi sadar/awake extubation).
 Beberapa faktor mendasari pemilihan teknik ekstubasi tersebut, salah satunya
terkait dengan komplikasi yang dapat terjadi setelah dilakukan ekstubasi.
PENDAHULUAN

Manfaat Tujuan
• Dapat mengaplikasikan • Mengetahui jenis
manajemen smooth deep ekstubasi
extubation pada • Mengetahui kelebihan
keadaan-keadaan yang dan kekurangan masing-
membutuhkan tindakan masing teknik ektubasi
smooth deep extubation. • Mengetahui manajemen
smooth deep extubation
TINJAUAN PUSTAKA
Ekstubasi

 Ektubasi: proses melepas Endotracheal Tube (ETT) dari


laring ketika sudah tidak diperlukan lagi.
 Tujuan evaluasi post ekstubasi:
 memastikan tidak ada gangguan pada oxygen delivery menuju
paru pasien
 menghindari stimulasi jalan napas
 menentukan ­back-up plan jika terjadi kegagalan ekstubasi
Ekstubasi
 Terdapat dua teknik saat melakukan ekstubasi endotrakeal yaitu pasien dalam keadaan
teranestesi (ekstubasi dalam / deep extubation) atau pasien sudah sadar (ekstubasi
sadar / awake extubation).
 Deep extubation mengurangi stimulasi kardiovaskular dan kejadian batuk. Lebih dipilih
pada pasien yang berisiko peningkatan tekanan intrakranial atau intraokular,
perdarahan luka bedah, atau wound dehiscence.
Kontraindikasi relative deep extubation:
 Ventilasi dengan facemask atau intubasi endotrakeal yang sulit
sebelumnya
 Risiko tinggi aspirasi
 Akses terbatas ke jalan napas
 Obstructive sleep apnea / OSA atau obesitas
 Prosedur pembedahan yang mungkin mengakibatkan edema jalan
napas, perdarahan atau peningkatan iritabilitas
Difficult Airway Society (DAS) membuat guideline yang membantu membuat
keputusan dalam ekstubasi. Guideline tersebut menjelaskan empat langkah
berikut:3
 Langkah 1: rencana ekstubasi.
 Langkah 2: persiapan ekstubasi.
 Langkah 3: ekstubasi.
 Langkah 4: perawatan pasca ekstubasi: pemulihan dan tindak lanjut.
Langkah 1: rencana ekstubasi

 Apakah ada faktor risiko jalan napas?


 apakah jalan nafas normal ⁄ uncomplicated saat induksi?
 apakah jalan napas berubah?
 Apakah ada faktor risiko umum?
 Pre-existing airway difficulties
 Peri-operative airway deterioration
Langkah 2: persiapan ekstubasi

Persiapan ditujukan untuk optimalisasi akhir jalan nafas dan faktor umum untuk
memastikan keberhasilan ekstubasi.
Penilaian jalan napas sebaiknya berurutan seperti di bawah ini:
 Jalan napas. Sangat penting untuk mempertimbangkan apakah bag-mask
ventilation akan diperlukan.
 Jalan napas bawah. Penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor jalan
napas bagian bawah yang dapat menjadi kontraindikasi ekstubasi, seperti
trauma saluran napas bawah, edema, infeksi.
Langkah 3: ekstubasi
DEEP EXTUBATION AWAKE EXTUBATION
KESIMPULAN

 Esktubasi adalah proses melepas Endotracheal Tube (ETT) dari laring ketika sudah tidak
diperlukan lagi. Terdapat dua teknik saat melakukan ekstubasi endotrakeal yaitu pasien
dalam keadaan teranestesi (ekstubasi dalam / deep extubation) atau pasien sudah sadar
(ekstubasi sadar / awake extubation).
 Terdapat empat tahap dalam ekstubasi yaitu rencana ekstubasi, persiapan ekstubasi,
ekstubasi, dan perawatan pasca ekstubasi: pemulihan dan tindak lanjut.
 Terdapat beberapa hal penting saat akan dilakukan ekstubasi (oksigenasi dan suction).
 Ekstubasi dapat dikatakan berhasil bila vital capacity 10-15 ml/kg BB, tekanan inspirasi
diatas 20 cm H2O, PaO2 diatas 80 mmHg, kardiovaskuler dan metabolik stabil, tidak ada
efek sisa dari obat pelemas otot, reflek jalan napas sudah kembali dan penderita sudah
sadar penuh.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai