Anda di halaman 1dari 52

PERSEKUTUAN

NAMA : KOMANG YUDA ARIGESTAWAN


NIM : 1917051141
KELAS : 6A
01
PERSEKUTUAN MERUPAKAN
ENTITAS YANG SANGAT UNIK
Persekutuan merupakan bentuk usaha yang populer karena
mudah dalam pendiriannya dan memugkinkan beberapa
individu untuk menggabungkan bakat dan kemampuan
mereka dalam satu usaha tertentu. Selain itu persekutuan
menyediakan sarana yang lebih fleksibel untuk memperoleh
tambahan modal dibandingkan dengan perusahaan
perseorangan dan memungkinkan pembagian risiko dalam
pertumbuhan usaha yang cepat.
Karakteristik entitas persekutuan memiliki beberapa komponen unik karena:
1. Status legalitas KUHper dan KUHD: tertera definisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban, setiap sekutu
ke sekutu lain dan kreditur dalam persekutuan, dan dipergunakan oleh pengadilan ketika tidak ada
perjanjian persekutuan.
2. Akuntansinya: Tidak harus berpedoman pada SAK.
3. Persekutuan sebagai entitas terpisah. Sebuah persekutuan merupakan entitas bisnis terpisah dari para
sekutunya.
4. Sekutu adalah wakil (agen) persekutuan. Tiap sekutu adalah wakil persekutuan atas transaksi yang
biasa terjadi dalam bisnis, kecuali sekutu tidak memiliki wewenang untuk bertindak atas nama
persekutuan karena sesuatu hal dan pihak ketiga mengetahui atau telah menerima pemberitahuan
bahwa sekutu tersebut tidak memiliki wewenang
5. Kewajiban sekutu adalah kewajiban bersama. Seluruh sekutu dapat dikenakan tanggung jawab untuk
seluruh kewajiban persekutuan kecuali dinyatakan dalam hukum. Dalam kejadian dimana
persekutuan gagal dan aset yang dimiliki tidak cukup untuk membayar kewajibannya, para sekutu
diminta untuk memberi kontribusi ke persekutuan sebesar proporsi pembagian kerugian perusahaan.
6. Hak dan kewajiban sekutu. Tiap sekutu memiliki akun modal yang menunjukkan jumlah kontribusi
sekutu tersebut dalam persekutuan, bersih dari kewajiban, dan bagian sekutu atas laba atau rugi
persekutuan, dikurangi berbagai pembagian. Sekutu berhak atas bagian laba atau rugi secara
proporsional sebesar jumlah yang dikontribusikan ke persekutuan, kecuali disetujui dalam perjanjian
persekutuan. Sekutu baru dapat diterima hanya dengan persetujuan seluruh sekutu. Tiap sekutu
memiliki akses atas pembukuan dan catatan persekutuan, dan tiap sekutu berkewajiban berlaku atas
nama persekutuan secara adil dan jujur.
7. Kepemilikan sekutu yang dapat dialihkan dalam persekutuan. Bagian sekutu atas laba dan rugi
persekutuan dan hak memperoleh pembagian, termasuk pembagian likuidasi. Seorang sekutu tidak
dapat mengalihkan hak manajemen atau hak wewenang untuk menjalankan operasi bisnis
persekutuan. Maka kreditor individual sekutu tidak dapat memperoleh pertimbangan legal atas
kepemilikan yang dapat dialihkan sekutu.
8. Berhentinya sekutu. Sekutu tidak lagi berlaku atas nama persekutuan. Sebuah sekutu berpisah dari
persekutuan ketika terjadi kejadian-kejadian berikut, yaitu: (1) sekutu tersebut memberitahukan
kepada persekutuan tentang pernyataan pengunduran diri sebagai sebuah sekutu, (2) sekutu tersebut
dikeluarkan dari persekutuan terkait dengan perjanjian sekutu, biasanya karena sekutu itu melanggar
beberapa isi perjanjian persekutuan atau karena akan terjadi pelanggaran hukum bagi persekutuan
jika terus melakukan usaha dengan sekutu tersebut.
• Jenis-Jenis Persekutuan Terbatas
a. Persekutan Terbatas (Limited Partnership-LP)
Karakteristiknya:
1. Terdapat paling sedikit satu sekutu umum dan satu atau lebih sekutu terbatas
2. Sekutu umum bertanggung jawab secara personal atas kewajiban persekutuan dan memiliki tanggung
jawab manajemen
3. Sekutu terbatas bertanggung jawab hanya sampai dengan kontribusi modal tapi tidak memiliki
wewenang manajemen
4. Sekutu umum memiliki elemen penting atas control operasional persekutuan terbatas dan akan
mengkonsolidasikan investasi di pembukuan sekutu umum
5. Sekutu terbatas umumnya menggunakan metode ekuitas untuk mencatat investasinya
b. Persekutan dengan Kewajiban Terbatas (Limited Liability Partnership-LLP)
Karakteristiknya:
1. Setiap sekutu memiliki tingkat perlindungan kewajiban.
2. Tidak ada sekutu umum atau sekutu terbatas, sehingga setiap sekutu memiliki hak dan kewajiban
sebagai sekutu umum, tapi dengan kewajiban hukum terbatas.
3. Setiap sekutu tidak bertanggung jawab secara personal atas kewajiban persekutuan.
4. Namun beberapa negara bagian telah mendefinisikan bahwa tiap sekutu bertanggung jawab penuh
atas kewajiban persekutuan, tapi tidak akibat kelalaian profesional atau mal praktik yang dilakukan
sekutu lain.
5. Sebagian besar persekutuan jasa profesional seperti firma akuntan, memiliki nilai asuransi yang
signifikan untuk menutupi kerugian jika terjadi tuntutan pengadilan dan mengalami kerugian dari
penyediaan jasa.
c. Persekutan Terbatas dengan Kewajiban Terbatas (Limited Liability Limited Partnership-LLLP)
Karakteristiknya:
1. Setiap sekutu bertanggung jawab hanya atas kewajiban bisnis persekutuan, dan tidak atas terjadinya
malpraktik atau kesalahan yang dilakukan sekutu lain dalam operasi bisnis normal persekutuan.
2. Setiap sekutu umum, walau bertanggung jawab atas manajemen persekutuan, tidak memiliki
kewajiban personal atas kewajiban persekutuan, sama dengan perlindngan kewajiban yang diberikan
oleh sekutu terbatas.
• Akuntansi Untuk Pendirian Persekutuan
1. Pada saat pendirian persekutuan, sangatlah penting untuk melakukan penilaian yang sangat tepat
terhadap aset selain kas dan kewajiban yang disetorkan oleh masng-masing sekutu.
2. Setiap kontribusi dari sekutu akan menjadi kekayaan persekutuan dan dimiliki secara bersama.
3. Persekutuan harus dapat memisahkan secara jelas antara kontribusi modal dan pinjaman yang
diberikan oleh sekutu kepada persekutuan.
4. Perjanjian pinjaman haruslah memiliki bukti tertulis atau dokumen lain yang secara legal dapat
mebuktikan bahwa terdapat pinjaman dari salah satu sekutu kepada persekutuan.
5. Memiliki aset berwujud yang dimiliki oleh persekutuan dan aset tertentu yang dimiliki oleh individu
sekutu tapi digunakan oleh persekutuan.
6. Pencatatan akurat atas aset berwujud persekutuan harus dijaga.
7. Aset yang disetorkan haruslah dinilai sebesar nilai wajarnya, yang mungkin membutuhkan jasa
penilai atau teknik penilaian lain.
8. Kewajiban harus dinilai sebesar nilai sekarang dari sisa arus kas yang akan dibayarkan.
9. Setiap sekutu harus setuju atas persentase ekuitas yang akan dimiliki masing-masing atas aset bersih
persekutuan.
10. Secara umum saldo modal ditentukan proporsional dari modal yang disetorkan masing-masing
sekutu.
• Akuntansi Untuk Operasi Persekutuan
1. Persekutuan menjual produk atau menyediakan jasa untuk mencari keuntungan.
2. Transaksi tersebut harus dicatat dalam jurnal dan buku besarnya.
3. Sebagian besar persekutuan menggunakan akuntansi akrual dan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dalam pembukuannya.
4. Prinsip akuntansi yang berlaku umum menghasilkan pengukuran laba yang lebih baik dibandingkan
metode akuntansi alternatif, seperti basis kas ataupun basis kas yang di modifikasi .
5. Laporan keuangan persekutuan disusun untuk kepentingan sekutu atau terkadang kreditor.
6. Sekalipun sebagian persekutuan tidak diaudit, pada saat audit dilakukan terhadap persekutuan yang
tidak mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum, laporan keuangan persekutuan tidak akan
mendapatkan opini “bersih” atau wajar tanpa pengecualian karena penyimpangan tersebut.
7. Akuntansi sering kali mendorong persekutuan untuk menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dengan tujuan para sekutunya nanti dapat membandingkan laporan keuangan persekutuan
dengan yang lain: jika kreditor meminta laporan keuangan yang diaudit sebagai syarat pinjaman,
laporan keuangan persekutuan tidak dibatasi untuk menerima opini wajar tanpa pengecualian.
• Alokasi Laba Atau Rugi Para Sekutu

Laba atau rugi kepada para sekutu dialokasikan setiap akhir periode sesuai
dengan perjanjian dalam persekutuan. Jika tidak terdapat dalam perjanjian, Bab
VIII, Bagian II, Pasal 1633 KUHPer menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh
bagian laba atau rugi secara proporsional sesuai dengan jumlah yang
dikontribusikan ke dalam persekutuan. Secara tidak langsung, semua persekutuan
memiliki perjanjian alokasi laba atau rugi. Perjanjian tersebut harus diikuti secara
benar, dan jika ada yang tidak jelas, maka akuntan harus memastikan bahwa
semua sekutu setuju atas distribusi laba atau rugi.

Metode alokasi laba atau rugi persekutuan terdapat 4 metode yang bisa digunakan
antara lain:
1. Rasio yang ditetapkan sebelumnya adalah hasil negosiasi antara sesama sekutu. Rasio
pembagian laba berdasarkan presentase jumlah modal persekutuan, waktu dan tenaga
yang dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor lainnya.
2. Bunga atas saldo modal adalah mengakui kontribusi dari investasi modal para sekutu
kepada kemampuan menghasilkan laba rugi bagi persekutuan. Bunga atas saldo modal
bukanlah beban bagi persekutuan; tetapi merupakan distribusi laba.
3. Gaji kepada sekutu, gaji yang dibayarkan kepada sekutu adalah bentuk dari distribusi laba
dan tidak merupakan beban bagi persekutuan.
4. Bonus kepada sekutu, bonus terkadang digunakan sebagai alat untuk memberikan
kompensasi tambahan kepada sekutu yang memberikan jasa kepada persekutuan.
Biasanya dinyatakan dalam presentase dari laba sebelum atau setelah bonus.
• Alokasi Laba Dengan Dasar Bertahap
Perjanjian persekutuan bisa membuat kombinasi dari beberapa prosedur alokasi yang
digunakan untuk distribusi laba. Perjanjian persekutuan juga harus berisikan alternatif yang
menyatakan proses alokasi dalam situasi laba persekutuan tidak untuk memenuhi semua
prosedur alokasi. Beberapa perekutuan menyatakan distribusi laba yang akan diikuti walau
apa pun kemungkinan yang terjadi. Kebanyakan perjanjian persekutuan menyatakan bahwa
seluruh proses harus diselesaikan dan jika ada sisa dialokasikan sebesar rasio distribusi laba
atau rugi.
• Laporan Keuangan Persekutuan
Sebuah persekutuan merupakan entitas pelaporan terpisah menurut kepentingan akuntansi.
Ada tiga laporan persekutuan yakni: laporan laba rugi, neraca, dan arus kas. Laporan interim
juga bisa dibuat untuk memenuhi kebutuhan para sekutu. Selain ketiga laporan keuangan,
Laporan Modal Para Sekutu biasanya dibuat untuk menyajikan perubahan akun modal
sekutu untuk suatu periode.
Ilustrasi: Alokasi Laba
Selama tahun 2011, persenutuan Bulan Bersemi (BB) memperoleh pendapatan Rp.45.000.000
dan beban Rp.35.000.000, sehingga akan menghasilkan laba sebesar Rp.10.000.000 pada
tahun tersebut. Basuki masih memiliki saldo modal Rp.20.000.000 selama tahun berjalan,
tetapi investasi modal Broto selama tahun berjalan berubah-ubah sebagai berikut:
Tanggal Debit Kredit Saldo

