Anda di halaman 1dari 27

Konsep dan Teknik

Negosiasi dan Mediasi

Dr. Mas Achmad Santosa, S.H., LL.M.


CEO Indonesia Ocean Justice Initiative
Pengajar Fakultas Hukum, Universitas Indonesia

Dipersiapkan untuk In-House Training Jaksa Agung Muda


bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (25 Agustus 2021)
Conflict is the open expression of
disagreement
(Carpenter & Kennedy, 1988)

Conflict is a clash of interest, values,


actions, or directions. Conflict refers to the
Pengertian Dasar existence of that clash. The word conflict is

Konflik dan Sengketa applicable from the instant that the clash
occurs. Even when we say that there is a
potential conflict we are implying that there
is already a conflict of direction even
though a clash may not yet occurred.
(Edward De Bono 1985)

Dispute: unmanaged (escalated) conflict


(Carpenter & Kennedy, 1988)

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 2


Penanganan Konflik dan Sengketa
Konflik atau sengketa terjadi di setiap hubungan antar manusia, dan terjadi di seluruh masyarakat di dunia. Konflik
atau sengketa dapat kita saksikan dalam kehidupan keseharian antar pasangan suami-istri, antar keluarga,
tetangga, kelompok etnik dan ras, hubungan kerja, organisasi, komunitas, warga negara dengan pemerintah, dan
antar bangsa. Dikarenakan konflik terjadi di berbagai tingkatan komunitas, organisasi, serta antar negara dan
melibatkan sumber daya, perasaan, biaya yang tidak kecil, bahkan korban jiwa oleh karenanya orang mencari cara
agar konflik atau sengketa dapat diakhiri atau diatasi. Dalam rangka penyelesaian konflik dan sengketa tersebut,
organisasi maupun masyarakat mencoba mengembangkan teknik/prosedur yang efisien yang bisa memenuhi
kepentingan para pihak yang bersengketa, disisi lain bisa memelihara hubungan baik yang telah terjalin yang
bertujuan meminimalisasi kerugian (materiil dan non-materiil) yang diakibatkan oleh konflik tersebut.

Kebanyakan ketidaksepakatan ditangani dengan cara-cara yang informal dari mulai penghindaran konflik (conflict
avoidance), pencegahan (conflict prevention), maupun penyelesaian langsung antar pihak secara informal (informal
discussion and problem solving). Disagreement atau konflik menjadi sengketa (dispute) apabila para pihak tidak
mampu atau tidak mau untuk menyelesaikan atau mengatasi ketidaksepakatan/konflik tersebut. Berbagai
pendekatan organisasi atau kelompok dalam mengatasi konflik atau sengketa dilakukan melalui berbagai cara
sebagaimana digambarkan dalam figur di bawah ini.

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021


3
Continuum of Conflict Management and Resolution Approaches
Chistopher Moore, 1996

Formality of the process, the privacy of the approach, the people involved, the authority of the
third party (if there is one), the type of decision will result, and the amount of coercion exercised.

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 4


Bentuk-Bentuk Konflik
Konflik diyakini dan dipahami ada disebabkan
1. Konflik sebagai Persepsi kebutuhan, kepentingan, keinginan atau nilai-nilai dari
seseorang berbeda/ tidak sama dengan orang lain

• Konflik sebagai reaksi emosional terhadap situasi


atau interaksi yang memperlihatkan adanya

2. Konflik sebagai Perasaan ketidaksesuaian/ ketidak cocokan. 


• Reaksi emosional ini diwujudkan dengan rasa takut,
sedih, pahit, marah, dan keputus-asaan atau
campuran perasaan-perasaan di atas

Merupakan ekspresi perasaan dan pengartikulasian


dari persepsi ke dalam suatu tindakan, untuk

3. Konflik sebagai Tindakan mendapatkan suatu kebutuhan (kebutuhan dasar,


kepentingan dan kebutuhan akan identitas) yang
memasuki wilayah kebutuhan orang lain

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 5


• Negotiation is a structured communication
and bargaining process that is commonly
used to conduct transactions and reach
agreements on issues where serious
differences do not exist, or to resolve a
dispute or conflict.

Negotiation dan • Mediation is a conflict resolution process in


which a mutually acceptable third party, who
Mediation has no authority to make binding decisions for
disputants, intervenes in a conflict or dispute
to assist involved parties to improve their
relationships, enhance communications, and
use effective problem-solving and negotiation
procedures to reach voluntary and mutually
acceptable understandings or agreements on
contested issues. The procedure is an
extension of the negotiations.

(Christopher Moore, 2011)


© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 6
Konflik/Sengketa Para Pihak yang Layak di Negosiasikan
1. Para pihak yang terlibat dalam konflik atau sengketa bersedia untuk melakukan a joint problem solving
process.
2. Para pihak saling memiliki ketergantungan antar satu dan lainnya sehingga terdorong untuk
bekerjasama untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya (equal bargaining power).
3. Para pihak mampu mengidentifikasi dan menyepakati isu-isu yang akan di rundingkan dalam joint
problem solving, sekalipun kepentingan mereka berbeda.
4. Para pihak mampu mempengaruhi satu sama lain dan mencegah tindakan yang membahayakan
hubungan bahkan memberikan apresiasi (positive and constructive atmosphere).
5. Para pihak merasa terdesak dengan waktu penyelesaian (time deadline) sebagai motivasi yang kuat
untuk menyelesaikan konflik atau sengketa.
6. Para pihak menyadari BATNA yang mereka miliki not as viable, efficient, or desirable dibandingkan
dengan solusi yang diharapkan dari negosiasi ini.
7. Para pihak memiliki faktor penentu (bersifat eksternal) yang mendorong mereka menyelesaikan
sengketa melalui negosiasi atau mediasi (misalnya putusan pengadilan yang tidak bisa dipredisksi,
gejolak dalam perusahaan yang harus diselesaikan, konsekuensi biaya jika tidak segera diselesaikan,
dsb).

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 7


Negosiasi yang berbasis posisi
(positional based bargaining)
Teknik
Negosiasi
Negosiasi yang berbasis
kepentingan (interest based
bargaining)

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 8


Perundingan Berbasis Posisi
• Perundingan Posisional
selalu dimulai dengan Tujuan saya
solusi.
Menang/Kalah
• Para pihak saling
mengusulkan solusi dan
saling menawar sampai Kompromi
mereka menemukan satu
titik yang dapat diterima
bagi keduanya (terjebak Kalah/Menang
pada rentang tawar
menawar).
Tujuan Anda

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 9


Perundingan Berbasis Kepentingan (Interest-Based)
Perundingan berdasarkan kepentingan dimulai dengan mengembangkan dan menjaga hubungan.
Para pihak mendidik satu sama lain akan kebutuhan mereka dan bersama-sama menyelesaikan
persoalan berdasarkan pada kebutuhan-kebutuhan/kepentingan.
Sikap/Perilaku Perunding Bertumpu
pada kepentingan:
 Kue (pie) tidak terbatas
 Tujuannya adalah = win/win Tujuan saya
 Kebutuhan dari seluruh pihak
a
sam
harus dibahas dalam rangka r
Be
mencapai tujuan lah
a
 Para perunding adalah as
“Penyelesai masalah” yang M
an
kooperatif
c ah
 Menjaga/membangun pola e
e m
hubungan positif selama P
perundingan
 Terdapat beberapa pilihan
Tujuan anda
penyelesaian yang memuaskan
 Kepercayaan diri senantiasa
dijaga
© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 10
Kiat Perundingan Kepentinga Pilihan-
Orang Kriteria
Berbasis n pilihan
Kepentingan
(Interest Based ) Menitikberatkan Jangan terpaku Menyepakati kriteria
pada hanya pada satu berdasarkan ukuran
Mempunyai 4 (empat) Pisahkan antara kepentingan/kebut pemecahan objektif untuk
elemen dasar : orang dan uhan dan bukan pemecahan masalah
masalah Masalah
mempertahankan
1. Orang (People) posisi Nilai pasar
2. Kepentingan Perbanyak pilihan-
Pusatkan pikiran
(Interest) pada masalah
pilihan pemecahan
Masalah
3. Pilihan-pilihan bukan pada mitra Bukan apa yang Ukuran ilmiah
(Options) Runding saya inginkan atau
tidak inginkan
4. Kriteria (Criteria) Hindarkan pemikiran
bahwa pemecahan Ukuran Profesional
Para perunding
masalah hanya
melihat diri urusan mitra runding
mereka sebagai
mitra kerja yang Praktek dalam
harus bekerja Mengapa saya Tentukan Masyarakat
sama untuk inginkan atau tidak penyelesaian pada
inginkan pemecahan yang
menyelesaikan memuaskan para Hukum
masalah pihak

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 11


BATNA (Best Alternative to a Negotiated Agreement)
Alternatif Terbaik Apabila Tidak Mencapai Kesepakatan (the Second Best Option)

BATNA adalah Standard against which any proposed agreement should be measured. Protecting yourself against
bad agreement.

The better your BATNA, the greater your power. People think of negotiating power as being determined by
resources like wealth, political connections, physical strength, friends, and military might. In fact, the relative
negotiating power of two parties depends primarily upon how attractive to each is the option of not reaching
agreement.

The greater danger is that you are too committed to reaching agreement. Not having developed any alternative to a
negotiated solution, you are unduly pessimistic about what would happen if negotiations broke off.

Tujuan BATNA:
(1) Berfungsi sebagai benchmark agar dapat mencapai kesepakatan yang optimal yang mampu memenuhi
kepentingan-kepentingan para pihak; dan
(2) Meringankan beban dalam negosiasi sehingga negosiator tidak mudah terperangkap pada kesepakatan yang
tidak mencerminkan pemenuhan kepentingannya.

Langkah-langkah menyusun BATNA:


1. Mengembangkan a list of action yang akan ditempuh bila tidak tercapai kesepakatan.
2. Memperbaiki gagasan-gagasan yang menjanjikan dan mengubah ke dalam practical alternatives.
3. Memilah secara tentatif satu alternatif yang sepertinya terbaik.

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 12


PROBLEM SOLUTION
Positional Bargaining: Which Game Should You Play? Change the Game — Negotiate on the Merits
SOFT HARD PRINCIPLED
• Para pihak adalah kawan. • Para pihak adalah • Para pihak adalah penyelesai masalah.
• Tujuan akhir adalah pemcapaian lawan/musuh. • Tujuan dari negosiasi adalah hasil yang bijaksana, yang
kesepakatan. • Tujuan adalah kemenangan. diterima oleh semua pihak (efficiently and amicably).
• Memberi konsesi untuk menjaga • Menuntut konsesi sebagai • Memisahkan orang dengan masalah (separate the
hubungan. prasyarat terjaganya hubungan. people from the problem).
• Lunak terhadap orang dan • Keras terhadap permasalahan • Lunak terhadap orang, tetapi keras/tegas terhadap
permasalahan. dan terhadap orang. masalah (be soft on the people, hard on the problem).
• Percaya pada pihak lain (mitra • Tidak mempercayai pihak lain • Kepercayaa dan ketidakpercayaan dapat terjadi dengan
runding). (mitra runding). alasan yang masuk akal (independent of trust).
• Merubah posisi dengan mudah. • Bersikukuh pada posisi. • Fokus pada kepentingan, tetapi bukan pada posisi
• Kerap memberikan penawaran. • Melemparkan ancaman. (focus on interests, not positions).
• Membuka batas minimal yang • Menuntut pihak lain memberikan • Eksplorasi kepentingan.
diinginkan (disclose your bottom konsesi sebagai prasyarat untuk • Menghindari penggunaan bottom line.
line). mencapai kesepakatan. • Menggali opsi untuk keuntungan semua pihak.
• Menerima kekalahan salah satu • Mencari jawaban tunggal: • Mengembangkan berbagai opsi terlebih dahulu untuk
pihak untuk mencapai sesuatu yang pihaknya (yang penghambilan keputusan kemudian.
kesepakatan. menerapkan hard approach) bisa • Mengandalkan kriteria objektif setiap mengusulkan
• Mencari jawaban tunggal: terima. opsi-solusi.
sesuatu yang bisa diterima pihak • Mencoba memenangkan contest • Try to reach a result based on standards independent of
lawan. of will. will.
• Menghindari contest of will. • Menerapkan tekanan pada pihak • Menggunakan alasan/argumentasi dan terbuka terhadap
• Mengalah dan mudah untuk lawan. alasan/argumentasi dari mitra runding untuk mencapai
ditekan. kesepakatan berdasarkan prinsip, bukan tekanan.

13
5 Langkah Terobosan Negosiasi (Urry, 1993)
Go To The Balcony
Apabila anda menghadapi negosiasi yang sulit dengan mitra runding yang berperilaku negatif dan temperamental, kita lebih
baik memilih step back dan tidak membalas secara reaktif dan emosional juga. Sebaliknya, kita perlu mengkonsolidasikan
mental kita dengan mengevaluasi dan merefleksikan kembali kepentingan dan BATNA kita. Teknik ini dikenal dengan Go to the
Balcony (GTB). GTB ini metafora untuk sikap mental melepaskan diri (detachment) dari proses yang kita sedang terlibat yaitu
negosiasi. Seolah olah kita berada di atas balcony yang engan tenang kita mengevaluasi konflik/sengketa seperti halnya kita
sebagai pihak ketiga netral. Go to the Balcony ini cara cerdas untuk menghindari konflik yang semakin runcing dan tidak
terkendali, sekaligus mengkonsolidasikan mental dan pikiran kita untuk tetap mengupayakan pencapaian kesepakatan yang
memenuhi kepentingan kita dan lebih baik dari BATNA.

Step to Their Side


Negotiator yang sukses adalah negosiator yang mampu menciptakan iklim yang favourable dan suasana nyaman bagi semua
pihak. Hilangkan rasa marah, takut dan sikap bermusuhan. Kembangkan naluri positif : dengarkan mereka, akui dan apresiasi
poin poin yang mereka sampaikan, setujui usulan mereka sepanjang dimungkinkan bagi kita untuk menyetujuinya. Apresiasi
dan akui otoritas dan kompetensi mereka. Jangan kita menyangkal hal yang tidak perlu kita sangkal (dont argue): Step to their
Side.

Reframe
Negosiator yang baik juga mampu menjadi game changer. Andaikata mitra runding kita mengambil posisi hard-line jangan kita
terpancing untuk menolak tetapi arahkan mereka untuk bagaimana memenuhi kepentingan masing-masing pihak. Sebaliknya
kita menggunakan/mengkapitalisir pendapat mereka untuk ajukan problem solving questions: mengapa anda menginginkan
posisi tersebut; apa yang anda akan lakukan apabila anda berada dalam situasi seperti saya ....Biarkan permasalahan yang
menjadi guru mereka. Hal tersebut yang disebut taktik reframe. Dont Reject: Reframe.
© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 14
5 Langkah Terobosan Negosiasi (Urry, 1993)
Build Them a Golden Bridge
Seringkali terjadi disaat kita siap bernegosiasi, mitra runding kita mandek tidak menunjukan kemauan untuk maju. Mitra
runding kita tidak yakin ada manfaat dari sebuah kesepakatan. Seringkali kita tergoda untuk mendorong dan bersikeras
(ngotot). Sikap reaktif seperti itu merugikan proses negosiasi karena mitra runding semakin kuat resistensinya. Do the
opposite, dengan cara kita berperan sebagai mediator : libatkan mereka dalam proses; inkorporasikan gagasan mereka
dalam berbagai usulan opsi penyelesaian; penuhi kepentingan mereka yang belum tercerminkan (unmet interest)--
terutama kepentingan yang terkait basic human needs-- (lihat Circle of Conflict )-- dalam proposal penyelesaian; bantu
selamatkan muka mereka; buatkan usulan kesepakatan dapat mencerminkan/mensimbolkan kemenangan mereka.
Istilahnya Go Slow To Go Fast. Dont Push: Build Them the Golden Bridge

Use Power to Educate


Apabila mitra runding tetap resisten dan berfikir mereka bisa memenangi konflik tanpa harus negosiasi, kita harus
mengedukasi mereka. Jangan gunakan ancaman dan kekerasan, dan paksaan karena akan backfire dan lashout. Secara
kontras justru kita perlu mengedukasi mereka cost of not agreeing dengan cara: (1) ask reality testing questions;(2)
ingatkan sebagai ganti ancaman (warn rather than threaten); (3) perlihatkan BATNA; (4) Tunjukan bahwa tujuan kita
adalah mutual satisfaction dan bukan victory. Yakinkan terus mereka bahwa golden bridge is always open. Kuncinya:
Dont Escalate: Use Power to Educate

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 15


Strategy:
The Goal: BARRIERS TO
BREAKTHROUGH
JOINT PROBLEM SOLVING COOPERTATION
NEGOTIATION

People Sitting Side by Side. • Your Reaction. • Go to the Balcony.


• Their Emotion. • Step to Their Side.

Facing the Problem. Their Position. Reframe

Reaching a Mutually • Their Dissatisfaction. • Build Them a Golden


Satisfactory Decision • Their Power Bridge.
• Use Power to Educate.

16
Situasi/Kondisi (yang) Membutuhkan Bantuan Mediator (1)
1. Para pihak mengalami kesulitan untuk berhubungan/ berkomunikasi, bertemu, dan memulai pembicaraan
untuk mengupayakan penyelesaian konflik/sengketa.

2. Emosi dan ekspresi negatif yang memperburuk hubungan para pihak menghambat diskusi untuk
penyelesaian masalah mereka.

3. Hilangnya kepercayaan dan respect antar pihak yang menghambat terjadinya pembicaraan yang produktif.

4. Komunikasi antar pihak yang bersengketa/berkonflik sangat buruk (kualitas dan kuantitas) yang tidak bisa
diatasi oleh para pihak itu sendiri.

5. Mispersepsi atau stereotyping/labelling yang menghambat komunikasi dan pertukaran pesan yang
konstruktif.

6. Perilaku negative yang dilakukan secara berulang (repeated negative behavior) dari para pihak (beberapa
pihak) yang menjadi kendala serius terjadinya komunikasi yang efektif sebagai prasyarat untuk
penyelesaian masalah.

7. Ketidaksepakatan yang serius (significant disagreement) antar pihak terkait dengan data (penentuan
penting atau tidaknya data, bagaimana data itu didapatkan, dan bagaimana data itu dievaluasi/dinilai).

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 17


Situasi/Kondisi (yang) Membutuhkan Bantuan Mediator (2)
8. Terdapat berbagai isu (multiple issues) dan para pihak belum sepakat tentang bagaimana
ketidaksepakatan isu-isu tersebut diatasi dan dicarikan solusinya.

9. Para pihak merasa buntu tentang posisi mereka yang ditandai masing-masing pihak menginginkan
solusi yang berbeda-beda, dan ketidakmampuan untuk melakukan identifikasi tentang kepentingan-
kepentingannya, apalagi berbicara tentang mutually acceptable interest-based solutions

10. Para pihak mendapatkan tekanan untuk tidak menyelesaikan konflik/sengketa yang disebabkan oleh
faktor-faktor atau pihak lain diluar para pihak yang bersengketa.

11. Para pihak enggan untuk mencapai kesepakatan karena adanya faktor unknowns, risks, atau
perubahan situasi kedepan.

12. Para pihak kehilangan kepercayaan terhadap satu dengan yang lain, andaikatapun terjadi
kesepakatan, kesepakatan tersebut tidak dilaksanakan.

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 18


A Variety of Roles of Mediator
1. Pembuka saluran komunikasi (opener of communication channels), yang memulai menyambungkan komunikasi atau
memfasilitasi komunikasi yang lebih baik, kalau komunikasi itu telah terbangun sebelumnya.
2. The legitimizer, membantu para pihak untuk mengakui hak masing-masing pihak, yang terlibat dalam perundingan.
3. The process facilitator, pihak yang menyediakan prosedur dan dapat juga berperan sebagai pimpinan dalam sesi-sesi
perundingan.
4. The trainer, menjalankan peran yang mendidik pihak-pihak yang pemula, tidak berpengalaman dan tidak siap dalam proses
negosiasi
5. The resource expander, mengusulkan bantuan procedural kepada para pihak dan memperkenalkan para ahli dan
narasumber lainnya seperti lawyers, technical experts, decision makers, bahkan additional goods for exchange yang
memungkinkan para pihak untuk memperluas opsi-opsi settlement yang dapat diterima kedua belah pihak (mutually
acceptable settlement options)
6. The problem explorer, memampukan para pihak untuk mengevaluasi/menguji permasalahan dari berbagai sudut pandang,
membantu mendefinisikan isu-isu pokok dan kepentingan dan melakukan eksplorasi terhadap opsi-opsi yang dapat
memenuhi kepentingan para pihak.
7. The agent of reality, membantu membangun penyelesaian yang implementatif dan masuk akal dan membangun sikap kritis
dan mempertanyakan terhadap para pihak yang memiliki tujuan-tujuan yang ekstrim dan tidak realistis
8. The scapegoat, memposisikan diri sebagai pihak yang bertanggungjawab dan bersedia menjadi pihak yang dipersalahkan
dari kesepakatan yang tidak populer untuk menyelamatkan integritas dari para pihak
9. The leader, sebagai pihak yang mengambil prakarsa, menghidupkan dan mendinamisir proses negosiasi melalui usulan
yang sifatnya procedural maupun substansial
19
© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021
Jenis-Jenis Mediator (Christopher Moore, 2011)
Authoritative Mediators
Social Network Independent
Mediators Mediators

20
© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021
Hubungan
Data/Informasi
Kepentingan Struktur
Nilai

CIRCLE OF CONFLICT
21
Circle of Conflict: Causes and Intervention
Moore, 1996

22
Penyebab/Sumber Konflik
Christopher Moore, 1996
Konflik yang didasarkan pada • (i) emosi yang kuat, (ii) mispresepsi, (iii) stereotyping, (iv) komunikasi yang
hubungan antar manusia buruk dan miskomunikasi, dan (v) perilaku negatif yang dilakukan secara
(relationship conflicts): berulang.

• (i) Kurangnya informasi; (ii) informasi yang keliru/misinformasi, (iiI) perbedaan


Konflik terkait dengan data
cara pandang tentang relevansi data, (iv) penafsiran yang berbeda tentang
(data conflicts): data, dan (v) assessment yang berbeda tentang prosedur.

Konflik kepentingan (interest • (i) kepentingan substantif, (ii) kepentingan prosedural, dan (iii) kepentingan
conflict): psikologis

• (i) Perilaku dan interaksi yang destruktif, (ii) kontrol yang tidak seimbang, (iii)
Konflik struktural (structural kepemilikan, (iv) pendistribusian sumber daya, (v) ketidakseimbangan kekuatan
conflicts): dan otoritas, (vi) faktor geografis, fisik, dan lingkungan yang menjadi kendala
kerjasama, dan (vii) kendala waktu

• (i) perbedaan kriteria dalam mengevaluasi gagasan atau perilaku, (ii) gaya
Konflik nilai (value conflicts): hidup yang berbeda, dan (iii) ideolgi dan agama.

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 23


12 Tahapan Kerja Mediator
1. Membangun hubungan baik dengan para pihak yang bersengketa
2. Menyeleksi strategi untuk melaksanakan/memandu mediasi
3. Mengumpulkan dan menganalisis background information Persiapan
4. Merancang rencana detail pelaksanaan mediasi
5. Membangun kepercayaan dan kerja sama

6. Memulai sesi mediasi


7. Mendefinisikan issue dan menetapkan agenda
8. Mengungkap kepentingan yang tersembunyi (hidden interests) dari
para pihak
Pelaksanaan
9. Mengembangkan opsi-opsi untuk penyelesaian/kesepakatan Mediasi
10.Mengevaluasi/menilai berbagai opsi untuk kesepakatan
11.Kesepakatan akhir

12.Menyusun perjanjian kesepakatan formal Wrap Up

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 24


Conflict Analysis Chart
Parties Issues Interests Importance Source of Positions/ Interested Other
of Issues Power/ Options in Working Comments
(High, Influence with Other
Medium, Parties
Low)

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 25


Conflict Analysis Summary
Parties Procedures
1. Who are the main parties and their key spokespeople? 1. What do parties think about using
2. Who are the secondary parties and their spokespeople? some form of conflict management?
3. Are the parties will defined? What suggestions do they have?
4. Do the parties want to work toward a solution? 2. Does a consensus process serve the
5. Are the parties capable of working with each other? parties interest?
3. What constraints might affect the
Substance of the Problem structure of a conflict management
6. What description best characterize the conflict? (a) Conflict process (timing, legal activities,
focuses on different interest; (b) Conflict focuses on strongly resources)?
held values; (c) Conflict focuses on perceived differences that 4. What other obstacle must a process
do not really exist. overcome?
7. What is the most constructive way to define the problem? 5. Which parties are experienced in
8. What are the central issues? using alternative dispute resolution
9. What are the secondary issues? procedures?
10. Are the issues negotiable? 6. What are the chances for success?
11. What are the key interest of each party?
12. What interest do parties have in common?
13. What positions have been taken/
14. What other options for resolution exist?
© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 26
Kesimpulan
1. Dalam masyarakat perkotaan modern, mediator independen yang diperankan oleh
mediator profesional lebih tepat. Dalam masyarakat adat, fungsi social network mediator
sudah berlangsung lama dan banyak ditemukan cerita keberhasilan. Sedangkan
authoritative mediator dapat diterapkan dalam masyarakat perkotaan dan pedesaan
sepanjang nilai nilai imparsialitas dan netralitas betul betul diterapkan.

2. Penguasaan teknik negosiasi interest based lebih tepat dibandingkan dengan positional
based (soft dan hard) karena kemungkinannya lebih besar menghasikkan kesepakatan
yang stabil dan implementable.

3. Penguasaan teknik negosiasi dan mediasi mutlak harus dimiliki oleh kejaksaan apabila
peran kejaksaan (khususnya Datun) akan dioptimalkan sebagai negotiator dan
mediator. Penguasaan konsep dan teknik secara textbook perlu diimbangi dengan
simulasi kasus konflik dan sengketa dan penerapannya dalam pelaksanaan tugas

© Mas Achmad Santosa, 25 Agustus 2021 27

Anda mungkin juga menyukai