0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan29 halaman
Sistem imun terdiri atas pertahanan yang bekerja secara spesifik, yang mencakup pembuluh limfe, sel darah putih, sumsum tulang, dan kelenjar timus. Evaluasi sistem imun meliputi riwayat kesehatan, faktor risiko, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium seperti hitung sel darah putih, biopsi sumsum tulang, dan tes fungsi sel T dan B.
Sistem imun terdiri atas pertahanan yang bekerja secara spesifik, yang mencakup pembuluh limfe, sel darah putih, sumsum tulang, dan kelenjar timus. Evaluasi sistem imun meliputi riwayat kesehatan, faktor risiko, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium seperti hitung sel darah putih, biopsi sumsum tulang, dan tes fungsi sel T dan B.
Sistem imun terdiri atas pertahanan yang bekerja secara spesifik, yang mencakup pembuluh limfe, sel darah putih, sumsum tulang, dan kelenjar timus. Evaluasi sistem imun meliputi riwayat kesehatan, faktor risiko, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium seperti hitung sel darah putih, biopsi sumsum tulang, dan tes fungsi sel T dan B.
SISTEM IMUN OLEH : NS. LINDA MARNI,S.PD.S.KEP.M.MKES Pengertin sistem imun
Dalam pengertian yang paling luas, imunologi mengacu pada
semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi tubuh untuk memerangi ancaman infasi asing. Kulit dan struktur-struktur yang menyertai merupakan penghalang yang hebat bagi pertumbuhan dan penetrasi virus dan bakteri. lanjutan
Sistem imun terdiri atas pertahanan-pertahanan yang
bekerja secara sangat spesifik. Gelanggang pertarungan anatomis bagi sistem pertahanan itu mencangkup pembukuh-pembuluh limfe dan modus limfe, sel-sel darah putih, sumsum tulang dan kelenjar timus. Respon imun itu nyaris seluruhnya diperantarai oleh oleh dua jenis limfosit: limfosit B dan limfosit T. kedua jenis tersebut nerasal dari sel-sel limfosit di sumsum tulang : sel-sel itu diproses (limfosit T diimus dan limfosit B di sumsum tulang atau bonemarouw) dan pada akhirnya menetap pada jaringan- jaringan limfosit tubuh lanjutan
kedua jenis tersebut berasal dari sel-sel limfosit di sumsum
tulang : sel-sel itu diproses (limfosit T ditimus dan limfosit B di sumsum tulang atau bone marouw) dan pada akhirnya menetap pada jaringan-jaringan limfosit tubuh PENGKAJIAN FUNGSI IMUN 1. Riwayat Kesehatan a. Infeksi dan Imunisasi Kepada pasien ditanya tentang status imunisasi (yaitu, imunisasi yang baru saja didapat serta yang diperoleh ketika masih kecil) dan penyakit yang lazim diderita dalam masa kana-kanak. Riwayat kontak dengan penyakit tuberkolosis yang diketahui pada masa lalu dan sekarang harus diperiksa, sementara tanggal serta hasil-hasil tuberkulin (PPD; purified-protein derivative) dan hasil pemeriksaan sinar-x toraks harus didapat. lanjutan
Kontak-kontak yang dialami pasien akhir-akhir ini dengan
infeksi apapun dan tanggal terjadinya kontak tersebut harus ditanyakan. Riwayat infeksi pada masa lalu dan sekarang di samping tanggal dan tipe terapi yang pernah dijalani pasien harus diperoleh bersama-sama dengan riwayat infeksi persisten yang multipel, demam yang tidak diketahui penyebabnya, lesi atau luka-luka atau pun tindakan drainase bentuk apa pun. b. alergi
Kepada pasien ditanya tentang riwayat alergi, termasuk tipe
alergen (serbuk, debu, tanaman, kosnetika, makanan, obat- obatan, vaksin), gejala yang dialaminya dan variasi cuaca yang berkaitan dengan terjadinya atau beratnya gejala. Riwayat pemeriksaan dan pengobatan yang pernah atau sedang dijalani oleh pasien untuk mengatasi kelainan alergi dan efektivitas pengobatan tersebut harus ditanyakan. lanjutan
Semua riwayat alergi terhadap obat dan makanan harus
dicantumkan pada stiker “waspada alergi” serta ditempelkan di depan catatan kesehatan atau kartu berobat pasien untuk mengingatkan kepada orang lain mengenai kemungkinan alergi tersebut. c. Kelainan auto imun
Kepada pasien ditanyakan tentang setiap kelainan autoimun
seperti : lupus eritomatosus, artritis reumatoid atau psoriasis. terapi yang pernah atau sedang dijalani oleh pasien, dan efektivitas terapi tersebut harus ditanyakan secara rinci. d. Penyakit Neoplasma
Jika terdapat riwayat kanker dalam keluarga, kita harus
memperhatikan tipe kanker tersebut, usia pasien pada saat awitannya dan hubungan pasien (maternal atau paternal) dengan anggota keluarga yang menderita kanker. Riwayat kanker pada pasien sendiri juga harus diketahui bersama- sama dengan tipe dan tanggal penegakan diagnosisnya. lanjutan
