Anda di halaman 1dari 51

AKUNTANSI KEUANGAN

LANJUTAN 2

PERSEKUTUA
N

MADE ARIADA
1917051182
6G
PERSEKUTUAN
Persekutuan merupakan bentuk usaha yang populer arena mudah dalam pendiriannya dan memungkinkan
beberapa individu untuk menggabungkan bakat dan kemampuan mereka dalam satu usaha tertentu. Selain itu
persekutuan menyediakan sarana yang lebih fleksibel untuk memperoleh tambahan modal dibandingkan dengan
perusahaan perseorangan dan memungkinkan pembagian risiko dalam pertumbuhan usaha yang cepat.
PERSEKUTUAN MERUPAKAN ENTITAS YANG SANGAT UNIK
Karakteristik entitas Persekutuan memiliki beberapa komponen unik karena:
1. Status legalitas KUHper dan KUHD; tertera definisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban, setiap sekutu ke sekutu
lain dan kreditur dalam persekutuan, dan dipergunakan oleh pengadilan ketika tidak ada perjanjian persekutuan.
2. Akuntansinya: Tidak diharuskan berpedoman pada SAK.
3. Persekutuan sebagai entitas terpisah. Sebuah persekutuan merupakan entitas bisnis terpisah dari para sekutunya.
4. Sekutu adalah wakil (agen) persekutuan. Tiap sekutu adalah wakil persekutuan atas transaksi yang biasa terjadi
dalam bisnis, kecuali sekutu tidak memiliki wewenang untuk bertindak atas nama persekutuan karena sesuatu hal
dan pihak ketiga mengetahui atau telah menerima pemberitahuan bahwa sekutu tersebut tidak memiliki
wewenang.
5. Kewajiban sekutu adalah kewajiban bersama. Seluruh sekutu dapat dikenakan tanggung jawab untuk seluruh
kewajiban persekutuan kecuali dinyatakan dalam hukum. Dalam kejadian dimana persekutuan gagal dan aset
yang dimiliki tidak cukup untuk membayar kewajibannya, para sekutu diminta untuk memberi kontribusi
kepersekutuan sebesar proporsi pembagian kerugian perusahaan.
6. Hak dan kewajiban sekutu. Tiap sekutu memiliki akun modal yang menunjukkan jumlah kontribusi sekutu
tersebut dalam persekutuan, bersih dari kewajiban, dan bagian sekutu atas laba atau rugi persekutuan, dikurangi
berbagai pembagian. Sekutu berhak atas bagian laba atau rugi secara proporsional sebesar jumlah yang
dikontribusikan ke persekutuan, kecuali disetujui dalam perjanjian persekutuan.
7. Kepemilikan sekutu yang dapat dialihkan dalam persekutuan. Bagian sekutu atas laba dan rugi persekutuan dan
hak memperoleh pembagian, termasuk pembagian likuidasi. Seorang sekutu tidak dapat mengalihkan hak
manajemen atau wewenang untuk menjalankan operasi bisnis persekutuan.
8. Berhentinya sekutu. Sekutu tidak lagi berlaku atas nama persekutuan. Sebuah sekutu berpisah dari persekutuan
ketika terjadi kejadian-kejadian berikut, yaitu:
1) Sekutu tersebut memberitahukan kepada persekutuan tentang pernyataan pengunduran diri sebagai sebuah
sekutu;
2) Sekutu tersebut dikeluarkan dari persekutuan terkait dengan perjanjian persekutuaan, biasanya karena sekutu
itu melanggar beberapa isi perjanjian persekutuan atau karena akan terjadi pelanggaran hukum bagi
persekutuan jika terus melakukan usaha dengan sekutu tersebut;
3) Karena satu atau beberapa ketetapan pengadilan (seperti, sekutu melakukan pelanggaran yang material atas
perjanjian persekutuan, atau sekutu terlibat tindakan yang merugikan secara material dan mempengaruhi
persekutuan;
4) Sekutu menjadi debitor proses kebangkrutan;
5) Sekutu tersebut meninggal dunia.
JENIS-JENIS PERSEKUTUAN TERBATAS

A. Persekutuan Terbatas (Limited Partnership-LP)


Karakteristiknya:
1. Terdapat paling sedikit satu sekutu umum dan satu atau lebih sekutu terbatas.
2. Sekutu umum bertanggung jawab secara personal atas kewajiban persekutuan dan memiliki tanggung jawab
manajemen.
3. Sekutu terbatas bertanggung jawab hanya sampai dengan kontribusi modal tapi tidak memiliki wewenang
manajemen.
4. Sekutu umum memiliki elemen penting atas kontrol operasional persekutuan terbatas dan akan
mengkonsolidasikan investasi di pembukuan sekutu umum.
5. Sekutu terbatas umumnya menggunakan metode ekuitas untuk mencatat investasinya.
B. Persekutuan dengan Kewajiban Terbatas (Limited Liability Partnership-LLP)
Karakteristiknya:
1. Setiap sekutu memiliki tingkat perlindungan kewajiban yang sama.
2. Tidak ada sekutu umum atau sekutu terbatas, sehingga setiap sekutu memiliki hak dan kewajiban sebagai sekutu
umum, tapi dengan kewajiban hukum terbatas.
3. Setiap sekutu tidak bertanggung jawab secara personal atas kewajiban persekutuan.
4. Namun beberapa negara bagian telah mendefinisikan bahwa tiap sekutu bertanggung jawab penuh atas kewajiban
persekutuan, tapi tidak akibat kelalaian profesional atau mal praktik yang dilakukan sekutu lain.
5. Sebagian besar persekutuan jasa profesional seperti firma akuntan, memiliki nilai asuransi yang signifikan untuk
menutupi jika terjadi tuntutan pengadilan dan mengalami kerugian dari penyediaan jasa.
C. Persekutuan Terbatas dengan Kewajiban Terbatas (Limited Liability Limited Partnership-LLLP)
Karakteristiknya:
1. Setiap sekutu bertanggung jawab hanya atas kewajiban bisnis persekutuan, dan tidak atas terjadinya mal praktik
atau kesalahan yang dilakukan sekutu lain dalam operasi bisnis normal persekutuan.
2. Setiap sekutu umum, walau bertanggung jawab atas manajemen persekutuan, tidak memiliki kewajiban personal
atas kewajiban persekutuan, sama dengan perlindungan kewajiban yang diberikan oleh sekutu terbatas.
AKUNTANSI UNTUK PENDIRIAN PERSEKUTUAN
3. Pada saat pendirian persekutuan, sangatlah penting untuk melakukan penilaian yang sangat tepat terhadap aset
selain kas dan kewajiban yang disetorkan oleh masing-masing sekutu.
4. Setiap kontribusi dari sekutu akan menjadi kekayaaan persekutuan dan dimiliki secara bersama.
5. Persekutuan harus dapat memisahkan secara jelas antara kontribusi modal dari pinjaman yang diberikan oleh
sekutu kepada persekutuan.
6. Perjanjian pinjaman haruslah memiliki bukti tertulis atau dokumen lain yang secara legal dapat membuktikan
bahwa terdapat pinjaman dari salah satu sekutu kepada persekutuan.
5. Memiliki aset berwujud yang dimiliki oleh persekutuan dan aset tertentu yang dimiliki oleh individu sekutu tapi
digunakan oleh persekutuan.
6. Pencatatan akurat atas aset berwujud persekutuan harus dijaga.
7. Aset yang disetorkan haruslah dinilai sebesar nilai wajarnya, yang mungkin membutuhkan jasa penilai atau
teknik penilaian lain.
8. Kewajiban harus dinilai sebesar nilai sekarang dari sisa arus kas yang akan dibayarkan.
9. Setiap sekutu harus setuju atas persentase ekuitas yang akan dimiliki masing-masing atas aset bersih persekutuan.
10. Secara umum saldo modal ditentukan proporsional dari modal yang disetorkan masing-masing sekutu.
AKUNTANSI UNTUK OPERASI PERSEKUTUAN
1. Persekutuan menjual produk atau menyediakan jasa untuk mencari keuntungan.
2. Transaksi tersebut harus dicatat dalam jurnal dan buku besarnya.
3. Sebagian bear persekutuan menggunakan akuntansi akrual dan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam
pembukuannya.
4. Prinsip akuntansi yang berlaku umum menghasilkan pengukuran laba yang lebih baik dibandingkan metode
akuntansi alternatif, seperti basis kas ataupun basis kas yang dimodifikasi.
5. Laporan keuangan persekutuan disusun untuk kepentingan sekutu atau terkadang kreditor.
6. Sekalipun sebagian persekutuan tidak diaudit, pada saat audit dilakukan terhadap persekutuan yang tidak
mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum, laporan keuangan persekutuan tidak akan mendaptkan opini
"bersih“ atau wajar tanpa pengecualian karena penyimpangan tersebut.
7. Akuntan sering kali mendorong persekutuan untuk menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan
tujuan para sekutunya nanti dapat membandingkan laporan keuangan persekutuan dengan yang lain; jika kreditor
meminta laporan keuangan yang diaudit sebagai syarat pinjaman, laporan keuagan persekutuan tidak dibatasi
untuk menerima opini wajar tanpa pengecualian.
ALOKASI LABA ATAU RUGI KEPADA SEKUTU
Laba atau rugi kepada para sekutu dialokasikan setiap akhir periode sesuai dengan perjanjian dalam persekutuan. Jika
tidak terdapat dalam perjanjian, Bab VIll, Bagian II, Pasal1633 KUHPer menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh
bagian laba atau rugi secara proporsional sesuai dengan jumlah yang dikontribusikan ke dalam persekutuan. Secara
tidak langsung, semua persekutuan memiliki perjanjian alokasi laba atau rugi. Perjanjian tersebut harus diikuti secara
benar, dan jika ada yang tidak jelas, maka akuntan harus memastikan bahwa semua sekutu setuju atas distribusi laba
atau rugi.
Metode Alokasi laba atau rugi persekutuan terdapat 4 metode:
1. Rasio yang ditetapkan sebelumnya (preselected ratio) adalah hasil negosiasi antara sesama sekutu. Rasio pembagian
laba berdasarkan persentase jumlah modal persekutuan, waktu dan tenaga yang dicurahkan kepada persekutuan, atau
berbagai faktor lainnya.
2. Bunga atas saldo modal (interest on capital balance) adalah mengakui kontribusi dari investasi modal para sekutu
kepada kemampuan menghasilkan laba bagi persekutuan. Bunga atas saldo modal bukanlah beban bagi persekutuan;
tetapi merupakan distribusi laba.
3. Gaji kepada sekutu, gaji yang dibayarkan kepada sekutu adalah bentuk dari distribusi laba dan tidak merupakan beban
bai persekutuan.
4. Bonus kepada sekutu, bonus terkadang digunakan sebagai alat untuk memberikan kompensasi tambahan kepada sekutu
yang memberikan jasa kepada persekutuan. Biasanya dinyatakan dalam persentase dari laba sebelum atau setelah
bonus.
ALOKASI LABA DENGAN DASAR BERTAHAP
Perjanjian persekutuan bisa memuat kombinasi dari beberapa prosedur alokasi yang akan digunakan untuk
distribusi laba. Perjanjian persekutuan juga harus berisikan alternatif yang menyatakan proses alokasi dalam
situasi laba persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi semua prosedur alokasi. Beberapa persekutuan
menyatakan distribusi laba yang akan diikuti walau apa pun kemungkinan yang terjadi. Kebanyakan perjanjian
persekutuan menyatakan bahwa seluruh proses harus diselesaikan dan jika ada sisa dialokasikan sebesar rasio
distribusi laba atau rugI.
LAPORAN KEUANGAN PERSEKUTUAN
Sebuah persekutuan merupakan entitas pelaporan terpisah menurut kepentingan akuntansi. Ada tiga laporan
keuangan persekutuan yakni:
1) Laporan Laba Rugi;
2) Neraca;
3) Laporan Arus Kas.
Laporan Interim juga bisa dibuat untuk memenuhi kebutuhan para sekutu. Selain ketiga laporan keuangan, Laporan
Modal Para Sekutu (statement of Partners' capital) biasanya dibuat untuk menyajikan perubahan akun modal
sekutu untuk suatu periode.
Ilustrasi: Alokasi Laba
Selama tahun 2011, Persekutuan Bulan Bersemi (BB) memperoleh pendapatan Rp.45.000.000 dan beban Rp.
35.000.000, sehingga akan menghasilkan laba sebesar Rp.10.000.000 pada tahun tersebut. Basuki masIh
memiliki saldo modal Rp.20.000.000 selama tahun berjalan, tetapi investasi modal Broto selama tahun berjalan
berubah-ubah sebagai berikut:

Tanggal Debit Kredit Saldo


1 Januari Rp. 10.000.000
1 Mei Rp.3.000.000 Rp.7.000.000
1 September Rp.500.000 Rp.7.500.000
1 November Rp.1.000.000 Rp.6.500.000
31 Desember Rp.6.500.000
Hitunglah serta alokasikanlah metode pendistribusian laba berdasarkan:
a. Rasio pembagian laba 60%, 40%
b. Bunga 15% atas saldo modal
c. Gaji akan diberikan kepada masing-masing Basuki Rp.2.000.000 dan Broto Rp.5.000.000
d. Bonus akan diberikan kepada Broto sebesar 10% apabila laba melebihi Rp.5.000.000
e. Alokasikan pula metode pendistribusian laba secara bertahap apabila dalam situasi laba persekutuan tidak
mencukupi untuk memenuhi semua prosedur alokasi!
f. Susunlah Laporan Modal Para Sekutu periode 31 Desember 2011!
a. Pendistribusian rasio pembagian Laba 60% Basuki dan Broto 40%
Basuki Broto Total
Persentase pembagian laba 60% 40% 100%

Laba Bersih Rp.10.000.000


Alokasi 60:40 6.000.000 4.000.000 Rp.10.000.000
Total 6.000.000 4.000.000 Rp -
31 Desember 2011
1) Modal, Broto 4.000.000
Penarikan – Broto 4.000.000 (menutup penarikan oleh Broto)
2) Pendapatan 45.000.000
Beban 35.000.000
Ikhtisar Laba Rugi 10.000.000 (menutup pendapatan dan beban)
3) Ikhtisar Laba Rugi 10.000.000
Modal Basuki 6.000.000
Modal Broto 4.000.000 (mendristribusikan laba berdasarkan perjanjian)
b. Bunga 15% atas saldo Modal

Tanggal Debit Kredit Saldo (Rp) Jumlah Bulan Bulan X Saldo (Rp)

01 Jan 10.000.000 4 40.000.000

01 Mei 3.000.000 7.000.000 4 28.000.000

01 Sep 500.000 7.500.000 2 15.000.000

01 Nov 1.000.000 6.500.000 2 13.000.000

Total 12 96.000.000

Rata-rata Modal 8.000.000


Distribusi laba sebesar Rp.10.000.000 berdasarkan bunga atas saldo modal rata-rata tertimbang dapat dihitung
 

sebagai berikut:

Basuki Broto Total (Rp)

Persentase pembagian laba 60% 40% 100%

Rata-rata modal 20.000.000 8.000.000

Laba Bersih 10.000.000

Bunga atas modal 3.000.000 1.200.000 -4.200.000

Sisa Laba 5.800.000

Alokasi 60:40 3.480.000 2.320.000 5.800.000

Total Rp.6.480.000 Rp.3.520.000 Rp. -


c. Gaji kepada sekutu

Basuki Broto Total (Rp)

Persentase pembagian laba 60% 40% 100%

Laba bersih 10.000.000

Gaji 2.000.000 5.000.000 -7.000.000

Sisa Laba 3.000.000

Alokasi 60:40 1.800.000 1.200.000 3.000.000

Total Rp.3.800.000 Rp.6.200.000 Rp. -


d. Bonus kepada sekutu
Perhitungan bonus biasanya dinyatakan dalam persentase dari laba sebelum atau setelah bonus.

Sebelum Bonus Rumusnya: Setelah Bonus Rumusnya:


Bonus = X% (NI - MIN)
Bonus = X% (NI – MIN - Bonus)
Bonus = 10% (Rp.10.000.000 – Rp.5.000.000) Bonus = 10% (Rp.10.000.000 – Rp.5.000.000 – Bonus)
Bonus = Rp.500.000 Bonus = 10% (Rp.5.000.000 – Bonus)
1,1 Bonus = Rp.500.000, Bonus = Rp.454.545

Basuki Broto Total (Rp)


Persentase pembagian laba 60% 40% 100%
Laba bersih 10.000.000
Bonus untuk sekutu 454.545 -454.545
Sisa Laba 9.545.455
Alokasi 60:40 5.727.273 3.818.182 9.545.455
Total Rp.5.727.273 Rp.3.818.182 Rp. -
e. Alokasi Laba dengan Dasar Bertahap

Perjanjian persekutuan bisa memuat kombinasi dari beberapa prosedur alokasi yang akan digunakan untuk
didistribusi laba. Perjanjian persekutuan juga harus berisikan alternatif yang menyatakan proses alokasi dalam situasi
laba persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi semua prosedur alokasi. Beberapa persekutuan menyatakan
distribusi laba yang akan diikuti walau apa pun kemungkinan yang terjadi. Kebanyakan perjanjian menyatakan
bahwa seluruh proses harus diselesaikan dan jika ada sisa dialokasikan sebesar rasio distribusi laba atau rugi
sebagaimana yang digambarkan dibawah ini:
Basuki Broto Total (Rp)
Persentase Laba 60% 40% 100%
Rata-rata Modal 20.000.000 8.000.000
Laba bersih Rp. 10.000.000
Langkah 1:
Bunga atas rata-rata Modal 3.000.000 1.200.000 -4.200.000
Sisa setelah Langkah 1 Rp. 5.800.000
Langkah 2:
Gaji 2.000.000 5.000.000 -7.000.000
Defisit setelah Langkah 2: -Rp. 1.200.000
Langkah 3:
Bonus 500.000 -500.000
Defisit stelah Langkah 3: -Rp. 1.700.000
Langkah 4:
Alokasi 60:40 -1.020.000 -680.000 1.700.000
Total Rp. 3.980.000 Rp. 6.020.000 Rp. 0
f. Laporan Modal Para Sekutu
 
Persekutuan BB
Laporan Modal Para Sekutu
 

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011


 

Basuki Broto Total (Rp)

Saldo, 1 Januari 2011 20.000.000 10.000.000 30.000.000

Ditambah:

Investasi tambah 500.000 500.000

Distribusi laba bersih 3.980.000 6.020.000 10.000.000

Dikurangi: Penarikan ____________ (4.000.000) (4.000.000)

Saldo, 31 Desember 2011 Rp. 23.980.000 Rp. 12.520.000 Rp. 36.500.000


PERUBAHAN DALAM KEANGGOTAAN
Perubahan dalam keanggotaan persekutuan terjadi dengan adanya penambahan sekutu baru atau berhentinya
sekutu saat ini. Sekutu baru biasanya merupakan sumber tambahan modal utama atau sebagai tenaga ahli.
Penerimaan sekutu baru secara tidak langsung merupakan persetujuan dari semua sekutu saat ini. Lebih dari itu,
pengumuman publik biasanya dibuat mengenai penambahan sekutu baru sehingga pihak ketiga yang melakukan
transaksi bisnis dengan persekutuan menyadari adanya perubahan dalam persekutuan.
Berhentinya atau pengunduran diri sekutu dari persekutuan menyebabkan pembubaran secara hukum atas
persekutuan. Banyak persekutuan yang tetap melanjutkan operasi bisnisnya dan persekutuan mungkin saja membeli
kepemilikan sekutu yang berhenti pada harga pembelian. Banyak persekutuan menggunakan transaksi perubahan
keanggotaan persekutuan sebagai kesempatan untuk merevaluasi aset dan kewajiban persekutuan yang ada atau
untuk mencatat goodwill yang belum dicatat. Praktik revaluasi aset bersih atau pengakuan goodwill tidak sesuai
dengan GAAP. Argumen penggunaan metode non-GAAP adalah bahwa revaluasi aset pada sat perubahan
keanggotan menyatakan secara lengkap kondisi ekonomis sebenarnya persekutuan pada sat tersebut dan
mengalokasikan perubahan nilai aset serta kewajiban dan goodwill kepada para sekutu yang telah mengelola bisnis
sepanjang terjadinya perubahan nilai. Beberapa akuntan percaya revaluasi ini diperlukan untuk menilai secara tepat
ekuitas tiap sekutu dalam persekutuan saat ini. Karena banyak persekutuan yang melakukan revaluasi aset bersih atau
pengakuan goodwill pada saat perubahan keanggotaan persekutuan.
1. SEKUTU BARU MEMBELI HAK
KEPEMILIKAN
Sekutu baru bila memperoleh hak kepemilikan dalam persekutuan secara langsung dari satu atau lebih sekutu
yang ada saat ini. Dalam kasus ini, kas atau aset lain ditukar di luar persekutuan, dan pencatatan yang dilakukan
dalam pembukuan persekutuan hanyalah reklasifikasi modal dalam persekutuan. Konsep yang sering digunakan
adalah Nilai Buku Persekutuan adalah jumlah modal yang juga merupakan selisih antara jumlah aset dan
kewajiban, Nilai buku sangat penting karena merupakan pedoman yang digunakan dalam revaluasi aset dan
pengakuan goodwill.
Ilustrasi: Sekutu Baru membeli Hak Kepemilikan adalah:
Nilai buku Persekutuan BB adalah Rp.30.000.000, dimana Basuki Rp.20.000.000 dan Broto adalah
Rp.10.000.000,- dengan prentase laba adalah 60%, 40%. Pada tanggal 1 Januari 2013 Basuki dan Broto mengundang
Bayu menjadi sekutu dalam bisnis mereka. Persekutuan yang dihasilkan adalah BBB. Bayu membeli seperempat
kepemilikan dalam modal persekutuan langsung dari Basuki dan Broto dengan harga perolehan Rp.9.000.000,
dengan membayar kepada Basuki Rp.5.900.000, dan Broto sebesar Rp.3.100.000.
Diminta:
a. Berapakah presentase laba/rugi pada persekutuan BBB setelah masuknya Bayu?
b. Berapakah Modal Bayu periode 1 Januari 2013?
c. Berapakah Modal Bayu periode 31 Desember 2013?
d. Berapakah Modal Persekutuan BBB?
a. Persentase Laba/Rugi setelah masuknya Bayu pada persekutuan BBB adalah:

Sekutu Persentase Laba

Basuki 45% (75% X 60%)


Broto 30% (75% X 60%)
Bayu 25%

b. Berapa Modal Bayu periode 1 Januari 2013?


Modal Basuki 5.000.000
Modal Broto 2.500.000
Modal Bayu 7.500.000
Reklasifikasi modal kepada sekutu baru:
Basuki Rp. 20.000.000 X 25%
Broto Rp. 10.000.000 X 25%
Modal Bayu dikredit hanya sebesar Rp.7.500.000, sekalipun Rp.9.000.000 yang dibayarkan untuk seperempat
kepemilikan. Pembayaran Rp.9.000.000 mencerminkan bahwa nilai wajar persekutuan adalah Rp.36.000.000, yang
dapat dihitung sebagai berikut:

Rp. 9.000.000 = Nilai Wajar X 25%

Nilai Wajar = Rp. 36.000.000

Nilai buku persekutuan adalah Rp.30.000.000. Selisih nilai buku persekutuan dengan nilai wajar sebesar
Rp.6.000.000. Nilai Buku yang lebih kecil dari Nilai wajar, itu artinya bahwa persekutuan mencatat asetnya terlalu
kecil, sehingga harus direvaluasi dengan cara menaikkan nilai aset sebesar Rp.6.000.000. Revaluasi aset akan
menyebabkan bertambahnya modal sekutu lama yaitu Basuki dan Broto sebesar persentase laba ruginya, sebelum
masuknya Bayu.
Tanah 6.000.000
Modal Basuki 3.600.000
Modal Broto 2.400.000
c. Berapakah Modal Bayu periode 31 Desember 2013 adalah:

Modal Basuki Rp. 14.400.000


Modal Broto Rp. 10.800.000
Modal Bayu Rp. 9.000.000
d. Berapakah Modal Persekutuan Rp. 36.000.000
2. SEKUTU BARU MELAKUKAN INVESTASI DI
PERSEKUTUAN
Sekutu baru dapat mengakuisisi kepemilikan dengan cara melakukan investasi ke dalam persekutuan. Tiga
kondisi dapat terjadi jika sekutu baru melakukan investasi di persekutuan, yaitu:
Kasus 1: Investasi sekutu baru sama dengan proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan
Kasus 2: Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan
Kasus 3: Investasi sekutu baru lebih kecil dari proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung masuknya sekutu dengan cara Investasi adalah:
1. Menghitung proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan:
Proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan =

Proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan =


(Modal sekutu awal + Investasi sekutu Baru) X Persentase modal atas sekutu baru)
2. Menentukan Nilai Investasi sekutu baru
Prinsip dasar dari akuntansi untuk persekutuan menyediakan sarana untuk menentukan jumlah investasi yang
harus dikontribusikan oleh sekutu baru. Ketika menentukan biaya investasi sekutu baru, sangatlah penting untuk
mencatat total modal persekutuan yang dihasilkan dan persentase kepemilikan yang masih ditahan sekutu lama.
Ilustrasi: Sekutu Baru Melakukan Investasi Di Persekutuan
Kasus 1: Nilai Investasi Sekutu Baru Sama dengan Proporsi Nilai Buku Persekutuan
Besarnya investasi sekutu baru sering kali merupakan hasil negosiasi antara sekutu lama dengan calon sekutu
baru. Seperti halnya akuisisi atau investasi, investor harus mennetukan nilai pasarnya. Dalam kasus persekutuan,
calon sekutu berusaha untuk memastikan nilai pasar dan kemampuan menghasilkan laba atas aset bersih persekutuan.
Investasi sekutu baru kemudian menjadi persentase modal persekutuan yang diakuisisi.
Sebagai Contoh: Bayu harus percaya bahwa investasi senilai Rp.10.000.000 adalah harga yang wajar untuk ¼
kepemilikan di persekutuan, atau dia tidak melakukan investasi sama sekali. Setelah nilai investasi disetujui, barulah
mungkin untuk menghitung proporsi nilai buku sekutu baru. Untuk investasi Rp. 10.000.000, Bayu akan
mendapatkan ¼ kepemilikan pada persekutuan.

Investasi Bayu pada persekutuan Rp. 10.000.000


Proporsi nilai buku sekutu baru:
(Rp. 30.000.000 + Rp. 10.000.000) X 1/4 (Rp. 10.000.000)
Selisih (Investasi = Nilai Buku) Rp. -0-
Karena nilai Investasi sama dengan 25% proporsi nilai buku sekutu baru, mengimplikasikan bahwa aset bersih telah
dinilai secara wajar. Modal yang dihasilkan sama dengan modal awal (Rp.30.000.000 + Nilai investasi sekutu baru) =
Rp.40.000.000. Perlu dicatat bahwa modal yang dialokasikan kepada sekutu baru adalah bagiannya atas modal
persekutuan setelah diterimanya ia sebagai sekutu baru.

Jurnal yang dicatat dalam pembukuan persekutuan:

1 Januari 2012

Kas 10.000.000

Modal Bayu 10.000.000


Prosedur Akuntansi dari Kasus 1: Nilai Investasi = Proporsi Nila Buku Sekutu Baru
terhadap nilai buku persekutuan

Proporsi Nilai
Bagian Sekutu
Buku
Modal Investasi Sekutu Total Modal Baru Atas Total
Persekutuan
Sebelumnya Baru Yang Dihasilkan Modal yang
Sekutu Baru
Dihasilkan
-25%
Investasi sekutu
baru sama
Rp. 30.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 10.000.000
dengan proporsi
nilai buku
Tidak ada
revaluasi, bonus, Rp. 40.000.000 Rp. 10.000.000
atau goodwill
Ilustrasi: Kasus 2: Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Besar Dari Proporsi Nilai Buku
Persekutuan

Dalam beberapa kasus, seorang sekutu dapat melakukan investasi lebih besar dari proporsi kepemilikannya atas
nilai buku persekutuan. Hal in berarti, sekutu tersebut menghargai nilai lebih pada persekutuan yang tidak tercermin
dalam pembukuan.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa Bayu menginvestasikan Rp.11.000.000 untuk ¼ kepemilikan modal dalam
 

persekutuan.

Investasi pada persekutuan Rp. 11.000.000


Proporsi nilai buku sekutu baru:
(Rp. 30.000.000 + Rp. 11.000.000) X 25% (Rp. 10.250.000)
Selisih (Investasi > Nilai Buku) Rp. 750.000

