Anda di halaman 1dari 25

PPI PADA

VENTILATOR
ASSOSIATED
PNEUNOMIA (VAP)
KELOMPOK 3
APD PETUGAS
1 MASKER

Masker
Masker
respirator
bedah/surgical
N95
mask

2 SARUNG TANGAN

Handscoon
MENGIDENTIFIKASI PASIEN
Adalah proses pengumpulan data d
an pencatatan segala keterangan TUJUAN
tentang bukti-bukti dari seseorang 1. Mendeskripsikan prosedur untuk
sehingga kita dapat menetapkan memastikan tidak terjadinya
dan menyamakan keterangan kesalahan dalamidentifikasi
tersebut dengan individu pasien selama perawatan di
seseorang. rumah sakit.
2. Mengurangi kejadian/kesalahan
yang berhubungan dengan salah
Data yang perlu di identifikasi.
Kesalahan ini dapat berupa" salah
identifikasi  pasien, kesalahan prosedur,
1. Nama lengkap pasien kesalahan medikasi, kesalahan
2. Tanggal lahir dan umur transfuse, dan kesalahan
pasien pemeriksaan diagnostic,
3. Alamat pasien 3. Mengurangi kejadian cidera pada
pasien
MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB
TIMBULNYA ISK
 Infeksi saluran kencing atau ISK terjadi ketika ada bakteri pada organ saluran
kencing.
 Saluran kemih atau kencing dapat dibagi menjadi dua, ada saluran kemih bagian
atas dan saluran kemih bagian bawah. Saluran kemih bagian atas terdiri dari ginjal
dan ureter, dan saluran kemih bagian bawah terdiri dari kandung kemih dan uretra.
 Penyebab paling sering infeksi saluran kencing yaitu bakteri Escherichia coli (E.coli)
yang ditemukan pada usus, walaupun penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
bakteri jenis lain.
 Saat E. coli terdapat pada  kulit atau dekat anus, bakteri ini dapat masuk ke saluran
kencing dan berpindah ke tempat lain. Pada wanita, karena saluran kencing dan
anus terletak berdekatan, risiko infeksi ini menjadi lebih tinggi.
 Bakteri juga mampu memasuki saluran kencing melalui kateter yang digunakan pada
terapi medis. Selain itu, hubungan seksual juga dapat menyebabkan cystitis. Anda
bisa terkena meskipun Anda tidak aktif berhubungan seksual. Infeksi saluran kencing
juga dapat disebabkan oleh infeksi dari area lain ke ginjal.
 Infeksi pada saluran kencing ini umumnya tidak menular, namun berhubungan
seksual saat Anda sedang terinfeksi dapat menyebabkan nyeri dan Anda harus
menghindarinya.
CARA MENEMPATKAN ALAT YANG STERIL

1. Alat yang sudah disterilkan dikeluarkan dari autoclave.


2. Kemudian alat steril tersebut dikemas dan dimasukkan
kedalam lemari kaca diruang penyimpanan alat steril sesuai
dengan tempat set yang sudah disediakan. Kassa
dimasukkan kedalam meari kassa, tromol disimpan dimeja
instrumen.
3. Setiap hari alat dicek tanggal kadaluarsanya jika sudah
melewati tanggal kadaluarsa alat harus disterilkan kembali.
4. Pintu almari/ruang steril harus slalu dalam keadaan tertutup.
5. Petugas yang tidak berkepentingan tidak diperkenankan
masuk dalam daearh alat-alat steril
6. Catatan: suhu ruangan 180C-220C, kelembapan 35%-75%
dan tekanan udara ruangan positif.
ADA DUA MACAM ALAT YANG DILIHAT DARI
CARA PENYIMPANANNYA, YAKNI:

Alat yang dibungkus dalam kondisi penyimpanan yang


1 optimal dan penanganan yang minimal.

Dapat dinyatakan steril


sepanjang bungkus tetap kering
dan utuh. Untuk penyimpanan
yang optimal, simpan
bungkusan steril dalam lemari
tertutup dibagian yang tidak
terlalu sering dijamah, suhu
udara dan sejuk atau
kelembapan rendah.
2 Penempatan Benda Tajam
Beresiko untuk menyebabkan perlukaan
sehingga meningkatkan terjadinya
penularan penyakit
Tidak dianjurkan untuk melakukan daur ulang atas
pertimbangan penghematan karena 17% kecelakaan
kerja disebabkan oleh luka tusukan sebelum atau
selama pemakaian.
CARA MENGAMBIL ALAT STERIL

Cara mengambil alat steril adalah dapat dilakukan


dengan menggunakan korentang atau dengan
menggunakan Handscoon steril.
Perhatikan juga untuk tanggal kadaluarsa
pemakaian

Kemasan masih dalam keadaan


tertutup tidak terdapat celah udara
CARA MENYIAPKAN ALAT STERIL
Tata cara plaksanaan sterilisasi alat kesehatan rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Ruang operasi yang sudah selesai digunakan harus dilakukan disinfeksi dan juga
sterilisasi hingga aman jika digunakan pada operasi berikutnya.
2. Bahan dan instrument medis yang akan disterilisasi harus dipersiapkan dengan
benar.
3. Indikasi yang kuat untuk tindakan sterilisasi adalah semua peralatan medis atau
peralatan perawatan dimana yang dimasukkan dalam jaringan tubuh, sistem
vaskuler, yang mennyentuh selaput lendir harus selalu dalam keadaan steril
sebelum digunakan. Selain itu semua, peralatan operasi juga harus dalam keadaan
steril sebelum digunakan lagi. Ketika selesai digunakan Alat kesehatan yang
mengandung jaringan tubuh atau darah harus disterilkan.
4. Setiap alat kesehatan yang mengalami perubahan konsidisi fisik ketika dibersihkan,
didisinfeksi atau disterilkan tidak boleh digunakan kembali. Sebaiknya hindari
proses berulang yang bisa menyebabkan toxin dan efektivitas.
5. Peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada ruang khusus yang
sebelumnya telah dikemas. Penempatan peralatan steril sebaiknya pada suhu 18
derajat celcius hingga 22 derajat celcius dengan kelembaban 35% hingga 75%.
Metode melakukan sterilisasi alat
kesehatan rumah sakit
1. Pemanasan Kering
Sterilisasi dengan pemanasan kering ini akan efektif jika
temperature yang digunakan mencapai 160 derajat celcius
sampai dengan 180 derajat celcius. Sterilisasi
menggunakan sistem pemanasan kering tidak dianjurkan
untuk peralatan seperti atau gunting. Hal ini dikarenakan
bisa mempengaruhi ketajaman dari alat tersebut.

2. Pemanasan dengan Uap Air dan


Pengaruh Tekanan
Suhu pada saat air mendidih adalah 100 derajat
celcius, dimana suhu tersebut dapat membunuh
beberapa organisme berspora dalam waktu 10
menit saja. Benda yang akan disterilkan dengan
metode ini ditaruh diatas air mendidih, namun
tidak mengenai air secara langsung.
MENGIDENTIFIKASI PASIEN DAN
MENYIAPKAN PASIEN
B. Respons
1. Survey Primery Kaji respon / kesadaran dengan metode
AVPU, meliputi :
Alert (A)  : berespon terhadap lingkungan
sekitar/sadar terhadap kejadian yang
A. Dangers dialaminya
Kaji kesan umum : observasi keadaan Verbal (V) : berespon terhadap pertanyaan
umum klien meliputi : perawat
1. Bagaimana kondisi saat itu Paintfull (P) : berespon terhadap
2. Kemungkinan apa saja yang akan rangsangan nyeri
terjadi Unrespon (U) : tidak berespon terhadap
3. Bagaimana mengatasinya stimulus verbal dan nyeri
4. Pastikan penolong selamat dari Cara pengkajian :
bahaya Observasi kondisi klien saat datang
5. Hindarkan bahaya susulan Tanyakan nama klien
menimpa orang-orang disekitar Lakukan penepukan pundak / penekanan
6. Segera pindahkan korban’jangan daerah sternum
lupa pakai alat pelindung diri Lakukan rangsang nyeri misalnya dengan
mencubit
C. Airway (Jalan Napas)
1. Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel)
2. Buka jalan nafas, yakinkan adekuat
3. Bebaskan jalan nafas dengan proteksi
tulang cervical dengan menggunakan D. Breathing (Pernapasan)
teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, Lihat, dengar, rasakan udara yang
hati-hati pada korban trauma keluar dari hidung/mulut, apakah ada
4. Cross finger untuk mendeteksi pertukaran hawa panas yang
sumbatan pada daerah mulut adekuat, frekuensi nafas, kualitas
5. Finger sweep untuk membersihkan nafas, keteraturan nafas atau tidak
sumbatan di daerah mulut
6. Suctioning bila perlu

E. Circulation (Pendarahan)
Lihat adanya perdarahan eksterna/interna
Hentikan perdarahan eksterna
dengan Rest, Ice, Compress,
Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres
es, tekan/bebat, tinggikan)
Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan
sirkulasi : capillary refill time, nadi,
sianosis, pulsus arteri distal
2. Survey Sekundary

Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih


gawat dan mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan
pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe) Formalnya
dimulai setelah melengkapi survei primer dan setelah memulai fase
resusitasi. Nilai lagi tanda vital, lakukan survei primer ulangan secara
cepat untuk menilai respons atas resusitasi dan untuk mengetahui
perburukan. Selanjutnya cari riwayat, termasuk laporan petugas pra
RS, keluarga, atau korban lain.Pada survei sekunder, hal yang perlu
dikaji

Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator
berfungsi dengan tepat dan bahwa pengesetannya telah dibuat
dengan tepat.
MEMASANG ALAT VENTILATOR

1. Persiapan Alat
a. Ventilator lengkap : Humidifier, tubing
lengkap, Urocated Tube, Conector dll
b. Alat tes paru-paru
c. Respirometer 2. Persiapan Petugas
d. Tabung O2 besar / O2 sentral Petugas yang dibutuhkan
e. Aguadest steril minimal 2 orang
f. Alkohol
g. Sarung tangan steril
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan
b. Ucapkan salam
c. Perkenalkan diri
d. Lakukan identifikasi pasien dengan menggunakan dua identitas nama
dan tanggal lahir
e. Berikan penjelasan kepada pasien “Bapak/Ibu, hari ini kita akan
melakukan tindakanpemasanganventilator”
f. Setting alat-alat ventilator
• Petugas I : Pakai sarung tangan steril
• Petugas II : Buka alat ventilator steril yang diperlukan (tubing, humidifier
dll)
• Bilas alat-alat dengan aquadest steril
• Setting slst sesuai ventilator yang digunakan
• isi humidifier dengan aquadest steril sampai batas normal
• Pasang selang O2 atau hubungkan dengan tabung O2 / sentral O2
• Cek ventilator dengan alat paru-paru buatan
• Pasang conector
g. Atur ventilator sebelum dipasang pada pasien
• Pilih Mode of Ventilation pada controlled ventilation saat
pemasangan pertama kali
• Atur menit volume sebanyak 100-125 ml/kgBB/menit atau
tidal volume 10-12 kali / menit
• Atur I : E rasio sesuai dengan perintah dokter dengan
mengatur inspiratory time, pause time dan expiratory time
• Putar mixer sehingga didapatkan konsentrasi O2 100%
(FIO2 = 1,2) h. Rapikan alat-alat
• Putar PEEP pada positif 5 cm H2O dan pasien
• Pasang batas atas tekanan sekitar 10 cm H2O diatas
tekanan jalan nafas pasien. Alarm ini berguna untuk i. Cuci tangan.
mencegah tekanan yang berlebihan pada jalan nafas yang
dapat menyebabkan terjadinya pneumotoraks j. Dokumentasi
• Pasang trigger sensitivity pada -2 sampai -3 cm H2O agar
pasien dapat menambah sendiri kebutuhan nafasnya bila
memerlukan
• Atur humidifier sehingga didapatkan suhu antara 32-34C
• Atur batas bawah dan batas atas alarm volume ekspirasi
kurang lebih 10-20 % dibawah atau diatas ekspirasi minute
volume pasien
Cara Mengelola Alat Setelah Digunakan
 Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau
enzyme lalu dibersihkan dengan menggunakan spons sebelum
dilakukan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi.
 Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus
didekontaminasi terlebih dulu sebelum digunakan untuk pasien
lainnya.
 Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai
prinsip pembuangan sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga
berlaku untuk alat yang dipakai berulang, jika akan dibuang. d)
Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah
dibersihkan dengan menggunakan spons, di DTT dengan klorin
0,5% selama 10 menit.
 Peralatan nonkritikal yang terkontaminasi, dapat didisinfeksi
menggunakan alkohol 70%. Peralatan semikritikal didisinfeksi atau
disterilisasi, sedangkan peralatan kritikal harus didisinfeksi dan
disterilisasi.
 Alur dekontaminasi peralatan perawatan pasien VAP:
1.Pembersihan Awal (pre-cleaning)
a.Pembersihan
b.Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
2. Strerilisasi
a.Sterilisator Uap Tekanan Tinggi (autoklaf)
b.Sterilisator Panas Kering (Oven)
Cara Membuang Sampah Medis
Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola sampah harus
menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari Topi/helm, Masker, Pelindung
mata, Pakaian panjang (coverall), Apron untuk industri, Pelindung kaki/sepatu
boot, serta Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).
Pengaruh negatif pengelolahan sampah :
1.Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang
baik bagi vektor-vektor penyakit seperti lalat dan tikus.
2.Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum suntik dan
bahan tajam lainnya.
3.Insiden penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor
penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas ataupun
genangan air.
4.Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang.
5.Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan mengjhasilkan gas-
gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.\
6.Adanya partikel debu yang beterbangan akan menganggu pernapasan,
menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit
mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.
7.Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya
akan menganggu pernapasan, penglihatan, dan penurunan kualitas udara.
Metode Pembuangan Sampah Rumah Sakit
Dalam metode penanganan sampah sebelum dibuang untuk sampah
yang berasal dari rumah sakit perlu mendapat perlakuan agar
limbah infeksius dapat dibuang ke landfill yakni :
a. Autoclaving
b. Disinfeksi dengan Bahan Kimia
Pembuangan dan Pemusnahan Sampah Rumah Sakit, dapat ditempuh
melalui dua alternatif yaitu:
a.Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis secara
terpisah. Pemisahan ini dimungkinkan bila Dinas Kebersihan dapat
diandalkan sehingga beban rumah sakit tinggal memusnahkan
sampah medis.
b.Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis
dijadikan satu.
Pemusnahan sampah rumah sakit dapat dilakukan dengan metode
sebagai berikut:
a.Insinerator
b.Penguburan
c.Sanitary Landfill
Cara Memonitor Pasien Setelah Pemasangan Alat

Pasien yang tidak VAP dilihat dari observasi tindakan perawatan


terhadap pasien yang terpasang ventilator, kepatuhan dalam
melaksanakan SOP pada pasien yang terpasang ventilator, kepatuhan
perawat dalam melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien. Pengaturan jam berkunjung keluarga pada pasien
yang dirawat di ICU sehingga kontaminasi kuman berkurang. VAP
mempunyai banyak resiko, akan tetapi banyak intervensi keperawatan
yang dapat menurunkan insiden VAP. Tindakan yang dapat dilakukan
untuk mencegah VAP diantaranya cuci tangan, dan pemakaian sarung
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, dekontaminasi
oral, intervensi farmakologis oral, stress ulcer prophilaxis, penghisapan
sekret endotrakeal, perubahan posisi klien, posisi semi fowler,
penghisapan sekret orofaring dan pemeliharaan sirkuit ventilator.
Manajemen Pengelolaan Cairan/Sekret Pasien
Prosedur pembuangan cairan tubuh pasien:
1.Serap tumpahan dengan kertas penyerap/koran/undepad, masukkan
di plastik kuning pertama.
2.Tuangkan klorin 0,5%, keringkan dengan underpad/kertas/kain bekas,
masukkan kantong kuning.
3.Lanjutkan dengan detergent, keringkan dan masukkan dalam kantong
plastik kuning.
Manajemen sekresi oroparingeal dan trakeal yaitu:
1.Suctioning bila dibutuhkan saja dengan memperhatikan teknik aseptik
bila harus melakukan tindakan tersebut.
2.Petugas yang melakukan suctioning pada pasien yang terpasang
ventilator menggunakan alat pelindung diri (APD).
3.Gunakan kateter suction sekali pakai.
4.Tidak sering membuka selang/tubing ventilator.
5.Perhatikan kelembaban pada humidifire ventilator.
6.Tubing ventilator diganti bila koto
Cara Mendokumentasikan

Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat


untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan
inset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup
pengkajian, identifikas masalah, perencanaan, dan tindakan.
Perawat kemudian Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien
terhadap tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan
informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya.
Pernyataan evaluasi perlu didokumentasikan dalam catatan
kemajuan, direvisi dalam rencana keperawatan atau dimasukkan
dalam ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan dan perencanaaan.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan

1.Membersikan tangan setiap akan melakukan kegiatan terhadap pasien yaitu


dengan menggunakan lima momen kebersihan tangan.
2.Posisikan tempat tidur antara 30-45° bila tidak ada kontra indikasi misalnya
trauma kepala ataupun cedera tulang belakang.
3.Menjaga kebersihan mulut atau oral hygiene setiap 2-4 jam dengan
menggunakan bahan dasar anti septik clorhexidine 0,02% dan dilakukan gosok
gigi setiap 12 jam untuk mencegah timbulnya flaque pada gigi karena flaque
merupakan media tumbuh kembang bakteri patogen yang pada akhirnya akan
masuk ke dalam paru pasien.
4.Melakukan pengkajian setiap hari “sedasi danextubasi”:
5.Melakukan pengkajian penggunaan obat sedasi dandosis obat tersebut.
6.Melakukan pengkajian secara rutin akan respon pasien terhadap penggunaan
obat sedasi tersebut. Bangunkan pasien setiap hari danmenilai responnya untuk
melihat apakah sudah dapat dilakukan penyapihan modus pemberian ventilasi.
7.Peptic ulcer disease Prophylaxis diberikan pada pasien-pasien dengan risiko
tinggi.
8.Berikan Deep Vein Trombosis (DVT) Prophylaxis.
KESIMPULAN
VAP merupakan bagian dari pneumonia nosokomial, Pneumonia
Terkait Ventilator/Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan
inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi kuman yang
mengalami inkubasi saat penderita mendapat ventilasi mekanis dengan
menggunakan ventilator mekanik. Diagnosis VAP tetap ditentukan
berdasarkan 3 komponen tanda infeksi sistemik yaitu demam(suhu
tubuh lebih dari 38,3ºC), takikardi, dan leukositosis disertai gambaran
infiltrat baru ataupun perburukan di foto toraks dan penemuan bakteri
penyebab infeksi paru. Saluran pernapasan normal memiliki berbagai
mekanisme pertahanan paru terhadap infeksi seperti glotis dan laring,
refleks batuk, sekresi trakeobronkial, gerak mukosilier, imunitas humoral
serta sistem fagositik. Sebagian besar VAP disebabkan oleh aspirasi
kuman patogen yang berkolonisasi dipermukaan mukosa orofaring,
dimana intubasi akan mempermudah masuknya kuman dan
menyebabkan kontaminasi sekitar ujung pipa endotrakeal pada
penderita dengan posisi terlentang. Pencegahan terhadap VAP dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu strategi farmakologi yang bertujuan untuk
menurunkan kolonisasi saluran cerna terhadap kuman patogen serta
strategi non farmakologi yang bertujuan untuk menurunkan kejadian
aspirasi.

Anda mungkin juga menyukai