Semua terapi yang pernah atau sedang dijalani pasien
dicatat, bentuk-bentuk terapi seperti radiasi dan kemoterapi akan mensupresi fungsi imun dan menempatkan pasien dalam resiko infeksi. Tanggal dilakukannya pemeriksaan skrining kanker dan hasil pemeriksaan tersebut juga harus ditanyakan. e. Sakit Kronik dan Pembedahan Pengkajian kesehatan mencakup riwayat sakit kronik seperti diabetes mellitus, penyakit renal atau penyakit paru obstruktif menahun. Riwayat awitan dan beratnya sakit di samping terapi yang pernah dijalani oleh pasien harus ditanyakan. lanjutan
Selain itu, riwayat operasi pengangkatan lien, nodus
limfatikus atau kelenjar timus atau pun riwayat transplantasi organ harus dicatat mengingat semua kondisi ini dapat menempatkan pasien dalam risiko untuk mengalami gangguan fungsi imun. f. Obat-Obatan dan Tranfusi Darah Riwayat penggunaan obat pada masa lalu dan sekarang harus ditanyakan. Dalam dosis yang tinggi, antibiotik, kortikosteroid, preparat sitotokssik, salisilat dan NSAID di samping obat-obat anestesi dapat menimbulkan supresi kekebalan. Riwayat transfusi darah yang dilakukan satu kali atau lebih harus ditanyakan mengingat kontak dengan antigen asing melalui transfusi dapat disertai dengan fungsi imun yang abnormal. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Imun Riwayat yang rinci mengenai kebiasaan : merokok, meminum-minuman keras, asupan diet, tingkat stres yang diderita pasien dan pemajanan di tempat kerja atau pun di rumah terhadap radiasi atau polutan harus ditanyakan. 3. Pemeriksaan Fisik
kondisi kulit dan membran mukosa pasien harus dinilai
untuk menemukan lesi, dermatitis, purpura (perdarahan subkutan), urtikaria, inflamasi atau pun pengeluaran sekret. Selain itu, tanda-tanda infeksi perlu diperhatikan. Suhu tubuh pasien dicatat dan diobservasi dilakukan untuk mengamati gejala menggigil lanjutan
Kelenjar limfe servikal anterior serta posterior, aksilaris dan
inguinalis harus dipalpasi untuk menemukan pembesaran; jika kelenjar limfe atau nodus limfatikus teraba, maka lokasi, ukuran, konsistensi dan keluhan nyeri tekan pada saat palpasi harus dicatat. Pemeriksaan sendi-sendi dilakukan untuk menilai nyeri tekan serta pembengkakan dan keterbatasan kisaran gerak lanjutan
Status respiratorius pasien dievaluasi dengan memantau
frekuensi pernapasan dan menilai adanya gejala batuk (kering atau produktif) serta setiap suara paru yang abnormal (mengi, krepitasi, ronkhi). Pasien juga dikaji untuk menemukan rinitis hiperventilasi dan bronkospasme. lanjutan
Status kardiovaskuler dievaluasi dengan memeriksa
kemungkinan hipotensi, takikardia, aritmia, dan anemia. Status gastrointestinal pasien kemungkinan hepatosplenomegali, kolitis dan vomitus serta diare. lanjutan
Status urogenital mengamati tanda-tanda infeksi saluran
kemih (sering kencing atau rasa terbakar saat buang air kecil, hematuria, dan pengeluaran sekret dari uretra) lanjutan
Pemeriksaan pasien juga dilakukan untuk menilai perubahan
pada status neurosensorik (yaitu gangguan fungsi kognitif, gangguan pendengaran, perubahan visual, sakit kepala serta migrain, ataksia dan tetani). lanjutan
Status nutrisi pasien, tingkat stres dan kemampuan untuk
mengatasi masalah juga harus dinilai bersama dengan usianya dan setiap keterbatasan fungsional (keadaan mudah lelah serta ketahanan tubuh). 4. Evaluasi Laboratorium dan Diagnostik Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang digunakan untuk mengevaluasi kompetensi sistem kekebalan dirangkum dalam bagan berikut: Uji Leukosit dan Limfosit 1. Hitung sel darah putih dan hitung jenis 2. Biopsi sumsum tulang Pemeriksaan Imunitas dan Humoral 1. Kuantitas sel-B dengan antibodi monoklonal 2. Sintesis imunoglobin in vivo dengan T-cell subsets 3. Respons antibodi yang spesifik 4. Total globulin dan imunoglobulin serum individual (lewat eletroforesis, imunoelektroforesis, singel radial immunodiffusion, teknik isohemaglutin). Uji Imunitas Seluler (Diperantarai-Sel) 1. Hitung total limfosit 2. Sel T dan kuantifikasi subset sel T dengan antibodi monoklonal 3. Tes hipersensitivitas ;ambat pada kulit 4. Produksi sitokin lanjutan
5. Respons limfosit terhadap mitogen, antigen dan sel-sel
2. Titrasi komponen komplemen secara satu per satu (individual) 3. Imunodifusi radial 4. Electroimmunoassay 5. Radioimmunossay 6. Imunoelektroforesis Uji hipersensitivitas
1. Scratch test 2. Patch test 3.Tes intradermal 4. Radioallergosorbent test (RAST)