Laba atau rugi kepada para sekutu dialokasikan setiap akhir periode sesuai
dengan perjanjian dalam persekutuan. Jika tidak terdapat dalam perjanjian, Bab
VIII, Bagian II, Pasal 1633 KUHPer menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh
bagian laba atau rugi secara proporsional sesuai dengan jumlah yang
dikontribusikan ke dalam persekutuan. Secara tidak langsung, semua persekutuan
memiliki perjanjian alokasi laba atau rugi. Perjanjian tersebut harus diikuti secara
benar, dan jika ada yang tidak jelas, maka akuntan harus memastikan bahwa
semua sekutu setuju atas distribusi laba atau rugi.
Metode alokasi laba atau rugi persekutuan terdapat 4 metode yang bisa digunakan
antara lain:
1. Rasio yang ditetapkan sebelumnya adalah hasil negosiasi antara sesama sekutu. Rasio
pembagian laba berdasarkan presentase jumlah modal persekutuan, waktu dan tenaga
yang dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor lainnya.
2. Bunga atas saldo modal adalah mengakui kontribusi dari investasi modal para sekutu
kepada kemampuan menghasilkan laba rugi bagi persekutuan. Bunga atas saldo modal
bukanlah beban bagi persekutuan; tetapi merupakan distribusi laba.
3. Gaji kepada sekutu, gaji yang dibayarkan kepada sekutu adalah bentuk dari distribusi laba
dan tidak merupakan beban bagi persekutuan.
4. Bonus kepada sekutu, bonus terkadang digunakan sebagai alat untuk memberikan
kompensasi tambahan kepada sekutu yang memberikan jasa kepada persekutuan.
Biasanya dinyatakan dalam presentase dari laba sebelum atau setelah bonus.
• Alokasi Laba Dengan Dasar Bertahap
Perjanjian persekutuan bisa membuat kombinasi dari beberapa prosedur alokasi yang
digunakan untuk distribusi laba. Perjanjian persekutuan juga harus berisikan alternatif yang
menyatakan proses alokasi dalam situasi laba persekutuan tidak untuk memenuhi semua
prosedur alokasi. Beberapa perekutuan menyatakan distribusi laba yang akan diikuti walau
apa pun kemungkinan yang terjadi. Kebanyakan perjanjian persekutuan menyatakan bahwa
seluruh proses harus diselesaikan dan jika ada sisa dialokasikan sebesar rasio distribusi laba
atau rugi.
• Laporan Keuangan Persekutuan
Sebuah persekutuan merupakan entitas pelaporan terpisah menurut kepentingan akuntansi.
Ada tiga laporan persekutuan yakni: laporan laba rugi, neraca, dan arus kas. Laporan interim
juga bisa dibuat untuk memenuhi kebutuhan para sekutu. Selain ketiga laporan keuangan,
Laporan Modal Para Sekutu biasanya dibuat untuk menyajikan perubahan akun modal
sekutu untuk suatu periode.
Ilustrasi: Alokasi Laba
Selama tahun 2011, persenutuan Bulan Bersemi (BB) memperoleh pendapatan Rp.45.000.000
dan beban Rp.35.000.000, sehingga akan menghasilkan laba sebesar Rp.10.000.000 pada
tahun tersebut. Basuki masih memiliki saldo modal Rp.20.000.000 selama tahun berjalan,
tetapi investasi modal Broto selama tahun berjalan berubah-ubah sebagai berikut:
Tanggal Debit Kredit Saldo
1 Januari Rp.10.000.000
31 Desember Rp.6.500.000
Hitunglah:
a. Rasio pembagian laba 60%,40%
b. Bunga 15% atas saldo modal
c. Gaji akan diberikan kepada masing-masing Basuki Rp.2.000.000 dan Broto Rp.5000.000
d. Bonus akan diberikan kepada Broto sebesar 10% apabila laba melebihi Rp.5.000.000
e. Alokasikan pula metode pendistribusian laba secara bertahap apabila dalam situasi laba
persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi semua prosedur alokasi!
f. susunlah laporan modal para sekutu periode 31 Desember 2011
a. Pendistribusian rasio laba 60% Basuki dan Broto 40%
Basuki Broto Total
Tabel di atas menggambarkan bagaimana laba bersih didistribusikan ke akun modal para
sekutu. Distribusi secara aktual diselesaikan dengan menutup akun ikhtisar laba rugi. Selain
itu, akun penarikan ditutup kepada akun modal pada akhir periode.
