Anda di halaman 1dari 23

PERKEMBANGAN

HADITs BA’DA TADWIN

KELOMPOK 4
Euis Badrotul Mukaromah
Fiqra Muhamad Nazib
Saepuloh
Tantan Khoerul Anwar
Periode Sejarah Perkembangan Hadits

Menurut M Ajaj Al-Khatbi (1963:1-8) Sejarah perkembangan hadits atas dasar


tadwin terbagi pada 3 bagian:
1. Periode Qabla al-Tadwin, yakni sejak masa Nabi Saw sampai tahun 100 Hijriyah, masa
sebelum Hadits ditadwin secara resmi

2. Periode ‘Inda al-Tadwin, yakni sejak tahun 101 Hijriyah sampai akhir pada abad III
Hijriyah, selama aktivitas tadwin itu resmi

3. Periode Ba’da al-Tadwin, sejak abad IV Hijriyah sampai masa-masa selanjutnya


setelah hadits terkoleksi dalam kitab atau diwan hadits.
Periode Ba’da al-Tadwin
Periode Ba’da al-Tadwin merupakan tahap lanjutan dan penyem-
purnaan terhadap karya-karya periode sebelumnya. Ulama hadits
pada masa ba’da al-Tadwin ini dikenal sebagai ulama
muta`akhkhirin, karena pada saat itu ulama hadis mencukupkan
periwayatan dengan menukil dan mengutip hadits dari kitab-
kitab yang sudah ditadwin pada abad II dan III Hijriyah. Hal ini
berbeda dengan ulama-ulama hadis sebelumnya yang dikenal
mutaqaddimin, karena mereka menuqil langsung dari penghafal
hadits.
Periode Ba’da al-Tadwin terjadi pada periode keenam dan ketujuh
pada masa mutaakhirin (300H – sekarang). Berikut merupakan
periode hadits pada masa Ba’da al’Tadwin:
1) Periode keenam disebut”Ashr al-Tahdzib wa al-Tartib wa al- Istidrak wa al-Jami” . Yakni
masa pembersihan, penyusunan, penambahan dan pengumpulan, berlangsung sejak
abad IV sampai 656 H. Yakni pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah angkatan
kedua (sejak Khalifah al-muqtadir sampai al-Mu’tashim).

2) Periode ketujuh disebut “ Ashr al-Syarh wa al-Jami’i wa al- Takhrij wa al-Bahts” yakni
masa penyerahan, pengumpulan, pentakhrijan dan pembahasan. Berlangsung sejak 656
H sampai sekarang.
Periode Keenam (abad ke IV sampa Ke VI H)

Kondisi Perpolitikan Pada Fase Ini

Sejak permulaan abad keempat hijriyah.Daulah islam diuji dengan kekacauan


politik yang merusak kesatuannya dan menjadikannya Negara-Negara kecil yang
terpencar dan terpecah belah. Puncaknya yaitu datangnya tentara tartar dari
dataran cina dan barori mereka adalah bangsa yang kejam dan suka berkhianat
yang dipimpin oleh panglima tertinggi mereka yaitu Jangis Khan dan tidak be-
berapa lama setelah penyerangan ke beberapa wilayah islam, dengan sangat cepat
mereka tiba di Baghdad dan menumbangkan Khalifah Abbasiyah pada tahun
656H .
Periode Ketujuh (abad ke VI sampai sekarang)

Kondisi Perpolitikan Pada Fase Ini


Khilafah Abbasiyah mengalami kehancuran pada tahun 656 H. pada tahun 658 H
bangsa tartar sampai ke Alepo mereka menaklukannya, kemudian menuju damaskus.
Ketika itu, daulah ayubiah di mesir telah runtuh dan digantikan kedudukannya oleh
Daulah mamalik. Terjadilah peperangan diantara daulah mamalik dengan bangsa Tar-
tar yang dimenangkan oleh Daulah Mamalik.
Pada permulaan abad kedelapan di wilayah turki terdapat seseorang yang dipanggil
dengan utsman kajak (pendiri Daulah Utsmaniyah). Kemudian keluarga Utsman terus
berkembang wilayahnya, menguasai kerajaan-kerajaan dan daulah-daulah kecil yang
ada disekelilingnya. Sampai menaklukan konstatinopel pada pertengahan abad Sembi-
lan hijriah. Namun bangsa eropa tidak lama itu merampas kekuasaan turki utsmani
dengan memanfaatkan kelengahan dan perselisihan diantara mereka.
Bertolak dari hasil tadwin itulah para ulama-ulama di abad IV H. mem-
perluas sistem dan corak tadwin, menertibkian penyusunan, menyusun
spesaliasi dan kitab-kitab komentar serta kitab-kitab gabungan dan
lainnya.
Aktivitas tadwin hadits abad IV H dan selanjutnya disebut aktivitas
Tadwin Ba’da Tadwin. Dari keseluruhan aktivitas tersebut dapat di klasi-
fikasikan dan disimpulkan sebagai berikut:
Aktivitas Tadwin hadits Ba’da Tadwin

Tadwin hadits dengan


perluasan dan
penyempurnaan sistem dan Penyusunan kitab-kitab hadis secara
corak spealisasi maksudnya: Tadwin
dengan mengkhususkan ke dalam
materi hadits dalam bidang-bidang
tertentu
Tadwin hadits dengan perluasan dan penyempurnaan
sistem dan corak
1) Tadwin hadits dengan mengumpulan hadits-hadits shahih yang tidak
terdapat dalam kitab-kitab Shahih

2) Tadwin hadits dengan mengumpulkan Hadits-hadits yang memiliki


syarat-syarat salah satunya yang kebetulan tidak di shahih-kan oleh
beliau. Kitabnya disebut mustadrak. Diantara kitabnya yaitu: Al-mus-
tadrak Al-Hakim (405 H), Al-mustadrak Abu Dzar al-harawi (434H), Al-
mustadrak al-Dzahabi (748 H)

3) Tadwin Istikhraj, yakni dengan mengumpulkan hadits hadits yang


diambil dari suatu kitab, misalnya dari al-jami’al-Shahih al-Bukhari, lalu
meriwayatkan dengan sanad sendiri yang lain dari sanad yang terdapat
pada kitab tersebut, kitabnya disebut kitab Mustakhraj Contoh kitabnya
yaitu: Mustakhraj Shahih al-Bukhari; al-Jurjani, al-Barqani (425 H), Ibn
Mardawaih (416 H) , al-Ghatrifi (377 H), al-Harawi (378 H)
4.) Tadwin athraf, yaitu tadwin dengan menyebut sebagian hadits, kemudian
dikumpulkan segala sanad-sanadnya dari beberapa kitab. Contoh kitabnya Athraf
al-Shahihain Ibrahim al-Dimasyqi (400 H), Athraf al-Shahihain, Al-Wasithi (401 H),
Athraf al-Sunan al-Arba’ah Ibn asakir al-Dimasyqi (571 H)
5) Tadwin hadits dengan usaha mengumpulkan Hadits-hadits yang didapat dari
suatu kitab, kemudian dikumpulkan dari suatu kitab lain dengan diterangkan
siapa perawinya dan bagaimana nilainya. Kitab dengan tadwin cara ini disebut
Kitab takhrij. contoh kitabnya Takhrij ahadits Tafsir al-Kasysyaf, al-Zaila’i (762
H), Takhrij ahadits al-Baidhawi, ‘abd al-Rauf al-Manawi Muhammad Hammad
(1175 H)
6) Tadwin dengan menambahkan hadits-hadits sebelumnya yang dikenal Kitab
Zawaid contoh kitabnya Majma’al-Zawaid, Al-Haitami (1303 H),Zawaid Sunan
Ibnu Majah, Almathalib al-’Aliyah fi Zawaid al-Masanid al-Tsama-niyah, Al-
Asqalani (852 H)
7. Tadwin Hadits dengan menggabungkan Hadits yang terhimpun pada kitab
lainnya. Misalnya isi kitab-kitab shahih, kitab hasil tadwin dengan cara
penggabungan ini disebut kitab Jami’ dan kalau lebih luas lagi disebut Jawami
contoh kitabnya jami’al-Jawami, Al- Suyuthi (911 H), Tajrid al-Sihah, Ahmad al-
Sarqashi (535 H), Umdah al-Ahkam, al-Maqdisi (600 H), Marsyabih al-Sunnah,
al-Baghawi (516 H)

8. Tadwin dengan meringkas isi dari kitab-kitab hadits tertentu yang dikenal
kitab Mukhtashar. Contoh kitab mukhtashar shahih al-Bukhari : Al-Tajrid al-
shahih, Al-Mubarak (631 H), Tafsir al-Wushul ila Jami’al-Ushul,al-Zabidi (944 H),
Kitab Mukhtashar Shahih Muslim: Mukhtashar al-Mundziri, Mukhtashar al-
Qurthubi, Kitab Mukhtashar Al-Muwatha’Malik: Mukhtashar al-Khaththbabi (388
H), Mukhtasar al-Baji (774 H)

9. Tadwin dengan komentar, penafsiran dan pembahasan secara luas dan


mendalam dari isi kitab Hadits tertentu yang disebut Kitab Syarah. Contoh kitab
syarah Shahih al-Bukhari: Al’am al-Sunan, al-Khaththabi (388 H), Al-Kawakib al-
Darari, Al-Kirmani (775 H). Syarah Shahih Muslim: Al-Mu’lim fi fawaidi, al-Mazari
(536 H), Al-Ikmal, al-Qadhi ‘Iyadh (544 H). Syarah al-Muwatha’ Malik: Al-Tamhid,
Ibn ‘Abd al-Barr, Al-Qabas, Ibn al-’Arabi (546 H)
Penyusunan kitab-kitab hadis secara spealisasi maksudnya: Tadwin dengan
mengkhususkan ke dalam materi hadits dalam bidang-bidang tertentu .
1) Tadwin hadits hukum, yakni khusus membukukan hadits-hadits mengenai
hukum contoh kitabnya: Al-ahkam al-sugra, al-Asyabili (582 H), Umdah al-
Ahkam, al-maqdisi (600H), Bulugh al-maram, al-A’sqalani (852 H) , Al-
Muharrar, Al-Maqdisi
2) Tadwin hadits Targhib, yakni mengumpulkan hadits-hadits mengenai
keutamaan amal, mengemarkan perbuatan baik dan menjauhkan
perbuatan buruk contoh kitabnya: Riyadh al-Shalihin, Al-Nawawi (676 H),
Al-targhib wa al-Tarhib, Al-Mundziri (656 H)
3) Tadwin hadits Qudsi, menghimpun hadits-hadits qudsi yaitu hadits yang
disabdakan oleh Nabi Saw dengan menisbatkan perkataan itu kepada
Allah SWT Contoh kitabnya Hadits Qudsi, Mulla ‘Ali al-Qari (1041 H), Al-
Kalimah al-Thayibah, Ibn Taimiyah (728 H )
4) Tadwin Hadits Adzkar, menghimpun hadits-hadits Azkar contoh kitabnya
Al-Adzkar, Al-Nawawi (676 H), Al-Hisn al-Hashin, Al-Jazari (630 H)
Penyusunan Kitab-Kitab Pembantu
Aktivitas tadwin yang telah diuraikan di atas adalah mengenai pentadwinan
haditsnya. Di samping telah melaksanakan penyusunan kitab-kitab hadits (kitab
materi), para ulama nuhadditsin telah berhasil pula menyusun kitab pembantu,
yang dalam hal ini terdiri dari: (1) Kitab ‘Ulum al-Hadits, (2) Kitab Penunjuk
3) Kitab Problema
Kitab ‘Ulum al-Hadits adalah kitab-kitab yang berisi tentang ilmu hadits (fiqh al-
hadits). Riwayat-riwayat hadits tidak dapat dipisahkan dari dirayahnya, sebab ilmu
dirayahlah yang memberi timbangan hadits dan pembimbing ke arah tertapisnya
dari campuran-campuran hadits palsu. Hal ini memang sejalan dengan aktivitas
penyusunan kitab-kitab hadits dan merupakan sarana dan pelengkap bagi aktivi-
tas tersebut.
Dalam upaya memelihara hadits, maka usaha pembukuannya harus dibarengi
dengan proses pentashhihan hadits-haditsnya sedangkan sarana untuk itu
perlu disusun kaidah-kaidah tahdits, ushul-ushulnya, syarat-syarat menerima
riwayat, syarat-syarat menolaknya, syarat-syarat shahih dan dhaif serta
kaidah-kaidah tentang hadits sebagai hadits palsu. Oleh karena itu, maka
lahirlah ilmu-ilmu tentang hadits:Ilmu rijal al-hadits, ilmu jarh wa al-ta’dil, ilmu
‘ilal al-hadits, ilmu gharib al-hadits, ilmu nasikh Mansukh, ilmu talfiq al-hadits,
ilmu tashhif wa al-tahrif, ilmu asbab wurud al-hadits dan ilmu mushthalah al-
hadits
Kitab Pembantu Hadits
1) Kitab Ulum al-Hadits
a) Kitab Rijal al_hadits:
1) Al-Isti’ab, Ibn ‘Abd al-Barr (463 H)
2) Usud al-Ghabbah, Izzu al-din ibn Atsir (630 H)
b) Kitab Jarh wa al-Ta’dil
1) Al-Tabyin, Al-Halabi (841 H)
2) Al-Kamal, al-Maqdisi (660 H)
c) Kitab Fan al-Mubhamat:
1) Kitab Fan al-Mubhamat, albaghdadi
2) Hidayat al-Sari, Al-Asqalani
d) Kitab ‘Ilal al-Hadits
3) Ilal al-Hadits ibn Al-Hatim (327 H)
4) Ilal al-Hadits Al-Daruquthni (375 H)
Kitab Pembantu Hadits
e) Kitab Gharib al-Hadits:
1) Al-Nihayah, Ibn Atsir (606 H)
2) Al-Dur al-Natsir, al-Suyuthi (630 H)
f) Kitab Tashif Tahrif
3) Al-Tasshif wa al-tahrif, al-daruquthni (841 H)
4) Al-Kamal, al-Maqdisi (660 H)
g) Kitab Musthalah Hadits :
5) Mustalah Hadits, Ramahurmuzi (360 H)
6) Mustalah Hadits, al-khathib (463 H)
h) Kitab Asbab Wurud al-hadits:
7) Kitab Asbab Wurud al-hadits Ahmad (309 H)
8) Al-Bayan wa al-Ta’rif, Al-Husaini (1120 H)
i) Kitab Nasikh Mansukh:
9) Nasikh Mansukh , al-Dimiri (318 H)
j) Kitab Talfiq al-Hadits
1) Talfiq al-hadits, Ibn al-Jauzi (597 H)
2) Kitab penunjuk

a) Al-Mu’jam al-Kabir, al-Ausath, al-Shaghir, al-Thabrani


b) Al-Nihayah, Ibn al-Atsir (606 H)
c) Al-Jami’al-Shaghir, al-suyuthi (911 H)

3) Kitab Problema
a) Mukhtalif al-Hadits, al-Syafi’I (204 H)
b) Ta’wil Mukhtalif al-Hadits, Ibn Qutaibah (276 H)
c) Al-Maudhu’at al-Kubra, al-Jauzi
Gambar-Gambar Kitab

Kitab Bulugul Marramal-A’sqalani (852 H) Al-Adzkar, Al-Nawawi (676 H)


Gambar-Gambar Kitab

Riyadh al-Shalihin, Al-Namawi (676 H) Jamiuu Ashagir Al- Suyuthi (911 H)


Gambar-Gambar Kitab

Al-Mustadrak, Al-hakim (405 H)


Majma’al-Zawaid, Al-Haitami (1303 H)
Pada periode ini pula para ulama juga melakukan tadwinus sunnah dalam bentuk inayah dan
khidmat kepada kitab-kitab salaf (generasi-generasi awal) dengan mensyarahnya, selain itu
mereka juga menyusun biografi (tarjamah) para periwayatnya. Di samping itu para ulama di
periode ini melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya dan di antara
yang paling nampak adalah munculnya kitab-kitab Takhrij dan kitab-kitab Jawami’. Pada
periode ini pula sebuah kreasi baru muncul dari kalangan Ulama yaitu adalah kitab-kitab
Zawaaid.
Di dalam kitab-kitab tersebut, terhimpun Sunnah Nabi Muhammad Saw, meskipun berbeda
corak dan volumenya, namun keseluruhan kitan-kitab tersebut merupakan kebulatan diwan
Hadits Nabi Muhammad Saw yang saling lengkap melengkapi.
Maka dengan terhimpunnya Hadits Nabi SAW dalam kitab-kitab hadits dan lengkap
dengan kitab-kitab “Ulum al-Hadits, hal itu merupakan bukti keberhasilan usaha
Tadwin yang ditekuni oleh ulama muhadditsin sepanjang masa. Kitab tersebut
merupakan sarana bagi pengamalan syariat islam, dan merupakan sarana dan bukti
tentang pemeliharaan syariat islam tersebut.

Dengan demikian, usaha tadwin hadits telah mencapai target dari segala yang
menjadi sasaran dan tujuannya sebagaimana telah diperinci dan dijelaskan yakni
faedah yang kembali bagi syariat dan bagi umat islam atau umat manusia dalam
menghadapi segala tugas hidup dan kehidupan.
Proses pemeliharaan Hadits dan hasil-hasil Tadwin Hadits merupakan hal yang
gemilang dan bernilai sangat tinggi, islam telah memperlihatkan cara yang
paling baik dalam penentuan dan pemeliharaan ajaran syariatnya.

Betapa tidak, sebab setelah membukukan al-Qur’an, islam mampu


menghimpun ajaran Nabi Saw dalam koleksi yang lengkap dengan sanad atau
jalan periwayatannya, yang disusun secara teliti, cermat dan meyakinkan
kebenarannya.

Anda mungkin juga menyukai