1 Januari Rp.10.000.000

1 Mei Rp.3.000.000 Rp.7.000.000

1 September Rp.500.000 Rp.7.500.000

1 November Rp.1.000.000 Rp.6.500.000

31 Desember Rp.6.500.000

Hitunglah:
a. Rasio pembagian laba 60%,40%
b. Bunga 15% atas saldo modal
c. Gaji akan diberikan kepada masing-masing Basuki Rp.2.000.000 dan Broto Rp.5000.000
d. Bonus akan diberikan kepada Broto sebesar 10% apabila laba melebihi Rp.5.000.000
e. Alokasikan pula metode pendistribusian laba secara bertahap apabila dalam situasi laba
persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi semua prosedur alokasi!
f. susunlah laporan modal para sekutu periode 31 Desember 2011
a. Pendistribusian rasio laba 60% Basuki dan Broto 40%
Basuki Broto Total

Presentasi pembagian laba 60% 40% 100%

Laba bersih Rp.10.000.000

Alokasi 60:40 Rp.6.000.000 Rp.4.000.000 Rp.10.000.000

Total Rp.6.000.000 Rp.4.000.000 -

Tabel di atas menggambarkan bagaimana laba bersih didistribusikan ke akun modal para
sekutu. Distribusi secara aktual diselesaikan dengan menutup akun ikhtisar laba rugi. Selain
itu, akun penarikan ditutup kepada akun modal pada akhir periode.
31 Desember 2011
Modal, Broto 4.000.000
Penarikan Broto 4.000.000
Menutup penarikan oleh Broto
Pendapatan Rp.45.000.000
Beban Rp.35.000.000
Ikhtisar Laba Rugi Rp.10.000.000
Menutup pendapatan dan beban
Ikhtisar Laba Rugi Rp. 10.000.000
Modal Basuki Rp.6.000.000
Modal Broto Rp.4.000.000
Mendistribusikan laba berdasarkan perjanjian
b. Bunga 15% atas saldo modal
Tanggal Debit Kredit Saldo Jumlah BulanxSaldo
Bulan
01-Jan Rp.10.000.00 4 Rp.40.000.000
0
01-Mei Rp.3.000.000 Rp.7.000.000 4 Rp.28.000.000
01-Sep Rp.500.000 Rp.7.500.000 2 Rp.15.000.000
01-Nov Rp.1.000.000 Rp.6.500.000 2 Rp.13.000.000
Total 12 Rp.96.000.000
Rata-rata modal Rp.8.000.000
Distribusi laba sebesar Rp.10.000.000 berdasarkan bunga atas saldo modal rata-rata
tertimbang dapat dihitung sebagai berikut:

Basuki Broto Total

Presentase pembagian laba 60% 40% 100%

Rata-rata modal Rp.20.000.000 Rp.8.000.000

Laba bersih Rp.10.000.000

Bunga atas modal Rp.3.000.000 Rp.1.200.000 -Rp.4.200.000

Sisa laba Rp.5.800.000

Alokasi 60:40 Rp.3.480.000 Rp.2.320.000 Rp.5.800.000

Total Rp.6.480.000 Rp.3.520.000 Rp.-


c. Gaji kepada sekutu

Basuki Broto Total

Presentase pembagian laba 60% 40% 100%

Laba bersih Rp.10.000.000

Gaji Rp.2.000.000 Rp.5.000.000 -Rp.7.000.000

Sisa laba Rp.3.000.000

Alokasi 60:40 Rp.1.800.000 Rp.1.200.000 Rp.3.000.000

Total Rp.3.800.000 Rp.6.200.000 Rp.-


d. Bonus kepada sekutu
Perhitungan bonus biasanya dinyatakan dalam presentase dari laba sebelum atau setelah
bonus. Sebelum bonus rumusnya:
Bonus= X% (NI-MIN)
Bonus= 10%(Rp.10.000.000-Rp.5.000.000)
Bonus= Rp.500.000
Setelah Bonus Rumusnya:
Bonus= X% (NI-MIN-Bonus)
Bonus= 10%(Rp.10.000.000-Rp.5.000.000-Bonus)
Bonus= 10%(Rp.5.000.000-Bonus)
1,1 Bonus= Rp.500.000
Bonus= Rp.454.545
Basuki Broto Total
Presentase pembagian laba 60% 40% 100%
Laba bersih Rp.10.000.000
Bonus untuk sekutu Rp.454.545 -Rp.454.545
Sisa laba Rp.9.545.455
Alokasi 60:40 Rp.5.727.273 Rp.3.818.182 Rp.9.545.455
Total Rp.5.727.273 Rp.4.272.727 Rp.-
e. Alokasi Laba dengan Dasar Bertahap
Perjanjian persekutuan bisa memuat kombinasi dari beberapa prosedur alokasi yang
digunakan untuk distribusi laba. Perjanjian persekutuan juga harus berisikan alternatif yang
menyatakan proses alokasi dalam situasi laba persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi
semua prosedur alokasi. Beberapa persekutuan yang menyatakan distribusi laba yang diikuti
walau apa pun kemungkinan yang terjadi. Kebanyakan perjanjian menyatakan bahwa seluruh
proses harus diselesaikan dan jika ada sisa dialokasikan sebesar rasio distribusi laba atau rugi
sebagaimana yang digambarkan dibawah ini:
Basuki Broto Total

Presentase pembagian laba 60% 40% 100%


Rata-rata modal Rp.20.000.000 Rp.8.000.000
Laba bersih Rp.10.000.000
Langkah 1:
Bunga atas rata-rata modal Rp.3.000.000 Rp.1.200.000 -Rp.4.200.000
Sisa setelah langkah 1 Rp.5.800.000
Langkah 2:
Gaji Rp.2.000.000 Rp.5.000.000 -Rp.7.000.000
Defisit setelah langkah 2: -Rp.1.200.000
Langkah 3:
Bonus Rp.500.000 -Rp.500.000
Defisit setelah langkah 3: -Rp.1.700.000
Langkah 4:
Alokasi 60:40 -Rp.1.020.000 -Rp.680.000 Rp.1.700.000
Total Rp.3.980.000 Rp.6.020.000 Rp.-
f. Laporan Modal Para Sekutu
Persekutuan BB
Laporan Modal Para Sekutu
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2011

