Anda di halaman 1dari 53

MATRIKULASI

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA


2021-2022
Sirup

• Definisi menurut FI III : Sediaan cair berupa larutan yang mengandung


gula (sakarosa) kecuali dinyatakan lain, kadar gula (C12H22O11) tidak
boleh kurang dari 64% dan tidak boleh lebih dari 66%.  65%
• Bila akan dibuat sediaan sirup sebanyak 250 ml, berapakah banyak
sukrosa / gula yang harus ditimbang? 65/100 x 250 ml = 162,5 g
Sirup
• Bila TTK diminta untuk
membuat sediaan
domperidone maleat sirup,
berapakah sirup simplex
yang dibutuhkan untuk 350
ml ?
• 20/100 x 350 = 70 ml
Langsung kontak dengan sirup
• Penimbangan bahan aktif 30 g/10 L
• 30.000 mg/10.000mL = 3 mg/mL
• Sirup simplex : 20% x 100ml = 20 ml
• 1 batch produksi : 2.000 botol x 20 ml =
4.000mL = 4 L
Elixir
• Definisi menurut FI III : sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan
bau sedap mengandung selain obat dan zat tambahan seperti gula/pemanis
lainnya, zat pewarna, zat pewangi, dan zat pengawet.
• Definisi menurut FI IV : larutan obat yang mengandung alkohol
Elixir
• Menggunakan etanol dengan maksud untuk meningkatkan kelarutan bahan
aktif
• Kadar : 5-10% atau 6,5 – 10,5 %
• Bila dibandingkan dengan sirup, elixir memiliki rasa yang kurang manis,
kurang kental dan kurang efektif dalam menutupi rasa dari suatu bahan aktif.
• Solvent  pelarut utama
• Kosolven  Membantu meningkatkan kelarutan (Etanol)
Mampu menghitung kebutuhan etanol sebagai
kosolven dalam sediaan elixir
• Kelarutan Paracetamol dalam ethanol = 1 : 7 (1 g Pct dapat larut dalam 7 bag.
ethanol)
• Sediaan sirup (kemasan 60 ml) dalam 1 sendok takar /5 ml mengandung 100
mg Pct
• Berapakah pelarut ethanol yang dibutuhkan untuk melarutkan 1 kemasan ?
• 1. Hitung jumlah Pct dalam 1 kemasan. (60/5 x 100 mg) = 1200 mg (1,2 g)
• 2. 1 gram butuh 7 ml. Maka 1,2 g butuh brp ml? (1,2/1 x 7 ml ) = 8,4 ml etanol
Suspensi
• Suspensi merupakan suatu sistem dua fase terdistribusi/terdispersi sebagai partikel
(padat) didalam fase kedua/fase kontinyu (cair). Fase terdispersi disebut sebagai fase
dalam sedangkan fase kontinyu disebut sebagai fase luar
A. Volume sedimentasi
• Didefinisikan sebagai perbandingan volume akhir dari pengendapan, terhadap
volume awal dari suspensi.
F= Vu
Vo
• Dimana, Vu (volume akhir dari endapan )dan Vo (volume awal suspensi).
• Volume mempunyai nilai berjarak antara < 1 sampai >1.
• Kesetimbangan flokulasi (flocculation equilibrium) terjadi apabila memiliki harga F=1.
F= Vu
Vo
• Tentukan suspending agent pada formula :
PGA & CMC-Na
• PGA : 5% x 100 = 5 g x 100 botol = 500 g
• CMC-Na : 0,2% x 100 = 0,2 g x 100 botol
= 20 g
• Suspending agent : 500 + 20 = 520 g
• Sukrosa dalam 1 kemasan : 15 g
• 1 batch : 15 g x 1000 botol = 15.000 g
Tujuan pembuatan sediaan suspensi
rekonstitusi (sirup kering)
• Memperpanjang stabilitas kimia obat (bahan aktif)  Bahan aktif yang
kurang stabil dalam sediaan cair
• Mengatasi masalah stabilitas fisika : peningkatan kelarutan obat akibat
perubahan pH, inkompatibiltas komponen formula, perubahan viskositas,
caking
• Mengurangi berat akhir sediaan karena tidak terdapat pelarut 
mengurangi biaya dan resiko transportasi
Evaluasi waktu redispersi sediaan
suspensi
• Waktu redispersi adalah waktu yang dibutuhkan suspense untuk dapat
terdispersi kembali secara merata dari keadaan mengendap
• Suspensi didiamkan hingga mengendap kemudian dikocok hingga semua
endapan dapat terdispersi kembali dan dicatat waktunya
• Kemampuan redispersi baik bila suspense telah terdispersi sempurna
dengan pengocokan dalam waktu maksimal 30 detik
Emulsi
• Sistem 2 fase antara fase minyak dan fase air
• Perlu penambahan bahan untuk mencampur kedua fase  Zat pengemulsi
/ emulgator
• Air dalam minyak (A/M) atau W/O
• Minyak dalam air (M/A) atau O/W
Penggolongan Sistem HLB
(Hidrofilik Lipofilik Balance)
- Griffin merancang suatu
skala dari berbagai angka
untuk dipakai sebagai ukuran
HLB surfaktan
- Dibentuk suatu skala rentang
HLB
Merujuk pada skala griffin bahwa jenis emulgator yang
digunakan untuk membuat emulsi tipe air dalam minyak
dimana fase luar (fase terbanyak adalah fase minyak) adalah
yang bernilai rendah yaitu 3 – 6, selain itu dimana gugus
lipofil (bercampur dengan minyak) emulgator bernilai 1-5
dan 5-12 lebih panjang dibanding dengan emulgator dengan
nilai HLB 12-15
Nilai HLB yang terbentuk adalah sesuai dengan nilai HLB butuh dari
komponen minyak yang terdapat dalam emulsi. Kombinasi tween 81 dengan
span 60 beserta dengan harga HLB masing-masing dan kebutuhannya akan
memenuhi kebutuhan HLB yang dimaksud, dengan perhitungan :

Tween 81 = 1,5/5 x 10 = 3
Span 60 = 3,5/5 x 4,7 = 3,29

Total HLB yang terpenuhi = 6,29


Perhitungan menggunakan metode aligasi, yaitu :
Tween 80 : 15 6

11

Span 60 : 5 4

10
Perhitungan Tween 80 yang dibutuhkan = 6/10 x 100 %= 60 %
Matrikulasi
Teknologi Sediaan Steril
2021-2022
0,01
×50 𝑚𝑙= 0,005
100
20
× 2 𝑚𝑙=0,4 𝑔
100
0,4 𝑔 × 50=20 𝑔
10 𝑔
× 100 %=5 %
200𝑚𝐿
𝐿 𝑖𝑠𝑜
𝐸 =17
𝐵𝑀
0,1634

0,1634%=0,1634
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑁𝑎𝐶𝐿=0,9 − 0,1634=0,7366
NaOH tidak digitung
karena tidak terdapat
jumah yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai