Anda di halaman 1dari 221

ATURAN MAIN

PRAKTIKUM HARUS LULUS


90 % HADIR PERKULIAHAN
BONUS 10 UNTUK KEHADIRAN 100%
PR 75% . ( BONUS 10 JIKA PR 100%)
3. CATATAN 10%
4. QUIZ 10%
5. UTS 30%
5.UAS 40%
Materials Science and Engineering, An Introduction, William D. Callister, David G. Rethwisch, Ninth Edition, John Willey

and Son, 2013.

Material Sciences and Engineering, Smith W.F. Mc Graw Hill, NY, 1990.

Elements of Materials Science and Engineering, L. H. Van Vlack, Sixth Edition, Prentice Hall, 1989

Modern Physicall Metallurgy and Material Engineering, 6th edition, Smallman,R.E, and Bishop, R.J., Butterworth-

Heinemann, London, 1999

Introduction to Polymers, Third Edition, Robert J. Young and Peter A. Lovell, CRS Press, 2011

Ceramic Materials: Science and Engineering, C. Barry Carter and M. Grant Norton, Springer, 2013

An Introduction to Composite Materials (Cambridge Solid State Science Series) 2nd Edition, D. Hull T. W. Clyne,

Cambridge University Press, 1996


Bab 1. Pendahuluan
Sejarah perkembangan peradaban umat manusia ditandai oleh jenis material

utama yang digunakan.

 Zaman Batu (10.000 SM)

 Zaman Perunggu (4000-1000SM)

 Zaman Besi (1000SM-1620M)

Teknologi Besi Cor (1620), Baja (1850), Paduan Ringan (1940), Paduan
Logam (1960)

Zaman sekarang dapat disebut Zaman Multi Material karena Semua Jenis
BERBAGAI LOGAM DIJUMPAI DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Aplikasi Material pada Mobil
Besi dan Paduan Besi

Manganese steel Cast iron Stainless Steel


Pesawat Terbang  Alumunium paduan, titanium, komposit, superalloys

Al 2024
Titanium
Kegagalan Material
Kegagalan Material
Klasifikasi Bahan Non Organic:

 Logam (Metals)
 Keramik (ceramics)
 Polimer (Polymers)
 Komposit (Composites)

Perbandingan Kekuatan Material


PERBANDINGAN BERAT (DENSITY) BAHAN
Perbandingan Ketangguhan Material
PERBANDINGAN KETANGGUHAN RETAK
MATERIAL
RASIO KEKUATAN/MASSA JENIS BEBERAPA JENIS
BAHAN ( KEKUATAN SPESIFIC)
Mobil Masa Depan
Pesawat Masa Depan

Figure 1-14 Schematic of a X-33 plane prototype. Notice the use


of different materials for different parts. This type of vehicle will
test several components for the Venturestar (From ‘‘A Simpler
Ride into Space,’’ by T.K. Mattingly, October, 1997, Scientific
American, p. 125. Copyright © 1997 Slim Films.)
Code and standard
Standardisasi: adalah usaha bersama membentuk standar.

Standarisasi memberikan jaminan pada pengguna memperoleh material

sesuai dengan Spesifikasi yang diinginkan

Standar mempermudah dalam berkomunikasi

Siapa yang membuat standard?


Asosiasi atau institusi.
Code and standard
Klasifikasi Bahan Baja Karbon Rendah
Baja Karbon
Menengah
Besi Baja
Baja Karbon Tinggi

Besi Cor Malliable


Non-Besi
Besi Cor Besi Cor Kelabu
Besi Cor Putih
Besi Cor Nodular

Baja paduan Baja Tahan Karat


Baja Perkakas
Logam Baja Tahan Panas
Material Baja Tahan Aus
Non Logam
Tembaga dan Paduannya
Magnesium dan Paduannya
Titanium dan Paduannya
Keramik Aluminium dan Paduannya
dll
Polimer

Komposit
Bab 2
Struktur dan Ikatan Atom

2.1 Struktur dan Konsep Dasar Atom


Inti (nucleus)  Proton dan Netron
Atom Elektron
•1.6 x 10-19 C
•1.67 x 10-27 kg
•9.11 x 10-31 kg

Nomor atom (Z) = Jumlah proton


Jumlah netron (N)  variabel
Massa atom (A) = Z + N

Model Atom:
•Bohr (klasik)
Fig. 2.1 Skematik model atom Bohr
•Mekanika Gelombang (modern)
Ilustrasi Atom
Ilustrasi Atom Litium (Li)
Perbandingan model atom Bohr dan Mekanika Gelombang
Bilangan Kuantum
Ukuran, bentuk, orientasi dan kerapatan elektron

Tabel Jumlah elektron pada kulit dan sub-kulit


Bilangan kuantum Jumlah Elektron
Simbol Sub-kulit Jumlah
utama, n
bagian Per sub-kulit Per kulit

1 K s 1 2 2

2 L s 1 2 8
p 3 6

s 1 2
3 M p 3 6 18
d 5 10

s 1 2
4 N p 3 6 32
d 5 10
f 7 14
Tingkat energi relatif kulit dan sub-kulit

Distribusi tingkat energi atom Na 


Konfigurasi Elektron Unsur
Tabel Sistem Periodik Unsur
Radius Atom (dalam nm)
2.2 Ikatan Atom
Ikatan Atom antar atom terjadi karena atom berusaha mencapai tingkat energi yang paling stabil yakni pada tingkat
energi potensial terendah dimana terjadi keseimbangan antara gaya tarik menarik dan gaya tolak menolak.
Jenis Ikatan Atom:
1. Ikatan Primer  ikatan kuat
 Ikatan Ion
 Ikatan Kovalen
 Ikatan Logam
2. Ikatan Sekunder  Ikatan lemah
 Ikatan Hidrogen
 Ikatan Van der Waal
 Ikatan Dipol Molekul
Ikatan Kovalen pada
Ikatan Ion pada Garam NaCl Ikatan Logam
Metan (CH4)

Ikatan Van der Waals 

Ikatan Dipol Molekul 

Ikatan Hidrogen pada HF 


PR 1.

Jawab 10 dari 23 soal diatas


Mhs BP Ganjil mengerjakan soal nomor Ganjil
Mhs BP Genap mengerjakan soal nomor Genap

Kumpulkan jawaban pada jam kuliah minggu depan.


Jawaban ditulis tangan atau diketik pada kertas HVS A4
BAB 3
STRUKTUR
KRISTAL
3.1 Konsep Dasar

Kristalin
Atom tersusun secara teratur

Material (Mempunyai pola)

Amorf
Logam dan Sebagian Keramik

Atom tidak teratur

(Tanpa pola)
Pola-pola Struktur Kristal
Atom atau Ion Material Kristalin
dapat berupa salah satu dari
Geometri berikut:

 Cubic
 Orthorhombic
 Tetragonal
 Hexagonal
 Rhombohedral
 Monoclinic
 Triclinic
3.2 Sel Satuan (Unit Cell)
 Pola terkecil yang membentuk susunan berulang pada kristalin

Sel satuan kubus pusat


muka, face centered
cubic, FCC

Contoh Logam:

Al, Cu, Ni, Ag, Au, Pt, Pb


Kumpulan sel
satuan FCC

a = jarak kisi
Face Centered Cubic, FCC (panjang rusuk)
R= jari-jari atom
Sel satuan kubus pusat ruang, body centered cubic, BCC

R
a a

Contoh Logam:

Fe (α), Mo, Cr, Mn, Ta


a = jarak kisi
(panjang rusuk)
R= jari-jari atom
Sel Satuan Heksagonal Susunan Rapat
Hexagonal Close Packed, HCP

Contoh Logam  Co, Ti (α), Zn


Struktur Kristal dan Radius Atom beberapa Logam
FAKTOR KERAPATAN ATOM
(ATOMIC PACKING FACTOR)
APF

APFBCC = 0.68 (68%)

APFFCC = 0.74 (74%)

APFHCP = 0.74 (74%)


RAPAT JENIS
(DENSITY) Ρ n = Jumlah Atom dalam tiap sel-satuan

A = Berat Atom

Vc = Volime Sel Satuan


23
NA = Bilangan Avogadro’s 6.023 x 10 atom/mol

R = 0.128 nm

A = 63.5 g/mol
3.3 SISTEM
KRISTAL

Sistem 3
sumbu

Sistem 4 sumbu
3.4 TEKNIK PENGAMATAN STRUKTUR
KRISTAL
X-Ray Difraction (XRD)

Figure 3.19 Diffraction of x-rays by planes of atoms (A–A’ and B–B’)


Hukum Braggs:

Fig. 3.20 Schematic diagram of an x-ray diffractometer; T x-

ray source S specimen, C detector, and O the axis around

which the specimen and detector rotate.


Hasil: Intensitas Difraksi
BAB IV KRISTALOGRAFI
4.1 Posisi, Arah dan Bidang Kristal

1. Posisi (Kordinat) Atom

Identifikasi kordinat atom dalam sel satuan

Cara penentuan kordinat

pada sistem kristal

Contoh: Kordinat atom dalam sel satuan BCC


2. Arah Kristal
Arah kristal digambarkan dengan vektor berupa gambar anak panah.

Aturan penentuan arah kristal adalah sbb.:

1. Vektor dimulai dari sumbu kordinat (titik 0,0,0)

2. Tentukan kordinat tujuan vektor untuk tiap sumbu (ax, by dan cz).

3. Kordinat dikali atau dibagi menjadi bilangan integer terkecil


Contoh Arah kristal
4. Indeks vektor dalam bentuk [uvw].
IDENTIFIKASI ARAH PADA SISTEM KUBUS
z

Arah [120]
Proyeksi di sumbu z
sebesar 0c

Proyeksi di sumbu y
sebesar b

Proyeksi di sumbu x
sebesar 1/2a
y

x x y z

proyeksi a/2 b 0c

nilai 1/2 1 0
Reduksi ke integer terkecil 1 2 0
Arah –arah yang ekuivalen atau famili atau kelompok arah

ARAH POSITIF DAN NEGATIF

100 , 010 , 001 , 1 00 


, 0 1 0 
, 00 1   100
BEBERAPA CONTOH ARAH KRISTAL

1.
ARAH KRISTAL UNTUK SISTEM HEXAGONAL SEDERHANA.
KONVERSI SISTEM KOORDINAT 3 SUMBU MENJADI 4 SUMBU
(MILLER- BRAVAIS COORDINATE SYSTEM)
u ' v' w'  uvtw
n
u 2u 'v'
3
n
v  2v'u '
3
t  u  v 
w  nw'
3. Bidang Kristal
Penentuan bidang kristal adalah sbb:

1. Bidang tidak boleh memotong sumbu

2. Tentukan titik potong bidang pada tiap sumbu (a, b, dan c).

3. Tentukan bentuk perulangan (1/a, 1/b dan 1/c).

4. Reduksi jika perlu.

5. Tentukan Indeks Miller dalam bentuk (uvw)


BIDANG KRISTAL

Penentuan Indeks- Miller (hkl)

Prosedur:

1. Pilih bidang yang tidak melewati sumbu (0,0,0)


2. Tentukan perpotongan bidang dengan masing-masing
sumbu dalam bentuk fraksional.
3. Cari nilai kebalikan dari fraksionalnya.
4. Ubah menjadi deret interger terkecil
5. Indexs miller ditulis dalam bentuk (hkl) tanpa dipisah
dengan tanda koma.
Contoh Bidang Kristal
4.2 Rapat Garis dan Rapat Bidang
Rapat Garis (Linear Density, LD)

Rapat Bidang (Planar Density, PD)

Contoh: Bidang (110) sel satuan FCC


Struktur Kristal Susunan Rapat/Padat
(Close-Packed Crystall Structures)

Kristal / sel satuan dengan susunan yang rapat/padat


STRUKTUR KRISTAL SUSUNAN RAPAT (…
LANJUTAN)
4.3 BUTIR (GRAIN) DAN BATAS BUTIR (GRAIN BOUNDARY)
Butir (Grain) adalah kumpulan sel satuan dengan orientasi kristal yang sama
Batas Butir (Grain Boundary) adalah daerah perubahan orientasi butir
Tahapan pembentukan butir dan batas butir selama pembekuan
a.Pengintian kristal
b.Pertumbuhan kristal
(dalam arah tertentu)
c.Kristal bertemu
d. Daerah pertemuan menjadi
batas butir

Butir (Grain)

Batas Butir
(Grain Boundary)
MATERIAL BERBUTIR BANYAK  POLIKRISTALIN (POLY CRYSTALLINE)
 BERSIFAT ISOTOPI (SIFAT SAMA TIAP ARAH)

MATERIAL BERBUTIR TUNGGAL  KRISTAL TUNGGAL (SINGLE


CRYSTALL)
 BERSIFAT ANISOTOPI (SIFAT TIDAK SAMA TIAP ARAH)

Garnit
BAB V CACAT-CACAT KRISTAL
(CRYSTALL IMPERFECTION)

Tidak ada kristal yang sempurna. Karakteristik material banyak berhubungan dengan
adanya ketidaksempurnaan (cacat) pada kristal
Secara dimensional kristal mengandung cacat berupa:
1. Cacat Titik (Point Defects) 0-D
2. Cacat Garis (Line Defects, Dislocation) 1-D
3. Cacat Bidang (Planar/Interfacial Defects) 2-D
4. Cacat Ruang (Volume/Bulk Defects) 3-D

Ukuran Cacat
5.1 Cacat Titik
• Ketidakmurnian Atom Intertisi ∆D > 0.15, subtitusi ∆D < 0.15

a b

• Cacat Frenkel

• Cacat Schottky
Dislokasi Sisi (Edge Dislocation)
5.2. Cacat Garis (Dislokasi)
Dislokasi Ulir (Screw Dislocation)
Dislokasi Sisi
Dislokasi Ulir

Dislokasi diamati dgn


Mikroskop Elektron
Transmisi (TEM)
Dislokasi Sisi
(Edge Dislocation)

Dislokasi Ulir
(Screw Dislocation)
5.3 Cacat Bidang (Cacat Interfacial)
• Batas Butir (Grain Boundary)
• Kembaran (Twin)

Batas But

Twin
5.4 Cacat Ruang (Volume/Bulk Defect)

• Inklusi
• Retakan
• Lubang / Rongga
• Cacat makro lain
5.5 DIFUSI ATOM
Difusi: Fenomena perpindahan material
melalui pergerakan atom
Inter-difusi Difusi antar atom yg berbeda
Self-difusi Difusi antar atom yg sama

Difusi terjadi bila:


1. Ada tempat kosong
2. Ada energi untuk memutuskan ikatan

Figure 5.2 (a) A copper–nickel diffusion couple after a high-


temperature heat treatment, showing the alloyed diffusion zone.
(b) Schematic representations of Cu (red circles) and Ni (blue
circles) atom locations within the couple. (c) Concentrations of
copper and nickel as a function of position across the couple.
PARAMETER DIFUSI

Jenis Difusi:
1. Difusi kekosongan
2. Difusi Intertisi

aktor yg mempengaruhi:
Jenis material
Temperatur
Waktu
Bab VI
Sifat-sifat dan
Pengujian Material
6.1 Sifat-sifat Material:
Sifat Fisik Sifat Mekanik
 Masa Jenis  Kekuatan
 Titik Cair  Keuletan
 Panas Jenis  Kekerasan
 Konduktifitas Panas  Modulus Elastisitas
 Koefisien Muai  Ketahanan Lelah
 Tahanan Listrik  Ketahanan Impak
 Fasa dan komposisi  Ketahanan Mulur
 Keberadaan cacat  Ketahanan Aus
  Ketangguhan
Sifat Teknologi  Dst.
 Mampu Cor
 Mampu Bentuk Sifat Kimia
 Mampu Mesin  Ketahanan Korosi
 Mampu Las
 Mampu Keras
 Sifat-sifat material diperoleh dari pengujian material
6.2 Klasifikasi Pengujian Material:
• Pengujian Merusak (Destructive Test)
Pengujian dengan memberikan beban/tegangan sampai
material (sampel) gagal/rusak
Contoh: Uji tarik

• Pengujian Tak Merusak


(Non Destructive Test, NDT)
Pengujian tanpa merusak sampel, umumnya untuk melihat cacat
makro di dalam material
Contoh: Uji Ultrasonik
SIFAT MEKANIK MATERIAL

Sifat yg diperoleh dari pengujian mekanik

Uji Statik
•Uji Tarik Uji Impak
•Uji Keras
•Uji Tekan
•Uji Puntir Uji Dinamik
•Uji Lentur (Uji lelah)
6.3 UJI MEKANIK
 Untuk mendapatkan sifat mekanik
Klasifikasi (Berdasarkan pola pembebanan):

Uji Statik Impak


•Uji Tarik
•Uji Tekan Dinamik

Beba
•Uji Puntir

n
•Uji Lentur Statik
•Uji Keras

Uji Impak
Waktu
Uji Dinamik
Gbr. Skematik pola pembebanan
•Uji lelah
Skematik Standar Sifat Mekanik
(ASTM)
Kekuatan tarik, Kekuatan luluh,
Uji Tarik F F E8
Elongation, dll.

Uji Tekan F F E9 Kekuatan Tekan, Kekuatan


Luluh Tekan, dll.
F
Uji Keras E10,E92,etc Angka kekerasan bahan

Kekuatan geser, modulus


Uji Puntir T T E143 geser, dll.

M M Kekuatan lentur, modulus


Uji Lentur E855 elastisitas, dll.

F Harga impak, Energi impak,


Uji Impak E23
ketangguhan impak

F E46, E90, etc Kekuatan lelah, umur lelah


Uji lelah
6.3.1 Uji Tarik (Tensile Test)
Pengujian dengan memberikan beban tarik
sesumbu (uniaksial) pada benda uji
Gb. Geometri Spesimen Uji Tarik
Hasil Uji (Keluaran Mesin):

Beban (F) vs Perpanjangan (Δl)

Tegangan (σ) vs Regangan (ε)

Gb Skematik Mesin Uji Tarik


Tegangan Regangan Teknis
(Engineering Stress-Strain)

Daerah elastis
Deformasi Elastis

Elastis linear Elastis non-linear

E= σ E = Δσ
ε Δε

E = Modulus Elastisitas
(Modulus Young)
Kaitan ikatan atom dan
modulus elastisitas

Modulus Elastisitas
Beberapa Logam
Efek temperatur terhadap Modulus Elastisitas
Sifat Elastis Material

Regangan dalam arah x, y dan z

x = lx/lox
x = y
y = ly/loy

z = lz/loz

vx / z

E = 2G (1 + v)

E = Modulus elastisitas
G = Modulus geser
v = Poisson’s ratio
TEGANGAN LULUH (YIELD STRESS)

Metoda offset
SIFAT-SIFAT TARIK MATERIAL

Kekuatan
•Tegangan luluh
•Tegangan tarik

Keuletan
•Regangan
•Reduksi penampang

Modulus Elastisitas
Ketangguhan
Keuletan (ductility)
Parameter Keuletan:
1. Elongation (EL)

2. Reduksi Area (RA)

Material Ulet (Ductile) : Nilai EL dan RA Besar (Tinggi)

Material Getas (Brittle) : Nilai EL dan RA Kecil (Rendah)


Kekuatan Tarik, Kekuatan Luluh dan Keuletan Beberapa Logam

Pengaruh Temperatur terhadap


Kurva Tegangan-Regangan
Teknis
KETANGGUHAN (TOUGHNESS), U
Ketangguhan Elastik
(Energi elastik) Ketangguhan Total u
(Energi Total)
y
y

Stress,
σ
Modulus Kelentingan Toughness
J/mm3

UT ~ 2/3 σu. εf

Strain, ε
Kurva Teg-Reg Sebenarnya
(True Stress-Strain)

 = K n



Harga n dan K beberapa jenis Logam
Kurva Tegangan-Regangan Sebenarnya Beberapa Jenis Material
Modus Patahan pada Uji Tarik

Ulet Sedang Getas Patahan Aluminium

Patahan Baja Karbon Tinggi Patahan Baja Karbon Rendah


Proses Pembentukan Patah Ulet

Tahapan Patah Ulet:


a. Awal neking
b. Pembentukan rongga halus
c. Penyatuan rongga halus
d. Penjalaran retak
e. Putus oleh tegangan geser

Cup

Cone
Fractograph Patahan Ulet

dimple

Patah ulet ditandai dengan adanya lubang/kawah (dimples) pada


permukaan patahan ( Diambil dengan Scanning Electron Microscope /
SEM)
6.3.2 UJI KERAS
(HARDNESS TEST)

Banyak digunakan karena:


• Alat relatif murah
• Penyiapan sampel mudah
• Tidak merusak material
• Dapat memprediksi sifat mekanik lain
Cara-Cara pendefinisian Kekerasan:

1.Cara goresan
Dengan menggores benda uji.
Skala Mohs (1-10)
Kekerasan bersifat relatif dengan membandingkan kedalaman goresan
Material yang tergores lebih dalam  lebih lunak

2.Cara pantulan
Dengan cara menjatuhkan bola baja pada permukaan benda kerja
Alat uji disebut Schleroscope h
Tinggi pantulan menunjukkan tingkat kekerasan sampel
Pantulan tinggi  material keras

3.Cara penekanan
Ketahanan terhadap deformasi plastis lokal F
Vickers
Brinell
Knoop
Rockwell
Meyer
Skala Kekerasan Mohs

1. Talc 2. Gypsum 3. Calcite 4. Flourite 5. Apatite

6. Microline 7. Quartz 8. Topaz 9. Corondum 10. Diamond


Perbandingan ciri pengujian kekerasan dengan cara penekanan

Pengujian kekerasan dengan cara penekanan lebih umum digunakan karena dapat
mengukur kekerasan absolut material
Uji Keras Brinell P

- Penekan berupa bola baja berdiameter 10 mm


- Beban 500, 1000, 1500,…sd 3000 kg Indentor

- Waktu penekanan 10 sd 30 s D
- Angka kekerasan disebut HB atau BHN d
- Aplikasi utk material dgn kekerasan menengah Benda Kerja

Uji Keras Vickers dan Knoop


- Menggunakan penekan Piramida Intan
- Beban kecil 1..sd…1000 g
- Perlu penyiapan permukaan yang baik agar permukaan halus dan rata
- Perlu mikroskop untuk melihat jejak penekanan
- Angka kekerasan disebut HK dan HV
- Cocok untuk mengukur kekerasan daerah yg kecil spt fasa
- Aplikasi Knoop yg umum adalah utk material getas spt keramik
Uji Keras Rockwell Jenis-jenis Skala Rockwell

Pengujian kekerasan Rockwell paling


umum digunakan karena pengujian
mudah dilakukan, tak perlu keahlian
dan angka kekerasan langsung
terbaca.

Skala pengujian Rockwell banyak


macam yakni A, B. C dst dengan
variasi jenis indentor dan besar beban
yang digunakan. Skala yang
digunakan tergantung tingkat
kekerasan material.

Selain pembebanan mayor (major


load) terdapat beban minor sebesar 10
kg yang diterapkan sebelum beban
mayor. Guna beban minor adalah
untuk meningkatkan akurasi
pengukuran kekerasan.
Perbandingan Skala Kekerasan

Korelasi Kekerasan dan Kekuatan


u (MPa) = 3.45 x BHN
u (psi) = 500 x BHN
6.3.3. UJI IMPAK (IMPACT TEST)
Uji Impak
Pengujian material
dengan memberikan
beban kejut (beban tiba-
tiba). Benda uji berupa
batang persegi 10 x 10
mm sepanjang 55 mm
dan diberi takikan (notch)
pada bagian tengah.
m

notch
Tipe Standar Pengujian Impak:
• Tipe Charpy (USA)
• Tipe Izod (British)

Parameter yang diperoleh dari alat uji impak adalah Energi


impak yakni besar energi yang diserap untuk mematahkan
benda kerja (spesimen). Harga impak adalah energi impak
tiap satuan luas penampang di daerah takikan.

