4
sentrik (Caroccia dkk, 2021). Gigitan silang posterior dinilai jika satu gigi, lebih
dari satu gigi, atau seluruh segmen secara tidak normal mengalami malposisi
bukal atau lingual dengan mengacu pada gigi lawan yang bisa terjadi bilateral atau
unilateral (Asiry dkk, 2018; Caroccia dkk, 2021).
Crossbite posterior terjadi terutama pada gigi sulung dan campuran,
dengan tingkat prevalensi berkisar 7,5%-22% (Caroccia dkk, 2021). Crossbite
posterior terjadi dengan prevalensi 8% hingga 23%. Crossbite posterior
mempengaruhi perempuan lebih sering daripada laki-laki dan telah dikaitkan
dengan kebiasaan jari. Mayoritas kasus crossbite unilateral menunjukkan
pergeseran fungsional rahang bawah menuju sisi crossbite (Bukhari dkk, 2018).
Berdasarkan klasifikasi maloklusi transversal yang diusulkan Lorente pada tahun
2002, crossbites posterior dibagi menjadi crossbites unilateral dan bilateral
(Premkumar, 2015). Crossbite posterior yang paling umum adalah tipe unilateral,
yang biasanya merupakan pergeseran fungsional rahang ke arah sisi crossbite
(Caroccia dkk, 2021).
Crossbite Posterior (Premkumar, 2015).
Crossbite Unilateral a. Crossbite unilateral dengan maksila normal
disertai konstriksi dentoalveolar process
b. Crossbite unilateral dengan maksila normal
disertai konstriksi dentoalveolar process
asimetris
c. Crossbite unilateral disertai konstriksi maksila
dengan salah satunya perpindahan
dentoalveolar process secara bukal
Crossbite Bilateral a. Crossbite bilateral disertai konstriksi maksila
b. Crossbite bilateral disertai konstriksi maksila
dan bukoversi dentoalveolar processes
c. Crossbite bilateral disertai konstriksi maksila
dan mandibular excess
Crossbite unilateral dengan maksila normal disertai konstriksi dentoalveolar
process
Pada crossbite ini tidak ada perubahan rahang atas, karena rahang atas
normal tanpa penyempitan tetapi penyempitan terlihat pada tingkat proses
dentoalveolar di daerah posterior. Secara oklusal, prosesus dentoalveolar
menyempit, crossbite unilateral terjadi karena perpindahan mandibula lateral.
Secara klinis, prosesus dentoalveolar menyempit secara simetris meskipun pasien
akan menunjukkan crossbite unilateral pada saat pemeriksaan intraoral
(Premkumar, 2015).
Gambar 2.2. (A) Crossbite unilateral dengan maksila normal disertai konstriksi
dentoalveolar process; (B) Ekspansi dentoalveolar menggunakan
Quad Helix (Premkumar, 2015).
Crossbite unilateral dengan maksila normal dan konstriksi prosesus
dentoalveolar unilateral
Pada kondisi ini, tidak terdapat perubahan skeletal pada maksila tetapi
terdapat konstriksi pada salah satu prosesus dentoalveolar posterior yang
mengakibatkan crossbite unilateral pada sisi yang menyempit. Perbedaan antara
kondisi ini dan kondisi sebelumnya adalah bahwa crossbite unilateral tetap ada
bahkan ketika mandibula direposisi ke oklusi sentris (Premkumar, 2015).
Gambar 2.3. (A) Crossbite unilateral dengan maksila normal dan konstriksi
prosesus dentoalveolar unilateral; (B) Ekspansi palatal
menggunakan Haas Expander; (C) Ekspansi dentoalveolar
menggunakan Quad Helix (Premkumar, 2015).
Crossbite unilateral disertai konstriksi maksila dengan salah satunya
perpindahan dentoalveolar process secara bukal
Pada kondisi ini terjadi perubahan skeletal rahang atas akibat konstriksi
maksila. Prosesus dentoalveolar berada dalam hubungan yang tidak seimbang
dengan tulang basal yaitu satu sisi memiliki crossbite karena hubungan yang
harmonis dan sisi lainnya memiliki oklusi normal karena perpindahan bukal
(Premkumar, 2015).
Crossbite bilateral dengan konstriksi maksila
Pada keadaan ini maksila memiliki konstriksi skeletal. Crossbite posterior
bilateral asal skeletal akan terlihat jika hubungan antara prosesus alveolaris dan
tulang basal harmonis (Premkumar, 2015).
Gambar 2.4. (A) Crossbite bilateral dengan konstriksi maksila; (B) Ekspansi
palatal menggunakan Haas Expander (Premkumar, 2015).
Crossbite bilateral dengan konstriksi maksila disertai perpindahan
dentoalveolar processes secara bukal
Konstriksi tulang rahang atas terlihat dengan prosesus dentoalveolar
rahang atas yang bergeser ke bukal yang mencoba mengkompensasi defisit tulang.
Pada pemeriksaan intraoral, tidak akan ada crossbite bilateral tetapi hanya
defisiensi perkembangan rahang atas yang terlihat sebagai bentuk segitiga yang
perlu diekspansi jika diperhatikan (Premkumar, 2015).