Anda di halaman 1dari 17

Buletin Psikologi, Volume 13, No.

1, Juni 2005 ISSN : U854 - 7108

PERKEMBANGAN MUTAKHIR
KONDISIONING PAVLOVIAN
Dicky Hastjarjo

PENGANTAR aplikasi (Chance, 2003). Perkembangan


kondisioning Pavlovian mutakhir
Tahun 1997 jurnal American
inilah yang akan dibahas dalam tulisan
Psychologist (AP) merayakan 100 tahun
berikut ini. Sebagai satu catatan, gejala
usia buku penting Ivan P. Pavlov yang
kondisioning klasikal sebenarnya
berjuduI Lecture on the Work of the
secara terpisah juga diteliti oleh Edwin
Principal Digestive Glands. Buku
B. Twitmeyer di Amerika Serikat pada
tersebut diterbitkan oleh Pavlov pad a
tahun 1902. Twitmeyer tidak menye-
tahun 1897 dan diterjemahkan
lidiki gejala tersebut secara ekstensif
kedalam bahasa Inggris pertamakali
sehingga penelitiannya terabaikan
tahun 1902. Perayaan 100 tahun buku
(Chance, 2003).
tersebut ditandai dengan diciptakan-
nya rubrik Sejarah Psikologi pada AP
edisi September 1997 (Dewsbury, PENEUTIAN KONDISIONING
1997). Tiga bulan sebelumnya jurnal PAVLOVIAN PADA MASA AWAL
European Psychologist juga mem- Pavlov bukan seorang psikolog,
peringati seabad buku Pavlov dengan melainkan dokter ahli fisiologi yang
menerbitkan artikel-artikel bertemakan mendapatkan hadiah Nobel untuk
100 tahun sesudah penerbitan Lecture karya dibidang fisiologi dan kedok-
on the Work of the Principal Digestive teran pada tahun 1904 (Windholz,
Glands (Dewsbury, 1997). Grimsley 1997). Pavlov menjadi kepala sejumlah
dan Windholz (2000) menu lis artikel laboratorium fisiologi, paling penting
tentang aspek neurologis teori Pavlov adalah di Imperial Institute of
sebagai penghormatan atas ulang Experimental Medicine di St. Petersburg.
tahun ke 150 kelahiran Pavlov. Seperti Windholz (1997) melaporkan bahwa
diketahui Pavlov lahir di tahunJ849 di dari tahun 1897-1936 (tahun 1936
kota Riazan, Rusia. Kondisioning adalah tahun meninggalnya Pavlov)
Pavlovian dewasa ini telah mengalami sekurang-kurangnya 146 Pavlovian,
kemajuan pesat dalam hal penelitian baik mahasiswa pascasarjana maupun
dan teori (Hollis, 1997). maupun ternan sejawat menyelidiki fungsi otak
2 Dicky Hastjarjo

binatang. Dalam rentang tahun Windholz, 2000). Pavlov sangat


tersebut sekurang-kurangnya ada 532 tertarik dengan temuan vul'fson yang
makalah ten tang kondisioning refleks tidak terduga tersebut sebab temuan
air liur yang dihasilkan oleh itu sulit dijelaskan dengan prinsip
laboratorium Pavlov. Pengikut Pavlov Cartesian ten tang gerak refleks.
biasanya melakukan eksperimen atas Menurut prinsip Cartesian, untuk
permintaan Pavlov oleh karena Pavlov memunculkan satu respon maka
jarang melakukan eksperimen itu sebuah stimulus dad luar harus
sendiri. Pavlov lebih suka memberikan mengenai langsung reseptor sensoris.
supervisi bagi setiap penyelidikan Pavlov menjelaskan refleks air liur
yang dilakukan oleh mahasiswa dan berdasar teoti Darwin mengenai adap-
rekan kerja. Misalnya, Pavlov mem- tasi organisme terhadap lingkungan
punyai hipotesis bahwa alat pence ma- yang berubah. Pengeluaran air ludah
an makanan bagian atas seekor hewan ini disebut sekresi psikis (psychic
merespon secara fungsional terhadap secretion). Vul'fson merumuskan
makanan tertentu. Secara khusus, bahwa tugas sekresi psikis adalah
hew an akan mengeluarkan sedikit air menyortir zat, dan membagi zat
liur jika makan makanan yang basah, menjadi dua, yaitu: zat yang diterima
sedangkan jika memakan makanan dan zat yang ditoiak, sehingga reaksi
kering maka air liur akan lebih banyak. terhadap masing-masing zat akan
Salah seorang mahasiswa Pavlov yang sesuai.
bemama S.c. Vul'fson membuat A.T. Snarskii juga melakukan
disertasi untuk menguji hipotesis peneIitian disertasi dibawah bimbing-
tersebut. Grimsley & Windholz (2000; an Pavlov (Todes, 1997, h. 950).
hal. serta Windholz (1997, h. 942) Snarskii mengkritik pendapat Vul'fson
menceriterakan kembaii bahwa yang mengatakan bahwa sekresi psikis
secara tidak menemu- berfungsi untuk memiHh, menyorfir,
kan fenomena bahwa sesudah mema- mengatur dan mempertimbangkan.
kan makanan yang basah atau Sekresi psikis bukan merupakan
U digoda" dan proses tingkat tinggi seperti halnya
.dengan tersebut keinginan, perilaku memilih atau
dengan air memutuskan akan tetapi merupakan
meskipun jumlah proses tingkat rendah yaitu asosiasi
HasH np""",',r'" visuaL Sekresi psikis dari kelenjar air
tidak disengaja ini melahirkan KOlrlSe~p liur adalah sebuah asosiasi atau refleks
respon/refleks bersyarat yang menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh daerah
salah sam kajian penting dalam subkorteks otak. Sekresi psikis tersebut
psikologi sampai hari ini (Grimsley &

Buletin Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 -7108
Perkembangan Mutakhir Kondisioning Pavlovian 3

terjadi sepenuhnya diluar pusat periIaku atau disebut sebagai neurosis


kesadaran otak eksperimentat (e) M.N. Erofeeva
Metode kondisioning Vul'fson meneliti metode counterconditioning, (f)
disebut sebagai refleks bersyarat alami Frolov meneHti kondisioning orde-
(natural conditioned reflexes). Hal ini kedua (Pavlov, 1960). Pavlov sendiri
dibedakan dengan refleks bersyarat juga berteori ten tang kepribadian/
artifisial (artificial conditioned reflexes) temperamen, perilaku abnormal:
yang dikembangkan oleh salah neuroses dan psikosis, serta proses
seorang mahasiswa Pavlov bemama V penuaan (Windholz, 1997), namun
N. Bol'dyrev (Windholz, 1997, hal. demikian penjelasannya selalu dike-
942). Metode Vul'fson Iemah secara mas dan teon fisiologis (Grimsley &
metodologis oleh karena stimulus tak Windholz, 2000).
bersyarat (roti di mulut) dan stimulus
bersyarat (melihat roti) adalah sarna. METODE EKSPERIMEN
Sementara itu, pada penelitian KONDISIONING KLASIKAL
Bol'dyrev, stimulus bersyarat· berbeda DEWASAINI
dengan stimulus tak bersyarat.
Metode-metode eksperimen
Stimulus yang tadinya netral akan
mengenai kondisioning klasikal tidak
stimulus bersyarat
terbatas hanya dengan anjingnya
dipasangkan dengan stimulus
Pavlov, akan tetapi dewasa ini sudah
sangat bervariasi. Metode

1, Kondisioning rasa

B. F.
tahun &
minasi yang menghasilkan Skinner, 1968). Seekor tikus dilatih
secara tak sengaja disorganisasi untuk menggerakkan sebuah pedal

Sulet!o Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
4 Dicky Hastjarjo

makanan. Tikus akan kasur, namun dia tidak


rajin tangan
berkala batang logam itu dipukul
terIoncat secara keras sehingga jatuh
kedepan mulai
akhimya, Albert akan menangis jika
tikus berhenti meng- melihat tikus saja meski tanpa disertai
gerakkan pedal jika nada berbunyi. suara keras.
Bunyi nada akan memberikan isyarat
kepada tikus bahwa kejutan Iistrik 2. Kondisioning kejapan mata
akan diberikan. Gejala ini disebut
sebagai supresi bersyarat atau respons Metode ini dikembangkan oleh 1.
emosional bersyarat. Gormenzano (Domjan & Grau, 2003).
Kejapan mata kelinci dipilih sebagai
rasa
takut
respon bersyarat oleh karena tanpa
si kedl Albert
latihan yang ekstensif seekor kelinci
B (Watson & Rayner, 1920; Watson,
jarang mengejapkan mata. Jika kelinci
1970, h.159). Kepada Albert diper-
mengejapkan mata sesudah dikenai
lihatkan seekor tikus putih, anjing,
satu stimulus, maka dapat dipastikan
kelinci, sebuah topeng yang
kejapan mata tersebut disebabkan oleh
berbulu, sebuah topeng yang tidak
stimulus tadi. Dalam satu eksperimen,
berbulu, kapas mentah, serta sebuah
seekor kelinci ditempatkan dalam satu
kertas yang terbakar. Albert tidak
kotak plastik. Kepala keIinci menyem-
memperlihatkan rasa terhadap
bul dari kotak plastik tersebut. Satu
binatang dan tadi. Albert
alat dapat mengukur kejapan
11 3 hari ketika
mata diietakkan di dekat pelupuk
mata. Alat itu disebu t potentiometer.
rasa takut
Di maia atas ditempatkan
'-u,~'--,~~.'''~ ..
dari keranjang secara
satu alat dapat mengalirkan
tiba, lalu diperlihatkan Albert.
udara. stimulus tak
Dia tikus dengan
digunakan tiupan udara
kiri. Ketika tangan
permukaan mata atau kejutan listrik
menyentuh tikus itu, batang
singkat 1 detik) ke kulit di
logam dipukul dengan palu secara
bawah mata. Sinar, nada, atau vibrasi
mendadak (sehingga mengeluarkan
abdomen keiinci yang dihasilkan oleh
suara keras) dibelakang kepalanya.
pijatan tangan di peneliti dapat
Akibatnya, Albert terloncat dan jatuh
merupakan stimulus bersyarat.
kedepan, membenamkan mukanya di
Biasanya stimulus bersyarat disajikan

Buletin Psikoiogi, Volume 13, No. l, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
Perkembangan Mutakhir Kondisioning Pavlovian 5

selama 50 milidetik dan kemudian kondisioning berbeda secara signifikan


diikuti oleh stimulus tak bersyarat. dengan keJompok kontrol.
Kondisioning klasikal juga dapat
menghasilkan kejapan mala manusia 3. Penelusuran-tanda (sign-tracking)
(Durkin, Prescott, Furchtgott, Cantor, atau auto shaping
& Powen, 1993; Ivkovich, Collins,
Metode penelusuran-tanda atau
Eckerman, Krasnegor, & Stanton, 1999;
autoshaping dipopulerkan oleh Brown
Solomon, Flinn, Mirak, Brett, Cos loy &
dan Jenkins pad a tahun 1966 dan
Grocoa,1998).). Durkin dkk (1993)
kemudian banyak diteliti oleh Hearst
meneliti empat kelompok eksperimen :
(Domjan & Grau, 2003). Pada
kelompok usia 19-33 th; kelompok usia
umumnya binatang dalam kehidupan
35-48 tahun; kelompok usia 50-63
sehari-hari cenderung mendekati dan
tahun; dan kelompok usia 66-78 tahun.
mengadakan kontak dengan stimulus
Subjek keJompok kontrol adalah
yang menjadi isyarat tersedianya
kelompok usia 66-78 tahun dan
makanan. Tersedianya makanan
kelompok usia 21-31 tahun. Stimulus
dalam lingkungan biasanya ditandai
tak bersyarat (STB) adalah suara
oleh beberapa aspek dari makanan itu
1000Hz, 75db, 600 milidetik yang
sendiri. Misalnya, bagi burung
diperdengarkan dengan earphone.
pemangsa binatang lain, maka
Sebagai stimulus bersyarat (SB) adalah
gerakan, suara atau bau dari binatang
100 milidetik hembusan udara sebesar
lain tersebut akan merupakan tanda-
2,5 psi yang disajikan bersamaan/
tanda atau isyarat tersedianya mangsa.
overlap dengan 100 milidetik terakhir
Dengan menelusuri tanda-tanda tadi
dari suara. Jadi interval SB-STB adalah
maka burung pemangsa tersebut akan
500 milidetik. Pada fase akuisisi setiap
sangat mungkin untuk mendapatkan
subjek mendapatkan 100 uji-coba
makanan.
pemasangan SB dengan 5TB.
Keiompok kontrol diberi 100 kali uji- Eksperimen autoshaping akan
coba juga tapi jarak antara setiap menempatkan seekor burung dara
stimulus rata-rata adalah 12,5 detik, kedaiam kotak eksperimen yang
sehingga karena jaraknya jauh maka mempunyai sebuah lampu yang dapat
tak ada pemasangan antara suara dipatuk oleh burung dara tersebut.
dengan hembusan udara. Pada phase Secata berkala butiran jagung akan
tes maka suara (SB) tidak diikuti oleh disajikan ke tempat makanan yang ada
hembusan udara (STB). Perfomans dalam kolak eksperimen. Sebeium
kejapan mata keempat kelompok penyajian butiran jagung, maka lampu
akan dinyalakan selama beberapa
detik terlebih dahulu. Burung dara

. Buletin Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
6 Dicky Hastjarjo

tidak perlu meiakukan tindakan Sekelompok tikus lainnya minum air


agar supaya jagung yang manis atau asin
tersaji tempat sebuah botol yang kemudian
dalam mengakibatkan timbulnya
cahaya.
yang kelompok tikus ini selanjutnya akan
mendatangi mendapatkan atau
memakan sinar X yang membuat sakit sebagai
burung "';''''v''' menarik oleh STB.
karena dia tidak perlu Tahap merupakan tahap
mematuk lampu untuk mendapatkan pengukuran tikus terhadap
Makanan otomatis rasa minuman dan stimulus
audiovisual secara terpisah. Dalam
rasa

rasa asin
meminum

rasa Sebaliknya, jika 5TB


audio visual secara
berupa rasa sakit maka SB rasa akan
tikus ini selanjutnya akan men-
lebih relevan daripada SB audiovisual.
dapatkan kejutan listrik sebagai STH.

Buletin Psikoiogi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
Perkembangan Mutakhir Kondisioning Pavlovian 1

Salah satu peneIitian mengenai diukur. Dua jam sesudah putaran


kondisioning penghindaran-rasa pad a selesai subjek diminta meminum 250
manusia dilakukan oIeh Arwas, mililiter minuman yang sama. Jumlah
Rolnick, dan Lubrow (1989 ). Subjek minuman yang dihabiskan oleh setiap
penelitian adalah taruna angkatan taut subjek diukur. Hasilnya adalah
berusia 18-19 tahun yang berbadan kelompok yang mengalami perputaran
sehat. Subjek duduk di kursi putar minum soda lebih sedikit daripada
menghadap sebuah papan. Kursi putar kelompok yang tidak mengalami
kemudian diputar. Selama berputar perputaran. Hasil yang sama menge-
subjek harus menemukan satu angka nai kondisioning penghindaran-rasa
sesuai dengan aksis x dan y yang dengan kursi yang diputar ini dila-
ditulis di papan. Tugas mencari angka porkan dalam penelitian Klosterhalfen,
ini membuat subjek mabuk karena Ruttgers, Krumrey, Otto, Stockhorst,
putaran. Mabuk oleh karena gerak Riepl, Probst dan Euck (2000).
berputar ini bertindak sebagai STB.
Sebagai SB adalah empat minuman 5. Kondisioning perilaku reproduktif
soda, yakni (a) dua minuman soda
yang sudah dikenal subjek, Coca-Cola Perilaku reproduktif dapat juga
dan Sprite, serta (b) dua minuman dihasilkan oleh kondisioning klasikal.
soda yang belum dikenal, yaitu Misalnya, Domjan, O'Vary, dan
minuman obat kuat dan minuman Greene (1988) mengeksplorasi kondi-
soda Subjek dibagi menjadi sioning klasikal terhadap perilaku
empat kelompok, dua kelompok seksual burung puyuh jantan. Sebagai
eksperimen dan kelompok SB adalah seek~r burung puyuh betina
kontroL Kelompok eksperimen terdiri yang badannya dihiasi. Burung puyuh
be tina dewasa normal digunakan
dikenal, (b). sebagai stimulus tak bersyarat. Pada
dan meminum kelompok eksperimen, burung betina
soda yang belum dikenal. Kelompok yang dihiasi ditempatkan dalam satu
kontrol terdiri (a) kelompok yang ruang dengan burung jantan selama 30
tidak diputar dan meminum soda detik. Kemudian burung puyuh betina
yang sudah dikenal, (b) kelompok dewasa normal ditempa~kan bersama
yang tidak diputar dan meminum dengan burung jan tan tersebut selama
soda yang belum dikenal. Sebelum 5 menit. Lima menU biasanya meru-
diputar subjek diminta minum lebih pakan waktu yang cukup untuk
dulu 250 mililiter minuman sesuai menyelesaikan kopulasi. Prosedur ini
dengan kelompok. Jumlah minuman diulang-ulang beberapa kaJi. Burung
yang dihabiskan oleh setiap subjek puyuh jantan dalam kelompok kontrol

Buletin Psikologi, Volume 13, No. 1. Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
8 Dicky Hastjarjo

juga mendapatkan kesempatan 30 disajikan selama 40 detik. Prosedur


detik bersama dengan burung puyuh kondisioning adalah prosedur tunda,
betina yang dihiasi, namun mereka yakni penyajian SB dengan STB
diberi kesempatan bersama dengan mengalami overlap selama 5 detik.
burung puyuh betina normal dua jam Pasangan SB dan STB disajikan selama
sebelumnya. HasH penelitian menun- sebelas kali. Kelompok kontrol hanya
jukkan bahwa burung puyuh jantan di diberi SB saja. Perubahan lingkar penis
kelompok eksperimen lebih banyak merupakan respon bersyarat (RB).
melakukan perilaku kontak seksual Pada tahap pengetesan, SB disajikan
terhadap burung betina yang dihiasi sendiri dan kemudian perubahan
daripada burung jantan di kelompok Hngkar penis diukur. Hasilnya
kontrol (Domjan et 1988, h. 510). menunjukkan lingkar penis meningkat
Kondisioning klasikaI terhadap pada kelompok eksperimen, dan
perilaku seksual manusia menurun pada kelompok kontrol.
cukup banyak namun hasilnya Namun demikian secara umum
masih belum konklusif. Letourneau memang kesimpulan O'Donohue dan
dan O'Donohue (1997) melaporkan Plaud patut diperhatikan bahwa data
ketidakberhasilan klasi- penelitian belum memadai, sehingga
kal untuk apakah perilaku seksual dapat
dikembangkan lewat
klasikal masih belum konklusif (1994,

efek pengobatan kemoterapi,


disajikan selama 10-30
menerangkan perubahan kekebalan
Sedangkan stimulus tak bersyarat
tubuh. Selain itu, kondisioning
ada!ah segmen film erotik yang
Pavlovian juga dipakai menjelaskan

Buletin Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
Perkembangan Mutakhir Kondisioning Pavlovian 9

keputusan orang mengenai sebab- had selanjutnya, langkah rutin terse-


akibat (Allan, 1993; Wasserman,1990). but diatas dilakukan. Pad a akhirnya
kelind diletakkan di paha Peter,
1. Terapi rasa takut bahkan Peter mampu makan dengan
satu tangan dan memainkan si keIinci
Mary Cover Jones menghilangkan dengan tang an yang lain (Watson,
rasa takut Peter yang berusia tiga 1970, h.174).
tahun (Watson, 1970). Peter adalah
Kondisioning klasikal juga
seorang anak yang aktif dan mampu
mempengaruhi berkembangnya terapi
melakukan penyesuaian diri namun
desensitisasi sistematik yang dikem-
dia memiliki rasa takut terhadap tikus,
bangkan oleh Joseph Wolpe (Wolpe &
kelinci, mantel bulu, bulu ayam, kapas,
Plaud, 1997; Wolpe & Wolpe,1988).
katak, ikan, dan mainan mekanis.
Desensitisasi menunjukkan apa yang
Ketakutan yang dimiliki Peter ini
dialami oleh klien: dia menjadi
bukan hasH eksperimen sebab selama
semakin kurang sensitif terhadap hal-
dia hidup dirumah ketakutan tersebut
hal yang membuat dia takut.
sudah berkembang. Peter diletakkan di
Sistematik berarti bahwa terapis
tempat tidur bayi disebuah ruang
mengikuti satu aturan: Hanya sesudah
bermain. Ia menjadi asyik bermain
terapis menyelesaikan desensitisasi
dengan alat permainannya. Seekor
pad a salu level rasa takut, maka dia
tikus putih diperlihatkan dad
baru dapat mulai melakukan
belakang tempat tidur. Peter menjerit
desensitisasi pada level rasa takut
ketika dia melihat tikus itu dan ia jatuh
selanjutnya (Wolpe & Wolpe,1988).
kebelakang. Tikus kemudian diambil,
PeneIitian Wolpe yang dilakukan pada
Peter dikeluarkan dari tempat tidur
tahun 1952 membuktikan bahwa
dan didudukkan di kursi. Saat Peter
. respon kecemasan dapat dihasilkan
menyantap makan siang berupa kue
dengan kondisioning klasikal dan
dan segelas susu, seekor kelinci di
respon kecemasan tersebut dapat
dalam kandang diperlihatkan kepada
dihilangkan dengan metode counter-
Peter. Kelind itu diperlihatkan dalam
conditioning (Wolpe & Plaud, 1997).
jarak yang cukup jauh sehingga tidak
Penelitian Wolpe ini membuahkan
mengganggu makan Peter. Tempat
hipotesis umum yaitu Batu respon
untuk meletakkan kelinci itu diberi
yang tidak sesuaidengan kecemasan
tanda. Keesokan harinya kelinci
dapat diciptakan ditengah keberadaan
tersebut ditempatkan semakin dekat
stimulus yang membuat ce:mas, maka
dengan Peter sampai Peter agak
ikatan antara respon kecemasan
sedikit terganggu. Tempat meletakkan
dengan stimulus penyebab kecemasan
kelinci ditandai. Hari ketiga dan had-

Buletin Psikologi. Volume 13, No. I, luni 2005 ISSN : 0854 - 7108
10 Dicky Hastjarjo

tersebut akan menjadi lemah atau antara kelompok eksperimen dan


hHang. Gagasan int melahirkan terapi kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
desensitisasi sistematik (Wolpe & sikap terhadap merek obat kumur
Plaud, 1997). dapat dihasilkan oIeh kondisioning
klasikal. Disamping itu, mereka
2. Psikologi iklan menemukan tidak ada perbedaan
dalam sikap terhadap obat kumur
Prinsip kondisioning klasikal juga kelompok eksperimen pada tiga waktu
dapat digunakan dalam periklanan yang berbeda (1998, h.27). Artinya,
(Grosman & Till, 1998; Shimp, Stuart & sikap positif terhadap merek obat
Engel, 1991). Penelitian Grosman, kumur hasil proses kondisioning
dan Till (1998) membuktikan keawetan klasikal bersifat tahan lama. Grosman
sikap hasil kondisioning klasikaL dan THl melakukan penelitian yang
Sebagai SB adaJah merek obat kumur sarna dengan rancangan faktorial dan
fiktif. Sedangkan sebagai STB ada tiga hasil yang sarna diperoleh. Mereka
yaitu satu pemandangan tropis kemudian menyimpulkan bahwa
dengan sebuah perahu, (b) gambar kondisioning klasikal merupakan satu
jalur KA menuju ke gunung yang metode yang efektif untuk mengem-
diselimuti salju, pemandangan bangkan sikap positif terhadap satu
alam hewan panda. merek dan sikap positif ini tersimpan
Untuk mencegah subjek menerka cukup lama sehingga dapat dipakai
terhadap hipotesis ada tiga merek pada saat h.
dengan

3. Penyimpangan perilaku seksual


(Paraphilia)

intens dan hasrat


membuat distres
serta tiga (Davison & Neale, 1996, h.
kondisioning. 339). Tipe paraphilia adalah fetisme,
Grosman, dan Till (1998) mene- sadisme, masokisme, voyeurisme,
mukan bahwa ada perbedaan sikap pemerkosaan, pedopilia, transvetisme,
terhadap merek obat kumur fiktif dan eksibisionisme. Terflpi untuk

