Anda di halaman 1dari 3

11.3: Koordinasi dalam Kelompok: Kerjasama atau Konflik?

Tujuan Mengevaluasi faktor-faktor yang memengaruhi kerja sama dan konflik kelompok. Kerja
sama adalah perilaku dimana anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan bekerja sama, orang dapat mencapai tujuan yang tidak pernah mereka harapkan untuk
dicapai sendiri. Dalam bekerja sama sering juga terjadi konflik karena adanya perbedaan
kepentingan antar anggota kelompok.

Konflik adalah sebagai proses di mana individu atau kelompok merasa bahwa orang lain telah,
atau akan segera mengambil, tindakan yang tidak sesuai dengan kepentingan mereka sendiri
(DeDreu, 2010).

Bagian dari apa yang membuat kerjasama yang baik adalah keterikatan sosial, keterikatan sosial
adalah Memiliki perasaan bahwa Anda mengenal orang lain karena Anda mengetahui reputasi
mereka, seringkali dengan mengetahui orang lain yang mereka kenal juga. Di zaman sekarang
banyak sekali orang yang menggunakan komunikasi jarak jauh dan memungkinkan untuk tidak
bertemu secara langsung satu dengan yang lainnya. Tentunya komunikasi virtual seringkali
menimbulkan kesalahan persepsi dan juga sedikit konflik, namun kerja sama dalam kelompok
dapat di dorong ketika orang mengetahui reputasi orang lain dan bertindak atas dasar itu.

11.3.1: Kerjasama: Bekerja dengan Orang Lain untuk Mencapai Tujuan Bersama

Di dalam bekerja sama tentunya kita menginginkan untuk mendapatkan sesuatu yang ingin
dicapai secara berkelompok. Seringkali, ada beberapa anggota kelompok yang tidak konsisten
dalam bekerja sama. Hal ini diakibatkan karena adanya situasi ketergantungan negative, dimana
jika satu orang memperoleh hasil yang diinginkan, orang lain tidak dapat memperolehnya
(DeDreu, 2010).

Dilema sosial

Dilema sosial adalah situasi di mana setiap orang dapat meningkatkan keuntungan pribadinya
dengan bertindak dengan cara yang murni egois, tetapi jika semua (atau sebagian besar) orang
melakukan hal yang sama, hasil yang dialami oleh semua berkurang (Komorita & Parks, 1994;
Van Lange & Joireman, 2010). Penurunan daya tarik persaingan harus meningkatkan kerjasama.
Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan meningkatkan sanksi yang diberikan dalam
dilema sosial untuk pilihan nonkooperatif. Tetapi melakukan hal itu dapat mengubah cara orang
memandang situasi seperti itu—dari situasi yang melibatkan kepercayaan pada orang lain
menjadi situasi yang didasarkan pada kepentingan ekonomi. Ketika dilihat berdasarkan
kepercayaan, kerjasama harus lebih tinggi daripada ketika dilemma.

11.3.2: Menanggapi dan Menyelesaikan Konflik

konflik terkadang dapat terjadi ketika kedua belah pihak tidak benar-benar memiliki kepentingan
yang berlawanan—mereka hanya percaya bahwa ini ada (DeDreu & Van Lange, 1995). Konflik
dalam kelompok sering kali berkembang dalam kondisi sumber daya yang di mana anggota
kelompok harus bersaing satu sama lain untuk mendapatkannya. Apa yang dimulai sebagai
konflik tugas dapat dengan cepat berubah menjadi konflik hubungan (DeDreu, 2010).

Dua strategi yang sering digunakan dalam menyelesaikan konflik :


 Tawar menawar (Perundingan) Sebuah proses di mana pihak yang berlawanan saling
bertukar penawaran, penawaran balik, dan konsesi, baik secara langsung maupun melalui
perwakilan. Perundingan adalah strategi paling umum untuk menyelesaikan konflik
adalah tawar-menawar, atau negosiasi (Pruitt & Carnevale, 1993). Dalam proses ini,
pihak yang berlawanan saling bertukar penawaran, penawaran balik, dan konsesi, baik
secara langsung maupun melalui perwakilan. Jika prosesnya berhasil, solusi yang dapat
diterima kedua belah pihak tercapai, dan konflik diselesaikan. Taktik untuk mencapai
tujuan ini meliputi: (1) dimulai dengan penawaran awal yang ekstrem—yang sangat
menguntungkan pihak yang mengusulkannya, (2) berusaha meyakinkan pihak lain bahwa
titik impas seseorang jauh lebih tinggi daripada yang sebenarnya. bahwa mereka
menawarkan lebih dari yang seharusnya terjadi; misalnya, mengklaim Anda akan
kehilangan uang pada kesepakatan jika harga diturunkan, dan (3) meyakinkan pihak lain
bahwa Anda dapat pergi ke tempat lain dan mendapatkan persyaratan yang lebih baik.
Pendekatan ini menghasilkan hasil yang lebih menguntungkan dalam jangka panjang—
dan biasanya digunakan ketika merundingkan konflik nasional seperti konflik antara
Israel dan Palestina, atau konflik antara Protestan dan Katolik di Irlandia Utara. Ketika
kedua pihak berkomunikasi dengan jelas tentang kebutuhan mendasar mereka, pilihan
baru yang memenuhi kebutuhan kedua belah pihak sering kali dapat ditemukan. Teknik
ini—disebut bridging—adalah salah satu dari banyak teknik untuk mencapai solusi
integratif terhadap konflik. Beberapa strategi yang dapat berguna dalam mencapai
kesepakatan integratif, yang menawarkan hasil yang lebih baik daripada kompromi
sederhana,
 Tujuan Superordinat Tujuan yang mengikat kepentingan kedua belah pihak dalam
konflik bersama-sama daripada memisahkan mereka. Ini adalah tujuan yang hanya dapat
dicapai dengan kerja sama antar kelompok Ketika pihak-pihak yang berseberangan dapat
dibuat untuk melihat bahwa mereka berbagi tujuan yang menyeluruh, konflik sering kali
berkurang secara tajam dan mungkin, pada kenyataannya, digantikan oleh kerja sama
yang terbuka

Anda mungkin juga menyukai