Material Sciences and Engineering, Smith W.F. Mc Graw Hill, NY, 1990.
Elements of Materials Science and Engineering, L. H. Van Vlack, Sixth Edition, Prentice Hall, 1989
Modern Physicall Metallurgy and Material Engineering, 6th edition, Smallman,R.E, and Bishop, R.J., Butterworth-
Introduction to Polymers, Third Edition, Robert J. Young and Peter A. Lovell, CRS Press, 2011
Ceramic Materials: Science and Engineering, C. Barry Carter and M. Grant Norton, Springer, 2013
An Introduction to Composite Materials (Cambridge Solid State Science Series) 2nd Edition, D. Hull T. W. Clyne,
Teknologi Besi Cor (1620), Baja (1850), Paduan Ringan (1940), Paduan
Logam (1960)
Zaman sekarang dapat disebut Zaman Multi Material karena Semua Jenis
BERBAGAI LOGAM DIJUMPAI DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Aplikasi Material pada Mobil
Besi dan Paduan Besi
Al 2024
Titanium
Kegagalan Material
Kegagalan Material
Klasifikasi Bahan Non Organic:
Logam (Metals)
Keramik (ceramics)
Polimer (Polymers)
Komposit (Composites)
Komposit
Bab 2
Struktur dan Ikatan Atom
Model Atom:
•Bohr (klasik)
Fig. 2.1 Skematik model atom Bohr
•Mekanika Gelombang (modern)
Ilustrasi Atom
Ilustrasi Atom Litium (Li)
Perbandingan model atom Bohr dan Mekanika Gelombang
Bilangan Kuantum
Ukuran, bentuk, orientasi dan kerapatan elektron
1 K s 1 2 2
2 L s 1 2 8
p 3 6
s 1 2
3 M p 3 6 18
d 5 10
s 1 2
4 N p 3 6 32
d 5 10
f 7 14
Tingkat energi relatif kulit dan sub-kulit
Kristalin
Atom tersusun secara teratur
Amorf
Logam dan Sebagian Keramik
(Tanpa pola)
Pola-pola Struktur Kristal
Atom atau Ion Material Kristalin
dapat berupa salah satu dari
Geometri berikut:
Cubic
Orthorhombic
Tetragonal
Hexagonal
Rhombohedral
Monoclinic
Triclinic
3.2 Sel Satuan (Unit Cell)
Pola terkecil yang membentuk susunan berulang pada kristalin
Contoh Logam:
a = jarak kisi
Face Centered Cubic, FCC (panjang rusuk)
R= jari-jari atom
Sel satuan kubus pusat ruang, body centered cubic, BCC
R
a a
Contoh Logam:
A = Berat Atom
R = 0.128 nm
A = 63.5 g/mol
3.3 SISTEM
KRISTAL
Sistem 3
sumbu
Sistem 4 sumbu
3.4 TEKNIK PENGAMATAN STRUKTUR
KRISTAL
X-Ray Difraction (XRD)
2. Tentukan kordinat tujuan vektor untuk tiap sumbu (ax, by dan cz).
Arah [120]
Proyeksi di sumbu z
sebesar 0c
Proyeksi di sumbu y
sebesar b
Proyeksi di sumbu x
sebesar 1/2a
y
x x y z
proyeksi a/2 b 0c
nilai 1/2 1 0
Reduksi ke integer terkecil 1 2 0
Arah –arah yang ekuivalen atau famili atau kelompok arah
1.
ARAH KRISTAL UNTUK SISTEM HEXAGONAL SEDERHANA.
KONVERSI SISTEM KOORDINAT 3 SUMBU MENJADI 4 SUMBU
(MILLER- BRAVAIS COORDINATE SYSTEM)
u ' v' w' uvtw
n
u 2u 'v'
3
n
v 2v'u '
3
t u v
w nw'
3. Bidang Kristal
Penentuan bidang kristal adalah sbb:
2. Tentukan titik potong bidang pada tiap sumbu (a, b, dan c).
Prosedur:
Butir (Grain)
Batas Butir
(Grain Boundary)
MATERIAL BERBUTIR BANYAK POLIKRISTALIN (POLY CRYSTALLINE)
BERSIFAT ISOTOPI (SIFAT SAMA TIAP ARAH)
Garnit
BAB V CACAT-CACAT KRISTAL
(CRYSTALL IMPERFECTION)
Tidak ada kristal yang sempurna. Karakteristik material banyak berhubungan dengan
adanya ketidaksempurnaan (cacat) pada kristal
Secara dimensional kristal mengandung cacat berupa:
1. Cacat Titik (Point Defects) 0-D
2. Cacat Garis (Line Defects, Dislocation) 1-D
3. Cacat Bidang (Planar/Interfacial Defects) 2-D
4. Cacat Ruang (Volume/Bulk Defects) 3-D
Ukuran Cacat
5.1 Cacat Titik
• Ketidakmurnian Atom Intertisi ∆D > 0.15, subtitusi ∆D < 0.15
a b
• Cacat Frenkel
• Cacat Schottky
Dislokasi Sisi (Edge Dislocation)
5.2. Cacat Garis (Dislokasi)
Dislokasi Ulir (Screw Dislocation)
Dislokasi Sisi
Dislokasi Ulir
Dislokasi Ulir
(Screw Dislocation)
5.3 Cacat Bidang (Cacat Interfacial)
• Batas Butir (Grain Boundary)
• Kembaran (Twin)
Batas But
Twin
5.4 Cacat Ruang (Volume/Bulk Defect)
• Inklusi
• Retakan
• Lubang / Rongga
• Cacat makro lain
5.5 DIFUSI ATOM
Difusi: Fenomena perpindahan material
melalui pergerakan atom
Inter-difusi Difusi antar atom yg berbeda
Self-difusi Difusi antar atom yg sama
Jenis Difusi:
1. Difusi kekosongan
2. Difusi Intertisi
aktor yg mempengaruhi:
Jenis material
Temperatur
Waktu
Bab VI
Sifat-sifat dan
Pengujian Material
6.1 Sifat-sifat Material:
Sifat Fisik Sifat Mekanik
Masa Jenis Kekuatan
Titik Cair Keuletan
Panas Jenis Kekerasan
Konduktifitas Panas Modulus Elastisitas
Koefisien Muai Ketahanan Lelah
Tahanan Listrik Ketahanan Impak
Fasa dan komposisi Ketahanan Mulur
Keberadaan cacat Ketahanan Aus
Ketangguhan
Sifat Teknologi Dst.
Mampu Cor
Mampu Bentuk Sifat Kimia
Mampu Mesin Ketahanan Korosi
Mampu Las
Mampu Keras
Sifat-sifat material diperoleh dari pengujian material
6.2 Klasifikasi Pengujian Material:
• Pengujian Merusak (Destructive Test)
Pengujian dengan memberikan beban/tegangan sampai
material (sampel) gagal/rusak
Contoh: Uji tarik
Uji Statik
•Uji Tarik Uji Impak
•Uji Keras
•Uji Tekan
•Uji Puntir Uji Dinamik
•Uji Lentur (Uji lelah)
6.3 UJI MEKANIK
Untuk mendapatkan sifat mekanik
Klasifikasi (Berdasarkan pola pembebanan):
Beba
•Uji Puntir
n
•Uji Lentur Statik
•Uji Keras
Uji Impak
Waktu
Uji Dinamik
Gbr. Skematik pola pembebanan
•Uji lelah
Skematik Standar Sifat Mekanik
(ASTM)
Kekuatan tarik, Kekuatan luluh,
Uji Tarik F F E8
Elongation, dll.
Daerah elastis
Deformasi Elastis
E= σ E = Δσ
ε Δε
E = Modulus Elastisitas
(Modulus Young)
Kaitan ikatan atom dan
modulus elastisitas
Modulus Elastisitas
Beberapa Logam
Efek temperatur terhadap Modulus Elastisitas
Sifat Elastis Material
x = lx/lox
x = y
y = ly/loy
z = lz/loz
vx / z
E = 2G (1 + v)
E = Modulus elastisitas
G = Modulus geser
v = Poisson’s ratio
TEGANGAN LULUH (YIELD STRESS)
Metoda offset
SIFAT-SIFAT TARIK MATERIAL
Kekuatan
•Tegangan luluh
•Tegangan tarik
Keuletan
•Regangan
•Reduksi penampang
Modulus Elastisitas
Ketangguhan
Keuletan (ductility)
Parameter Keuletan:
1. Elongation (EL)
Stress,
σ
Modulus Kelentingan Toughness
J/mm3
UT ~ 2/3 σu. εf
Strain, ε
Kurva Teg-Reg Sebenarnya
(True Stress-Strain)
= K n
Harga n dan K beberapa jenis Logam
Kurva Tegangan-Regangan Sebenarnya Beberapa Jenis Material
Modus Patahan pada Uji Tarik
Cup
Cone
Fractograph Patahan Ulet
dimple
1.Cara goresan
Dengan menggores benda uji.
Skala Mohs (1-10)
Kekerasan bersifat relatif dengan membandingkan kedalaman goresan
Material yang tergores lebih dalam lebih lunak
2.Cara pantulan
Dengan cara menjatuhkan bola baja pada permukaan benda kerja
Alat uji disebut Schleroscope h
Tinggi pantulan menunjukkan tingkat kekerasan sampel
Pantulan tinggi material keras
3.Cara penekanan
Ketahanan terhadap deformasi plastis lokal F
Vickers
Brinell
Knoop
Rockwell
Meyer
Skala Kekerasan Mohs
Pengujian kekerasan dengan cara penekanan lebih umum digunakan karena dapat
mengukur kekerasan absolut material
Uji Keras Brinell P
- Waktu penekanan 10 sd 30 s D
- Angka kekerasan disebut HB atau BHN d
- Aplikasi utk material dgn kekerasan menengah Benda Kerja
notch
Tipe Standar Pengujian Impak:
• Tipe Charpy (USA)
• Tipe Izod (British)
Energi Impak
HI =
Luas Penampang
EI = mg(h-h’)
Karakteristik HI Material:
HI= Harga Impak Material Ulet mempunyai HI yang besar
EI = Energi Impak Material Getas mempunyai HI yang kecil
Getas Ulet
Transisi
Temperatur
Pengaruh Temperatur terhadap Harga Impak Baja
Getas Ulet
6.3.4. UJI LELAH (FATIGUE TEST)
Pengujian dengan memberikan beban atau tegangan dinamik (beban yang
berfluktuasi atau beban yang besarnya berubah menurut waktu)
Tipe Beban: F F
Pola Beban/Tegangan • Aksial F F
pada Uji Lelah • Puntir F F
• Lentur Putar
T T
F
n
0.5W 0.5W
σ
Hasil Uji Lelah ditampilkan dalam kurva
Tegangan Amplitudo (S) vs Jumlah siklus
(N), karena itu disebut kurva S-N atau
kurva Wohler
•Terdapat kaitan yang erat antara struktur mikro (spt fasa) dan sifat
mekanik paduan
•Pedoman dalam desain dan kontrol sifat fisik dan mekanik paduan
Defenisi:
Fasa (phase) adalah bagian homogen dari material
yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang sama
7.2 KLASIFIKASI DIAGRAM FASA
Ctt.
Paduan Logam umumnya terdiri dari 2 atau lebih unsur
pembentuk (komponen) karena itu Diagram Fasa Biner yang lebih
fokus dibahas secara rinci. Paduan dengan 3 komponen atau lebih
dapat dipecah sebagai gabungan bbrp DF Biner
Batas Kelarutan (solubility limit) Batas fasa
50Pb-50Sn
38.9Pb-61.9Sn
7.2.1 DIAGRAM FASA KOMPONEN TUNGGAL (UNARY)
7.2.2 DIAGRAM FASA BINER (BINARY)
•Diagram Fasa Biner adalah diagram fasa yang terdiri dari 2
komponen (sebut A dan B). Berdasarkan jenis kelarutan padat yang
terjadi DFB dapat dibagi atas:
Larut padat sempurna DFB Isomorfos
Larut padat sebagian DFB Eutektik
L L
A B A B
%B %B
DFB Isomorfos DFB Eutektik
DFB Isomorfos
Sistem Tembaga (Cu) – Nikel (Ni)
W = 1 – 0.68 = 0.32
1
5
7.3 Penentuan Fraksi Fasa dengan Prinsip Lengan
7.4 Tahapan perubahan Struktur Mikro Selama Pembekuan
Keseimbangan fasa:
a. L, 100%
c+L,
L = 100-27 = 73%
d. selesai terbentuk
e. , 100%
7.5 Sifat Mekanik Paduan Isomorfos
Untuk paduan yang saling larut sempurna spt Cu-Ni, kekuatan meningkat (sebaliknya
keuletan menurun) dengan meningkatnya jumlah unsur terlarut. Kondisi kekuatan maksimum
(keuletan minimum) adalah pada kondisi jumlah komponen terlarut dan pelarut sama
(seimbang).
7.6 DFB Eutektik
Contoh: Cu-Ag
Reaksi Eutektik:
Diagram Fasa Pb-Sn
Tentukan:
a. Reaksi eutektik
Jawab:
a. L
b. sebelum titik E
100%L
setelah titik E
dan
Diagram Fasa Sn-Bi
Diagram Fasa Pb-Sn
7.7 Solidifikasi Material Solder
Fraksi Fasa Primer dan Total
Cu
Transformasi Kongruen:
Transformasi tanpa perubahan
komposisi.
TK ini umum terjadi pada
logam murni, namun jarang
ditemukan pada paduan.
L
Transformasi Inkongruen:
Transformasi dengan perubahan
komposisi
Austenit ()
FCC
Kelarutan C maks 2.14%
Suhu Tinggi (912oC - 1394oC)
Ulet
Besi-
Fasa Campuran
BCC
Kelarutan C maks 0.2% Perlit (P)
Suhu Tinggi Sekali (1394oC - 1493oC) • Ferit + Sementit
• Kandungan C 0.76%
Sementit (Fe3C) • Suhu Rendah (<727oC)
Intermetalik
Kandungan C = 6.67% Ledeburit (Ld)
Semua suhu < Tcair • Austenit+ Sementit
Keras dan Getas • Kandungan C 4.3%
• Suhu Tinggi (727oC-1147oC)
8.3 REAKSI EUTEKTIK DAN EUTEKTOID
Reaksi Eutektik
Ledeburit
W 6.67 0.76 100 88%
6.67 0.022
WFe3C 0.76 0.022
Reaksi Eutektoid
100 12%
6.67 0.022
100% P Perlit
HIPO-EUTEKTOID
Hipo-eutektoid:
• C < 0.76%
• Fasa + P (<727oC)
• Fasa a + (>727oC)
pro
eut
HIPER-EUTEKTOID
Hiper-eutektoid:
pro
eut
1
3 0.76
0.022
0.5
FRAKSI FASA
Baja Hipo-Eutektoid Wpro = (0.76 – C) / (0.76 – 0.022)
Austenit Perlit
Bainit dan Martensit tidak
dijumpai pada diagram fasa
Quench karena terbentuk pada
Bainit pendinginan yg relatif cepat
σ ,ε
Martensit
Dijumpai pada diagram
transformasi fasa T vs t
•Diagram TTT
•Diagram CCT
9.2 TRANSFORMASI AUSTENIT
9.3 DIAGRAM TRANSFORMASI ISOTERMAL
Disebut juga diagram S
atau lebih dikenal sbg Diagram
TTT (Time Temperature
Transformation)
Ctt Penting:
Perlit kasar
Bainit
Martensit
Perlit
Speroidit
Lamellar Globular / sphere
T=Te, t
Bainit ex. 700oC, 18-24h
Te
0.8 %C Speroidit
MARTENSI
T
• Terbentuk akibat pendinganan cepat fasa austenit
• Pembentukan fasa tanpa difusi (transformasi geser)
• Transformasi tanpa fungsi temperatur (athermal)
• Bersifat metastabil
• Sel satuan Tetragonal (BCT)
• Bersifat keras dan getas
• Berbentuk pelat atau jarum pada struktur mikro
Diagram TTT Baja Paduan
Cara Penentuan
Transformasi Fasa
9.4 Diagram Continuous Cooling Transformation (CCT)
Transformasi Fasa pada Diagram CCT
Laju Pendinginan Kritis
Diagram CCT Baja Paduan
Sifat Mekanik Baja sebagai Fungsi Jumlah Fasa Sementit
Sifat Mekanik Baja sebagai Fungsi Bentuk Fasa Sementit
Sifat Mekanik Baja dengan Fasa Bainit dan Perlit
Sifat Mekanik Martensit Temper
Pengaruh Temperatur Temper Thd Sifat Mekanik
Pengaruh Waktu Temper Thd Kekerasan Baja Eutektoid
Sifat Mekanik Baja Karbon menurut Struktur Mikro
BAB X
APLIKASI DAN PEMROSESAN PADUAN
10.1 KLASIFIKASI PADUAN
Baja Karbon Rendah
Sifat : Mampu las Baik ( Good Weldability)
Banyak digunakan untuk Pipa
Struktur mikro Ferrit dan Cementite tertier
Mangenese Steel
1-2 % hardenability baik
> 13 % fasa austenit pada temperatur kamar
High strain rate
Pisau mesin keruk (excavator) teraralis penjara,
Sensitisasi = keluarnya Chrome dari butir ke batas butir
dan berikatan dengan karbon. Akibatnya butir kekurangan
chrome dan menjadi tidaktahan karat lagi.
Jenis:
• Baja Tahan Karat Feritik
• Baja Tahan Karat Austenitik
• Baja Tahan Karat Martensitik
• Baja Tahan Karat Pengerasan Presipitasi
Baja tahan karat merupakan baja yang tahan korosi pada lingkungan
atmosfer khususnya. Baja tahan karat mempunyai unsur utama yaitu
chrom dengan konsentrasi lebih dari 11 %
Baja tahan karat banyak digunakan pada temperatur lingkungan, karena
baja ini memiliki sifat tahan oksidasi. Batas temperatur kerja dari besi
tahan karat sekitar 1000oC (1800oF). Perlengkapan yang menggunakan
baja tahan karat contohnya turbin gas, tungku perlakuan panas, pesawat
BAJA TAHAN
terbang, KARAT
peluru kendali, unit pembangkit nuklir.
(STAINLESS STEEL)
10.4 Besi Cor (Cast Iron)
Baja/ Steel
Besi Cor
Kandungan C: 2.1% s.d. 6.67% (Teoritis)
3.0% s.d. 4.5% (Teknis, Komersil)
Baja
Besi Cor
Dengan menambahkan sejumlah kecil
magnesium atau cesium pada besi cor
kelabu sebelum proses pengecoran akan
menghasilkan struktur mikro dan sifat
mekanik yang berbeda. Grafit masih
terbentuk akan tetapi berbentuk
bongkahan (nodular) atau bola (spheric)
besi cor nodular digunakan untuk katup,
rumah pompa, crankshaft, roda gigi dan
komponen-komponen otomotif
Alumunium dan paduannya memiliki massa jenis 2.7 g/cm3 yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan baja 7.9 g/cm3, yang menyebabkan
alumunium material yang ringan.
Alumunium paduan digunakan pada struktur komponen pesawat terbang,
kaleng minuman soda, bodi bis, dan komponen otomotif seperti blok
mesin, piston, manifolds
Aluminum Paduan
10.5.3 MAGNESIUM DAN PADUANNYA