Basuki Broto Total

Saldo, 1 Januari 2011 Rp.20.000.000 Rp.10.000.000 Rp.30.000.000

Ditambah:

Investai tambah Rp.500.000 Rp.500.000

Distribusi laba bersih Rp.3.980.000 Rp.6.020.000 Rp.10.000.000

Dikurangi penarikan (Rp.4.000.000) (Rp.4.000.000)

Saldo 31 Desember 2011 Rp.23.980.000 Rp.12.520.000 Rp.36.500.000


02
PERUBAHAN DALAM KEANGGOTAAN
Perubahan dalam keanggotaan persekutuan terjadi dengan adanya penambahan sekutu baru
atau berhentinya sekutu saat ini. Sekutu baru biasanya merupakan sumber tambahan
modal utama atau sebagai tenaga ahli. Penerimaan sekutu baru secara tidak langsung
merupakan persetujuan dari semua sekutu saat ini.
Berhentinya atau pengunduran diri dari persekutuan menyebabkan pembubaran secara
hukum atas persekutuan. Banyak persekutuan yang tetap melanjutkan operasi bisnisnya
dan persekutuan mungkin saja membeli kepemilikan sekutu yang berhenti pada harga
pembelian. Banyak persekutuan menggunakan transaksi perubahan keanggotaan
persekutuan sebagai kesempatan untuk merevaluasi aset dan kewajiban persekutuan
yang ada untuk mencatat goodwill yang belum dicatat. Parktik revaluasi aset bersih atau
pengakuan goodwill tidak sesuai dengan GAAP. Argumen penggunaan metode non-
GAAP adalah bahwa revaluasi aset pada saat perubahan keanggotaan menyatakan
secara lengkap kondisi ekonomis sebenarnya persekutuan pada saat tersebut dan
mengalokasikan perubahan nilai aset serta kewajiban dan goodwill kepada para sekutu
yang telah mengelola bisnis sepanjang terjadinya perubahan nilai.
Ada beberapa cara yang dilakukan oleh persekutuan untuk menerima sekutu baru menjadi
anggota dalam persekutuan yaitu:
1. Sekutu Baru Membeli Hak Kepemilikan
Sekutu baru bila memperoleh hak kepemilikan dalam persekutuan secara langsung dari satu
atau lebih sekutu yang ada saat ini. Dalam kasus ini, kas atau aset lain ditukar di luar
persekutuan, dan pencatatan yang dilakukan dalam pembukuan persekutuan hanyalah
reklasifikasi modal dalam persekutuan. Konsep yang sering digunakan adalah Nilai Buku
Persekutuan yaitu jumlah modal yang merupakan selisih antara jumlah aset dan kewajiban.
Nilai buku sangat penting karena merupakan pedoman yang digunakan dalam revaluasi aset
dan pengakuan goodwill.
Ilustrasi: Sekutu Baru Membeli Hak Kepemilikan
Nilai buku BB adalah Rp.30.000.000, dimana Basuki Rp.20.000.000 dan Broto Rp.10.000.000,-
dengan presentase laba 60% dan 40%. Pada tanggal 1 Januari 2013 Basuki dan Broto
mengundang bayu menjadi sekutu dalam bisnis mereka. Persekutuan yang dihasilkan adalah
BBB. Bayu membeli seperempat kepemilikan dalam modal persekutuan langsung dari Basuki
dan Broto dengan harga perolehan Rp.9.000.000, dengan membayar kepada Basuki
Rp.5.900.000, dan Broto Rp.3.100.000. Diminta:
a. Berapakah presentase laba/rugi pada persekutuan BBB setelah masuknya Bayu?
b. Berapakah modal Bayu periode 1 Januari 2013?
c. Berapakah modal Bayu periode 31 Desember 2013?
d. Berapakah Modal Persekutuan BBB?
a. Presentase laba/rugi setelah masuknya Bayu pada persekutuan BBB

Sekutu Presentase Laba

Basuki 45%(75%X60%)

Broto 30%(75%X40%)