31 Desember 2011
Modal, Broto 4.000.000
Penarikan Broto 4.000.000
Menutup penarikan oleh Broto
Pendapatan Rp.45.000.000
Beban Rp.35.000.000
Ikhtisar Laba Rugi Rp.10.000.000
Menutup pendapatan dan beban
Ikhtisar Laba Rugi Rp. 10.000.000
Modal Basuki Rp.6.000.000
Modal Broto Rp.4.000.000
Mendistribusikan laba berdasarkan perjanjian
b. Bunga 15% atas saldo modal
Tanggal Debit Kredit Saldo Jumlah BulanxSaldo
Bulan
01-Jan Rp.10.000.00 4 Rp.40.000.000
0
01-Mei Rp.3.000.000 Rp.7.000.000 4 Rp.28.000.000
01-Sep Rp.500.000 Rp.7.500.000 2 Rp.15.000.000
01-Nov Rp.1.000.000 Rp.6.500.000 2 Rp.13.000.000
Total 12 Rp.96.000.000
Rata-rata modal Rp.8.000.000
Distribusi laba sebesar Rp.10.000.000 berdasarkan bunga atas saldo modal rata-rata
tertimbang dapat dihitung sebagai berikut:
Ditambah:
Basuki 45%(75%X60%)
Broto 30%(75%X40%)
Bayu 25%
Karena nilai investasi sama dengan 25% proporsi nilai buku sekutu baru, mengimplikasikan
bahwa aset bersih telah dinilai secara wajar. Modal yang dihasilkan sama dengan modal
awal (Rp.30.000.000+Nilai investasi sekutu baru)= Rp.40.000.000. perlu dicatat bahwa
modal yang dialokasikan kepada sekutu baru adalah bagiannya atas modal persekutuan
setelah diterimanya ia sebagai sekutu baru.
Jurnal yang dicatat dalam pembukuan persekutuan:
1 Januari 2012
Kas 10.000.000
Modal Bayu 10.000.000
Prosedur Akuntansi dari kasus 1: Nilai investasi= Proporsi Nilai Buku Sekutu Baru terhadap
nilai buku persekutuan
Modal Investasi Sekutu Proporsi Nilai Total Modal Bagian
Sebelumnya Baru Buku Yang Dihasilkan Sekutu Baru
Persekutuan Atas Total
Sekutu Baru Modal Yang
-25% Dihasilkan
Investasi Rp.30.000.000 Rp.10.000.000 Rp.10.000.00
sekutu baru 0
sama
dengan
proporsi
nilai buku
Tidak ada Rp.40.000.000 Rp.10.000.00
revaluasi,
bonus, atau
goodwill
Ilustrasi: Kasus 2: Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Besar dari Proporsi Nilai Buku
Persekutuan
Dalam beberapa kasus, seorang sekutu dapat melakukan investasi lebih besar dari proporsi
kepemilikannya atas nilai buku persekutuan. Hal ini berarti, sekutu tersebut menghargai
nilai lebih pada persekutuan yang tidak tercemin dalam pembukuan.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa Bayu menginvestasikan Rp.11.000.000 untuk ¼
kepemilikan modal dalam persekutuan
Investasi pada Persekutuan Rp.11.000.000
Goodwill yang tidak dicatat diakui, dan modal sekutu lama dikredit untuk meningkatkan nilai
aset. Penyesuaian terhadap modal yang dilakukan pada rasio laba rugi yang telah ada
pada saat goodwill dibangun. Hal ini akan meningkatkan modal Basuki sebesar 60% dari
nilai goodwill dan modal Broto 40% dari Goodwill.
Goodwill 3.000.000
Modal Basuki 1.800.000
Modal Broto 1.200.000
Mengakui goodwill yang belum dicatat
Kas 11.000.000
Modal Bayu 11.000.000
Menerima Bayu sekutu baru untuk seperempat bagian modal
Alasan lain mencatat goodwill karena sekutu baru menginginkan saldo modalnya sama dengan
jumlah yang diinvestasikan. Investasi berdasarkan nilai pasar persekutuan, dan supaya
hal ini tercapai, persekutuan harus melakukan penilaian ulang saldo awal asetnya
bersihnya menjadi nilai wajar. Pada periode berikutnya, jika terdapat penurunan nilai pada
goodwill, akan dibebankan kepada laba persekutuan sebelum laba bersih didistribusikan
kepada para sekutu. Konsekueninya, ditribusi laba Bayu dimasa datang bisa dipengaruhi
oleh goodwill yang diakui pada saat diterima kedalam persekutuan.
Ilustrasi: Pendekatan Metode Bonus
Beberapa persekutuan menolak mengakui goodwill dan revaluasi aset ketika diterimanya
sekutu baru. Sebaliknya, mereka mengakui bagian dari investai sekutu baru sebagai
bonus kepada sekutu lama untuk menyelaraskan saldo modal pada saat penerimaan
sekutu baru. Dalam kasus ini, nilai Rp.750.000 yang dibayarkan oleh Bayu adalah bonus
yang dialokasikan kepada sekutu lama pada rasio laba atau rugi.
Jurnal yang dicatat dalam rangka penerimaan Bayu sebagai berikut:
Kas 11.000.000
Modal Basuki 450.000
Modal Broto 300.000
Modal Bayu 10.250.000
Penerimaan Bayu dengan Bonus kepada Basuki dan Broto
Bayu mungkin tidak menyukai metode bonus, karena saldo modalnya lebih rendah Rp.750.000
daripada saldo investainya di persekutuan. Hal ini merupakan kelemahan dari metode
bonus.
Prosedur Akuntansi untuk Kasus 2: Nilai Investasi Lebih Besar dari Proporsi Nilai Buku Sekutu
Baru Terhadap Persekutuan
Modal Sebelumnya Investasi Sekutu Baru Proporsi Nilai Total Modal Yang Bagian Sekutu
Buku Dihasilkan Baru Atas Total
Persekutuan Modal Yang
Sekutu Baru Dihasilkan (25%)
-25%
Investasi sekutu Rp.30.000.000 Rp.11.000.000 Rp.10.250.000
baru lebih besar
dengan proporsi
nilai buku
1.Revaluasi Rp.44.000.000 Rp.11.000.00
aset dengan
meningkatkan
nilai tanah
sebesar
Rp.3.000.000
2.Mengakui Rp.44.000.000 Rp.11.000.00
goodwill
sebesar
Rp.3.000.000
untuk sekutu
lama
3.Metode Rp.41.000.000 Rp.10.250.00
Bonus. Bonus
sebesar
Rp.750.000
kepada sekutu
lama
Ilustrasi: Kasus 3: Nilai Investai Sekutu Baru Lebih Kecil dari Proporsi Nilai Buku Persekutuan
Ada kemungkinan bahwa sekutu baru membayar lebih kecil dari proporsi kepemilikannya atas
nilai buku persekutuan. Ada tiga pendekatan alternatif untuk mengakui diferensial ketika
investasi lebih rendah dari nilai buku yang diakuisisi, yaitu:
1. Revaluasi nilai aset yang menurun. Pada alternatif ini yaitu:
a. Niali buku aset diturunkan untuk mencatat nilai penurunan nilainya
b. Modal sekutu lama diturunkan sebanding dengan kenaikan penurunan nilai buku aset
c. Modal persekutuan yang dihasilkan lebih rendah dari saldo modal awal ditambah nilai aset
yang diturunkan ditambah investasi sekutu baru
2. Mengakui goodwill yang dibawa sekutu baru. Dengan metode ini adalah:
d. Goodwill dan keunggulan lain yang dibawa sekutu baru dicatat dan dinaikkan ke dalam
saldo modal sekutu baru’
e. Modal sekutu lama dibiarkan tidak berubah
f. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal ditambah nilai goodwill
yang dibawa sekutu baru ditambah investasi sekutu baru
3. menggunakan metode bonus. Dengan metode ini adalah:
g. Sekutu baru mendapatkan bonus dari modal sekutu lama, yang akan menurunkan bagian
bonus mereka yang nantinya dibayarkan kepada sekutu baru
h. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah investasi
sekutu baru
Ilustrai soal: Kasus Nilai Investasi sekutu baru lebih kecil dari proporsi nilai buku sekutu baru
Asumsikan Citra membayar Rp.8.000.000 untuk ¼ kepemilikan pada persekutuan. Persediaan
yang dicatat pada nilai buku sebesar Rp.14.000.000 memiliki nilai wajar hanya
Rp.8.000.000 karena beberapa mengalami kerusakan. Para sekutu setuju untuk
menurunkan nilai persediaan menjadi nilai wajar sebelum masuknya sekutu baru.
Ilustrasi Pendekatan: Revaluasi Aset
penurunan nilai persediaan dialokasikan kepada sekutu lama sebesar rasio laba atau rugi
pada saat terjadinya penurunan nilai. Jurnal untuk mencatat penurunan nilai persediaan:
Modal Broto 3.600.000
Modal Basuki 2.400.000
Persediaan 6.000.000
Revaluasi persediaan menjadi nilai wajar
Kas 8.000.000
Modal Citra 8.000.000
Ilustrasi: Pendekatan: Goodwill untuk sekutu baru
Para sekutu lama mungkin menawarkan ¼ kepemilikan modal di persekutuan BBB seharga
investasinya, yaitu Rp.8.000.000, karena Bayu memiliki pengalaman bisnis, keahlian,
jaringan pelanggan, reputasi, dan komponen goodwill lainnya yang dia bawa ke
persekutuan. Jumlah goodwill yang dibawa sekutu baru biasanya ditentukan dari negosiasi
antara sekutu lama dengan calon sekutu baru. Misalnya Broto, Basuki, dan Bayu setuju
bahwa kemampuan Bayu akan menghasilkan laba. Mereka setuju bahwa Bayu layak
mendapatkan Rp.2.000.000 goodwill ketika bergabung sebagai antisipasi laba yang akan
dihasilkan Bayu dikemudian hari. Goodwill hasil negosiasi diakui dan ditambahkan
kedalam investasinya untuk menentukan jumlah modal yang akan di kredit.
Alternatif lain, nilai goodwill yang dibawa oleh sekutu baru biasa diperkirakan dari jumlah modal
oleh sekutu lama. Dalam contoh ini, sekutu lama menahan 75% kepemilikan pada
persekutuan dan memberikan 25% kepada sekutu baru. Nilai dari 75% kepemilikan sekutu
lama adalah Rp.30.000.000. investasi Bayu sebesar Rp.8.000.000 ditambah goodwill
setara dengan 25% sisanya. Nilai goodwill yang dibawa Bayu dapat dihitung sebagai
berikut:
75% dari estimasi modal yang dihasilkan Rp.30.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan(30.000.000/75%) Rp.40.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan Rp.40.000.000
Jumlah aset bersih tidak termasuk goodwill (Rp.38.000.000)
Perhatikan bahwa nilai goodwill yang diestimasi untuk sekutu baru dihitung menggunakan
informasi dari kepemilikan sekutu lama. Dalam kasus 2, estimasi goodwill kepada sekutu
lama dibuat dengan menggunakan informasi dari sekutu baru. Alasan perbedaan ini
karena untuk mengestimasi nilai goodwill haruslah menggunakan informasi terbaik yang
tersedia. Jika mengestimasi goodwill sekutu baru, tidaklah logis menggunakan investasi
berwujud sekutu baru untuk mengestimasi total investasi sekutu baru, termasuk goodwill.
Hal ini disebabkan karena nilai goodwill terdapat dalam investasi itu sendiri. Demikian pula
ketika goodwill dialokasikan kepada sekutu lama, tidaklah logis menggunakan modal
sekutu lama untuk mengestimasikan nilai goodwill. Hal yang paling sederhana bagaimana
mengestimasikan nilai goodwill adalah menggunakan informasi dari sekutu pihak lawan,
yaitu “Gerakan sekutu baru untuk mengestimasikan goodwill kepada sekutu lama:
gunakan sekutu lama untuk mengestimasikan goodwill untuk sekutu baru”.
Ilustrasi: Pendekatan Metode Bonus
Penerimaan Bayu sebagai sekutu baru dengan ¼ kepemilikan pada Persekutuan ABC, dengan investasi
hanya Rp.8.000.000 dapat juga diperlakukan sebagai bonus kepada Bayu dari skutu lama. Bonus adalah
selisih antara nilai buku sekutu baru dengan investasinya. Modal sekutu lama berkurang sebesar
bonusnya secara proporsional berdasarkan rasio laba ruginya. Berdasarkan kasus diatas, maka bunus
yang diberikan kepada Bayu dari sekutu lama adalah:
Jurnal yang dibuat oleh persekutuan untuk mencatat bonus yang diberikan kepada sekutu baru adalah:
Kas 8.000.000
Modal, Broto 900.000
Modal Basuki 600.000
Modal Citra 9.500.000
Penerimaan Citra dalam persekutuan
Prosedur Akuntansi: Nilai Investasi Lebih Kecil dari Proporsi Nilai Buku Sekutu Baru
Modal Sebelumnya Investasi Sekutu Baru Proporsi Nilai Total Modal Yang Bagian Sekutu
Buku Dihasilkan Baru Atas Total
Persekutuan Modal Yang
Sekutu Baru Dihasilkan (25%)
25%
Investasi sekutu Rp.30.000.000 Rp.8.000.000 Rp.9.500.000
baru lebih besar
dengan proporsi
nilai buku
1.Revaluasi Rp.32.000.000 Rp.8.000.00
aset dengan
menurunkan
nilai aset
sebesar
Rp.6.000.000
2.Mengakui Rp.40.000.000 Rp.10.000.00
goodwill
sebesar
Rp.2.000.000
untuk sekutu
lama
3.Bonus Rp.38.000.000 Rp.9.500.00
sebesar
Rp.750.000
kepada sekutu
lama
Berhentinya Seorang Sekutu dari Persekutuan
Ketika sekutu berhenti atau mengundurkan diri dari persekutuan, maka persekutuan secara
tidak langsung dibubarkan, tetapi sekutu yang lainnya mungkin masih berkeinginan
melanjutkan operasi usaha. Dalam sebagian besar kasus, persekutuan membeli semua
kepemilikan sekutu yang berhenti sebesar harga pembelian.
