ps4134 14 082954
ps4134 14 082954
Dalam contoh Pavlov, US adalah larutan asam, UR adalah air liur (yang disebabkan
oleh asam), dan CS adalah suara.
Pavlov berpendapat bahwa UR dan CR selalu merupakan jenis respons yang sama; jika
UR adalah keluarnya liur, maka CR juga keluarnya liur. Namun, besarnya CR selalu
lebih sedikit ketimbang UR.
Pelenyapan Eksperimental
Jika CS sekali lagi dihadirkan kepada hewan, CR akan muncul kembali secara temporer. CR
“dipulihkan secara spontan” meskipun tidak ada lagi pasangan CS danUS
PENGKONDISIAN TINGKAT TINGGI
Misalnya, kedipan cahaya (CS) dengan penyajian makanan (US). Makanan akan menyebabkan hewan
mengeluarkan liur, dan setelah CS dan US beberapa kali dipasangkan, maka penyajian cahaya saja akan
menyebabkan hewan mengeluarkan liur. Keluarnya air liur setelah ada kedipan cahaya, tentu saja, adalah
respons yang dikondisikan.
Sekarang cahaya itu sudah menimbulkan air liur, dan ia dapat dipasangkan lagi dengan CS kedua, misalnya
suara dengungan. Arah pendampingan pasangan itu sama dengan pengkondisian awal: Pertama CS baru
(suara berdengung) disajikan, dan kemudian disajikan cahaya. Perhatikan bahwa makanan tidak lagi dipakai
di sini. Setelah beberapa kali dipasangkan, suara saja sudah bisa menyebabkan hewan mengeluarkan liur.
• CS pertama dipakai seperti US yang dipakai untuk menghasilkan respons yang
dikondisikan. Ini dinamakan pengkondisian tingkat kedua. Kita juga mengatakan bahwa CS
pertama mengembangkan properti penguat sekunder karena ia dipakai untuk
mengondisikan respons terhadap stimulus baru. Karenanya, CS ini dinamakan secondary
reinforcer (penguat sekunder). Karena penguat sekunder tidak dapat berkembang tanpa
US, maka US dinamakan primary reinforcer (penguat primer).
Pengkondisian tingkat tinggi harus dipelajari selama proses pelenyapan, maka sangat sulit,
jika bukannya mustahil, untuk melampaui pengkondisian tingkat ketiga. Saat kita melewati
pengkondisian tingkat kedua dan ketiga, besaran CS menjadi semakin kecil dan CR hanya
bertahan selama segelintir percobaan.
Generalisasi
Besaran CR akan tergantung pada kemiripan nada dengan nada awal; dalam kasus ini, semakin
mirip nada baru dengan nada 2.000-cps, semakin banyak besaran CR-nya.
Ada hubungan antara konsep generalisasi Pavlov dengan penjelasan transfer training dari
Thorndike.
Generalisasi dan transfer menjelaskan bahwa kita dapat memberikan reaksi yang telah dipelajari
untuk situasi yang belum pernah kita jumpai sebelumnya; yakni kita merespons situasi baru
seperti ketika kita merespons situasi yang serupa yang sudah kita kenali.
Adanya perbedaan antara penyebaran efek Thorndike dengan generalisasi Pavlov.
Untuk penyebaran efek, kedekatan adalah faktor penting.
Untuk generalisasi, kemiripanlah yang penting, bukan kedekatan.
DISKRIMINASI
• Pavlov menggunakan istilah analyser untuk mendeskripsikan jalur dari satu reseptor
indrawi ke area otak tertentu. Suatu analyser terdiri dari reseptor indrawi, jalur sensoris
dari reseptor ke otak, dan area otak yang diproyeksikan oleh aktivitas sensoris.
• Pada awalnya terjadi irradiation of excitation (iradiasi eksitasi); dengan kata lain, eksitasi
ini akan meluber ke area otak lain di dekatnya. Ini adalah proses yang dipakai Pavlov
untuk menjelaskan generalisasi.
• Penjelasan Pavlov tentang generalisasi adalah bahwa impuls neural berjalan dari reseptor
indra—dalam kasus ini dari telinga—ke area tertentu di dalam otak yang bereaksi terhadap
nada 2.000-cps.
• Pavlov mengasumnsikan bahwa nada yang paling dekat dengan nada 2.000-cps
direpresentasikan dalam daerah otak yang dekat dengan area yang menerima
nada 2.000-cps.
• Pavlov mengasumsikan bahwa eksitasi akan hilang karena jarak: eksitasi paling
kuat terjadi di poin yang berkorespondensi dengan CS dan paling lemah di area
yang paling jauh.
• Pavlov juga menemukan bahwa concentration (konsentrasi), sebuah proses yang
berlawanan dengan iradiasi, mengatur eksitasi dan hambatan. Dia menegaskan
bahwa dalam situasi tertentu baik itu eksitasi maupun hambatan dikonsentrasikan
pada area spesifk di otak. Proses iradiasi ini dipakai untuk menjelaskan
generalisasi, sedangkan proses konsentrasi dipakai untuk menjelaskan
diskriminasi.
Pavlov mengidentifikasi dua tipe umum dari pengkondisian :
• Excitatory conditioning, akan tampak ketika pasangan CS - US menimbulkan suatu
respons
• Conditioned inhibition tampak ketika training CS menghambat atau menekan suatu
respons.
Ringkasan Pandangan Pavlov tentang Fungsi Otak
Pavlov mengatakan :
•Berbagai macam stimuli, yang berbeda sifat dan intensitasnya, mencapai belahan otak dari
dunia luar dan dari dalam medium internal organisme tersebut. Beberapa di antaranya
menimbulkan efek refleks (orienting reflex) dan sebagian lainnya menimbulkan efek yang
dikondisikan dan tak dikondisikan. Semua itu bertemu bersama, saling berinteraksi, dan
akhirnya disistematisasikan, diseimbangkan, dan membentuk stereotip dinamis. Sungguh
pekerjaan yang luar biasa!
Reflex orienting yang disebut dalam kutipan di atas adalah tendensi organisme untuk
memerhatikan atau mengeksplorasi stimuli baru yang muncul di dalam lingkungan mereka.
Sistem Sinyal Pertama dan Kedua
• Pavlov menyebut stimuli yang memberi sinyal kejadian yang penting secara biologis (CS) ini
sebagai first signal system (sinyal sistem pertama) atau “sinyal realitas pertama.”
• Selain itu, manusia juga menggunakan bahasa yang terdiri dari simbol-simbol realitas. Jadi,
seseorang mungkin merespons kata bahaya sebagaimana seseorang akan merespons situasi
aktual yang berbahaya. Pavlov menyebut kata yang melambangkan realitas itu sebagai “sinyal
dari sinyal” atau second signal system (sistem sinyal kedua). Sinyal-sinyal yang muncul bisa
diorganisasikan dalam sistem kompleks yang akan memandu banyak perilaku manusia.
• Salah satu contoh dari bagaimana bahasa merumitkan pengkondisian klasik ini ada di
dalam area semantic generalization (generalisasi semantik) (terkadang dinamakan
generalisasi yang dimediasi). Studi-studi telah menunjukkan bahwa satu respons dapat
dikondisikan ke makna dari suatu stimulus, bukan ke stimulus konkret itu sendiri.
• Generalisasi semantik juga tampak bervariasi sebagai suatu fungsi usia.
• Pavlov menganggap bahwa proses yang kita lakukan untuk mengembangkan reaksi
terhadap lingkungan adalah sama dengan proses yang kita gunakan untuk bereaksi
terhadap kata atau pikiran.
PERBANDINGAN ANTARA PENGKONDISIAN KLASIK DAN
INSTRUMENTAL
• dalam analisisnya terhadap pengkondisian, pavlov menekankan pada
kontinuitas yakni jika CS mendahului US pada akhirnya CS akan
menghasilkan CR.
• CR tidak selalu merupakan UR keci. Pavlov percaya bahwa selama jalannya
pengkondisian CS akan menggantikan US, dan itulah mengapa
pengkondisian klasik kadang disebut sebagai stimulus substitute learning.
• Periset bukan hanya menemukan bahwa CR dan UR adalah berbeda, tetapi
mereka juga menemukan bahwa keduanya saling bertentangan.
• Contoh lain dari pertentangan CR dan UR ditemukan ketika obat dipakai
sebagai US. Shepard siegel mendeskripsikan serangkaian eksperimen
dimana morfin di pakai sebagai US
• Juga ditemukan bahwa ( misalnya, holland, 1977 ) Bahkan ketika digunakan
US yang sama, akan muncul CR yang berbeda-beda ketika CS yang berbeda
dipasangkan dengan US itu
• Pavlov percaya selama pelenyapan Presentasi CS yang tidak diperkuat akan
menghasilkan hambatan yang dikondisikan yang menekan atau mengganti asosiasi
eksitatoris yang telah dipelajari sebelumnya antara CS dan US.
• argumen ini didasarkan pada tiga fenomena belajar yang reliabel. pertama,
pemulihan spontan, yang sudah dideskripsikan di atas. kedua, dinamakan reneval
effect ( efek pembaruan ), yang muncul ketika satu respon yang telah dikondisikan
dalam satu konteks eksperimental dilenyapkan dalam konteks lainnya. ketiga
Reinstatement, muncul ketika US disajikan setelah pelenyapan eksperimental
sudah selesai.
• Bouton ( 1993, 1994 ) Mengemukakan bahwa faktor kontekstual, yang terdiri dari
stimuli temporal dan stimuli fisik atau spasial yang dihadirkan selama
pengkondisian, berfungsi untuk membangkitkan memori asosiasi CS-US.
• Misalnya reinstatement tidak muncul jika US pacar pelenyapan tidak disajikan
dalam satu konteks yang berbeda dengan konteks yang eksis selama pengkondisian
awal. Selain itu, pemulihan spontan berkurang secara signifikan secara signifikan
jika petunjuk distingtif ( non CS )Yang di yang disajikan selama pelenyapan
diperkenalkan kembali selama tes untuk pemulihan.
OVERSHADOWING DAN BLOCKING
pavlov mengamati bahwa Jika dia menggunakan satu stimulus majemuk atau
gabungan sebagai CS dan satu komponen dari stimulus tersebut lebih menonjol
ketimbang komponen lainnya, maka komponen yang paling menonjol lah yang
dikondisikan. fenomena ini disebut overshadowing
pada 1969 Leon Kamin melaporkan serangkaian percobaan penting tentang
fenomena yang disebutnya blocking atau juga dinamakan blocking effect.
Kamin (1969 ) Menggunakan variasi prosedur CER untuk menunjukkan konsep
blocking. Pertama tikus dilatih menekan tuas untuk mendapatkan penguatan
berupa makanan. kemudian tikus dihadapkan pada 16 kali percobaan di mana
suara diikuti dengan setrum. hasil dari training ini adalah respon dikekang atau
tidak dimunculkan saat suara diperdengarkan. fase selanjutnya adalah
menyandingkan suara dari tahap sebelumnya dengan cahaya dan karenanya
menciptakan stimulus majemuk atau gabungan.
Di sini perlu dicatat bahwa blocking, seperti overshadowing, menunjukkan contoh
situasi dimana stimuli dipasangkan Sesuai dengan prinsip pengkondisian klasik
namun tidak menimbulkan pengkondisian.
• Robert rescorla dan Alan Wagner menyusun teori yang dalam satu
pengertian, didasarkan pada karya egger dan miller . teori recorla- wagner
Memberikan penjelasan fenomena pengkondisian klasik umum memberikan
beberapa prediksi tak terduga yang relevan dengan pengkondisian klasik, dan
memecahkan beberapa problem penting yang berkaitan dengan teori
pengkondisian klasik.
• Teori ini menggunakan logika simbolis dan matematika sederhana untuk
meringkas dinamika belajar. Pertama kurva belajar meningkat secara
bertahap sampai mendekati level maksimum, atau asymptote. Rescorla dan
wagner mengasumsikan bahwa sifat dari US akan menentukan level
maksimum, atau asympotik, dari pengkondisian yang akan di capai. Level
maksimum ini di lambangkan dengan λ ( lambda )
• Kemudian, belajar asosiatif yang di terima sebelum percobaan spesifik n di
desain oleh Vn-1, dan perubahan dalam belajar karena dalam pengkondisian
percobaan n di simbolkan dengan ΔVn. simbol Δ ( delta ) menunjukkan
perubahan dalam V
• Terakhir, teori rescola-wagner memuat dua konsep yang merujuk pada “
conditionability “ ( kondisionabilitas ) dari pasangan CS dan US tertentu.
Koefisien α ( alpha ) adalah kekuatan asosiatif potensial dari CS tertentu.
Suara keras, misalnya, akan memberi nilai α ketimbang suara rendah atau
tak terdengar. Koefisien β ( beta ) adalah kekuatan asosiatif potensial dari
US spesifik. Setrum listrik yang kuat akan menimbulkan efek penjauhan
yang lebih dramatis ketimbang daya setrum yang kecil, dan karena nya
memiliki nilai β yang lebih besar
• Jika kita menempatkan semua komponen ini bersama-sama untuk CS yang
telah di spesifikasikan ( CSA) dan US yang di spesifikasikan ( USA) kita
mendapatkan persamaan
• ΔVN= αAβA( λ-Vn-1 )
• Persaman ini mengindikasikan bahwa perubahan kekuatan belajar asosiatif
pada setiap percobaan adalah fungsi dari perbedaan antara belajar yang
maksimum dengan jumlah yang telah di pelajari pada saat akhir dari
percobaan sebelumnya.
Teori rescorla wagner memiliki kelebihan karena bisa pula
menghitung anomalous dalam pengkondisian klasik.
Mari kita lihat bagaimana teori ini menerangkan blocking.
Ingat, bahwa blocking terjadi saat respon pertama-tama
di kondisikan pada satu CSa awal ( cahaya dan CSX
tambahan ( suara ). Ketika elemen kedua dalam stimuli
majemuk ini ( yakni suara ) di sajikan sendirian, ia hanya
sedikit menimbulkan atau bahkan tidak menimbulkan
suatu respons yang di kondisikan
Dalam bahasa simbolik, selama pengkondisian awal V A
mendekati λ, dan ΔVA, mendekati nol, ketika kita memulai
training stimulus majemuk kita punya kondisi dimana
ΔVA = αA β( λ- VAX ) Dan Δ VX = αX β ( λ-VAX )
Jadi VX Secara fungsional adalah nol
• Dalam artikelnya yang berpengaruh, “Pavlovian Conditioning: It’s Not What
You Think”, Rescorla (1988) menyajikan tiga observasi tentang
pengkondisian Pavlovian dan menjelaskan arti pentingnya dalam psikologi
modern.
• Pertama, seperti Egger dan Miller (1962, 1963) dia mengatakan pada
dasarnya ada korelasi antara US dan CS yang lebih dari sekadar kebetulan
atau kontiguitas. Misalnya, satu situasi dimana hewan mengalami US acak
selama periode lebih panjang.
• Kedua, seperti zener (1917), rescorla ( 1988 ) mengatakan bahwa klaim
umum bahwa CR adalah miniatur atau ringkasan dari dar UR adalah klaim
yang terlalu menyederhanakan atau bahkan tidak tepat. respons tipikal untuk
suatu US Berupa setrum listrik dalam eksperimen, misalnya, adalah
peningkatan aktivitas atau beberapa Respon yang mengejutkan.
• 2 poin ini tampak jelas ketika rescorla ( 1966 ) Melatih anjing untuk
melompat rintangan di sebuah kotak agar ia terhindar dari setrum yang
diberikan dalam interval reguler 30 detik. Setiap kali anjing melompati
rintangan, waktu dihitung lagi dari nol dan dimulai lagi dari awal
• Setelah training awal, anjing kemudian dipindah dari Apparatus
percobaan lompat rintangan dan kemudian dimasukkan ke percobaan
dengan suara yang diikuti dengan setrum. anjing-anjing itu dibagi
menjadi tiga kelompok. Kelompok 1 menerima forward conditioning
atau pengkondisian ke depan di mana CS ( nada selama 5 detik )
selalu di ikuti dengan US ( setrum listrik ). Kelompok2 menerima US
dan kemudian CS.Situasi untuk kelompok ini diatur sedemikian rupa
sehingga CS Tak pernah dipasangkan dengan setrum dan tak pernah
diikuti oleh setrum selama 30 detik. Kelompok 3 mengalami CS yang
mendahului US dan mengikutinya dalam jumlah waktu yang sama.
• Dalam fase terakhir, anjing ditempatkan kembali dikotak percobaan
awal dan kemudian diberi latihan penghindaran sampai tingkat respon
penghindaran nya stabil.
• 1 poin penting yang harus diingat saat menginterpretasikan hasil dari
eksperimen ini adalah bahwa semua hewan menerima jumlah setrum
yang sama selama fase eksperimen pengkondisian klasik yang
bervariasi adalah hubungan antara CS dan US.
Sekali lagi, penjelasan rescorla mengenai hasil percobaan ini
mirip dengan penjelasan yang di berikan oleh Egger dan Miller (
1963). Keduanya mengatakan bahwa agar pengkondisian
klasik terjadi,CS haruslah informatif yakni ia harus memberi
organisme informasi yang berguna tentang US Tetapi, rescorla
memperluas karya Egger dan Miller Dengan menunjukkan
bahwa kontingensi negatif adalah sama informatif nya dengan
kontingensi positif. menurut restoran hanya prosedur kontrol
acak lah yang akan menghasilkan hubungan non informatif
antara CS Dan US Dan karenanya tidak menghasilkan
pengkondisian.
Terakhir,Rescorla ( 1988 ) mengklaim bahwa pengkondisian
pavlovian lebih dari sekadar belajar refleks dan bahwa
pengkondisian itu menduduki tempat penting dalam psikologi
kontemporer.
• Rescorla Mengklaim bahwa kelompok kontrol yang benar-benar
adalah yang akan menciptakan situasi di mana tidak ada hubungan
prediktif antara CS Dan US Dan karenanya tidak ada pengkondisian.
• Menurut selligman ( 1969, 1975 ) Memberikan bukti yang
menyatakan bahwa hewan sebenarnya telah mempelajari sesuatu
yang sangat penting dalam apa yang oleh Rescorla Disebut kondisi
kontrol yang benar-benar acak.
• menurut seligman, seekor hewan mengetahui bahwa dalam
pengkondisian klasik hewan mengetahui dirinya tak berdaya ya
karena kondisinya memang mengharuskan demikian. lebih jauh
ketidakberdayaan yang dipelajari itu tidak ada kaitannya dengan
setrum yang dialaminya tetapi ia berkaitan dengan ketidakmampuan
hewan itu untuk mengontrol setrum.
• untuk menguji hipotesis ini, seligman dan dan meier ( 1967 )
Menggunakan training penghindaran dengan menggunakan kotak shuttle
dalam fase 2 studi mereka. jika subjek merespon suara dengan melompati
rintangan yang membagi kotak itu, maka nada dan setrum akan dihentikan.
• fenomena learned helpnessness Ini ini ditemukan di banyak spesies
hewan, juga pada manusia, dengan menggunakan US aversif dan yang
lainnya. Gejala learned helpnessness Ini antara lain keengganan untuk
melakukan suatu tindakan untuk mempertahankan penguatan atau untuk
menghindari hukuman, sikap Pasif, menarik diri, takut, depresi dan
kepasrahan untuk menerima apa yang akan terjadi
• Jadi, kita melihat bahwa dalam Apa yang disebut sebagai kondisi kontrol
yang benar-benar acak, organisme belajar bahwa mereka tidak berdaya
untuk menghindari atau melarikan diri dari situasi yang buruk sehingga
mereka berhenti berusaha.
•
• untuk menguji hipotesis ini, seligman dan dan meier ( 1967 )
Menggunakan training penghindaran dengan menggunakan kotak shuttle
dalam fase 2 studi mereka. jika subjek merespon suara dengan melompati
rintangan yang membagi kotak itu, maka nada dan setrum akan dihentikan.
• fenomena learned helpnessness Ini ini ditemukan di banyak spesies
hewan, juga pada manusia, dengan menggunakan US aversif dan yang
lainnya. Gejala learned helpnessness Ini antara lain keengganan untuk
melakukan suatu tindakan untuk mempertahankan penguatan atau untuk
menghindari hukuman, sikap Pasif, menarik diri, takut, depresi dan
kepasrahan untuk menerima apa yang akan terjadi
• Jadi, kita melihat bahwa dalam Apa yang disebut sebagai kondisi kontrol
yang benar-benar acak, organisme belajar bahwa mereka tidak berdaya
untuk menghindari atau melarikan diri dari situasi yang buruk sehingga
mereka berhenti berusaha.
•
Pentingnya Perhatian. Nicholas Mackintosh (1975)
berteori bahwa organisme mencari informasi yang memprediksikan
kejadian yang signifikan secara biologis (yakni, US). Pandangan
Mackintosh didasarkan pada pemrosesan informasi secara aktif.
CS US(US₂)
CR
Rasa nikotin dan alkohol akan menimbulkan rasa mual yang
dikondisikan, yang nanti akan menimbulkan ketidakmauan
untuk merokok dan minum. Meskipun counterconditioning
sukses disejumlah kasus, manfaat dari prosedur ini sering
hanya bersifat sementara.
• Flooding.
Problem utama dalam menangani fobia adalah fakta
bahwa individu menghindari pengalaman yang
menakutkan. Karena pelenyapan adalah proses aktif
(CS harus dihadirkan dan tak diikuti dengan US), usaha
menghindari stimuli yang menimbulkan rasa takut justru
akan mencegah terjadinya pelenyapan. Satu – satunya
cara melenyapkan fobia adalah memaksa organisme
itu untuk tetap hadir Bersama CS dalam waktu cukup
lama untuk belajar bahwa tidak ada akibat negatif yang
muncul. Ketika pelenyapan paksa itu dipaksakan untuk
menghilangka fobia, ia dinamakan flooding. Rimm dan
Masters (1979) melaporkan flooding adalah cara yang
efektif namun memiliki hasil bervariasi, fobia bias hilang
atau bertambah parah.
Desensitisasi sistematis
salah satu usaha paling menyeluruh untuk
mengaplikasikan prinsip pengkodisian klasik ke
psikoterapi adalah Joseph Wolpe (1958), Teknik
terapinya disebut systematic desensitization.
Terdapat 3 fase
Pendapat Pavlov Tentang Pendidikan