Anda di halaman 1dari 12

Persiapan Pasien

• Setelah dokter mengumpulkan informasi dengan mewawancarai dan


memeriksa pasien, mereka dapat mengklasifikasikannya menurut
Klasifikasi Status Fisik American Society of Anesthesiologists (ASA)
• Pasien dengan klasifikasi ASA yang lebih rendah mewakili risiko bedah yang
lebih rendah daripada pasien dengan penyakit sistemik berat.
• Sistem ini umum digunakan dan sangat membantu dalam mengidentifikasi
faktor risiko sehingga modifikasi dalam rencana perawatan dapat
dilakukan.

Pogrel MA, Kahnberg KE, Andersson L. Essentials of Oral and Maxillofacial Surgery. John Wiley & Sons. 2014
American Society of Anesthesiologis (ASA) mengadopsi sistem
klasifikasi status lima kategori fisik yaitu:
ASA 1 normal dan sehat
ASA 2 penyakit sistemik mild-moderate
ASA 3 penyakit sistemik berat
ASA 4 penyakit sistemik berat yang merupakan
ancaman bagi kehidupan
ASA 5 seorang pasien yang hampir mati, tidak
ada harapan hidup dalam 24 jam untuk
bertahan hidup jika tidak operasi

Pasien dengan risiko ASA kelas 3 atau 4 (mis. penyakit kardiovaskular berat)
mungkin memiliki risiko yang terlalu besar untuk menjalani terapi gigi elektif
Malamed, 2018
• Pasien dengan penyakit kardiovaskular berat (risiko ASA kelas 3 atau 4):
– pasien yang baru saja mengalami (dalam 6 bulan terakhir) infark miokard akut dengan kerusakan miokard
yang signifikan;
– pasien yang mengalami episode angina saat istirahat setiap hari, atau yang tanda dan gejalanya semakin
parah (prainfark atau angina tidak stabil);
– pasien dengan disritmia jantung yang refrakter terhadap terapi obat antidisritmia.

• Pasien dengan tekanan darah sistolik istirahat (minimal 5 menit) > 200 mmHg atau
tekanan darah diastolik > 115 mmHg tidak boleh menerima perawatan gigi elektif
sampai masalah medis mereka yang lebih signifikan (tekanan darah tinggi) telah
diperbaiki (ASA) kelas 4.
Malamed, 2018
PERSIAPAN MENTAL
Perawatan persiapan fisik dan mental apabila tidak dilakukan dengan baik akan
menyebabakan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca bedah seperti infeksi pasca
operasi, dehesiensi, demam, penyembuhan luka yang lama dan kondisi mental pasien
yang tidak siap atau labil dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang akan
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya, menurunkan ketakutan dan kecemasan serta mempebaiki
koping individu menghadapi operasi.

Dukungan mental/psikis pasien dilakukan dengan:


– Menjelaskan tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi
– memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi
– hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi
– menunjukkan tempat kamar operasi

Girsang BM, Hasrul. Gambaran Persiapan Perawatan Fisik Dan Mental Pada Pasien Pre Operasi Kanker. Jurnal Keperawatan Sriwijaya; 2(1): 64-76
PRAMEDIKASI
Premedikasi
• Pemberian obat selama 1-2 jam sebelum dilakukan induksi anestesi kepada pasien dalam menjalani
operasi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan, serta bangun dari anesthesia.

• Premedikasi juga bertujuan untuk meredakan kecemasan, mengurangi sekresi kelenjar ludah dan
bronkus, meminimalkan jumlah obat anestetik, mengurangi mual muntah pasca bedah, membuat
pasien menjadi hipnotik, serta mengurangi reflek yang membahayakan.
• Pemberian premedikasi dapat diberikan secara suntikan intramuskular (30-45 menit sebelum induksi
anestesia), atau suntikan intravena (5-10 menit sebelum induksi anestesia). Komposisi dan dosis obat
premedikasi yang akan diberikan kepada pasien serta cara pemberiannya disesuaikan dengan masalah
yang dijumpai pada pasien.

Miller RD, Eriksson LI, Fleisher LA, Wienner JP, Young WL. Miller’s Anesthesia 7th ed. Elsevier: USA. 2009.
Mangku G, Senapathi TG. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks Jakarta. 2009
• Dalam bidang kedokteran gigi, nyeri yang dirasakan adalah salah satu alasan pasien untuk takut dan cemas pergi ke dokter gigi.
• Untuk mengurangi rasa takut dan cemas pada pasien, operator harus melakukan persiapan yang baik sebelum melakukan
tindakan pencabutan.
• Persiapan yang dapat dilakukan oleh operator salah satunya mengatasi nyeri pada pasien yaitu dengan pemberian analgesik
dan anastesi lokal.

Berdasarkan pemberian analgesik sebelum pencabutan gigi


didapatkan bahwa pasien yang diberi analgesik asam
mefenamat sebelum pencabutan gigi memiliki durasi
ambang nyeri yang lama dibandingkan dengan pasien yang
tidak diberikan obat.
Penelitian lainnya menunjukkan pemberian ibuprofen
preoperatif menunjukkan adanya penurunan jumlah sel
osteoblas dibandingkan pada kelompok kontrol yang akan
mempengaruhi terhadap proses pematangan atau perbaikan
pada jaringan keras yaitu pada fase proliferasi dan fase
remodeling yang akan mengalami keterlambatan.

Alviony FM, Hermanto E, Widaningsi. The Effectivity of Preoperative Ibuprofen Against The Spread of Chronic Inflammatory Cells in the Process of Wound Healing After Tooth Extraction). Denta. 2016; 10 (1)
Febriana, Posangi J, Hutagalung BSP. Uji Efek Pemberian Asam Mefenamat Sebelum Pencabutan Gigi Terhadap Durasi Ambang Nyeri Setelah Pencabutan Gigi. Jurnal e-GiGi. 2015; 3(2): 561-566
POSISI
Posisi dokter gigi selama ekstraksi.
• Untuk semua gigi rahang atas dan gigi rahang
bawah posterior, dokter gigi berada di depan
dan kanan (dan ke kiri, untuk dokter gigi kidal)
pasien.
• Untuk gigi anterior mandibula (gigi 33-42 untuk
tangan kanan, dan gigi 32-43 untuk tangan kiri,
dokter gigi), dokter gigi diposisikan di depan
atau di belakang dan ke kanan (atau ke kiri,
untuk kiri- dokter gigi tangan) dari pasien

Fragiskos, 2007

Anda mungkin juga menyukai