Bayu 25%

b. Modal Bayu Periode 1 Januari 2013


Modal Basuki 5.000.000
Modal Broto 2.500.000
Modal Bayu 7.500.000
Reklasifikai moadal kepada sekutu baru:
Basuki Rp.20.000.000X25%
Broto Rp.10.000.000X25%
Modal Bayu dikredit hanya sebesar Rp.7.500.000, sekalipun Rp.9.000.000 yang dibayarkan
untuk seperempat kepemilikan. Pembayaran Rp.9.000.000 mencerminkan bahwa nilai
wajar persekutuan adalah Rp.36.000.000, yang dihitung: Rp.9.000.000 = Nilai Wajar X
25%. Nilai Wajar = Rp.36.000.000
Nilai buku persekutuan adalah Rp.30.000.000. selisih nilai buku persekutuan dengan nilau
wajar sebesar Rp.6.000.000. nilai buku yang lebih kecil dari nilai wajar, itu artinya bahwa
persekutuan mencatat asetnya terlalu kecil, sehingga harus direvaluasi dengan cara
menaikkan nilai aset sebesar Rp.6.000.000. revaluasi aset akan menyebabkan
bertambahnya modal sekutu lama yaitu Basuki dan Broto sebesar presentase laba
ruginya, sebelum masuknya Bayu
Tanah 6.000.000
Modal Basuki 3.600.000
Modal Broto 2.400.000
c. Modal Bayu periode 31 Desember 2013
Modal Basuki Rp.16.200.000
Modal Broto Rp.10.800.000
Modal Bayu Rp.9.000.000
d. Modal Persekutuan Rp.36.000.000
2. Sekutu Baru Melakukan Investasi di Persekutuan
Sekutu baru dapat mengakusisi kepemilikan dengan cara melakukan investasi ke dalam
persekutuan. Tiga kondisi dapat terjadi jika sekutu baru melakukan investasi di
persekutuan, yaitu:
Kasus 1: investasi sekutu baru sama dengan proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan
Kasus 2: investasi sekutu baru lebih besar dari proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan
Kasus 3: investasi sekutu baru lebih kecil dari proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan
Langakah-langkah yang dilakukan untuk menghitung masuknya sekutu dengan cara investasi
adalah:
1. Menghitung proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan: Proporsi sekutu baru
terhadap nilai buku persekutuan= (Modal sekutu awal+Investasi sekutu baru)X Presentase
modal atas sekutu baru
2. Menentukan nilai investasi sekutu baru yaitu prinsip dasar akuntansi untuk persekutuan
menyediakan sarana untuk menentukan jumlah investasi yang harus dikontribusikan oleh
sekutu baru. Ketika menetukan biaya investasi sekutu baru, sangatlah penting untuk
mencatat total modal persekutuan yang dihasilkan dan presentase kepemilikan yang
masih ditahan sekutu lama
Ilustrasi: Sekutu Baru Melakukan Investasi di Persekutuan
Kasus 1: Nilai Investasi Sekutu Baru Sama Dengan Proporsi Nilai Buku Persekutuan
Besarnya investasi sekutu baru sering kali merupakan hasil negosiasi antara sekutu lama
dengan calon sekutu baru. Seperti halnya akuisisi atau investasi, investor harus
menentukan nilai pasarnya. Dalam kasus persekutuan, calon sekutu berusaha untuk
memastikan nilai pasar dan kemampuan menghasilkan laba atas aset bersih persekutuan.
Investasi sekutu baru kemudian menjadi presentase modal persekutuan yang diakuisisi.
Sebagai contoh: Bayu harus percaya bahwa investasi senilai Rp.10.000.000 adalah harga
yang wajar untuk ¼ kepemilikan di persekutuan, atau dia tidak melakukan investasi sama
sekali. Setelah nilai investasi disetujui, barulah mungkin untuk menghitung proporsi nilai
buku sekutu baru. Untuk investasi Rp.10.000.000, Bayu akan mendapat ¼ kepemilikan
pasa persekutuan.
Investasi Bayu pada Persekutuan Rp.10.000.000

Proporsi nilai buku sekutu baru:

(Rp.30.000.000+Rp.10.000.000)X 1/4 (Rp.10.000.000)

Selisih (investasi = Nilai buku) Rp.-

Karena nilai investasi sama dengan 25% proporsi nilai buku sekutu baru, mengimplikasikan
bahwa aset bersih telah dinilai secara wajar. Modal yang dihasilkan sama dengan modal
awal (Rp.30.000.000+Nilai investasi sekutu baru)= Rp.40.000.000. perlu dicatat bahwa
modal yang dialokasikan kepada sekutu baru adalah bagiannya atas modal persekutuan
setelah diterimanya ia sebagai sekutu baru.
Jurnal yang dicatat dalam pembukuan persekutuan:
1 Januari 2012
Kas 10.000.000
Modal Bayu 10.000.000
Prosedur Akuntansi dari kasus 1: Nilai investasi= Proporsi Nilai Buku Sekutu Baru terhadap
nilai buku persekutuan
Modal Investasi Sekutu Proporsi Nilai Total Modal Bagian
Sebelumnya Baru Buku Yang Dihasilkan Sekutu Baru
Persekutuan Atas Total
Sekutu Baru Modal Yang
-25% Dihasilkan
Investasi Rp.30.000.000 Rp.10.000.000 Rp.10.000.00
sekutu baru 0
sama
dengan
proporsi
nilai buku
Tidak ada Rp.40.000.000 Rp.10.000.00
revaluasi,
bonus, atau
goodwill
Ilustrasi: Kasus 2: Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Besar dari Proporsi Nilai Buku
Persekutuan
Dalam beberapa kasus, seorang sekutu dapat melakukan investasi lebih besar dari proporsi
kepemilikannya atas nilai buku persekutuan. Hal ini berarti, sekutu tersebut menghargai
nilai lebih pada persekutuan yang tidak tercemin dalam pembukuan.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa Bayu menginvestasikan Rp.11.000.000 untuk ¼
kepemilikan modal dalam persekutuan
Investasi pada Persekutuan Rp.11.000.000

Proporsi nilai buku sekutu baru:

(Rp.30.000.000+Rp.11.000.000)X 25% (Rp.10.250.000)