Bayu telah menginvestasikan Rp.11.000.000 untuk kepemilikan dengan nilai buku Rp.10.250.000, sehingga
membayar lebih tinggi sebesar Rp.750.000 atas nilai buku saat ini.
Umumnya kelebihan investasi atas nilai buku persekutuan mengindikasikan bahwa nilai aset bersih sebelumnya
kerendahan atau persekutuan memiliki goodwill yang tidak dicalat. Alternatif perlakuan akuntansinya dalam kasus 2
adalah:
1. Revaluasi nilai aset. Yang dilakukan dengan alternatif ini adalah:
a. Menaikan Nila Buku sebesar nilai pasarnya
b. Modal sekutu lama dinaikkan sebanding dengan kenaikan peningkatan nilai buku aset
c. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah nilai revaluasi aset ditambah
nilai investasi sekutu baru
2. Mengakui goodwill yang tidak tercatat, Alternatif dengan metode ini adalah:
a. Goodwill yang tidak tercatat diakui
b. Modal sekutu lama dinaikkan sebanding dengan nilai goodwill
c. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah nilai goodwill ditambah
investasi sekutu baru
3. Menggunakan metode bonus. Pada dasarnya metode bonus adalah perpindahan saldo modal antara sesama
sekutu. Metode ini digunakan ketika sekutu tidak menginginkan penyesuaian pada nilai aset atau mengakui
goodwill. Dengan metode ini adalah:
a. Modal sekutu lama dinaikkan sebanding dengan nilai bonus yang dibayarkan sekutu baru.
b. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah investasi sekutu baru.
Persekutuan dapat menggunakan salah satu dari ketiga alternatif yang ada. Keputusan biasanya dibuat
berdasarkan kesepakatan antara sekutu lama dengan calon sekutu baru. Beberapa akuntan mengkritik penggunaan
revaluasi aset atau pengakuan goodwill karena meninggalkan prinsip biaya historis dan tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dalam PSAK 19 tentang “Aset Tak Berwujud”, yang melarang perusahaan mengakui
goodwill yang tidak diperoleh melalui pembelian. Akuntan yang mendukung pengakuan goodwill berpendapat bahwa
tujuan akuntansi persekutuan adalah menyatakan secara wajar modal para sekutu, dan hal ini bisa saja menggunakan
metode akuntansi yang berbeda dari yang digunakan pada entitas korporasi.
Tugas akuntan adalah untuk memastikan semua estimasi yang digunakan dalam proses revaluasi telah
berdasarkan bukti terbaik yang ada. Penilaian subjektif yang dapat menurunkan kewajaran penyajian yang dibuat
dalam laporan keuangan persekutuan harus dihindari atau diminimalisasi.
Ilustrasi: Pendekatan atas Revaluasi Aset

Misalkan Bayu membayar kelebihan sejumlah Rp. 750.000 terhadap proporsi nilai buku karena persekutuan
memiliki tanah dengan nilai buku Rp.4.000.000 tetapi nilai pasar Rp.7.000.000. Para sekutu lama memutuskan untuk
menggunakan penerimaan sekutu baru ini sebagai pengakuan peningkatan nilai tanah dan mengalokasikan
peningkatan ini kepada masing-masing saldo modal sekutu lama. Peningkatan nilai tanah dialokasikan kepada saldo
modal para sekutu dengan menggunakan rasio laba dan rugi yang ada pada saat terjadinya peningkatan. Modal
Basuki meningkat sebesar Rp.1.800.00 dan Modal Broto meningkat sebesar Rp.1.200.000. Persekutuan akan
mencatat jurnal untuk revaluasi tanah:
Tanah 3.000.000
Modal Basuki 1.800.000
Modal Broto 1.200.000
(revaluasi tanah persekutuan menjadi nilai pasar)
Ilustrasi: Peningkatan Goodwill
Sebuah sekutu yang masuk mungkin membayar lebih karena adanya goodwill yang tidak tercatat, diindikasikan
dengan tingginya profitabilitas persekutuan. Beberapa persekutuan menggunakan perubahan keanggotaan sebagai
peluang untuk mengakui goodwill yang dihasilkan sekutu lama. Mencatat goodwill yang belum diakui diperbolehkan
dalam akuntansi untuk persekutuan karena kebutuhan untuk menciptakan modal yang sewajarnya sesama sekutu, hal
ini adalah pengecualian dari PSAK 48, tetapi kebutuhan para sekutu dan tujuan tertentu dari laporan keuangan
persekutuan menyebabkan pengecualian ini memungkinkan.
Pada umunya, jumlah goodwill ditentukan berdasarkan negosiasi antara sekutu lama dan sekutu baru, dan
berdasarkan estimasi laba dimasa datang. Misalnya, sekutu lama dan baru setuju bahwa, disebabkan karena upaya
sekutu lama, persekutuan memiliki potensi menghasilkan laba, dan goodwill senilai Rp.3.000.000 harus diakui
berdasarkan fakta tersebut. Nilai biaya perolehan investasi yang dinegosiasikan oleh sekutu baru akan didasarkan
sebagian kepada potensi menghasilkan laba tersebut. Alternatifnya, goodwill bisa diestimasikan berdasarkan jumlah
investasi sekutu baru.
Contoh dalam kasus ini hitunglah Estimasi Goodwill atas masuknya Bayu sebagai sekutu baru dengan cara
berinvestasi sebesar Rp.11.000.000 untuk ¼ hak kepemilikan!
25% dari estimasi modal yang dihasilkan Rp.11.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan (Rp.11.000.000:25%) 44.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan 44.000.000
Jumlah asset bersih tidak termasuk goodwill 41.000.000
Estimasi goodwill Rp. 3.000.000

Goodwill yang tidak dicatat diakui, dan modal sekutu lama dikredit untuk meningkatkan nilai aset. Penyesuaian
terhadap modal dilakukan pada rasio laba atau rugi yang telah ada pada saat goodwill dibangun. Hal ini akan
meningkatkan modal Basuki sebesar 60% dari nilai goodwill dan modal Broto 40% dari goodwill.
Goodwill 3.000.000
Modal Basuki 1.800.000
Modal Broto 1.200.000 (mengakui goodwill yang belum dicatat)
Kas 11.000.000
Modal Bayu 11.000.000 (menerima Bayu sebagai sekutu baru untuk seperempat bagian modal)
Alasan lain mencatat goodwill karena sekutu baru menginginkan saldo modalnya sama dengan jumlah yang
diinvestasikan. Investasi berdasarkan nilai pasar persekutuan, dan supaya hal ini tercapai, persekutuan harus
melakukan penilaian ulang saldo awal asset bersihnya menjadi nilai wajar. Pada periode berikutnya, jika terdapat
penurunan nilai pada goodwill, akan dibebankan kepada laba persekutuan sebelum laba bersih didistribusikan kepada
para sekutu. Konsekuensinya, distribusi laba Bayu dimasa datang bisa dipengaruhi oleh goodwill yang diakui pada
saat diterima kedalam persekutuan.

Ilustrasi: Pendekatan Metode Bonus

Beberapa persekutuan menolak mengakui goodwill dan revaluasi aset ketika diterimanya sekutu baru.
Sebaliknya, mereka mengakui bagian dari investasi sekutu baru sebagai bonus kepada sekutu lama untuk
menyelaraskan saldo modal pada saat penerimaan sekutu baru. Dalam kasus ini, nilai Rp.750.000 yang dibayarkan
oleh Bayu adalah bonus yang dialokasikan kepada sekutu lama pada rasio laba atau rugi.
Jurnal yang dicatat dalam rangka penerimaan Bayu sebagai sekutu:
Kas 11.000.000
Modal Basuki 450.000
Modal Broto 300.000
Modal Bayu 10.250.000
Penerimaan Bayu dengan Bonus kepada Basuki dan Broto

Bayu mungkin tidak menyukai metode bonus, karena saldo modalnya lebih rendah Rp. 750.000 daripada saldo
investasinya di persekutuan. Hal ini merupakan kelemahan dari metode bonus.
Prosedur Akuntansi Untuk Kasus 2 : Nilai Investasi Lebih Besar Dari Proporsi Nilai
Buku Sekutu Baru Terhadap Persekutuan

Bagian Sekutu
Proporsi Nilai Buku
Modal Investasi Sekutu Total Modal Baru atas Total
Persekutuan Sekutu
Sebelumnya Baru Yang Dihasilkan Modal yang
Baru 25%
Dihasilkan (25%)

Investasi sekutu baru lebih


besar dengan proporsi nilai Rp.30.000.000 Rp.11.000.000 Rp.10.250.000
buku

1. Revaluasi aset
Dengan meningkatkan
Rp.44.000.000 Rp.11.000.000
nilai tanah sebesar
Rp.3.000.000

2. Mengakui Goodwill
sebesar Rp.3.000.000 Rp.44.000.000 Rp.11.000.000
untuk sekutu lama

3. Metode Bonus
Bonus sebesar Rp.750.000 Rp.41.000.000 Rp.10.250.000
kepada Sekutu lama
Ilustrasi : Kasus 3 : Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Kecil Dari Proporsi Nilai
Buku
Ada kemungkinan bahwa sekutu baru membayar lebih kecil dari proporsi kepemilikannya atas nilai buku persekutuan. Ada tiga
pendekatan Alternatif untuk mengakui diferensial ketika investasi lebih rendah dari nilai buku yang diakuisisi, yaitu:
1. Revaluasi nilai aset yang menurun. Pada alternatif ini adalah:

a. Nilai buku aset diturunkan untuk mencatat penurunan nilainya


b. Modal sekutu lama diturunkan sebanding dengan kenaikan penurunan nilai buku asset
c. Modal persekutuan yang dihasilkan lebih rendah dari saldo modal awal ditambah nilai aset yang diturunkan ditambah investasi sekutu
baru
2. Mengakui goodwill yang dibawa sekutu baru. Dengan metode ini adalah:

a. Goodwill dan keunggulan lain yang dibawa sekutu baru dicatat dan dinaikkan kedalam saldo modal sekutu baru
b. Modal sekutu lama dibiarkan tidak berubah
c. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal ditambah nilai goodwill yang dibawa sekutu baru ditambah investasi
sekutu baru
3. Menggunakan metode bonus. Dengan metode ini adalah:

a. Sekutu baru mendapatkan bonus dari modal sekutu lama, yang akan menurunkan bagian bonus mereka yang nantinya dibayarkan
kepada sekutu baru
b. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah investasi sekutu baru
Ilustrasi Soal : Kasus Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Kecil Dari Proporsi Nilai
Buku Sekutu
Asumsikan Citra membayar Rp.8.000.000 untuk ¼ kepemilikan pada persekutuan. Persediaan yang dicatat pada
nilai buku sebesar Rp.14.000.000 memiliki nilai wajar hanya Rp.8.000.000 karena beberapa mengalami kerusakan.
Para sekutu setuju untuk menurunkan nilai persediaan menjadi nilai wajar sebelum masuknya sekutu baru.
Ilustrasi Pendekatan: Revaluasi Aset
Penurunan nilai persediaan dialokasikan kepada sekutu lama sebesar rasio laba atau rugi pada saat terjadinya
penurunan nilai. Jurnal untuk mencatat penurunan nilai persediaan:
Modal Broto 3.600.000
Modal Basuki 2.400.000
Persediaan 6.000.000 (revaluasi persediaan menjadi nilai wajar)
Kas 8.000.000
Modal Citra 8.000.000
Ilustrasi Pendekatan: Goodwill untuk sekutu Baru

Para sekutu lama mungkin menawarkan ¼ kepemilikan modal di Persekutuan BBB seharga investasinya, yaitu
Rp.8.000.000, karena Bayu memiliki pengalaman bisnis, keahlian, jaringan pelanggan, reputasi, dan komponen
goodwill lainnya yang dia bawa kepersekutuan. Jumlah Goodwill yang dibawa sekutu baru biasanya ditentukan dari
negosiasi antara sekutu lama dengan calon sekutu baru. Misalnya Broto, Basuki, dan Bayu setuju bahwa kemampuan
Bayu akan menghasilkan laba. Mereka setuju bahwa Bayu layak mendapatkan Rp.2.000.000 Goodwill ketika
bergabung sebagai antisipasi laba yang akan dihasilkan Bayu dikemudian hari. Goodwill hasil negosiasi diakui dan
ditambahkan ke dalam investasinya untuk menentukan jumlah modal yang akan dikredit.
Alternatif lain, nilai goodwill yang dibawa oleh sekutu baru bisa diperkirakan dari jumlah modal yang ditahan
oleh sekutu lama. Dalam contoh ini, sekutu lama menahan 75% kepemilikan pada persekutuan dan memberkan 25%
kepada sekutu baru. Nilai dari 75% kepemilkan sekutu lama adalah Rp.30.000.000. Investasi Bayu sebesar
Rp.8.000.000 ditambah goodwill setara dengan 25% sisanya. Nilai Goodwill yang dibawa Bayu dapat dihitung
sebagai berikut:
75% dari estimasi modal yang dihasilkan Rp.30.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan (30.000.000/75%) Rp.40.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan Rp.40.000.000
Jumlah asset bersih tidak termasuk goodwill (Rp.38.000.000)
Estimasi Goodwill Rp.2.000.000
Perhatikan bahwa nilai goodwill yang diestimasi untuk sekutu baru dihitung menggunakan informasi dari
kepemilikan sekutu lama. Dalam kasus 2, estimasi goodwill kepada sekutu lama dibuat dengan menggunakan
informasi dari investasi sekutu baru. Alasan perbedaan ini karena untuk mengestimasi nilai goodwill haruslah
menggunakan informasi terbaik yang tersedia. Jika akan mengestimasi goodwill sekutu baru, tidaklah logis
menggunakan investasi berwujud sekutu baru untuk mengestimasi total investasi sekutu baru, termasuk goodwill. Hal
ini disebabkan karena nilai goodwill terdapat dalam investasi itu sendiri. Demikian pula ketika goodwill dialokasikan
kepada sekutu lama, tidaklah logis menggunakan modal sekutu lama untuk mengestimasikan nilai goodwill. Hal
yang paling sederhana bagaimana mengestimasikan nilai goodwill adalah menggunakan informasi dari sekutu pihak
lawan, yaitu: "Gunakan sekutu baru untuk mengestimasikan goodwill kepada sekutu lama: gunakan sekutu
lama untuk mengestimasikan goodwill untuk sekutu baru".
Ilustrasi : Pendekatan Metode Bonus
Penerimaan Bayu sebagai sekutu baru dengan ¼ kepemilikan pada Persekutuan ABC, dengan investasi hanya
Rp.8.000.000 dapat juga diperlakukan sebagai bonus kepada Bayu dari sekutu lama. Bonus adalah selisih antara nilai
buku sekutu baru dengan investasinya. Modal sekutu lama berkurang sebesar bonusnya secara proporsional
berdasarkan rasio laba ruginya. Berdasarakan kasus diatas, maka Bonus yang diberikan kepada Bayu dari sekutu
lama adalah:
Investasi pada Persekutuan Rp.8.000.000
Proporsi nilai buku sekutu baru:
(Rp.30.000.000 + Rp.8.000.000) X 0,25 (Rp.9.500.000)
Selisih Nilai Investasi dengan proporsi nilai buku (Rp.1.500.000)
Jurnal yang dibuat oleh persekutuan untuk mencatat bonus yang diberikan kepada sekutu baru adalah:
Kas 8.000.000
Modal Broto 900.000
Modal Basuki 600.000
Modal Citra 9.500.000 (penerimaan Citra dalam persekutuan)
Prosedur Akuntansi : Nilai Investasi Lebih Kecil Dari Proporsi Nilai Buku Sekutu
Baru
Berhentinya Seorang sekutu Dari Persekutuan

Ketika sekutu berhenti atau mengundurkan diri dari persekutuan, maka persekutuan secara tidak langsung
dibubarkan, tetapi sekutu yang lainnya mungkin masih berkeinginan melanjutkan operasi usaha. Dalam sebagian
besar kasus, persekutuan membeli semua kepemilikan sekutu yang berhenti sebesar harga pembelian (buyout
price).

Pada umumnya, sekutu yang tersisa membeli bagian sekutu yang berhenti dengan akuisisi langsung atau
persekutuan membeli bagian kepemilikan sekutu yang berhenti tersebut. Jika sekutu yang tersisa membeli
langsung kepemilikan sekutu yang berhenti, satu-satunya jurnal pada pembukuan persekutuan adalah mencatat
reklasifikasi modal sesama sekutu. Jika persekutuan mengakuisisi bagian sekutu yang berhenti, persekutuan
harus mencatat pengurangan jumlah modal persekutuan akibat penurunan aset atas pembayaran kepada sekutu
yang berhenti. Perhitungan harga pembelian ketika seorang sekutu berhenti dari persekutuan dapat dihitung
sebagai berikut:
1. Harga Pembelian Sama Dengan Saldo Kredit Modal Sekutu

Misalnya, Basuki mengundurkan diri dari persekutuan ABC, pada saat saldo modalnya
Rp.55.000.000 setelah mencatat peningkatan pada aset persekutuan termasuk pengakuan laba sampai
tanggal pengunduran diri. Jurnal yang dicatat oleh Persekutuan BB adalah:

Modal Basuki 55.000.000

Kas 55.000.000

Jika persekutuan tidak membayar dana sejumlah Rp.55.000.000 kepada Basuki pada saat
pengunduran diri, maka persekutuan harus mencatat sebagai kewajiban atas sisa yang belum
terbayar.
2. Harga Pembelian Lebih Besar Dari Saldo Kredit Modal Sekutu

Misalnya, Basuki memiliki saldo modal Rp.55.000.000 dan seluruh sekutu setuju membayar
Basuki sejumlah Rp.65.000.000. Sebagian besar persekutuan akan mencatat Rp. 10.000.000 kelebihan
pembayaran di atas saldo modal Basuki sebagai bonus penyesuaian modal kepada Basuki dari sekutu
yang bertahan. Dalam kasus ini, Rp.10.000.000 akan mengurangi modal Broto dan Bima sebesar rasio
laba atau rugi masing-masing. Broto memiliki 30% bagian dan Bima memiliki 25% bagian pada laba
persekutuan. Jumlah dari bagian keduanya adalah 55% dan persentase laba di antara keduanya.

Jurnal yang dibuat oleh persekutuan BBB

Modal Basuki 55.000.000

Modal Broto 5.500.000

Modal Bima 4.500.000

Kas 65.000.000
3. Harga Pembelian Lebih Kecil Dari Saldo Kredit Modal Sekutu

Kadangkala, harga pembelian kurang dari saldo kredit modal sekutu. Hal ini dapat terjadi jika
nilai likuidasi aset bersih lebih kecil dari nilai bukunya atau karena sekutu yang berhenti berniat
meninggalkan persekutuan dengan cukup menerima lebih kecil dari saldo modalnya. Misal,
Aldi setuju menerima Rp.50.000.000 sebagai harga pembelian kepemilikannya di persekutuan.
Persekutuan harus mengevaluasi aset bersihnya untuk menentukan jika terjadi penurunan nilai
yang harus harus diakui. Jika tidak diperlukan revaluasi aset bersih, perbedaan Rp.5.000.000
(Rp.55.000.000 – Rp.50.000.000 dialokasikan sebagai penyesuaian modal Bayu dan Citra
bedasarkan rasio laba rugi)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai