Anda di halaman 1dari 20

SEMINAR HASIL

PENELITIAN
Karakterisasi Karbon Aktif Dari Si t i Nur hal i z a Ha ri ono
NIM. 1 701 40 059
residu bambu (Bambuseae) Sebagai
Adsorben Methylene Blue dengan
Aktivator NaOH

Pembimbing I Dr. Muhammad, S.T, M.Sc


Pembimbing II Meriatna, S.T, M.T
Pembahas I Dr. Ir. Azhari, M.Sc
Pembahas II Dr.Suryati, S.T, M.T
PENDAHULUAN

Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian

1 2 3 4 5

.Apakah adsorben RB yang diaktivasi • Mengkaji kemampuan


Penelitian ini dilakukan dalam
• Kekayaan alam di dengan NaOH dapat Upaya pengurangan
dimanfaatkan adsorben RB yang diaktivasi
masalah pembuangan skala laboratorium dengan
Indonesia untuk mengurangi limbah MB? menggunakan aktivator NaOH
limbah RB di kota menggunakan bahan baku
untuk aplikasi penyerapan (MB).
• Limbah bambu lhokseumawe dan Aceh residu bambu sebagai
• Apakah adsorben RB bisa
Utara melalui pemanfaatan adsorben. Jenis adsorbat yang
• Karbon Aktif dijadikan sebagai adsorben alternatif • Mengevaluasi mekanisme
abu RB sebagai salah satu digunakan pada penelitian
terhadap penyerapan limbah metilen adsorpsi menggunakan model
• Limbah Methylene bahan baku adsorben adalah zat warna Methylene
biru? isoterm pada penyerapan MB
dalam menyerap limbah Blue (MB) dan jenis Aktivator
Blue menggunakan adsorben residu
MB. yang digunakan yaitu Natrium
• Bagaimana pengaruh massa bambu.
Hidroksida (NaOH).
adsorben dan konsentrasi awal
Untuk mengevalusi pengaruh Penelitian ini menganalisa
adsorbat dengan adsorben pada •
massa adsorben dan konsentrasi model isoterm dan model
studi penyerapan limbah metilen biru?
• awal adsorbat terhadap kapasitas kinetika adsorpsi yang sesuai
. kinetika adsorpsi dengan data eksperimen.

• Adsorpsi
Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan Tabel 2.2 Perbedaan Adsorpsi Fisika dan Kimia
suatu zat pada permukaan zat lain yang Adsorpsi Fisika Adsorpsi Kimia
diikat secara kimia atau fisika. Adsorpsi ini
PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA

Molekul terikat pada


Molekul terikat pada adsorben
dapat terjadi pada permukaan padatan atau adsorben oleh gaya Van der
oleh ikatan kimia
Waals
cairan dan ini terjadi pada satu atau banyak
lapisan dari suatu molekul yang diserap. Membentuk lapisan
Membentuk lapisan monolayer
multilayer

Adsorpsi hanya terjadi pada


Adsorpsi dapat terjadi pada
suhu di bawah titik didih
TINJAUAN

suhu tinggi
adsorbat
Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi
Tidak melibatkan energi Melibatkan energi aktivasi
kecepatan adsorpsi, antara lain:
aktivasi tertentu tertentu
• Konsentrasi
Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik
• Luas permukaan
• Suhu
• Ukuran Partikel
• pH larutan
• Waktu Kontak
• ADSORPSI EQULIBRIUM

Isoterm adsorpsi menunjukkan hubungan kesetimbangan antara konsentrasi adsorbat


dalam fase fluida dan konsentrasi di dalam partikel adsorben pada suhu tetap.
Isoterm
Isoterm Adsorpsi
Adsorpsi Freundlich
Langmuir

Model ini mendefinisikan bahwa Menggambarkan kesetimbangan


kapasitas adsorpsi maksimum pada permukaan heterogen di
terjadi akibat adanya lapisan mana energi adsorpsi tidak setara
tunggal (monolayer) adsorbat di untuk semua situs adsorpsi,
permukaan adsorben . dengan demikian
+ Ce memungkinkan multilayer
adsorpsi.

4
• KINETIKA ADSORPSI
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh
adsorben dalam fungsi waktu.

Persamaan kinetika adsorpsi orde satu


semu didasarkan pada daya serap
adsorben terhadap adsorbat dengan
Orde Satu mengasumsikan bahwa konsentrasi qt = kint (t)1/2 +C
Semu adsorbat berlebih dibandingkan dengan dimana kint adalah konstanta laju
bagian aktif yang tersedia pada Model difusi intrapartikel (mmol / g min 0.5),
permukaan adsorben. Difusi t adalah waktu (menit). Intersept ini
qt = qe [1- e –k1t] Intrapartikel dapat digunakan untuk menguji
pengaruh mekanisme difusi zat
terlarut yaitu difusi film dan
daya mengadsorpsi proporsional intrapartikel.
Orde terhadap jumlah situs aktif dari
Dua adsorben.
Semu qt = k2qe2 t / 1+ k2qe t
• Zat Warna Metilen Biru
Zat warna merupakan senyawa organik yang
mengandung gugus kromofor sebagai pembawa warna atau
ausokrom sebagai pengikat warna.
PUSTAKA

Klasifikasi zat warna :


TINJAUAN PUSTAKA

1. Anionik
2. Kationik
3. Nonionik

Methylene blue merupakan salah satu zat warna thiazine


yang sering digunakan.
TINJAUAN

Methylene blue suatu zat warna basa


yang umumnya digunakan untuk
mewarnai kertas, pewarna rambut, zat
warna kain katun, wol, dan lain-lain.
Rumus : C16H18ClN3SCl Penggunaan metilena biru dapat
Massa molar : 319,85 g/mol menimbulkan beberapa efek, seperti
Rumus kimia: C16H18N3SCl iritasi saluran pencernaan jika tertelan,
Nomor CAS : 61-73-4 iritasi pada kulit jika tersentuh oleh kulit,
Titik lebur : 100-110 °C (dengan dekomposisi) dan gejala sesak nafas serta mual apabila
Titik didih : terdekomposis
terhirup.
METODOLOGI PENELITIAN • Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
laboratorium Fakultas Pertanian dan
METODOLOGI PENELITIAN

laboratorium Teknik Kimia


Universitas Malikussaleh.

Alat dan Bahan


Alat-alat Bahan-bahan

Erlenmeyer 1000; 250 mL Residu Bambu


Labu ukur 1000;100;50;10 mL Metilena biru(C16H18ClN3SCl)
Gelas ukur 100 mL Aquades
Beaker glass 100 mL NaOH
Pipet volume 10 mL HCl
pH meter
Shaker, furnace, sentrifuge
Ayakan 100 mesh
Neraca digital
Alumunium foil, kertas saring
• Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai
METO DO LO G I P PENELITIAN

berikut:
E NE LI TI AN

Variabel Tetap

Ukuran partikel adsorben : 100 mesh


Waktu Aktivasi : 5 jam
Konsentrasi MB : 100 ppm
METODOLOGI

Variabel Bebas
Massa Adsorben : 0,1 gr; 0,3 gr; dan 0,5 gr
Konsentrasi adsorbat : 20 mg/L, 40mg/L, 60mg/L

Variabel Terikat

Isoterm Langmuir dan Freundlich


Studi kinetika adsorpsi dinamik
Kapasitas adsorpsi
Persen penyerapan
• Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang digunakan untuk membuat
residu bambu menjadi adsorben adalah sebagai berikut:
PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN

A. Proses Karbonisasi C. Preparing Metilen Biru (MB)

Larutan standar dibuat dengan konsentrasi 100


1. Residu bambu dipotong ±2 cm. ppm yang merupakan larutan induk. Pembuatan
2. Kemudian dikarbonisasi selama 2 jam dengan suhu larutan standar, metilena biru ditimbang sebanyak
450 ℃ . 0,1 g dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL
dan ditambahkan aquades sampai tanda batas
3. Karbon dipisahkan dengan ayakan 100 mesh.
kemudian dikocok sampai homogen
4. diaktivasi dengan aktivator NaOH
METODOLOGI

B. Proses Aktivasi
1. Karbon hasil karbonisasi kemudian dicampurkan dengan
Natrium Hidroksida (NaOH)
2. Masing-masing ditambahkan 20 mL NaOH dengan
konsentrasi 0,4 N
3. Campuran tersebut diaduk selama 5 jam dengan
magnetic stirrer.
4. Disaring dan dibilas dengan aquadest lalu keringkan
pada suhu 110 ℃ selama 8jam.
5. Masukkan ke desikator.
D. Adsorpsi berdasarkan pH F. Adsorpsi Kinetik

1. Dimasukkan 100 mL MB 60 mg/L ke dalam


erlenmeyer 250 mL. 1. Dimasukkan MB dengan konsentrasi 20, 40 dan
PENELITIAN

2. Kemudian sampel disesuaikan pada pH bervariasi yaitu 60 mg/L ke dalam erlenmeyer 250 mL.
2, 3, 4, 5, 6, 7,8, 9, 10 dan 11 dengan menggunakan
METODOLOGI PENELITIAN

2. Lalu larutan di shaker dalam waktu tertentu dengan


larutan HCl 0,5 N dan NaOH 0,5 N. qe = × (Co – Ce) (3.1)

interval waktunya 5 menit, 10 menit, 15 menit dan


3. Lalu sampel di shaker selama 2 jam dengan massa variasi massa adsorben 0.1 gr, 0.3 gr, dan 0.5 gr.
adsorben 0,5 gram. 3. Kemudian setelah mencapai interval tertentu maka
4. Kemudian sampel dipipet sebanyak 5 ml lalu di- sampelnya dipipet 5 mL dan di-sentrifuge, lalu
sentrifuge. filtratnya diuji dengan spektrofotometer UV/Vis.
5. Filtratnya diuji menggunakan spektrofotometer UV/Vis
METODOLOGI

E. Adsorpsi Equilibrium G. Kapasitas Adsorpsi

1. Dimasukkan 100 mL MB dengan konsentrasi yang divariasikan Kapasitas adsorpsi metilena biru yang sudah
yaitu 10, 20, 30, 40 dan 50 mg/L kedalam erlenmeyer 250 mL. diserap dianalisa menggunakan persamaan
2. Kemudian larutan tersebut dibuat dengan pH penyerapan qe = V /m × (Co – Ce)
maksimum. Dimana :
3. Lalu sampel di shaker sampai penyerapannya mencapai Co : konsentrasi awal (ppm)
kesetimbangan (equilibrium) menggunakan massa adsorben 0,3 gr. Ce : konsentrasi akhir (ppm)
4. Kemudian sampel dipipet sebanyak 5 ml lalu di-sentrifuge dan V : volume larutan
filtratnya diuji menggunakan spektrofotometer UV/Vis m : massa sampel (Karbon Aktif)
• Diagram Alir
Penelitian
• Pembahasan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh pH terhadap Kapasitas
Penyerapan

semakin tinggi pH maka semakin besar


pula kapasitas penyerapannya pada MB.
Dapat dilihat bahwa pH penyerapan
maksimum terjadi pada pH 11 dengan
nilai kapasitas penyerapan sebesar 11.88
mg/g.
ADSORPSI EQUILIBRIUM

Parameter isorterm Langmuir dan Freundlich

Grafik persamaan Langmuir

Grafik persamaan Freundlich


Pengaruh Massa adsorben dan Konsentrasi Adsorbat Pada Adsorpsi MB

Pengaruh Massa Adsorben

Hasil analisa pada penelitian ini


berdasarkan variasi massa adsorben
menunjukkan bahwa semakin besar
massa adsorben yang digunakan, maka
semakin besar pula nilai kapasitas
penyerapannya limbah MB.
Pengaruh Perbedaan Konsentrasi

Pengaruh konsentrasi awal sangat besar dampaknya terhadap kekuatan daya


dorong yang diperlukan untuk mengatasi resistensi terhadap perpindahan massa
molekul MB antara fase cair dan fase padat. Peningkatan konsentrasi awal juga
berpengaruh terhadap besarnya tingkat interaksi antara adsorbat dengan
adsorben. Oleh karena itu, dengan meningkatnya konsentrasi awal maka
meningkat pula jumlah penyerapan MB ke adsorben residu bambu.
MODEL KINETIK

Secara umum grafik dalam Gambar menunjukkan


bahwa data eksperimen dapat diaktualisasikan oleh
semua model yang digunakan, namun model yang
paling sesuai untuk kasus ini berturut-turut adalah
Intraparticle diffusion, pseudo first order dan diikuti
oleh pseudo second order model.
MODEL KINETIK

Berdasarkan pertimbangan parameter pada Tabel 4.8, maka dapat


disimpulkan bahwa adsorpsi MB menggunakan adsorben residu
bambu sangat cocok dengan IPD (Intraparticel Diffusion).
Adapun karakteristik penyerapan awal yang sangat cepat dan
diikuti oleh laju yang lebih lambat hampir mendekati konstan.
Juga diperoleh nilai data eksperimen (qe,exp) dengan nilai kalkulasi

(qe,cal) model Intraparticel Diffusion yang sangat mendekati, dan


besaran koefisien korelasi (R2) >0,999 yaitu pada Co 20 mg/L =
0,9986 , Co 40 mg/L = 0,9996 , dan untuk Co 60 mg/L = 0,9998.
• Kesimpulan

• Karbon aktif dari residu bambu


yang proses karbonisasinya • Mekanisme kesetimbangan
dilakukan pada temperature adsorpsi dipelajari dengan
450℃ menggunakan aktivator menggunakan dua jenis isotherm, • Berdasarkan kondisi yang terbaik untuk
NaOH, penyerapan yaitu isoterm Langmuir dan massa adsorben yang digunakan 0,3 gr dan
PENUTUP

Freundlich. Didapat bahwa model


PENUTUP

maksimumnya terjadi pada pH konsentrasi adsorbat 40 mg/L kapasitas


11. Aplikasi adsorben RB Langmuir lebih sesuai dalam adsorpsi model sangat dekat dengan data
menjelaskan kesesauaian antara yang diperoleh dari eksperimen.
menggunakan adsorbat MB
data ekperimen dengan data yang Disampaing itu, Model difusi Intrapartikel
yang diujicobakan pada juga memiliki nilai R2 yang tinggi, yaitu
kesetimbangan adsorpsi diperoleh dari model. Hal ini juga
dapat dibuktikan bahwa nilai 0,9996. Laju penyerapan intra pakrikel
diperoleh kapasitas adsorpsi (kid) berturut-turut diperoleh untik
maksimum sebesar 33,11 mg/g koefisien korelasinya (R2) yang
konsentrasi 20, 40 dan 60 mg/L adalah
dan efisiensi penyerapan diperoleh juga lebih tinggi untuk 0,190, 0,229, 0,258. Jadi dapat dikatakan
sebesar 99% untuk massa Langmuir daripada Freundlich, bahwa difusi intrapartikel sebagai langkah
adsorben 0,5 gr yang yaitu 0.9987. Ini mengindikasikan pengontrol laju proses kinetik adsorpsi.
menggunakan konsentrasi bahwa penyerapannya terjadi
adsorbat 60 mg/L secara monolayer.
• Saran
• Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk menvariasikan jenis dan
konsentrasi aktivator yang berbeda.
• Diharapkan untuk penelitian selanjutnya mencoba pengujian untuk isotherm
dan kinetika adsorpsi dengan model yang lain.
PENUTUP
PENUTUP
THANKYOU FOR
YOUR ATTENTION 
CLO SI NG

Thankyou for sharing your precious time to me.


Such a honour for me to can learning in your
positive vibes.

Anda mungkin juga menyukai