Anda di halaman 1dari 21

Manajemen Terapi selama

Rawat Inap dan Rawat Jalan


Coronary Care Unit / Intensive Cardiac Care
Unit
• Setelah reperfusi, pasien STEMI dianjurkan untuk dirawat di unit
CCU/ICCU/ unit setara untuk pemantauan
• Staff harus familier dengan manajemen ACS, aritmia, gagal jantung,
pemantauan hemodinamik, pemantauan pernafasan, ventilasi
mekanik & pemantauan suhu. Selain itu, staff harus mampu
menangani pasien dengan penyakit ginjal & paru.
Ambulasi
Monitoring
• Pemantauan EKG untuk aritmia & deviasi segmen ST • Ambulasi dini (hari pertama)
direkomendasikan setidaknya 24 jam setelah onset gejala.
• Pemantauan yang lebih lama harus dipertimbangkan pada direkomendasikan pada sebagian
pasien dengan risiko aritmia yang menengah – tinggi, yaitu
keadaan dengan > 1 kriteria: besar pasien.
- hemodinamik tidak stabil
- aritmia mayor • Perpanjangan tirah baring &
- LVEF <40%
pembatasan aktivitas fisik terkadang
- gagal reperfusi
- stenosis koroner pada pembuluh darah besar diperlukan untuk pasien dengan infark
-komplikasi yang berhubungan dengan PCI.
• Selama proses perpindahan ruangan, sebaiknya didampingi
besar / dengan komplikasi berat
staff yang terlatih dalam mengatasi aritmia yang mengancam
jiwa & henti jantung
Durasi Rawat Inap
• Durasi rawat inap disesuaikan dengan kondisi • Pemulangan pasien STEMI dapat dipertimbangkan menggunakan
kriteria sederhana, yaitu Second Primary Angioplasty in Myocardial
pasien, berupa risiko jantung, komorbiditas, Infarction (PAMI-II) / Indeks PCI primer Zwolle
status fungsional & dukungan sosial. • Kriteria PAMI-II :
- Usia < 70 th
• Beberapa penelitian menunjukkan pasien
- LVEF > 45%
dengan PCI primer & revaskularisasi yang - terdapat 1 atau 2 penyakit pembuluh darah
berhasil menurunkan risiko perburukan - PCI berhasil

sehingga, dapat dipulangkan pada hari ke-2 / - tidak ada aritmia persisten
• Perpindahan awal (di hari yang sama) ke rumah sakit lain setelah
hari ke-3 setelah PCI.
PCI primer berhasil, dapat dilakukan di bawah pengawasan pada
pasien tertentu, yaitu pada pasien :
- tanpa tanda iskemia maupun aritmia
- hemodinamik stabil
- pasien yang tidak memerlukan vasoaktif
- pasien yang tidak dijadwalkan untuk revaskularisasi lebih lanjut.
Beberapa Keadaan Khusus pada Pasien
Pasien yang menggunakan Antikoagulan PO

• Penambahan DAPT pada antikoagulasi oral dapat • Pemeliharaan setelah STEMI: Secara umum, kelanjutan
meningkatkan risiko perdarahan 2-3x dibandingkan antikoagulasi oral pada pasien dengan indikasi DAPT (misalnya,
dengan antikoagulan tunggal. setelah STEMI) harus dievaluasi dengan hati-hati.

• Penatalaksanaan selama STEMI: Mengingat bahwa • Kemungkinan perdarahan dapat diprediksi dengan CHA 2DS2-VASc
[Cardiac failure, Hypertension, Age 75 (Doubled), Diabetes, Stroke
antikoagulasi oral merupakan kontraindikasi relatif
(Doubled) – VAScular disease, Age 65–74 and Sex category
untuk fibrinolisis, pasien STEMI harus diprioritaskan (Female)]
untuk PCI primer. Pasien harus menerima antikoagulan
parenteral tambahan, terlepas dari waktu dosis • Untuk kebanyakan pasien, tripel terapi dalam gabungan
terakhir antikoagulan oral. antikoagulasi oral, aspirin, dan clopidogrel harus dipertimbangkan
selama 6 bulan. Kemudian, antikoagulan oral ditambah aspirin /
• Loading Aspirin & Clopidogrel 600 mg harus dilakukan clopidogrel harus dipertimbangkan untuk tambahan 6 bulan.
pada semua pasien STEMI sebelum / selambat- Setelah 1 tahun, diindikasikan hanya menggunakan antikoagulan
lambatnya pada saat PCI. oral saja.
• Dalam kasus risiko perdarahan yang sangat tinggi, terapi tersebut
• Perlindungan lambung dengan inhibitor pompa proton
dapat dikurangi menjadi 1 bulan setelah STEMI, kemudian
(PPI) dianjurkan. dilanjutkan menjadi terapi antikoagulasi oral ditambah aspirin /
clopidogrel hingga 1 tahun, dan setelah itu hanya antikoagulan
saja
Pasien Lanjut Usia Disfungsi Ginjal

• Pasien lansia, mungkin datang dengan gejala atipikal • Terjadi disfungsi ginjal [perkiraan laju filtrasi
sehingga diagnosis MI tertunda/ luput. glomerulus (eGFR) <30 mL/menit/1,73 m2] pada
sekitar 30-40% pasien dengan ACS dan dikaitkan
• Pasien lansia berisiko mengalami perdarahan & dengan prognosis yang lebih buruk dan
komplikasi karena risiko perdarahan meningkat peningkatan risiko komplikasi di RS.
seiring bertambahnya usia, fungsi ginjal cenderung • Penting untuk memperkirakan GFR sesegera
menurun, & prevalensi komorbiditas tinggi. mungkin. Jenis & dosis antitrombotik harus
• Sebaiknya, lansia yang datang dengan keluhan dipertimbangkan berdasarkan fungsi ginjal.
atipikal, tetap dipikirkan ke arah MI & menggunakan • Memastikan hidrasi yang cukup selama dan setelah
strategi khusus untuk mengurangi risiko perdarahan; PCI primer dan membatasi dosis agen kontras,
termasuk memperhatikan dosis antitrombotik yang merupakan langkah penting dalam meminimalkan
tepat, terutama yang berkaitan dengan fungsi ginjal risiko nefropati.
& komorbiditas.
• Tidak ada batas usia sehubungan dengan reperfusi,
terutama dengan PCI primer.
Pasien Non Reperfusi
• Pasien yang gagal menerima terapi reperfusi dalam waktu 12
jam pertama harus segera dievaluasi secara klinis untuk
menyingkirkan adanya gejala hemodinamik / ketidakstabilan
elektrolit.
• PCI primer diindikasikan dengan adanya tanda gejala yang
menunjukkan iskemia miokard sedang berlangsung, gagal
jantung, ketidakstabilan hemodinamik / aritmia yang
mengancam jiwa & harus dipertimbangkan pada pasien tanpa
gejala yang stabil antara 12-48 jam setelah onset.
• Tes non-invasif dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan
sisa miokard iskemik / untuk memutuskan strategi invasif
lanjut / koroner elektif angiografi harus dipertimbangkan.
• PCI rutin tidak diindikasikan pada Infark Related Artery (IRA)
sumbatan total setelah 48 jam pertama dari onset gejala.
• Echocardiography dengan penilaian LVEF perlu dilakukan
diawal.
• Pada pasien yang dilakukan PCI, Ticagrelor / Prasugrel lebih
dipilih, sedangkan pasien yang tidak menjalani PCI,
Clopidogrel dIrekomendasikan.
Pasien dengan DM
• Pasien dengan DM yang datang dengan keluhan nyeri dada
atipikal dapat mengakibatkan pengobatan tertunda.
• Meskipun pasien DM berada pada risiko kematian dan
komplikasi (termasuk revaskularisasi berulang setelah PCI),
pemilihan terapi antitrombotik & terapi reperfusi sama
seperti pada pasien tanpa DM.
• Mengenai penggunaan obat antiplatelet, penghambat
reseptor P2Y12 oral yang lebih kuat (Prasugrel /Ticagrelor)
secara konsisten menunjukkan peningkatan manfaat dengan
pengurangan risiko pada pasien dengan DM dibandingkan
dengan Clopidogrel.
• Direkomendasikan untuk mengevaluasi status glikemik pada
semua pasien STEMI diawal, dengan & tanpa riwayat
diabetes / hiperglikemia yang diketahui.
• Pada fase akut, diperbolehkan untuk mengelola
hiperglikemia (yaitu mempertahankan konsentrasi glukosa
darah) <_11.0 mmol/L atau 200 mg/dL) tetapi tetap
menghindari terjadinya hipoglikemia.
Penilaian Risiko
Penilaian Risiko Klinis Manajemen Non-Invasive Imaging & Risiko
• Semua pasien STEMI harus dilakukan penilaian risiko • Parameter yang dapat diukur dengan pemeriksaan pencitraan :
awal, termasuk tingkat kerusakan miokard, keberhasilan (1) infarct size (CMR, SPECT, and PET); (2) risiko pada miokardium
reperfusi & gejala klinis risiko tinggi (usia tua, takikardi, (SPECT, CMR); (3) MVO (CMR); and (4) intramyocardial
haemorrhage (CMR).
hipotensi, kelas Killip >I, MI anterior, MI sebelumnya,
peningkatan kreatinin serum, riwayat gagal jantung). • Echocardiography darurat diindikasikan pada pasien dengan henti
jantung, syok kardiogenik, ketidakstabilan hemodinamik dan
• Evaluasi LVEF, keparahan CAD, sisa iskemia, komplikasi pada diagnosis STEMI yang tidak pasti.
yg terjadi selama rawat inap & tingkat risiko metabolik
(kolesterol total, LDL-C, HDL-C, trigliserida puasa, dan • Echocardiography rutin setelah PCI primer direkomendasikan
untuk menilai fungsi ventrikel kiri & kanan, serta fungsi katup.
glukosa plasma, serta fungsi ginjal). Penilaian ini Apabila echocardiography kurang optimal / tidak meyakinkan,
dilakukan sebelum pasien pulang. dapat dilakukan CMR.
• Pasien yang tidak berhasil reperfusi, memiliki risiko • LGE-CMR memiliki akurasi yang tinggi untuk menilai tingkat
komplikasi dan kematian yang lebih tinggi, sehingga transmural jaringan parut miokard.
perlu dilakukan penilaian adanya sisa iskemia. • Pasien dengan LVEF < 40%, dievaluasi ulang 6-12 minggu pasca
revaskularisasi
Terapi Jangka Panjang untuk STEMI
Intervensi Pola Hidup & Mengontrol Faktor Risiko

Berhenti Merokok Diet, Alkohol & Kontrol Berat Badan

• Merokok memiliki efek pro-trombotik yang kuat. • Pedoman pencegahan merekomendasikan:


Penghentian rokok harus dimulai selama rawat (i) diet yang mirip dengan Diet Mediterania, dimana mencakup
maksimal 10% dari total asupan energi lemak jenuh dengan menggantinya
inap & dilanjutkan setelah pemulangan. dengan lemak tak jenuh
(ii) asupan garam dari < 5 g per hari
• Penelitian meta-analisis, melaporkan 36%
(iii) 30–45 g serat per hari
kematian berkurang setelah berhenti merokok.
(iv) 200 g buah dan 200 g sayuran per hari
(v) ikan 1-2 kali per minggu
(vi) 30 g kacang tawar setiap hari
(vii) asupan alkohol maksimum 2 gelas (20 g alkohol) setiap hari untuk
pria dan 1 untuk wanita
(viii) mengurangi minuman manis dengan gula.
• Kegemukan & obesitas [ BMI : > 25 kg/m2] menjadi penyebab kematian
yang lebih tinggi dibandingkan dengan berat badan sehat (BMI antara 20
kg/m2 dan <25 kg/m2).
• Lemak di perut sangat berbahaya dan termasuk faktor risiko penyakit
kardiovaskular.
Rehabilitasi Jantung Berbasis Olahraga Memulai Aktivitas

• Semua pasien AMI harus berpartisipasi dalam • Kembali bekerja setelah AMI merupakan indikator
program rehabilitasi jantung berbasis penting dari pemulihan.
olahraga.
• Keputusan dibuat berdasarkan fungsi LV,
• Program rehabilitasi jantung sebaiknya kelengkapan revaskularisasi & karakteristik
mencakup pelatihan olahraga, modifikasi pekerjaan.
faktor risiko, manajemen stres, dan dukungan
• MI yang direvaskularisasi total dengan LVEF >40%
psikologis.
berisiko rendah untuk bepergian setelah keluar dari
• Dalam penelitian meta-analisis, olahraga rumah sakit (mulai hari ke-3 seterusnya).
sebagai bagian dari program rehabilitasi
• Pada STEMI berat, termasuk pasien dengan gagal
jantung dikaitkan dengan penurunan 22%
jantung, LVEF <40%, sisa iskemia, dan aritmia,
angka kematian pada pasien dengan CAD.
rencana berpergian harus ditunda sampai kondisi
stabil.
Kontrol Tekanan Darah Kepatuhan terhadap Pengobatan
• Hipertensi merupakan faktor risiko umum • Kepatuhan pengobatan yang rendah merupakan
pada pasien yang dirawat dengan STEMI penghalang untuk mencapai target pengobatan.
sehingga tekanan darah harus dikontrol. • Strategi untuk mengurangi ketidakpatuhan adalah
• Selain perubahan gaya hidup, mengurangi dengan menggunakan kombinasi dosis tetap/polipil/
asupan garam, peningkatan aktivitas fisik, dan sebagai pil dosis sekali sehari.
penurunan berat badan, farmakoterapi • Dalam sebuah uji coba, 325 dari 695 pasien pasca MI
dengan target tekanan darah sistolik (SBP) <
diberikan tatalaksana dengan menggunakan polipil
140 mmHg harus dimulai.
(aspirin, ACEi, dan statin), setelah 9 bulan tindak
• Pada pasien lanjut usia, target dapat lanjut, kelompok polipil menunjukkan peningkatan
dikurangi, sedangkan pada pasien dengan kepatuhan dibandingkan dengan kelompok yang
risiko sangat tinggi yang toleransi terhadap menerima obat terpisah.
beberapa obat penurun tekanan darah, target
<120 mmHg dapat dipertimbangkan.
Terapi Antitrombotik
Aspirin
• Aspirin direkomendasikan pada semua pasien dengan STEMI tanpa
pengecualian.
• Untuk pencegahan jangka panjang, dosis Aspirin rendah (75-100 mg)
diindikasikan karena efek anti-iskemik dan efek samping yang lebih
sedikit dibandingkan dosis yang lebih tinggi.
Durasi Terapi Kombinasi DAPT & Antitrombotik
• Gabungan aspirin dan inhibitor P2Y12 (prasugrel, ticagrel/ • Menurut data yang ada, penggunaan DAPT > 1 tahun
clopidogrel), direkomendasikan pada pasien STEMI
dengan PCI primer (sampai 12 bulan). Clopidogrel
(sampai 3 tahun) dalam bentuk aspirin & ticagrelor
direkomendasikan selama 1 bulan pada pasien dengan 60 mg 2 dd I dapat dipertimbangkan pada pasien
fibrinolisis tanpa PCI. yang toleransi DAPT tanpa komplikasi perdarahan.
• Untuk pasien yang menjalani fibrinolisis & PCI berikutnya, • Pada penelitian, pemberian dosis rendah rivaroxaban
DAPT dianjurkan selama 12 bulan. (2,5 mg dua kali sehari), pada pasien yang menerima
• Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
aspirin + clopidogrel dapat mengurangi kematian
memperpendek DAPT menjadi 6 bulan, dibandingkan kardiovaskular, MI, atau stroke.
dengan 12 bulan/ lebih , mengurangi risiko komplikasi
perdarahan besar.
• Tidak ada rekomendasi penggunaan clopidogrel /
prasugrel melebihi 1 tahun.
Beta-blocker
Pemberian Awal Betablocker Intravena Pemberian Betablocker Jangka Menengah & Akhir

• Pada pasien yang menjalani fibrinolisis, pemberian beta- • 7.057 pasien dengan AMI menunjukkan pengurangan
blocker secara i.v. mengurangi kejadian aritmia ventrikel, kematian terkait pengobatan beta-blocker meskipun tidak ada
meskipun tidak ada bukti manfaat secara klinis dalam hubungan antara dosis dengan hasil.
jangka panjang. • Beta-blocker direkomendasikan pada pasien dengan
penurunan fungsi LV sistolik (LVEF <_40%), tanpa adanya
• Pada penelitian, metoprolol i.v. (15 mg) pada saat awal kontraindikasi seperti gagal jantung akut, ketidakstabilan
diagnosis STEMI anterior, tidak ada gagal jantung, dan SBP> hemodinamik, atau AV block berat.
120 mmHg terbukti menurunkan infark & LVEF lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol. • Penelitian retrospektif pada 5.259 pasien menyarankan,
pemberian beta-blocker awal (yaitu <24 jam) memberikan
• Pasien yang diberikan metoprolol i.v. tidak menunjukkan manfaat kelangsungan hidup dibandingkan dengan yang
peningkatan ketidakstabilan hemodinamik & AV-block pada tertunda. Oleh karena itu, pasien dengan hemodinamik stabil,
30 hari. beta-blocker oral harus dipertimbangkan dalam 24 jam
pertama.
Terapi untuk Menurunkan Lipid
• Manfaat statin dalam pencegahan sekunder telah terbukti pada pasien ACS yang diberikan terapi
statin diawal dan terapi intensif.
• Statin yang diberikan lebih intensif dapat mengurangi risiko kematian kardiovaskular, non-fatal MI,
stroke iskemik, dan revaskularisasi koroner.
• Statin direkomendasikan pada semua pasien dengan AMI, terlepas dari konsentrasi kolesterol
pada presentasi.
• Tujuan pengobatan adalah konsentrasi LDL-C <1,8 mmol/L (<70 mg/dL) atau setidaknya 50%
pengurangan dalam LDL-C jika tingkat LDL-C awal adalah 1,8-3,5 mmol/L.
• Penggunaan statin intensitas rendah dipertimbangkan apabila terdapat peningkatan risiko efek
samping dari statin (misal gangguan hati atau ginjal, efek samping sebelumnya)
• Profil lipid harus diperiksa di awal setelah didiagnosis STEMI. Lipid harus dievaluasi ulang 4–6
minggu setelah ACS untuk menentukan apakah level target telah tercapai.

Anda mungkin juga menyukai