Orbital
Nomor Konfigurasi
Unsur
Atom Elektron
3d 4s
Skandium
(Sc)
21 (Ar) 3d1 4s2
19
Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d4 4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian
halnya dengan konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d 9 4s2 tetapi (Ar) 3d10 4s1. Hal
ini berkenaan dengan kestabilan orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil jika
terisi penuh, bahkan 1/2 penuh pun lebih stabil daripada orbital lain.
Sifat Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
Jari-jari atom (Å) 1.44 1.32 1.22 1.18 1.17 1.17 1.16 1.15 1.17 1.25
20
Jari-jari ion X2+(Å) - 1.00 0.93 0.87 0.81 0.75 0.79 0.83 0.87 0.88
Titik leleh (0C) 1541 1660 1890 1857 1224 1535 1495 1455 1083 420
Titik didih (0C) 2831 3287 3380 2672 1962 2750 2870 2732 2567 907
Massa jenis (g cm-3) 3 4.5 6 7.2 7.2 7.9 8.9 8.9 8.9 7.1
Energy ionisasi (kJ 631 658 650 652 717 759 758 737 745 906
mol-1)
Keelektronegatifan 1.3 1.5 1.6 1.6 1.5 1.5 1.8 1.8 1.9 1.6
E0red X2+(aq)(volt) - - -1.2 -0.91 -1.19 -0.44 -0.28 -0.25 +0.34 -0.76
Dari tabel sifat keperiodikan di atas, kita dapat simpulkan beberapa sifat
atomik dan sifat fisis dari logam transisi :
1. Sifat Logam
Semua unsur transisi mempunyai sifat logam, sehingga berbeda dengan
unsur-unsur utama yang dapat bersifat logam maupun non logam. Sifat itu
disebabkan semua unsur transisi memiliki energi ionisasi yang rendah, yaitu
kurang dari 1.000 kJ/mol (sehingga mudah membentuk ion positif ) dan
keelektronegatifannya rendah yaitu kurang dari 2.
Ditinjau dari konfigurasi elektronnya, hal ini terjadi karena unsure transisi
memiliki lebih banyak elektron tidak berpasangan. Elektron ini bebas bergerak
pada kisi kristalnya sehingga dapat membentuk ikatan logam yang lebih kuat
dibandingkan dengan unsure utama. Akibatnya, sifat kekerasan dan kerapatan
logam-logam transisi menjadi lebih tinggi. Akibat lainnya, sifat penghantar listrik
lebih baik dibandingkan dengan logam-logam utama.
Demikian pula, harga titik didih dan titik lelehnya relative tinggi (kecuali Zn
yang membentuk TD dan TL relative rendah). Semakin banyak elektron yang
tidak berpasangan dalam orbital, semakin kuat ikatan logamnya dan
21
semakin tinggi titik lelehnya. Hal ini disebabkan orbital subkulit d pada unsure
transisi banyak orbital yang kosong atau tersisi tidak penuh. Adanya orbital yang
kosong memungkinkan atom-atom membentuk ikatan kovalen (tidak permanen)
disamping ikatan logam. Orbital subkulit 3d pada seng terisi penuh sehingga titik
lelehnya rendah. Bandingkan dengan unsure utama yang titik didih dan titik
lelehnya juga relative rendah.
2. Jari-jari Atom
23
Unsur-unsur transisi memiliki sifat kimia yaitu kerektifan dan kelarutan.
Unsur-unsur transisi bereaksi lambat dengan air, oksigen dan halogen. Unsur-
unsur transisi periode empat kurang reaktif dibanding alkali dan alkali tanah.
Kereaktifan yang lemah mengakibatkan unsur transisi tahan terhadap korosi.
Korosi terjadi apabila suatu unsur berekasi cepat dengan oksigen dan air.
Sementara itu, sebagian besar transisi bersifat larut dalam asam mineral encer.
1. Kereaktifan
E0 (volt)
Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
E0red X2+(aq) - - -1.2 -0.91 -1.19 -0.44 -0.28 -0.25 +0.34 -0.76
(volt)
Dari tabel terlihat, secara umum nilai E0 negatif. Hal ini berarti unsur-
unsur transisi ini mudah teroksidasi, berarti bersifat reaktif. Namun,
kecenderungan ini secara umum berkurang dari kiri ke kanan karena nilai E 0 yang
bertambah besar. Sehingga kereaktifan cenderung semakin berkurang/rendah.
Perkecualian adalah Cu yang memiliki nilai E0 positif yang menunjukkan Cu tidak
mudah teroksidasi.
24
Unsure transisi periode keempat mempunyai sifat-sifat khas yang
membedakannya dari unsure golongan utama. Sifat-sifat khas unsure transisi
berkaitan dengan adanya sub kulit d yang terisi penuh.
1. Sifat Magnet
2.
3.
4.
Zat diagmanetik akan ditolak sedikit Zat paramagnetik akan ditarik sedikit
oleh medan magnet luar sehingga oleh medan magnet luar sehingga
5.
berat zat akan berkurang berat zat akan bertambah
3d1 4s2
2. Besi dengan konfigurasi:
10 4s2
Logam transisi 3d
periode keempat yang bersifat paramagnetik antara lain
Sc, Ti, V, Cr, dan Mn, sedangkan yang bersifat diamagnetik antara lain Cu dan
Zn. Unsur Fe, Co, dan Ni terdapat sedikit keunikan pada sifat kemagnetannya
yang disebut feromagnetik. Sifat unik yang dimiliki oleh unsur-unsur ini,
meskipun logam feromagnetik ini sudah dijauhkan dari medan magnet, tetapi
induksi magnet dari logam ini tidak ikut menghilang, melainkan tetap
terkandung dalam logam itu. Hal ini sangat berbeda dari sifat logam
paramagnetik yang segera kehilangan induksi magnet ketika dijauhkan dari
medan magnet. Dengan demikian dapat dikatakian bahwa logam ferromagnetic
dapat dijadikan magnet permanen, sedangkan logam paramagnetik hanya
bersifat magnet jika berada di lingkungan suatu medan magnet.
26
oksidasinya bertanda positif. Bilangan oksidasi maksimum yang dicapai suatu
unsur transisi menyatakan jumlah elektron pada subkulit 3d dan 4s. Dengan
demikian, energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya memiliki harga yang
relatif lebih kecil dibanding unsur golongan utama.
Jumlah elektron tidak berpasangan unsur scandium = 1, titanium = 2,
vanadium = 3, krom = 6, mangan = 5, besi = 6, kobalt = 3, nikel = 2, tembaga = 1
dan seng = 0. Semua elektron dari unsur scandium sampai mangan pada orbital d-
nya tidak berpasangan sehingga elektronnya relative lebih mudah dilepaskan. Hal
ini mengakibatkan atom-atomnya cenderung mencapai bilangan oksidasi
maksimum. Pada unsur besi sampai seng, elektron pada orbital d-nya mulai
berpasangan dan terisi penuh. Dengan demikian, unsur-unsur ini cenderung lebih
sukar mencapai bilangan oksidasi maksimum.
Unsur scandium dan seng hanya memilik satu macam bilangan
oksidasi. Bilangan oksidasi scandium = +3 karena melepaskan 3 elektron (2
elektron pada orbital 4s dan 1 elektron pada orbital 3d) untuk memiliki
konfigurasi elektron stabil. Sementara itu, bilangan oksidasi seng = +2 karena
dengan melepaskan 2 elektronnya saja (dari orbital 4s), seng telah mencapai
kestabilan tanpa melepaskan elektron dari subkulit 3d.
Tingkat oksidasi dari unsur-unsur transisi periode keempat diberikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Oksidasi Unsur Periode keempat
27
Yang dicetak tebal adalah tingkat oksidasi biasa dan yang diberi bintang adalah
tingkat oksidasi paling stabil.
Warna yang timbul dari ion-ion tersebut disebabkan oleh tingkat energi
elektron pada unsur-unsur transisi hampir sama. Jadi, elektron-elektron dapat
bergerak ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengadsorpsi sinar tampak.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa untuk ion Sc 3+ , Ti4+, Cu+, dan Zn2+ tidak
berwarna. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan konfigurasi elektron dari ion-ion
tersebut. Pada konfigurasi ion Sc3+ (4s0 3d0) dan ion Ti4+ (4s0 3d0) tampak bahwa
kedua ion tersebut tidak memiliki elektron pada subkulit 3d. Sementara itu, pada
konfigurasi ion Cu+ (4s0 3d10) dan ion Zn2+ (4s0 3d10) tampak bahwa kedua ion
tersebut subkulit 3d-nya terisi penuh. Jadi, yang menyebabkan senyawa dari ion-
ion tersebut menjadi tidak berwarna karena adanya subkulit 3d yang kosong atau
28
terisi penuh. Pada ion-ion yang berwarna, subkulit 3d-nya belum terisi penuh
sehingga elektron-elektron pada subkulit 3d tersebut dapat menyerap energi
cahaya. Energi tersebut menyebabkan elektron-elektron tereksitasi dan
memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai dengan warna cahaya
yang dapat dipantulkannya pada saat kembali ke keadaan dasar.
29