Energi Impak
HI =
Luas Penampang

EI = mg(h-h’)
Karakteristik HI Material:
HI= Harga Impak Material Ulet mempunyai HI yang besar
EI = Energi Impak Material Getas mempunyai HI yang kecil
Getas Ulet

Transisi
Temperatur
Pengaruh Temperatur terhadap Harga Impak Baja

Figure 8.13 Temperature dependence of the Charpy V-


notch impact energy (curve A) and percent shear fracture
(curve B) for an A283 steel.
Inti: Baja yang relatif ulet pada temperatur tinggi
berubah getas pada suhu rendah (cryogenic)
Perbandingan Harga Impak Kelompok Material

Material FCC dan HCP


tidak berubah menjadi
getas pada suhu
rendah  Cocok untuk
material Cryogenic

Pengaruh kadar C thd energi impak baja


pada berbagai temperatur
Morfologi Patahan Spesimen Impak
Contoh: Baja A36 yang diuji impak Charpy pada berbagai temperatur

Getas Ulet
6.3.4. UJI LELAH (FATIGUE TEST)
Pengujian dengan memberikan beban atau tegangan dinamik (beban yang
berfluktuasi atau beban yang besarnya berubah menurut waktu)
Tipe Beban: F F
Pola Beban/Tegangan • Aksial F F
pada Uji Lelah • Puntir F F
• Lentur Putar
T T
F
n

Variasi beban: (a) dan (b) fluktuatif, ©


random
Parameter Tegangan Tegangan rata-rata (σm)

Tegangan rata-rata (σr)

Tegangan Amplitudo (σa)

Rasio Tegangan (R)

Untuk Siklus Tegangan ini: σm = 0, σr = 2σmax ,σa = σmax , R=0


Mesin uji lelah lentur-putar (rotary-bending fatigue machine)

0.5W 0.5W

Siklus Tegangan yg terjadi

σ
Hasil Uji Lelah ditampilkan dalam kurva
Tegangan Amplitudo (S) vs Jumlah siklus
(N), karena itu disebut kurva S-N atau
kurva Wohler

Sifat mekanik yg diperoleh:

Batas Lelah (Fatigue limit)


atau Batas Ketahanan (endurance limit)
yakni tegangan maksimum yang
memberikan umur tak hingga.

Kekuatan Lelah (Fatigue Strength),


kekuatan maksimum untuk umur tertentu
(N)

Umur Lelah (Fatigue Life), umur


maksimum untuk tegangan tertentu (S)
Bentuk Patahan Spesimen Uji Lelah
•Awal retakan (Initial/Origin crack)
•Penjalaran retakan (crack propagation)
•Patah akhir (final rupture) Striasi (Striation)

Lebar striasi berbanding lurus dengan rentang


tegangan. Striasi berukuran sangat kecil dan
hanya dpt dilihat dgn mikroskop elektron.
Daerah Penjalaran retakan ditandai oleh garis pantai (beach mark) dan striasi
Faktor yang mempengaruhi Umur Lelah
. Tegangan rata-rata
. Kondisi Permukaan 1
. Faktor Desain
. Perlakuan Permukaan

Contoh desain yg a) jelek, b) bagus


7.1 PENGERTIAN DIAGRAM FASA
•Diagram yang memperlihatkan fasa-fasa yang terdapat dalam suatu paduan
dalam kondisi kesetimbangan (equilibrium)

•Memperlihatkan pengaruh temperatur terhadap struktur mikro paduan

•Terdapat kaitan yang erat antara struktur mikro (spt fasa) dan sifat
mekanik paduan

•Pedoman dalam desain dan kontrol sifat fisik dan mekanik paduan

Defenisi:
Fasa (phase) adalah bagian homogen dari material
yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang sama
7.2 KLASIFIKASI DIAGRAM FASA

Berdasarkan jumlah komponen (unsur pembentuk):


 DF Tunggal (Unary) 1 Komponen
 DF Biner (Binary) 2 Komponen
 DF Terner (Ternary) 3 Komponen
 DF Kuarter (Quarternary) 4 Komponen
 Dst…

Ctt.
Paduan Logam umumnya terdiri dari 2 atau lebih unsur
pembentuk (komponen) karena itu Diagram Fasa Biner yang lebih
fokus dibahas secara rinci. Paduan dengan 3 komponen atau lebih
dapat dipecah sebagai gabungan bbrp DF Biner
Batas Kelarutan (solubility limit)  Batas fasa

Gb Diagram fasa Air (water) dan gula pasir (solid sugar)


BAB VII SISTEM PADUAN LOGAM/DIAGRAM
FASA
(PHASE DIAGRAM)

50Pb-50Sn

38.9Pb-61.9Sn
7.2.1 DIAGRAM FASA KOMPONEN TUNGGAL (UNARY)
7.2.2 DIAGRAM FASA BINER (BINARY)
•Diagram Fasa Biner adalah diagram fasa yang terdiri dari 2
komponen (sebut A dan B). Berdasarkan jenis kelarutan padat yang
terjadi DFB dapat dibagi atas:
Larut padat sempurna  DFB Isomorfos
Larut padat sebagian  DFB Eutektik

L L

+L +L +L


T T Eutektik 

 

A B A B
%B %B
DFB Isomorfos DFB Eutektik
DFB Isomorfos
Sistem Tembaga (Cu) – Nikel (Ni)

W = 1 – 0.68 = 0.32
1

5
7.3 Penentuan Fraksi Fasa dengan Prinsip Lengan
7.4 Tahapan perubahan Struktur Mikro Selama Pembekuan

Keseimbangan fasa:

a. L, 100%

b. mulai terbentuk

c+L,

= (35-32)/(43-32) x 100%


= 27%

L = 100-27 = 73%

d.  selesai terbentuk

e. , 100%
7.5 Sifat Mekanik Paduan Isomorfos
Untuk paduan yang saling larut sempurna spt Cu-Ni, kekuatan meningkat (sebaliknya
keuletan menurun) dengan meningkatnya jumlah unsur terlarut. Kondisi kekuatan maksimum
(keuletan minimum) adalah pada kondisi jumlah komponen terlarut dan pelarut sama
(seimbang).
7.6 DFB Eutektik
Contoh: Cu-Ag
Reaksi Eutektik:
Diagram Fasa Pb-Sn
Tentukan:
a. Reaksi eutektik

b. Fraksi masa tiap


fasa sesaat sebelum
dan sesudah titik
eutektik

Jawab:

a. L 

b. sebelum titik E
100%L

setelah titik E
 dan 
Diagram Fasa Sn-Bi
Diagram Fasa Pb-Sn
7.7 Solidifikasi Material Solder
Fraksi Fasa Primer dan Total

Contoh: Paduan Pb-Sn pada komposisi Hipo-Eutektik


Fasa Antara (Intermediet)
Fasa Antara (Intermediet)
Fasa Antara (Intermediet)
Reaksi Eutektoid dan Peritektik

Cu

Reaksi Eutektoid Reaksi Peritektik


7.8 Transformasi Kongruen (Congruent Transformation)

Transformasi Kongruen:
Transformasi tanpa perubahan
komposisi.
TK ini umum terjadi pada
logam murni, namun jarang
ditemukan pada paduan.

Contoh untuk paduan:


Ni-Ti pada komposisi 44.9%Ti
pada 1310oC

L

Transformasi Inkongruen:
Transformasi dengan perubahan
komposisi

Contoh: Reaksi Eutektik, Peritektik


dan Eutektoid
7.9 Diagram Fasa Terner

Gambar Dua Dimensi


BAB VIII
DIAGRAM FASA BESI-KARBIDA BESI
8.1 DIAGRAM FASA BESI-KARBIDA BESI (Fe-Fe3C)
Fasa Tunggal 8.2 FASA-FASA PADA DF FE-FE3C
 Ferit ()
 BCC Ferit () Austenit ()
 Kelarutan C maks 0.022%
 Suhu rendah (<912oC)
 Cukup ulet

 Austenit ()
 FCC
 Kelarutan C maks 2.14%
 Suhu Tinggi (912oC - 1394oC)
 Ulet

 Besi-

Fasa Campuran
BCC
 Kelarutan C maks 0.2% Perlit (P)
 Suhu Tinggi Sekali (1394oC - 1493oC) • Ferit + Sementit
• Kandungan C 0.76%
 Sementit (Fe3C) • Suhu Rendah (<727oC)
 Intermetalik
 Kandungan C = 6.67% Ledeburit (Ld)
 Semua suhu < Tcair • Austenit+ Sementit
 Keras dan Getas • Kandungan C 4.3%
• Suhu Tinggi (727oC-1147oC)
8.3 REAKSI EUTEKTIK DAN EUTEKTOID
Reaksi Eutektik

Ledeburit
W  6.67  0.76 100  88%
6.67  0.022
WFe3C  0.76  0.022
Reaksi Eutektoid
100 12%
6.67  0.022

100% P Perlit
HIPO-EUTEKTOID

Hipo-eutektoid:

• C < 0.76%

• Fasa  + P (<727oC)

• Fasa a +  (>727oC)

pro

eut
HIPER-EUTEKTOID
Hiper-eutektoid:

• 0.76% < C < 2.14%

• Fasa P + Fe3C (<727oC)

• Fasa  + Fe3C (>727oC)

pro

eut
1

3 0.76
0.022

0.5
FRAKSI FASA
Baja Hipo-Eutektoid Wpro = (0.76 – C) / (0.76 – 0.022)

WP = (C-0.022) / (0.76 – 0.022)

Wtotal = (6.67 – C) / (6.67 – 0.022)

Baja Hiper-Eutektoid WFe3C pro = (C – 0.76) / (6.67 – 0.76)


WP = (6.67 - C) / (6.67 – 0.76)

WFe3C total = (C – 0.022) / (6.67 – 0.022)


Contoh Soal
8.4 Pengaruh Unsur Paduan
Penambahan Unsur Paduan pada Baja (Fe-C) dapat menggeser posisi titik
Eutektoid pada diagram fasa Fe-Fe3C. Besar perubahan tergantung pada unsur
yang ditambahkan. Pengaruh tiap unsur thd temperatur dan komposisi Karbon
titik Eutektoid adalah sbb.

Temperatur Eutektoid Komposisi Eutektoid


BAB IX
TRANSFORMASI FASA
9.1 TRANSFORMASI FASA PADA BAJA KARBON

Austenit Perlit
Bainit dan Martensit tidak
dijumpai pada diagram fasa
Quench karena terbentuk pada
Bainit pendinginan yg relatif cepat

σ ,ε
Martensit
Dijumpai pada diagram
transformasi fasa T vs t

•Diagram TTT

•Diagram CCT
9.2 TRANSFORMASI AUSTENIT
9.3 DIAGRAM TRANSFORMASI ISOTERMAL
Disebut juga diagram S
atau lebih dikenal sbg Diagram
TTT (Time Temperature
Transformation)

Contoh Diagram TTT

Garis tegas menunjukkan batas


pembentukan fasa (fraksi 0 dan
100%)
Garis putus-putus menunjukkan
pembentukan fasa setengah
bagian (50%)

Ctt Penting:

Transformasi fasa pada diagram


TTT harus dilihat pada T konstan
(isotermal).
Transformasi Fasa Baja Eutektoid

Perlit kasar

Gb Diagram TTT dan transformasi fasa


baja untuk komposisi eutektoid
Perlit halus
DIAGRAM TTT BAJA 1.13%C
BAINIT
Austenit
Perlit

Bainit

Martensit

Diagram TTT Baja Eutektoid

Fasa Bainit tdd struktur halus ferit dan sementit yang


terbentuk di sekeliling Martensit.
Struktur Bainit hanya bisa dilihat dengan mikroskop
elektron.
SPEROIDIT Fe3C

Perlit
Speroidit
Lamellar Globular / sphere
T=Te, t
Bainit ex. 700oC, 18-24h

 Te

0.8 %C  Speroidit
MARTENSI
T
• Terbentuk akibat pendinganan cepat fasa austenit
• Pembentukan fasa tanpa difusi (transformasi geser)
• Transformasi tanpa fungsi temperatur (athermal)
• Bersifat metastabil
• Sel satuan Tetragonal (BCT)
• Bersifat keras dan getas
• Berbentuk pelat atau jarum pada struktur mikro
Diagram TTT Baja Paduan
Cara Penentuan
Transformasi Fasa
9.4 Diagram Continuous Cooling Transformation (CCT)
Transformasi Fasa pada Diagram CCT
Laju Pendinginan Kritis
Diagram CCT Baja Paduan
Sifat Mekanik Baja sebagai Fungsi Jumlah Fasa Sementit
Sifat Mekanik Baja sebagai Fungsi Bentuk Fasa Sementit
Sifat Mekanik Baja dengan Fasa Bainit dan Perlit
Sifat Mekanik Martensit Temper
Pengaruh Temperatur Temper Thd Sifat Mekanik
Pengaruh Waktu Temper Thd Kekerasan Baja Eutektoid
Sifat Mekanik Baja Karbon menurut Struktur Mikro
BAB X
APLIKASI DAN PEMROSESAN PADUAN
10.1 KLASIFIKASI PADUAN
 Baja Karbon Rendah
 Sifat : Mampu las Baik ( Good Weldability)
 Banyak digunakan untuk Pipa
 Struktur mikro Ferrit dan Cementite tertier

 BKM  Baja profil


 BKT  baja perkakas
Unsur sengaja ditambahkan
Mn ( mangan )
Memperbaiki Hardenability
Deoksidator Pengikat oksigen
 Silicon Steel
 Effect penguatan larut padat ( solid solution
Strengthening)
 Memperbaiki ketahanan temperatur tinggi baja
 Terkenal : Baja Si4%  inti travo  permeability tinggi

 Mangenese Steel
 1-2 % hardenability baik
 > 13 %  fasa austenit pada temperatur kamar
 High strain rate
 Pisau mesin keruk (excavator) teraralis penjara,
 Sensitisasi = keluarnya Chrome dari butir ke batas butir
dan berikatan dengan karbon. Akibatnya butir kekurangan
chrome dan menjadi tidaktahan karat lagi.

AISI 1010 AISI 1020 1030 1040 1090


AISI 1110 AISI 1120 1130 1140 1190
AISI 1210 AISI 1220 1230
AISI 1310
10.2 PADUAN BESI
Baja (Steels):
• Baja Karbon: o Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel), C < 0.25
o Baja Karbon Menengah (Medium Carbon Steel), 0.25 < C < 0.6
o Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel), 0.6 < C < 1.4
• Baja Paduan
10.3 BAJA TAHAN KARAT (STAINLESS STEELS)
 Jenis-jenis baja tahan karat
1. BTK Ferritic mengandung Cr >13% tapi 0% Ni. Bisa berubah jadi BTK
martensitik jika kandungan karbon tinggi serta mengalami perlakukan
quenching. Biasanya ditandai dengan Kode AISI atau SAE 4XX. Sifatnya
magnetik
2. BTK austenitic  berfasa austenit. Disebabkan oleh kandungan Ni. Baja
autenitic yang ditabilkan fasa austenitnya dengan Ni tergolong seri AISI
3XX sedangkan Jika di stabilkan dengan Mn tergolong seri 2XX. Sifat nya
non Magnetik.
3. BTK Campuran / ganda ( Duplex). Campuran Austenit dan Ferrit atau
Martensitik dan Ferritic. Variant  baja tahan karat presipitasi yaitu
membuat fasa kedua lebih halus dan tersebar.
Kelemahan BTK  Sensitisasi ( kehilangan tahan karat akibat difusi Chrom
dan Karbon menuju batas butir membentuk Chromecarbida yang terjadi pada
suhu 800 – 500C atau dikenal T8/5.
Cara mengatasinya:.
1.Kalau dilas setelahnya harus dicelup cepat.
2.Kurangi kandungan Carbon. SAE/ AISI 304 L
3.Tambahkan unsur-unsur pengikat carbon. Contoh Ta, Nb
 Baja tembaga ( Cu-Steel)  Tahan karat.
Ditemukan oleh Corthen. Sehingga baja tembaga terkenal dengan istilah
corthen steel.

Standar yang terkenal


ASTM, AISI, SAE, JIS, DIN, SII
4 cara Pengelompokan Logam ferro
a. Berdasarkan Kualitas/ kekuatan contohnya ASTM
b. Berdasarkan komposisi ) contohnya AISI
c. Berdasarkan cara di buat
d. Berdasarkan struktur mikro
Baja Tahan Karat  Baja Paduan Tinggi
Cr > 11%

Jenis:
• Baja Tahan Karat Feritik
• Baja Tahan Karat Austenitik
• Baja Tahan Karat Martensitik
• Baja Tahan Karat Pengerasan Presipitasi
 Baja tahan karat merupakan baja yang tahan korosi pada lingkungan
atmosfer khususnya. Baja tahan karat mempunyai unsur utama yaitu
chrom dengan konsentrasi lebih dari 11 %
Baja tahan karat banyak digunakan pada temperatur lingkungan, karena
baja ini memiliki sifat tahan oksidasi. Batas temperatur kerja dari besi
tahan karat sekitar 1000oC (1800oF). Perlengkapan yang menggunakan
baja tahan karat contohnya turbin gas, tungku perlakuan panas, pesawat
BAJA TAHAN
terbang, KARAT
peluru kendali, unit pembangkit nuklir.

(STAINLESS STEEL)
10.4 Besi Cor (Cast Iron)

Besi Cor/ Cast Iron

Baja/ Steel
Besi Cor
Kandungan C: 2.1% s.d. 6.67% (Teoritis)
3.0% s.d. 4.5% (Teknis, Komersil)

Jenis: 1. Besi Cor Kelabu (Grey Cast Iron)


2. Besi Cor Mampu Tempa (Malleable Cast Iron)
3. Besi Cor Nodular (Nodular Cast Iron)
4. Besi Cor Putih (White Cast Iron)
1 2 3
BESI COR KELABU

 Kandungan karbon dan silikon


dalam besi cor kelabu yaitu
antara 2,1 dan 4,0 serta 1,0 dan
3,0. kebanyakan besi cor jenis
ini memiliki grafit berbentuk
serpihan (flakes corn)
 Besi cor kelabu sangat baik
untuk meredam getaran,
struktur dasar mesin-mesin dan
peralatan berat yang bekerja
dengan kondisi yang bergetar.
Kemampuan meredam getaran Besi Cor

Baja

Besi Cor
 Dengan menambahkan sejumlah kecil
magnesium atau cesium pada besi cor
kelabu sebelum proses pengecoran akan
menghasilkan struktur mikro dan sifat
mekanik yang berbeda. Grafit masih
terbentuk akan tetapi berbentuk
bongkahan (nodular) atau bola (spheric)
 besi cor nodular digunakan untuk katup,
rumah pompa, crankshaft, roda gigi dan
komponen-komponen otomotif

BESI COR NODULAR

BESI COR NODULAR


 Untuk besi cor dengan silicon
kurang dari 1.0%wt Si dan
dilakukan pendinginan cepat
akan didapatkan grafit dalam
cementite. Bentuk patahan
dari besi cor ini
permukaannya berwarna
putih, hal ini menyebabkan
besi cor ini bernama besi cor
 Karena sifatnya yang getas
penggunaan besi cor ini
terbatas,
BESI CORpenggunaan
PUTIH besi cor
ini untuk pengerol dalam
rolling mills.

STRUKTUR MIKRO BESI COR PUTIH


 Pemanasan besi cor putih pada
temperatur antara 800 dan 900oC
(1470 dan 1650 oF) dalam waktu
yang lama

Sifat besi cor malleable mirip dengan


besi cor nodular memiliki sifat ulet
dan mampu tempa. Banyak
digunakan sebagai connecting rods,
transmisi roda gigi, industri otomotif
seperti
BESI flens,MALLEABLE
COR fitting pipa, katup
kereta api dan lain sebagainya.

BESI COR MALLEABLE


Besi Cor Mampu Tempa
Unsur Utama Besi Cor:
Fe, C dan Si.
Si  Memicu Pembentukan Grafit

Jenis Besi Cor yang terbentuk tgt kepada:


• Komposisi (Kandungan Paduan)
• Laju Pendinginan selama solidifikasi

- Pendinginan Cepat  Besi Cor Putih


- Pendinginan Sedang  Besi Cor Kelabu Perlitik
- Pendinginan Lambat  Besi Cor Kelabu Feritik

Bila Logam Cair ditambah dengan Mg/Ce:


- Pendinginan Cepat  Besi Cor Nodular Martensitik
- Pendinginan Sedang  Besi Cor Nodular Perlitik
- Pendinginan Lambat  Besi Cor Nodular Feritik

Besi Cor Putih dipanaskan pada daerah austenit dalam waktu


yang lama berubah menjadi Besi Cor Malleable:
- Pendinginan Cepat  Besi Cor Malleable Martensitik
- Pendinginan Sedang  Besi Cor Malleable Perlitik
- Pendinginan Lambat  Besi Cor Malleable Feritik
10.5.1 TEMBAGA DAN PADUANNYA
Tembaga pada dasarnya lunak dan ulet sehingga sulit
untuk dilakukan proses pemesinan, contoh:
1. tembaga paduan yaitu perunggu yang merupakan
paduan tembaga dengan timah, alumunium, silicon,
dan nikel perunggu lebih kuat dari kuningan.
Memiliki
10.5 PADUAN sifatNON
tahan FERRO
korosi
2. kuningan yang dipadukan dengan seng
10.5.2 ALUMUNIUM DAN PADUANNYA

 Alumunium dan paduannya memiliki massa jenis 2.7 g/cm3 yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan baja 7.9 g/cm3, yang menyebabkan
alumunium material yang ringan.
 Alumunium paduan digunakan pada struktur komponen pesawat terbang,
kaleng minuman soda, bodi bis, dan komponen otomotif seperti blok
mesin, piston, manifolds
Aluminum Paduan
10.5.3 MAGNESIUM DAN PADUANNYA

 Magnesium memiliki massa jenis 1.7g/cm3 dan memiliki struktur kristal


HCP yang relatif lunak dengan modulus elastisitas yang rendah 6.5 ×106psi
[45.000 Mpa].

 Magnesium cukup baik menahan korosi pada atmosfer normal. Aplikasi


paduan magnesium pada pesawat terbang dan peluru kendali, tabel 8
merupakan beberapa contoh magnesium paduan.
Jenis-jenis Paduan Magnesium
 Paduan titanium memiliki massa jenis 4.5 g/cm3 dan memiliki titik
cair yang tinggi 1668oC [3035oF]. Titanium memiliki modulus
elastisitas 15.5 × 106 psi (107×103 Mpa).
 Paduan titanium sangat kuat; pada temperatur kamar memiliki
tegangan tarik dapat mencapi sebesar 200.000 psi [1400 Mpa].
10.5.4 TITANIUM DAN PADUANNYA
Paduan Titanium
 Polimer merupakan gabungan dari monomer-monomer yang
mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang
 Polimer terbagi menjadi tiga
1. Thermosetting
Yaitu jenis polimer yang tahan terhadap temperatur tinggi karena
mempunyai rantai karbon bercabang
2. Thermoplastis
Yaitu jenis polimer yang tidak tahan terhadap temperatur tinggi
karena mempunyai rantai hidrokarbon yang lurusl
10.6 POLIMER
3. Elastromer
Yaitu polimer yang memiliki sifat regangan yang tinggi
THERMOSETTING
Thermoplastis
Elastromer
 Keramik yaitu gabungan materuak logam dan
nonlogan yang tidak mempertahankan sifat
aslinya dan cenderung membentuk sifat baru
yang berikatan kovalen dan/atau ikatan ion
Keramik terbagi menjadi :
 Keramik tradisional, contoh : bata
10.7 KERAMIK
 Keramik teknik : intan
 Komposit yaitu gabungan dari
logam dan nonlogam yang
terdiri dari fiber dan matriks
yang masih mempertahankan
sifat asli material
pembentuknya.
 Fiber berfungsi sebagai
penguat dan matrik berfungsi
10.8 KOMPOSIT
sebagai pengikat
Penggambaran dari matrik dan phase
penyebaran secara geometric dan ruang
characteristics yang mempengaruhi sifat dari
komposit (a) konsentrasI, (b) ukuran, (c)
bentuk, (d) distribusi,dan (e) orientasi
kurva tegangan dan regangan dari komposit

Anda mungkin juga menyukai