Buletin Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
Perkembangan Mutakhir Kondisioning Pavlovian

paraphilia salah satu diantaranya 4. Efek sam ping pengobatan


adalah aversion therapy. Misalnya, kemoterapi
seorang yang secara seksual tertarik
Kemoterapi dapat memper-
pada sepatu bot (boot fethis) akan
panjang harapan hidup pasien,
mendapatkan kejutan listik jika dia
menyebabkan remisi dan kesembuhan,
memandang sepatu bot; seorang yang
namun tidak jarang kemoterapi
sangat tertarik berhubungan seksual
menghasilkan efek samping berupa
dengan anak kedl (pedofi!) akan
rasa pusing dan mual (Andrykowsky,
mendapatkan kejutan listrik jika dia
Redd & Hatfield, 1985; Burish & Carey,
sedang memandang sebuah foto
1986; Carey & Burish, 1988). Ada dua
seorang anak yang tak berpakaian
macam efek samping kemoterapi
(Davison & Neale, 1996, 348).
(Burish & Carey, 1986), yakni a)
Krueger & Kaplan (2002, h. 25) farmakologis, yaitu kerusakan jaringan
menyebutkan metode mengendalikan yang dulunya tidak kena kanker.
dan atau mengurangi hasrat seksual Problem gastrointestinal mungkin juga
yang menyimpang salah ·satunya muncul terutama pusing dan mual.
adalah stimulasi aversif, terutama Rasa pusing dan mual biasanya timbul
aversi olfaktoris. Terapi ini dilakukan 2 jam sesudah pemberian kemoterapi
dengan meminta kHen untuk dan akan hilang 6-12 jam kemudian,
mengkhayal melakukan perilaku meskipun pada sejumlah pasien
seksual yang menyimpang dan selagi efeknya baru menghHang beberapa
klien mengkhayal maka bau yang hari, dan (b) efek samping yang
tidak sedap, misal bau amoniak, dihasilkan dari proses kondisioning,
dihirup oleh kIien. Pemasangan fantasi khususnya pusing dan mual. Menurut
seksual yang menyimpang dengan bau kondisioning klasikal, respon akibat
yang tak sedap akan membuat kemoterapi (RB) akan muncul karena
perilaku fantasi seksual menghilang. diasosiasikannya kemoterapi (STB)
Metode aversif lain adalah pemberian dengan stimulus yang berkaitan
kejutan Iistrik dimana ketika klien dengan seting kemoterapi seperti bau,
sedang merespon stimulus seksual penglihatan· dan pikiran (SB). Hal ini
yang menyimpang, maka klien berakibat bahwa SB akan menim-
mendapatkan kejutan listrik. Akan bulkan RB (pusing dan mual) yang
tetapi sejumlah terapis kurang setuju terus berlangsung meskipun pusing
dengan metode terapi semacam ini dan mual yang dihasilkan oIeh efek
(2002, h.25). farmakologis sudah menghilang.

Buletin Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
12 Dicky Hastjarjo

Andrykowsky, dan Hatfield studi ten tang interaksi dian tara


(1985) juga menemukan bahwa kondi- perilaku, fungsi syaraf dan endokrin
sioning klasikal dapat menerangkan serta proses imun (Ader & Cohen,
berkembangnya rasa pusing dan mual 1993). Studi modem kondisioning
yang bersifat antisipatif. Rasa pusing klasikal pada pengubahan respon
dan mual antisipatif ini dialami imun dipelopori oleh Ader dan Cohen
penderita kanker yang akan men- dalam laporan penelitian mereka
dapatkan pengobatan kemoterapi. tahun 1975 (Ader dan Cohen, 2001).
5ebagai 5TB adalah pemberian infus Ader dan Cohen memberi tikus
obat cytotoxic dan sebagai SB adalah minuman air berasa sakarin (SB) dan
stimulus yang berkaitan dengan kemudian memberi suntikan
lingkungan dim ana pemberian infus cyclophosphamide (CY) sebagai STB.
dHakukan. beberapa bulan Suntikan tersebut bersifat mengurangi
sebelumnya pengobatan imunitas serta rasa tidak
kemoterapi, 37% yang menjadi enak pada perut. Tiga hari kemudian
subjek peneHtian Andrykowsky dkk tikus disuntik antigen yaitu sel darah
mengalami rasa mual dan pusing merah domba. Air berasa sakarin
keUka sedang sakit disajikan lagi dan tikus disuntik
untuk bukan Hasilnya adalah
kemoterapi. menunjukkan perilaku menghindari
Burish dan Carey (1986) berdasar- air sakarin dan
kan pada kajian hasH penelitian antibodi.
dilakukan anak-anak, Bovbjerg dkk (1990) menemukan
dewasa, bahwa wanita yang diberi infus obat
klinik cytotocic untuk pengobatan kanker
baik dengan studi indung akan mengalami baik
retrospektif membuat penunman kekebalan tubuh
bahwa banyak penderita kanker yang maupun peningkatan pusing kepala
menjalani pengobatan dengan kemo- ketika mereka kembali kerumah sakit
terapi mengembangkan gejala pusing untuk pengobatan berikutnya. Gejala
dan mual yang disebabkan oleh proses ini dapat diterangkan dengan prinsip
belajar kondisioning klasikal. Secara kondisioning klasikal: infus obat
keseluruhan kesimpuian ini bersifat
t cytotoxic (STB) akan menyebabkan
robust (Bmish & 1986, h. 598). respon penurunan kekebalan tubuh
(RTB). Stimulus yang berasosiasi
5. Reaksi kekebalan tubuh dengan lingkungan Rumah 5akit
dimana infus diberikan (SB) akan
Psikoneuroimmunologi adalah

Buletin Psikologi, Volume 13. No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 ~ 7108
Perkembangan Mutakhir Kondisioning Pavlovian 13

menghasilkan respon penurunan keke- antara dua kombinasi makanan, yaitu


balan tubuh hasH proses kondisioning AX dan BX. Tugas subjek adalah
(RB). memberi diagnosa mengenai reaksi
Ader dan Cohen sesudah meng- alergi untuk masing-masing makanan
kaji ulang sejumlah hasil penelitian udang, strawberi, dan kacang dengan
menyimpulkan bahwa the available memilih salah satu dad tiga penilaian
evidence leaves little doubt that (a) pasti bukan, nilai 0, (b) mungkin,
learning processes contribute to the nilai 4, dan (c) pasti, nilai 8. Subjek
development and expression of juga diminta menentukan apakah
immunoregulatory function (20m, h. kombinasi makanan A plus makanan
49). Lebih lanjut Ader dan Cohen X maupun makanan B plus makanan X
mengharapkan bahwa hasil penelitian menyebabkan alergi atau tidak.
mengenai psikoneuroimunologi akan Wasserman (1990, h. 300) menemukan
memberi sumbangan yang penting bahwa semakin besar selisih korelasi
bagi bidang kUnis dan terapi (2001, AX-BX, maka semakin tinggi penilaian
h.53). efikasi A dan secara simetris semakin
rendah penilaian efikasi B. Disamping
itu, semakin besar selisih korelasi AX-
6. Kepurusan mengenai hubungan
BX, semakin rendah penilaian efikasi
sebab-akibat
X. Wasserman (1990, haL 301) dan
Belajar asosiatif dapat diperguna- Allan (1993, hal. 446) menyimpulkan
kan untuk menjelaskan hasil keputus- bahwa prinsip belajar asosiatif berguna
an yang dibuat orang mengenai sebab- dalam memahami judgement
akibat. Misalnya, Wasserman (1990) contingency manusia. Model asosiatif
memberikan kepada 554 secara umum, dan model Rescorla-
mahasiswa untuk menentukan hu- Wagner mengenai kondisioning
bungan sebab-akibat antara memakan Pavlovian pada khususnya, dapat
makanan tertentu penyakit menjelaskan data keputusan manusia
alergi yang ditimbulkan. Secara lebih mengenai sebab-akibat.
detil, 1 adalah udang; Gluck & Bower (1988, h. 227)
makanan 2 adalah strawberi; makanan mengamati bahwa penelitian awal
3 adalah kacang. Kombinasi 2 ten tang belajar pada manusia
(strawberi) + 1 (udang) adalah AX (Ebinghaus) dan hewan (Pavlov)
sedangkan kombinasi 3 (kacang) + 1 memiliki kesamaan fokus dalam hal
(udang) adalah BX. Kondis! beJajar asosiatif. Akan tetapi, kedua
eksperimen 0,00; 0,25; 0,50; 0,75; dan bidang ini kemudian menjadi terpisah
1,00 dirumuskan sebagai selisih satu sarna lain. Tradisi Pavlov tetap
kemungkinan reaksi alergi yang terjadi

Buletin Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
Dicky Hastjarjo

kondisioning klasikaI cukup beragam


yaitu mulai dad teori subtitusi
stimulus (Pavlov, 1960), temporal-
yang encoding hypothesis (Brown, Hemmes, &
belrdarsaJDn aturan tertentu. Dewasa de Vaca, 1997), sampai comparator
ini model hypothesis (Domjan & Grau, 2003).
Penelitian mengenai kondisioning
Pavlovian juga sangat bervariasi :
penelitian yang memfokuskan pad a
pendekatan kausal (bagaimana dan
dalam kondisi apa kondisioning
dan penelitian yang meng-
pendekatan fungsional
(dalam cara bagaimana kondisioning
berperan dalam keIangsungan hidup?)
(Hollis, 1997). Tulisan memapar-
kan sejumlah contoh variasi penelitian
eksperimental dengan kedua pen de-
tersebut Kondisioning klasikal
dapat diterapkan pada manusia
dalam sejumlah bidang. Menutup bab
yang menjelaskan kondisioning
Pavlovian dari buku psikologi belajar
Domjan dan (2003,
menulis: "Given and
classical
processes, it is a mistake

bemsia
mechanisms makes them to the
richness and human

DAFTAR PUST AKA


Adee, R, & Cohen, N. 1993.
Psychoneuroimmunology:

No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 -7108


Perkembangan Mutakhir Kondisioning Pavlovian 15

Conditioning and stress. Annual Theoretical and developmental


Review of Psycholo81j, 44, 53-85. Analysis. Journal of Consulting and
Ader, R., & Cohen, R. 2001. Clinical Psychology, Vol. 54, No, 5,
Conditioning and immunity. In R. 593-600.
Ader, D.L. Felten & N. Cohen Carey, M.P., & Burish, T.G.1988.
(Eds.), Psychoneuroimmunology. Etiology and treatment of the
Third Edition. New York, NJ: psychological side effects associated
Academic Press. with cancer chemotherapy: A
Allan, L. G. 1993. Human contingency critical review and discussion.
judgments: Rule based or Psychological Bulletin, vol. 140, No.3,
associative? Psychological Bulletin, 307-324.
Vol. 114, No.3, 435-448. Davison, G. c., & Neale, J. M. 1996.
Andrykowsky, M. A, Redd. W. H., & Abnormal Psychology, Sixth Edition.
Hatfield, W. H. 1985. Development New York, NJ: John Wiley & Son,
of anticipatory nausea: A Inc.
prospective analysis. Journal of Domjan, M., O'Vary, D., & Greene, P.
Consulting and Clinical Psychology, 1988. Conditioning of appetitive
vol. 53, No.4, 447-454. and consummatory sexual behavior
Arwas, S., Rolnick, A, & Lubrow, in male Japanese quail. Journal of the
R. E.1989. Conditioned taste Experimental Analysis of Behavior, 50,
aversion in humans using motion- 505-519.
induced as Behavior Domjan, M" & Grau, J.W. 2003. The
""Pfrrrn and Therapy, vol. 27, 3, 295- Principle of Learning and Behavior.
301. Fifth Edition: Belmont, California:
Bovbjerg, D. Redd, W. Wadsworth
Holland, J.C, Durkin, M., Prescott, Furchtgott, E.,
Rubin, S.C, & Cantor, J 'f& Powell, D.A.1993.
Hakes, T.B. 1990. Anticipatory Concomitant eyeblink and heart
immune suppression nausea in rate dassical conditioning in young,
women chemo- middle-aged, and elderly human
therapy for ovarian cancer. Journal subjects. Psycholo;.,"'Y and Aging,
Consulting and Vot8, No.4, 571-581.
Vol. 58, No.2, 153-157. Estes, W. K, & Skinner, B.F.1968. Some
Burish, T.G., & Carey, M.P.1986. quantitative properties of anxiety.
Conditioned aversive response in In AC.Catania (Ed.), Contemporary
cancer chemotherapy patients: research In operant behavior.

Buletin Psikologi, Volume 13, No.1, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
16 Dicky Hastjarjo

Glenview, Illinois: Scott, Foresman sickness paradigm. Psychosomatic


and Company Medicine, 62, 671-677.
Garcia, J., & Koelling, R. A. 1984. Krueger, R. B., & Kaplan, M. S. 2002.
Relation of cue to consequence in Behavioral and psychopharma-
avoidance learning. In B. Schwartz cological treatment of the Paraphilic
(Ed.), Psychology of learning: Readings and hypersexual disorder. Journal of
in behavior theory. New York, NY: Psychiatric Practice, Vol. 8, No.1, 21-
W. W. Norton & Company, Inc. 32.
Gluck, M. A.I & Bower, G. H. 1988. Lalumiere, M. & Quinsey, V. L.
From conditioning to category 1998. Pavlovian conditioning
learning: An adaptive network sexual interest in human males.
modeL Journal of Experimental Archives of Sexual Behavior, Vol.
Psychology: General, VoL 117, No.3, No.3,241-252.
227-247. Letourneau, & O'Donohue, W.
D. 1997. conditioning of
The sexual arousal. Archives
Sexual 26, No.1, 63-77.

birth.

No.3, 321-344.
163.
I. P. 1960.
B. D.1998.

Inc.

variations
9,956-965. and context.
Consumer oconvl'" VoL 1-12.
machine to
within: Pavlov's transition
from digestive physiology to
taste aversion using a motion conditional reflexes. American
Psychologist, VoL 52, No.9, 947-955.

Buletin Psikologi, Volume 13. No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
Perkembangan Mutakhir Kondisioning Pavlovian 17

Wasserman, E. A. 1990. Attribution of Psychology, 3, (1),1-14.


caus.ality to common and distinctive http://psychclassics. YQrku.ca/Wats
elements of compound stimuli. onJemotion.htm. diambil tanggal
Psychological Science, Vol. 1, No.5, 20/12//04
298-302. Wolpe, J" & Plaud, J. J. 1997. Pavlov's
Watson, J. B. 1970. Behaviorism. contribution to behavior therapy.
New York, N J: W. W. Norton & American Psychologist, Vol. 52, No.9,
Company. 966-972.
Watson, J. B., & Rayner, R.1920. Wolper J" & Wolpe, D.1988. Life without
Conditioned emotional reactions. fear. Oakland, CA: New Harbinger
Journal of Experimental Publications, Inc.

Buletin Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108

Anda mungkin juga menyukai