Pada umumnya, sekutu yang tersisa membeli bagian sekutu yang berhenti dengan akuisisi
langsung atau persekutuan membeli bagian kepemilikan sekutu yang berhenti tersebut.
Jika sekutu yang tersisa membeli langsung kepemilikan sekutu yang terhenti, satu-satunya
jurnal pada pembukuan persekutuan adalah mencatat reklasifikasi modal sesama sekutu.
Jika persekutuan mengakuisisi bagian sekutu yang berhenti, persekutuan harus mencatat
pengurangan jumlah modal persekutuan akibat penurunan atas aset pembayaran kepada
sekutu yang berhenti. Perhitungan harga pembelian ketika seorang sekutu berhenti dari
persekutuan dapat diperhitungan sebagai berikut:
1. Harga Pembelian sama Dengan Saldo Kredit Modal Sekutu
Misalnya, Basuki mengundurkan diri dari persekutuan ABC, pada saat saldo modalnya
Rp.55.000.000 setelah mencatat peningkatan pada aset persekutuan termasuk pengakuan
laba sampai tabggal pengunduran diri. Jurnal yang dicatat oleh persekutuan BB adalah:
Modal Basuki Rp.55.000.000
Kas Rp.55.000.000
Jika persekutuan tidak membayar dana sejumlah Rp.55.000.000 kepada Basuki pada saat
pengunduran diri, maka persekutuan harus mencatat sebagai kewajiban atas sisa yang belum
terbayar.
2. Harga Pembelian Lebih Besar dari Saldo Kredit Modal Sekutu
Misalnya, Basuki memiliki saldo modal Rp.55.000.000 dan seluruh sekutu setuju membayar
Basuki sejumlah Rp.65.000.000. sebagian besar persekutuan akan mencatat
Rp.10.000.000 kelebihan pembayaran diatas saldo modal Basuki sebagai bunus
penyesuaian modal kepada Basuki dari sekutu yang bertahan. Dalam kasus ini,
Rp.10.000.000 akan mengurangi modal Broto dan Bima sebesar rasio laba atau rugi
masing-masing. Broto memiliki 30% bagian dan Bima memiliki 25% bagian pada laba
persekutuan. Jumlah dari bagian keduanya adalah 55% dan presentase laba di antara
keduanya. Jurnal yang dibuat oleh persekutuan BBB
Modal Basuki 55.000.000
Modal Brorto 5.500.000
Modal Bima 4.500.000
Kas 65.000.000
3. Harga Pembelian Lebih Kecil dari saldo Kredit Modal Sekutu
Kadangkala, harga pembelian kurang dari saldo kredit modal sekutu. Hal ini dapat terjadi jika
nilai likuidasi aset bersih lebih kecil dari nilai bukunya atau karena sekutu yang berhenti
berniat meninggalkan persekutuan dengan cukup menerima lebih kecil dari saldo
modalnya. Misal, Aldi setuju menerima Rp.55.000.000 sebagai harga pembelian
kepemilikannya di persekutuan. Persekutuan harus mengevaluasi aset bersihnya untuk
menentukan jika terjadi penurunan nilai yang harus diakui. Jika tidak diperlakukan
revaluasi aset bersih, perbedaan Rp.5.000.000 (Rp.55.000.000-Rp.50.000.000
dialokasikan sebagai penyesuaian modal Bayu dan Citra berdasarkan rasio laba rugi).
TERIMAKASIH