Anda di halaman 1dari 17

KEKUASAAN, WEWENANG

DAN
KEPEMIMPINAN

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN


2020
PENGANTAR
 Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia.
Karena itu, soal kekuasaan (power) amat menarik perhatian para ahli ilmu
pengetahuan masyarakat.
 Sesuai dengan sifatnya sebagai ilmu pegetahuan, sosiologi tidak memandang
kekuasaan sebagai sesuatu yang baik atau buruk. Akan tetapi sosiologi mengakui
kekuasaan sebagai unsur yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
 Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat, baik yang masih bersahaja,
maupun yang sudah besar dan rumit susunannya. Adanya kekuaaan tergantung dari
hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai, atau dengan perkataan lain,
antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan pihak lain
yang menerima pengaruh itu, dengan rela atau karena terpaksa.
 Apabila kekuasaan dijelmakan pada diri seseorang, maka biasanya orang itu
dinamakan pemimpin, dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut-
pengikutnya. Bedanya antara kekuasaan dan wewenang (authority atau legalized
power) adalah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat
dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang pada
seseorang atau sekelompok orang, yang mendapat pengakuan masyarakat.
Hakikat Kekuasaan dan Sumbernya
 Kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.
 Max Weber mengatakan kekuasaan adalah kesempatan seseorang
atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan
kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya
terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau
golongan-golongan tertentu.
 Kekuasaan tertinggi dalam masyarakat dinamakan pula kedaulatan
(sovereignity) yang biasanya dijalankan oleh segolongan kecil
masyarakat. Oleh Gaetano Mosca disebut the rulingan class.
 Sifat hakikat kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan yang
simetris dan asimetris. Masing-masing hubungan terwujud dalam
kehidupan sehari-hari, gambarannya sebagai berikut:
SIMETRIS ASIMETRIS

 Hubungan persahabatan  Popularitas


 Hubungan sehari-hari  Peniruan
 Hubungan yang bersifat  Mengikuti perintah
ambivalen  Tunduk pada pemimpin formal
 Pertentangan antara mereka atau informal
yang sejajar kedudukannya  Tunduk pada seorang ahli
 Pertentangan antara mereka
yang tidak sejajar kedudukannya
 Hubungan sehari-hari

Kekuasaan juga dapat bersumber dari berbagai macam faktor. Apabila sumber-
sumber kekuasaan dikaitkan dengan kegunaannya maka dapat diperoleh gambaran
sebagai berikut :
SUMBER KEGUNAAN
 Militer,
Polisi, Kriminal  Pengendalian kekerasan
 Ekonomi  Mengendalikan tanah, buruh,
kekayaan material, produksi
 Politik  Pengambilan keputusan
 Hukum  Mempertahankan, mengubah,
melancarkan interaksi
 Tradisi  Sistem kepercayaan nilai-nilai
 Ideologi  Pandangan hidup, integrasi
 Diversionary Power  Kepentingan rekreatif
UNSUR-UNSUR POKOK KEKUASAAN
1. Rasa Takut
 Perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap
segala kemauan dan tindakan orang yang ditakuti tadi. Rasa takut
merupakan unsur negatif, karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam
keadaan terpaksa. Terjadi dalam pemerintahan otoriter.
2. Rasa Cinta
 Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif.
3. Kepercayaan
 Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua
orang atau lebih yang bersifat asosiatf.
4. Pemujaan
 Sistem kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang-orang lain.
Akan tetapi di dalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang-
orang yang memegang kekuasaan, mempunyai dasar pemujaan dari orang-
orang lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau
setidak-tidaknya di anggap benar.
Apabila dilihat dalam masyarakat, maka kekuasaan di dalam kekuasaannya
dijalankan melalui saluran-saluran tertentu, yakni:
Saluran militer
Saluran ekonomi
Saluran politik
Saluran tradisional
Saluran ideologi
Saluran-saluran lainnya
CARA-CARA MEMPERTAHANKAN
KEKUASAAN
Cara-cara atau usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan kekuasaan antara lain adalah:
1. Dengan jalan meninggalkan segenap peraturan-
peraturan lama, terutama dalam bidang politik, yang
merugikan kedudukan penguasa.
2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan.
3. Melaksanakan administrasi dan birokrasi yang baik.
4. Mengadakan konsolidasi secara hrizontal dan vertikal.

Untuk  memperkuat kedudukan, penguasa dapat


menempuh jalan sebagai berikut :
1. Menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu.
2. Penguasaan bidang-bidang kehidupan dalam
masyarakat yang di lakukan dengan paksa dan
kekerasan.
Beberapa Bentuk Lapisan Kekuasaan
 Menurut Robert M. Maclver, dalam masyarakat terdapat tiga tipe umum
piramida kekuasaan yang merupakan pola umum, yaitu :
1. Tipe kasta adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisah
yang tegas dan kaku.
2. Tipe oligarkis, mempunyai garis pemisah yang tegas tetapi dasar
pembedaan adalah kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan
masyarakat. Bedanya dengan yang pertama, kedudukan didasarkan
pada kelahiran ascribed status tetapi individu masih mempunyai
kesempatan untuk naik lapisan.
3. Tipe demokratis.
WEWENANG
 Menurut Max Weber, wewenang adalah suatu hak yang telah di tetapkan
dalam suatu tata-tertib sosial untuk menatapkan kebijaksanaan-
kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan mengenai persoalan-
persoalan yang penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan-
pertentangan. Wewenang ada empat macam, yaitu :
1. Wewenang Kharismatis, Tradisional dan Rasional (Legal)
 Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan pada
kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang.
Wewenang kharismatis tersebut akan dapat tetap bertahan selama dapat
dibuktikan  dan rasional keampuhannya bagi seluruh masyarakat.

2. Wewenang tradisional dapat dipunyai oleh seseorang maupun sekelompok


orang. Ciri-ciri utama wewenang tradisional adalah :
 Adanya ketentun-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang
mempunyai wewenang, serta orang-orang lainnya.
 Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seeorang yang
hadir secara pribadi.
 Selama tak ada pertentangan dengan ketentuan-ketentuan tradisional,
orang-orang dapat bertindak secara bebas.
3. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi
Wewenang resmi sifatnya sistematis, di perhitungkan dan rasional.
Biasanya wewenang tersebut dapat dijumpai pada kelompok-kelompok
besar yang memerlukan aturan-aturan tata tertib yang tegas dan
bersifat tetap. Sedangkan wawasan tidak resmi tidak menjalankan
semua peraturan-peraturan resmi yang segaja dibentuk.

4. Wewenang Pribadi dan Teritorial


Pembedaan antara wewenang pribadi dengan teritorial sebenarnya
timbul dari sifat dan dasar kelompok-kelompoksosial tertentu.

5. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh


Wewenang terbatas adalah wewenang yang tidak mencakup semua
sektor atau bidang kehidupan. Wewenang menyeluruh berarti suatu
wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu.
KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (pemimpin atau leader)
untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang di pimpin  atau pengikut-pengikutnya),
sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin
tersebut.
Kadangkala di bedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan
sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu
komplek dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat di miliki oleh seseorang 
atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala
tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan, yang menyebabkan gerak
dari warga masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan  yang
tersimpul di dalam suatu jabatan, dan ada pula kepemimpinan karena pengakuan
masyarakat dan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan (informal
leadership).
PERKEMBANGAN KEPEMIMPINAN DAN SIFAT-SIFAT SEORANG PEMIMPIN
 Menurut mitologi Indonesia, kepemimpinan yang baik tersimpul dalam Asta Brata .
Menurut Asta Brata pada diri seorang raja terkumpul sifat-sifat dari delapan dewa.
Kedelapan sifat dan kepribadian inilah yang harus dijalankan oleh seorang raja
yang baik.
 Menurut Asta Brata kepemimpinan yang berhasil harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Indra-brata, yang memberi kesenangan dalam jasmani.
2. Yama-brata, yang menunjuk pada keahlian dan kepastian hukum.
3. Surya-brata, yang menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk
bekerja  persuasion.
4. Caci-brata, yang memberi kesenangan rohaniah.
5. Bayu-brata, yang menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak  segan-segan
untuk turut merasakan kesukaran-kesukaran pengikut-pengikutnya.
6. Dhana-brata, menunjukkan pada suatu sikap yang patut di hormati.
7. Paca-brata, yang menunjukkan kelebihan di dalam ilmu pengetahuan, kepandaian
dan keterampilan.
8. Agni-brata, yaitu sifat memberikan semangat kepada anak b uah.
KEPEMIMPINAN MENURUT AJARAN TRADISIONAL
Ajaran-ajaran tradisional seperti misalnya di jawa, menggambarkan tugas
pemimpin melalui pepatah sebagai berikut :
 Ing ngarsa sung tulada
 Ing madya mangun karsa
 Tut wuri handayani
 yang apabila di terjemahkan ke dalam bahasa indonesia berbunyi
sebagai berikut:
 Di muka memberi tauladan
 Di tengah-tengah membangun semangat
 Dari belakang memberikan pengaruh
 Seorang pemimpin diharapkan dapat menempati ketiga kedudukan
tersebut, yaitu sebagai pemimpin dimuka ( front leader) pemimpin di
tengah-tengah (sosial leader) dan sebagai pemimpin di belakang ( rear-
leader).
SANDARAN-SANDARAN KEPEMIMPINAN DAN
KEPEMIMPINAN YANG DIANGGAP EFEKTIF
Seseorang pemimpin harus mempunyai sandaran-sandaran
kemasyarakatan atau sosial basis yang mencakup susunan
masyarakat serta cultural focus masyarakat yang bersangkutan.
(cultural focus contohnya hukum, politik, dll).
Secara sosiologis, tugas-tugas pokok seorang pemimpin adalah :
1. Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat
dijadikan pegangan bagi pengikut-pengikutnya.
2. Mengawasi, mengendalikan serta menyalurkan perilaku warga
masyarakat yang dipimpinnya.
3. Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar kelompok
yang dipimpin.
Suatu kepemimpinan dapat diterapkan dengan berbagai metode/cara. Cara-cara
tersebut dapat dikelompokan menjadi :
1. Otoriter, ciri-cirinya :
a. Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak.
b. Pengikut sama sekali tidak diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan kelompok
dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam proses
interaksi di dalam kelompok tersebut.
2. Demokratis, ciri-cirinya :
a. Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga atau anggota
kelompok untuk ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai
kelompok, serta cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
b. Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk-petunjuk.
c. Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun pengikut.
d. Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan kelompok

er
3. Cara bebas, ciri-cirinya :
a. Pemimpin menjalankan peranannya secara pasif.
b. Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok
sepenuhnya diserahkan kepada kelompok.
c. Pemimpin hanya menyediakan sarana yang
diperlukan kelompok.
d. Pemimpin berada di tengah-tengah kelompok,
namun dia hanya berperan sebagai penonton.

Anda mungkin juga menyukai