Selisih (investasi > Nilai buku) Rp.750.000


Bayu telah menginvestasikan Rp.11.000.000 untuk kepemilikan nilai buku Rp.10.250.000,
sehingga membayar lebih tinggi sebesar Rp.750.000 atas nilai buku saat ini.
Umumnya kelebihan investasi atas nilai persekutuan mengindikasikan bahwa nilai aset bersih
sebelumnya kerendahan atau persekutuan memiliki goodwill yang tidak dicatat. Alternatif
perlakuan akuntansinya dalam kasus 2 yaitu:
1. Revaluasi aset. Yang dilakukan dengan alternatif:
a. Menaikkan nilai buku sebesar nilai pasarnya
b. Modal sekutu lama dinaikkan sebanding dengan kenaikan peningkatan nilai buku aset
c. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambahkan nilai
revaluasi aset ditambah nilai investasi sekutu baru
2. Mengakui goodwill yang tidak tercatat, alternatif dengan metode ini yaitu:
d. Goodwill yang tidak tercatat diakui
e. Modal sekutu lama dinaikkan sebanding dengan nilai goodwill
f. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah nilai
goodwill ditambah investasi sekutu baru
3. Menggunakan metode bonus. Pada dasarnya metode bonus adalah perpindahan saldo
modal antara sesama sekutu. Metode ini digunakan ketika sekutu tidak menginginkan
penyesuaian pada nilai aset atau nilai goodwill. Dengan metode ini adalah:
g. Modal sekutu lama dinaikkan sebanding dengan nilai bonus yang dibayarkan sekutu baru
h. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah investasi
sekutu baru
Persekutuan dapat menggunakan salah salah satu dari ketiga alternatif yang ada. Keputusan
biasanya dibuat berdasarkan kesepakatan antara sekutu lama dengan calon sekutu baru.
Beberapa akuntan mengkritik penggunaan revaluasi aset atau pengakuan goodwill karena
meninggalkan prinsip biaya historis dan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dalam PSAK 19 tentang ”Aset Tak Berwujud”, yang melarang perusahaan
mengakui goodwill yang tidak diperoleh melalui pembelian.
Tugas akuntan adalah untuk memastikan bahwa semua estimasi yang digunakan dalam
proses revaluasi telah berdasarkan bukti terbaik yang ada. Penilaian subjektif yang dapat
menurunkan kewajaran penyajian yang dibuat dalam laporan keuangan persekutuan harus
dihindari atau diminimalisasi.
Ilustrasi: Pendekatan Atas Revaluasi Aset
Misalkan Bayu membayarkan kelebihan sejumlah Rp.750.000 terhadap proporsi nilai buku
karena persekutuan memiliki tanah dengan nilai buku Rp.4.000.000 tetapi nilai pasar
Rp.7.000.000. para sekutu lama memutuskan untuk menggunakan penerimaan sekutu
baru ini sebagai pengakuan peningkatan nilai tanah dan mengalokasikan peningkatan ini
kepada masing-masing saldo modal sekutu lama. Peningkatan nilai tanah dialokasikan
kepada saldo modal para sekutu dengan menggunakan rasio laba rugi yang ada pada
saat terjadinya peningkatan. Modal Basuki meningkat sebesar Rp.1.800.000 dan modal
Broto meningkat sebesar Rp.1.200.000. persekutuan akan mencatat jurnal revaluasi
tanah:
Tanah 3.000.000
Modal Basuki 1.800.000
Modal Broto 1.200.000
Revaluasi tanah persekutuan menjadi nilai pasar
Ilustrasi: Pengakuan Goodwill
Sebuah sekutu yang masuk mungkin lebih karena adanya goodwill yang tidak tercatat,
diindikasikan dengan tingginya profitabilitas persekutuan. Beberapa persekutuan
menggunakan perubahan keanggotaan sebagai peluang untuk mengakui goodwill yang
dihasilkan sekutu lama. Mencatat goodwill yang belum diakui diperbolehkan dalam
akuntansi untuk persekutuan karena kebutuhan untuk menciptakan modal yang
sewajarnya sesama sekutu, hal ini adalah pengecualian dari PSAK 48, tetapi kebutuhan
para sekutu dan tujuan tertentu dari laporan keuangan persekutuan menyebabkan
pengecualian ini memungkinkan
Pada umumnya, jumlah goodwill ditentukan berdasarkan negosiasi antara sekutu lama dan
sekutu baru, dan berdasarkan estimasi laba dimasa datang. Misalnya, sekutu lama dan
baru setuju bahwa, disebabkan karena upaya sekutu lama, persekutuan memiliki potensi
menghasilkan laba, dan goodwill senilai Rp.3.000.000 harus diakui berdasarkan fakta
tersebut. Nilai biaya perolehan investasi yang dinegosiasikan oleh sekutu baru akan
didasarkan sebagian kepada potensi menghasilkan laba tersebut. Alternatifnya, goodwill
bisa diestimasikan berdasarkan jumlah invetasi sekutu baru. Contoh dalam kasus ini
hitunglah estimasi goodwill atas masuknya Bayu sebagai sekutu baru dengan cara
berinvestasi sebear Rp.11.000.000 untuk ¼ kepemilikan!
25% dari estimasi modal yang dihasilkan Rp.11.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan (Rp.11.000.000/25%) Rp.44.000.000

Estimasi jumlah modal yang dihasilkan Rp.44.000.000


Jumlah aset bersih tidak termasuk goodwill Rp.41.000.000

Estimasi goodwill Rp.3.000.000

Goodwill yang tidak dicatat diakui, dan modal sekutu lama dikredit untuk meningkatkan nilai
aset. Penyesuaian terhadap modal yang dilakukan pada rasio laba rugi yang telah ada
pada saat goodwill dibangun. Hal ini akan meningkatkan modal Basuki sebesar 60% dari
nilai goodwill dan modal Broto 40% dari Goodwill.
Goodwill 3.000.000
Modal Basuki 1.800.000
Modal Broto 1.200.000
Mengakui goodwill yang belum dicatat
Kas 11.000.000
Modal Bayu 11.000.000
Menerima Bayu sekutu baru untuk seperempat bagian modal
Alasan lain mencatat goodwill karena sekutu baru menginginkan saldo modalnya sama dengan
jumlah yang diinvestasikan. Investasi berdasarkan nilai pasar persekutuan, dan supaya
hal ini tercapai, persekutuan harus melakukan penilaian ulang saldo awal asetnya
bersihnya menjadi nilai wajar. Pada periode berikutnya, jika terdapat penurunan nilai pada
goodwill, akan dibebankan kepada laba persekutuan sebelum laba bersih didistribusikan
kepada para sekutu. Konsekueninya, ditribusi laba Bayu dimasa datang bisa dipengaruhi
oleh goodwill yang diakui pada saat diterima kedalam persekutuan.
Ilustrasi: Pendekatan Metode Bonus
Beberapa persekutuan menolak mengakui goodwill dan revaluasi aset ketika diterimanya
sekutu baru. Sebaliknya, mereka mengakui bagian dari investai sekutu baru sebagai
bonus kepada sekutu lama untuk menyelaraskan saldo modal pada saat penerimaan
sekutu baru. Dalam kasus ini, nilai Rp.750.000 yang dibayarkan oleh Bayu adalah bonus
yang dialokasikan kepada sekutu lama pada rasio laba atau rugi.
Jurnal yang dicatat dalam rangka penerimaan Bayu sebagai berikut:
Kas 11.000.000
Modal Basuki 450.000
Modal Broto 300.000
Modal Bayu 10.250.000
Penerimaan Bayu dengan Bonus kepada Basuki dan Broto
Bayu mungkin tidak menyukai metode bonus, karena saldo modalnya lebih rendah Rp.750.000
daripada saldo investainya di persekutuan. Hal ini merupakan kelemahan dari metode
bonus.
Prosedur Akuntansi untuk Kasus 2: Nilai Investasi Lebih Besar dari Proporsi Nilai Buku Sekutu
Baru Terhadap Persekutuan
Modal Sebelumnya Investasi Sekutu Baru Proporsi Nilai Total Modal Yang Bagian Sekutu
Buku Dihasilkan Baru Atas Total
Persekutuan Modal Yang
Sekutu Baru Dihasilkan (25%)
-25%
Investasi sekutu Rp.30.000.000 Rp.11.000.000 Rp.10.250.000
baru lebih besar
dengan proporsi
nilai buku
1.Revaluasi Rp.44.000.000 Rp.11.000.00
aset dengan
meningkatkan
nilai tanah
sebesar
Rp.3.000.000
2.Mengakui Rp.44.000.000 Rp.11.000.00
goodwill
sebesar
Rp.3.000.000
untuk sekutu
lama
3.Metode Rp.41.000.000 Rp.10.250.00
Bonus. Bonus
sebesar
Rp.750.000
kepada sekutu
lama
Ilustrasi: Kasus 3: Nilai Investai Sekutu Baru Lebih Kecil dari Proporsi Nilai Buku Persekutuan
Ada kemungkinan bahwa sekutu baru membayar lebih kecil dari proporsi kepemilikannya atas
nilai buku persekutuan. Ada tiga pendekatan alternatif untuk mengakui diferensial ketika
investasi lebih rendah dari nilai buku yang diakuisisi, yaitu:
1. Revaluasi nilai aset yang menurun. Pada alternatif ini yaitu:
a. Niali buku aset diturunkan untuk mencatat nilai penurunan nilainya
b. Modal sekutu lama diturunkan sebanding dengan kenaikan penurunan nilai buku aset
c. Modal persekutuan yang dihasilkan lebih rendah dari saldo modal awal ditambah nilai aset
yang diturunkan ditambah investasi sekutu baru
2. Mengakui goodwill yang dibawa sekutu baru. Dengan metode ini adalah:
d. Goodwill dan keunggulan lain yang dibawa sekutu baru dicatat dan dinaikkan ke dalam
saldo modal sekutu baru’
e. Modal sekutu lama dibiarkan tidak berubah
f. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal ditambah nilai goodwill
yang dibawa sekutu baru ditambah investasi sekutu baru
3. menggunakan metode bonus. Dengan metode ini adalah:
g. Sekutu baru mendapatkan bonus dari modal sekutu lama, yang akan menurunkan bagian
bonus mereka yang nantinya dibayarkan kepada sekutu baru
h. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah investasi
sekutu baru
Ilustrai soal: Kasus Nilai Investasi sekutu baru lebih kecil dari proporsi nilai buku sekutu baru
Asumsikan Citra membayar Rp.8.000.000 untuk ¼ kepemilikan pada persekutuan. Persediaan
yang dicatat pada nilai buku sebesar Rp.14.000.000 memiliki nilai wajar hanya
Rp.8.000.000 karena beberapa mengalami kerusakan. Para sekutu setuju untuk
menurunkan nilai persediaan menjadi nilai wajar sebelum masuknya sekutu baru.
Ilustrasi Pendekatan: Revaluasi Aset
penurunan nilai persediaan dialokasikan kepada sekutu lama sebesar rasio laba atau rugi
pada saat terjadinya penurunan nilai. Jurnal untuk mencatat penurunan nilai persediaan:
Modal Broto 3.600.000
Modal Basuki 2.400.000
Persediaan 6.000.000
Revaluasi persediaan menjadi nilai wajar
Kas 8.000.000
Modal Citra 8.000.000
Ilustrasi: Pendekatan: Goodwill untuk sekutu baru
Para sekutu lama mungkin menawarkan ¼ kepemilikan modal di persekutuan BBB seharga
investasinya, yaitu Rp.8.000.000, karena Bayu memiliki pengalaman bisnis, keahlian,
jaringan pelanggan, reputasi, dan komponen goodwill lainnya yang dia bawa ke
persekutuan. Jumlah goodwill yang dibawa sekutu baru biasanya ditentukan dari negosiasi
antara sekutu lama dengan calon sekutu baru. Misalnya Broto, Basuki, dan Bayu setuju
bahwa kemampuan Bayu akan menghasilkan laba. Mereka setuju bahwa Bayu layak
mendapatkan Rp.2.000.000 goodwill ketika bergabung sebagai antisipasi laba yang akan
dihasilkan Bayu dikemudian hari. Goodwill hasil negosiasi diakui dan ditambahkan
kedalam investasinya untuk menentukan jumlah modal yang akan di kredit.
Alternatif lain, nilai goodwill yang dibawa oleh sekutu baru biasa diperkirakan dari jumlah modal
oleh sekutu lama. Dalam contoh ini, sekutu lama menahan 75% kepemilikan pada
persekutuan dan memberikan 25% kepada sekutu baru. Nilai dari 75% kepemilikan sekutu
lama adalah Rp.30.000.000. investasi Bayu sebesar Rp.8.000.000 ditambah goodwill
setara dengan 25% sisanya. Nilai goodwill yang dibawa Bayu dapat dihitung sebagai
berikut:
75% dari estimasi modal yang dihasilkan Rp.30.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan(30.000.000/75%) Rp.40.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan Rp.40.000.000
Jumlah aset bersih tidak termasuk goodwill (Rp.38.000.000)

Estimasi goodwill Rp.2.000.000

Perhatikan bahwa nilai goodwill yang diestimasi untuk sekutu baru dihitung menggunakan
informasi dari kepemilikan sekutu lama. Dalam kasus 2, estimasi goodwill kepada sekutu
lama dibuat dengan menggunakan informasi dari sekutu baru. Alasan perbedaan ini
karena untuk mengestimasi nilai goodwill haruslah menggunakan informasi terbaik yang
tersedia. Jika mengestimasi goodwill sekutu baru, tidaklah logis menggunakan investasi
berwujud sekutu baru untuk mengestimasi total investasi sekutu baru, termasuk goodwill.
Hal ini disebabkan karena nilai goodwill terdapat dalam investasi itu sendiri. Demikian pula
ketika goodwill dialokasikan kepada sekutu lama, tidaklah logis menggunakan modal
sekutu lama untuk mengestimasikan nilai goodwill. Hal yang paling sederhana bagaimana
mengestimasikan nilai goodwill adalah menggunakan informasi dari sekutu pihak lawan,
yaitu “Gerakan sekutu baru untuk mengestimasikan goodwill kepada sekutu lama:
gunakan sekutu lama untuk mengestimasikan goodwill untuk sekutu baru”.
Ilustrasi: Pendekatan Metode Bonus
Penerimaan Bayu sebagai sekutu baru dengan ¼ kepemilikan pada Persekutuan ABC, dengan investasi
hanya Rp.8.000.000 dapat juga diperlakukan sebagai bonus kepada Bayu dari skutu lama. Bonus adalah
selisih antara nilai buku sekutu baru dengan investasinya. Modal sekutu lama berkurang sebesar
bonusnya secara proporsional berdasarkan rasio laba ruginya. Berdasarkan kasus diatas, maka bunus
yang diberikan kepada Bayu dari sekutu lama adalah:

Investasi pada Persekutuan Rp.8.000.000

Proporsi nilai buku sekutu baru:

(Rp.30.000.000+Rp.8.000.000)X 0,25 (Rp.9.500.000)

Selisih nilai investasi dengan proporsi nilai buku Rp.1.500.000

Jurnal yang dibuat oleh persekutuan untuk mencatat bonus yang diberikan kepada sekutu baru adalah:
Kas 8.000.000
Modal, Broto 900.000
Modal Basuki 600.000
Modal Citra 9.500.000
Penerimaan Citra dalam persekutuan
Prosedur Akuntansi: Nilai Investasi Lebih Kecil dari Proporsi Nilai Buku Sekutu Baru
Modal Sebelumnya Investasi Sekutu Baru Proporsi Nilai Total Modal Yang Bagian Sekutu
Buku Dihasilkan Baru Atas Total
Persekutuan Modal Yang
Sekutu Baru Dihasilkan (25%)
25%
Investasi sekutu Rp.30.000.000 Rp.8.000.000 Rp.9.500.000
baru lebih besar
dengan proporsi
nilai buku
1.Revaluasi Rp.32.000.000 Rp.8.000.00
aset dengan
menurunkan
nilai aset
sebesar
Rp.6.000.000
2.Mengakui Rp.40.000.000 Rp.10.000.00
goodwill
sebesar
Rp.2.000.000
untuk sekutu
lama
3.Bonus Rp.38.000.000 Rp.9.500.00
sebesar
Rp.750.000
kepada sekutu
lama
Berhentinya Seorang Sekutu dari Persekutuan
Ketika sekutu berhenti atau mengundurkan diri dari persekutuan, maka persekutuan secara
tidak langsung dibubarkan, tetapi sekutu yang lainnya mungkin masih berkeinginan
melanjutkan operasi usaha. Dalam sebagian besar kasus, persekutuan membeli semua
kepemilikan sekutu yang berhenti sebesar harga pembelian.
Pada umumnya, sekutu yang tersisa membeli bagian sekutu yang berhenti dengan akuisisi
langsung atau persekutuan membeli bagian kepemilikan sekutu yang berhenti tersebut.
Jika sekutu yang tersisa membeli langsung kepemilikan sekutu yang terhenti, satu-satunya
jurnal pada pembukuan persekutuan adalah mencatat reklasifikasi modal sesama sekutu.
Jika persekutuan mengakuisisi bagian sekutu yang berhenti, persekutuan harus mencatat
pengurangan jumlah modal persekutuan akibat penurunan atas aset pembayaran kepada
sekutu yang berhenti. Perhitungan harga pembelian ketika seorang sekutu berhenti dari
persekutuan dapat diperhitungan sebagai berikut:
1. Harga Pembelian sama Dengan Saldo Kredit Modal Sekutu
Misalnya, Basuki mengundurkan diri dari persekutuan ABC, pada saat saldo modalnya
Rp.55.000.000 setelah mencatat peningkatan pada aset persekutuan termasuk pengakuan
laba sampai tabggal pengunduran diri. Jurnal yang dicatat oleh persekutuan BB adalah:
Modal Basuki Rp.55.000.000
Kas Rp.55.000.000
Jika persekutuan tidak membayar dana sejumlah Rp.55.000.000 kepada Basuki pada saat
pengunduran diri, maka persekutuan harus mencatat sebagai kewajiban atas sisa yang belum
terbayar.
2. Harga Pembelian Lebih Besar dari Saldo Kredit Modal Sekutu
Misalnya, Basuki memiliki saldo modal Rp.55.000.000 dan seluruh sekutu setuju membayar
Basuki sejumlah Rp.65.000.000. sebagian besar persekutuan akan mencatat
Rp.10.000.000 kelebihan pembayaran diatas saldo modal Basuki sebagai bunus
penyesuaian modal kepada Basuki dari sekutu yang bertahan. Dalam kasus ini,
Rp.10.000.000 akan mengurangi modal Broto dan Bima sebesar rasio laba atau rugi
masing-masing. Broto memiliki 30% bagian dan Bima memiliki 25% bagian pada laba
persekutuan. Jumlah dari bagian keduanya adalah 55% dan presentase laba di antara
keduanya. Jurnal yang dibuat oleh persekutuan BBB
Modal Basuki 55.000.000
Modal Brorto 5.500.000
Modal Bima 4.500.000
Kas 65.000.000
3. Harga Pembelian Lebih Kecil dari saldo Kredit Modal Sekutu
Kadangkala, harga pembelian kurang dari saldo kredit modal sekutu. Hal ini dapat terjadi jika
nilai likuidasi aset bersih lebih kecil dari nilai bukunya atau karena sekutu yang berhenti
berniat meninggalkan persekutuan dengan cukup menerima lebih kecil dari saldo
modalnya. Misal, Aldi setuju menerima Rp.55.000.000 sebagai harga pembelian
kepemilikannya di persekutuan. Persekutuan harus mengevaluasi aset bersihnya untuk
menentukan jika terjadi penurunan nilai yang harus diakui. Jika tidak diperlakukan
revaluasi aset bersih, perbedaan Rp.5.000.000 (Rp.55.000.000-Rp.50.000.000
dialokasikan sebagai penyesuaian modal Bayu dan Citra berdasarkan rasio laba rugi).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai