Anda di halaman 1dari 50

ISK + NEFROLITHIASIS

Disusun oleh :
dr. Steffanny Heronny Heldy Katuuk

Pendamping :
dr. Hj. Darmiana, MM

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD SUMEDANG
2020
Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Nomor RM : 526830
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pamarisen RT 02 RW 03, Desa/Kel. Mekarjaya, Kec. Sumedang Utara, Kab.
Sumedang, Jawa Barat
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa: Sunda
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Berjualan di pasar
Tanggal masuk : Selasa, 17 Maret 2020
Anamnesis Awal (17/3/2020)
Keluhan utama : nyeri pinggang kanan
Pasien datang ke IGD RSUD Sumedang dengan keluhan nyeri
pinggang sebelah kanan sejak 2 minggu SMRS. Nyeri dirasakan
secara mendadak, seperti ditusuk-tusuk, dan hilang timbul.
Keluhan disertai demam yang dirasakan naik turun, mual dan
muntah hingga 5x per hari, dan nyeri di perut tengah bawah.
BAK sedikit, sering dan tidak dapat ditahan, nyeri setelah BAK
dan adanya rasa tidak puas setelah buang air kecil, darah (-),
batu (-). Tidak ada keluhan BAB. Riwayat menstruasi dbn
 Riwayat penyakit dahulu:
Pasien pernah mengeluh hal yang sama sekitar 1 tahun yang lalu,
dikatakan kemungkinan batu ginjal/saluran kemih, disarankan USG dan
dioperasi namun pasien menolak. Riwayat maag (+). Riwayat HT (-), DM
(-), Kolesterol (-)
Riwayat keluarga:
Riwayat HT (-), DM (-), Kolesterol (-)
Riwayat pengobatan:
Pasien mengkonsumsi obat penghilang nyeri dari warung tiap
keluhan dirasakan
Riwayat kebiasaan:
Pasien sering menahan untuk BAK, karena sulitnya akses toilet di
sekitar tempat berjualan pasien, juga pasien jarang minum saat
berjualan di pasar
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4 M6 V5
Tanda vital
• Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
• Nadi : 88 x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
• Suhu : 38,1 0C
• Saturasi : 98 %
Status generalis:
Kepala:
Mata : CA -/-, SI -/-
Bibir : Mukosa basah
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax :
 Cor: S1=S2 murni , reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo : vesikular kiri = kanan, rhonchi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar lembut, Bising usus (+), Nyeri tekan (-), Hepar dan lien
tidak teraba membesar
Urogenital : NT Suprapubik (+), nyeri ketok CVA +/-
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium 17/3/2020
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hb 13,6 g/dL 12.3 – 15.3
Ht 40,1 % 35-47
Leukosit 12500 10^3/µl 4.5-10.0
Trombosit 178 103/µl 150-450
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Warna urin Kuning keruh Kuning jernih
Kimia Urin

Urinalisis Lengkap pH urin


BJ urin
8,0
1.015
4,8 - 7,4
1.015 – 1.025
17/3/2020 Nitrit urin (+) positif 1 negatif
Protein urin (+) positif 1 mg/dL negatif
Glukosa urin (-) mg/dL negatif
Bilirubin urin (-) mg/dL negatif
Keton urin (+) positif 1 mg/dL negatif
Urobilinogen urin Normal mg/dL Normal
Mikroskopis urin
Leukosit Banyak 0-5
Eritrosit 6-8 Plp 0-1
Sel Epitel 15-20 Plp 5-15
Kristal (-) /lpk negatif
Silinder (-) /lpk negatif
Lain-lain Bakteri + negatif
Diagnosis
Colic Renal ec Susp nefrolithiasis dextra
ISK Komplikata
Sistitis
Tatalaksana
 Infus RL 1500 cc / 24 jam
 Diet lunak 1500 kkal / hari
 Paracetamol 3 x 1 gr po
 Ciprofloxacin 2 x 400 mg iv
 Omeprazole 1 x 40 mg iv
 Bila nyeri meningkat beri ketoprofen supp
Follow-up
18/3/2020 – Hari II
S O A P

Nyeri pinggang Kesadaran : CM • ISK Komplikata • Infus RL 1500 cc / 24 jam


kanan (+), o
• Cystitis • Paracetamol 3 x 1 gr po
demam (-) mual (+), o GCS : E4M6V5 • Nefrolithiasis dextra • Ciprofloxacin 2 x 400 mg iv
muntah (-), nyeri di TD : 110/80 • Omeprazole 1 x 40 mg iv
perut tengah bawah o Bila nyeri meningkat beri

(+), BAK sering, o HR : 88x/m ketoprofen supp
nyeri setelah BAK, RR : 22x/m • USG KUB
rasa tidak puas o
setelah BAK (+) o T : 37,0˚C
:
• Abdomen : Datar, lembut, bising
usus (+), NT (-), Hepar dan lien
tidak teraba membesar
• Urogenital : NT Suprapubik (+),
nyeri ketok CVA +/-
USG KUB
18/3/2020
Follow-up
19/3/2020 – Hari III
S O A P

Nyeri pinggang • ISK Komplikata • Infus RL 1500 cc / 24 jam


kanan (+), o Kesadaran : CM
• Cystitis • Paracetamol 3 x 1 gr po
demam (-) mual (-), o GCS : E4M6V5 • Nefrolithiasis dextra • Ciprofloxacin 2 x 400 mg iv
muntah (-), nyeri di • Omeprazole 1 x 40 mg iv
perut tengah bawah o TD : 100/60 Bila nyeri meningkat beri

(+), BAK sering, o HR : 78x/m ketoprofen supp
nyeri setelah BAK, • USG KUB
rasa tidak puas o RR : 20x/m Cek Ureum Kreatinin

setelah BAK (+) o T : 36,6˚C • Cek Ulang Hematologi
• Abdomen: Datar, lembut, bising usus rutin
(+), NT (-), Hepar dan lien tidak • Konsul Bedah  advice :
teraba membesar tangani keluhan ISK dulu,
• Urogenital : NT Suprapubik (+), nyeri untuk nefrolithiasis nya
ketok CVA +/- kontrol ke poli bedah
Hasil Laboratorium 19/03/2020
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
Fungsi Ginjal
Ureum 25.5 mg/dL < 50
Kreatinin 1.23 Mg/dL 0.5 – 1.1
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium 19/3/2020
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hb 13,1 g/dL 12.3 – 15.3
Ht 40,4 % 35-47
Leukosit 12000 10^3/µl 4.5-10.0
Trombosit 180 103/µl 150-450
Follow-up
20/3/2020 – Hari IV
S O A P

Nyeri pinggang • ISK Komplikata • Infus RL 1500 cc / 24 jam


kanan (+), o Kesadaran : CM
• Cystitis • Paracetamol 3 x 1 gr po
demam (-) mual o GCS : E4M6V5 • Nefrolithiasis dextra • Ciprofloxacin 2 x 400 mg iv
(-), muntah (-), • Omeprazole 2 x 40 mg iv
nyeri di perut o TD : 110/80 Sucralfat syr 3x1 c

tengah bawah o HR : 80x/m • Bila nyeri meningkat beri
(↓), BAK dbn ketoprofen supp
o RR : 18x/m
o T : 36,7˚C
• Abdomen: Datar, lembut, bising usus
(+), NTE (+), Hepar dan lien tidak
teraba membesar
• Urogenital : NT Suprapubik (+), nyeri
ketok CVA +/-
Follow-up
21/3/2020 – Hari V
S O A P

Nyeri pinggang • ISK Komplikata • Cek ulang hematologi,


kanan (↓), o Kesadaran : CM
• Cystitis jika baik Acc Rawat Jalan
demam (-) mual (-), o GCS : E4M6V5 • Nefrolithiasis dextra • Obat pulang :
muntah (-), nyeri ulu  Ciprofloxacin 2x500 mg
hati (-), nyeri di perut o TD : 110/70 Paracetamol 3x2 tab

tengah bawah (-), o HR : 80x/m  Omeprazole 1x20 mg
BAK dbn  Urinter 2x1
o RR : 18x/m
o T : 36,6˚C
• Abdomen: Datar, lembut, bising
usus (+), NT (-), Hepar dan lien
tidak teraba membesar
• Urogenital : NT Suprapubik (-),
nyeri ketok CVA +/-
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium 21/3/2020
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hb 12,7 g/dL 12.3 – 15.3
Ht 40,4 % 35-47
Leukosit 6000 10^3/µl 4.5-10.0
Trombosit 175 103/µl 150-450
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Definisi 
Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi
dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim
ginjal sampai dengan infeksi kandung kemih dengan
jumlah bakteriuria yang bermakna.  Sebagian besar
kasus dialami pada wanita
Etiologi
Pada ISK non komplikata: Pada ISK komplikata:
1. E.coli
1. E.coli 75-90% 2. klebsiella SP,  proteus SP, citrobacter
SP,   acinetobacter SP, morganella SP, 
2. Staphylococcus dan pseudoMonas 
saprophyticus (5-15%)
3.  klebsiella SP.  proteus
Mayoritas ISK  bakteri menimbulkan
SP. enterococcus SP.  infeksi dengan rute ascending  dari
citrobacter SP. (5-10%) uretra ke kandung kemih, bahkan ke
ureter lalu ke ginjal
Klasifikasi
 ISK bawah
Sistitis akut maupun kronik dan pada sistitis akut urin pasien keluar
sedikit serta sering diikuti rasa sakit
Uretritis adalah peradangan pada uretra yang terbagi menjadi
urethritis gonokokus (UG) dan urethritis non gonokokus (UNG)

ISK atas
 Pielonefritis akut  proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh
infeksi bakteri
 Pielonefritis kronis  proses lanjut dari pielonefritis akut yang berkepanjangan
ISK non komplikata ISK komplikata
 ISK yang terjadi pada orang dewasa,  Infeksi yang dihubungkan dengan
dalam hal ini terdiri dari sistitis akut suatu kondisi, misalnya
dan pielonefritis akut pada individu abnormalitas struktural atau
yang sehat fungsional saluran genitourinari
 FR ISK ini  tidak diketahui, infeksi atau adanya penyakit dasar yang
berulang, dan FR diluar saluran menganggu mekanisme pertahanan
urogenitalis. ISK ini banyak diderita diri individu, yang meningkatkan
oleh perempuan tanpa terdapat resiko untuk menderita infeksi atau
kelainan struktural dan fungsional di kegagalan terapi
dalam saluran kemih
Faktor Risiko
Kerusakan  atau kelainan  Pengaruh obat-obatan
anatomi saluran kemih berupa estrogen
obstruksi internal oleh
jaringan parut  Sering berhubungan
 Pemasangan kateter urin yang seksual
lama  Riwayat ISK
 Endapan obat intratubular
 Diabetes melitus
 Polikistik Ginjal
 Kehamilan
 Inkontinensia
Bakteri dalam kandung kemih dapat dibersihkan dengan mekanisme
aliran urine  sifat antibakteri dari urin dan mukosa kandung kemih
Sel epitel kandung kemih  menyekresikan sitokin dan kemokin yang
menyebabkan sel polimorfnuklear masuk ke epitel dan akan
berinteraksi membunuh bakteri
Flora normal pada introitus vagina dan uretra juga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab ISK
Aktivitas seksual dan penggunaan antibiotik dapat meningkatkan
kerentanan terhadap kolonisasi mikroorganisme penyebabnya
Dasar Diagnosis
Anamnesis
Sistitis : frekuensi urgensi disuria,  nokturia,
ketidaknyamanan suprapubis, hematuria
Prostatitis :  dysuria, frekuensi,  demam menggigil,
nyeri di area prostat, LUTS
Pyelonefritis:  demam, nyeri pinggang,  mual muntah,
hematuria
Pemeriksaan fisik:
Febris
nyeri tekan suprapubik
nyeri ketok CVA
nyeri tekan prostat saat rectal toucher

Pemeriksaan Penunjang
Gold standar: bakteri di kultur urine (+),  jumlah koloni >105/mL
Urinalisis : bakteriuria, hematuria, leukosit >5 /lpb
Fungsi ginjal
Foto BNO-IVP atau USG ginjal
Penatalaksanaan
Bakteriuria asimptomatik:
Tatalaksana hanya diberikan pada wanita hamil sebelum tindakan bedah urologi dan
setelah tindakan transplantasi ginjal

ISK bawah
Kotrimoksazol 2x960mg 1 minggu
Siprofloksasin 2x250mg 3 hari
Levofloksasin 2x250mg 3 hari
Sefiksim 1x400mg 3 hari
Nitrofurantoin 2x100mg 1 minggu
Co-amoxiclav 2x625mg 1 minggu
ISK atas :
Ciprofloxacin 2x500mg 1 minggu
Levofloxacin 1x500mg 
Ofloxacin 1x400mg
Obat parenteral pilihan seperti seftriaxon 1x1gr, levofloxacin 4x500mg, atau
siprofloxacin 2x400mg selama 48-72jam

ISK pada ibu hamil


Nitrofurantoin 200mg single dose
Ampicilin 4x250mg 3 hari
Cephalosporin 2g dosis tunggal, atau 4x250mg 3 hari
Pencegahan
Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
Menjaga higienitas genitalia eksterna
Komplikasi
Infeksi saluran kemih yang dibiarkan tidak tertangani dapat menyebabkan
infeksi ginjal (pielonefritis). Kondisi ini akan mengakibatkan kerusakan ginjal
permanen. ISK juga berisiko untuk kambuh dalam kurun waktu 6 bulan, atau
hingga empat kali dalam setahun
Sejumlah komplikasi lain yang dapat terjadi akibat ISK yang tidak tertangani
adalah:
Sepsis, yaitu kondisi berbahaya akibat infeksi, terutama bila infeksi menyebar
hingga ke ginjal
Striktur uretra (penyempitan uretra pada pria)
Kelahiran prematur dan bayi terlahir dengan berat badan lahir rendah, jika
dialami oleh wanita hamil
Definisi
Nefrolitiasis (batu ginjal)
merupakan suatu keadaan dimana
terdapat satu atau lebih batu di
dalam pelvis atau kaliks dari ginjal
Etiologi
Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi
menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat,
batu sistin, batu xanthine, dan batu silikat
Faktor risiko
Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan,
sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kebiasaan makan, zat
yang terkandung dalam urin, pekerjaan, dan sebagainya
Faktor risiko nefrolitiasis (batu ginjal) umumnya biasanya
karena adanya riwayat batu di usia muda, riwayat batu
pada keluarga, penyakit asam urat, kondisi medis lokal
dan sistemik, predisposisi genetik, dan komposisi urin itu
sendiri
Klasifikasi
Batu kalsium
Batu kalsium : 85% batu disebabkan oleh kalsium
yang berikatan dengan beberapa zat lain seperti
oksalat, urat dan fosfat. Pembentukan batu kalsium
dipengaruhi oleh peningkatan kalsium di urin,
peningkatan asam urat di urin, peningkatan oksalat di
urin dan penurunan sitrat di urin
Batu non kalsium
Struvite : terdiri dari magnesium, amonium dan fosfat (MAP).
Kompleks MAP terbentuk akibat dari infeksi Proteus,
Klebsiella, Staphylococci, Mycoplasma. Bakteri tersebut
mempunyai kemampuan untuk memecah urea menjadi
amonium. Kemudian amonium ini yang akan menyebabkan
pH urin menjadi basa. Terbentuknya MAP ini juga
dipengaruhi oleh pH urin. MAP dapat mengendap bila pH
urin basa, dimana pHnya lebih dari 7,19.
Asam Urat : Pembentukan batu asam urat ini
dipengaruhi pH urin yang asam (< 5,5), masukan
purin yang tinggi, atau disebabkan oleh keganasan.
Selain itu faktor risiko terjadinya batu asam urat
adalah penyakit Gout
Cystine : Akibat kelainan genetik dimana adanya defek
metabolisme sehingga cystine, omithine, lysine, dan
arginine tidak dapat direabsorpsi di tubulus ginjal.
Akibatnya terjadi supersaturasi dan terbentuk batu
cystine
Xanthine : kelainan sekunder yang diakibatkan oleh
defisiensi kongenital dari xanthine oxidase sehingga
xanthine tidak dapat dimetabolisme
Silikat : batu jenis ini jarang ditemukan. Disebabkan
oleh karena konsumsi obat antasid yang mengandung
magnesium silikat
Crystal Urine
Gejala klinis
Nyeri kolik di pingggang menjalar ke arah bawah dan
depan
Nausea dan vomitus
Penurunan nafsu makan
Hematuria
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis dan hematologi rutin
Usg
Foto rontgen
BNO-IVP
USG
CT urografi tanpa kontras
Tatalaksana
1. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
2. PCNL (Percutaneus Nephrolithotomy)
3. Bedah terbuka
4. Terapi konvervatif
ESWL (Extracorporeal
Shockwave Lithotripsy)
 Alat ini ditemukan pertama kali
pada tahun 1980 oleh Caussy.
Bekerja dengan menggunakan
gelombang kejut yang dihasilkan di
luar tubuh untuk menghancurkan
batu di dalam tubuh. Batu akan
dipecah menjadi bagian-bagian
yang kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih
Uteroscopy & Lithotripsy
 Dengan bantuan uteroskop,
diberikan shock waves untuk
memfragmentasi batu, lalu
probe akan menyedot
fragmen dan debris
 Berguna pada batu ureter
distal
PCNL (Percutaneus
Nephrolithotomy)
 Mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal
dengan cara memasukan alat endoskopi ke dalam
kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi
fragmen-fragmen kecil. Asosiasi Eropa Pedoman
Urologi  PNL pengobatan utama utk batu ginjal
berukuran >2,5 cm
 Gagal ESWL
 Ada bukti obstruksi
 ESWL  lini kedua pengobatan  ESWL sering
membutuhkan beberapa perawatan, risiko obstruksi
ureter
Bedah terbuka
Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki
fasilitas PNL dan ESWL, tindakan yang dapat
dilakukan melalui bedah terbuka. Pembedahan
terbuka itu antara lain pielolitotomi atau nefrolitotomi
Terapi konvervatif atau Terapi
medikamentosa
Terapi konservatif :
Pada batu ukuran < 5 mm (akan keluar spontan),
analgesik utk mengurangi nyeri
Belum memiliki indikasi pengeluaran batu secara aktif
Manajemen rasa nyeri pasien, khusunya pada kolik
Peningkatan asupan minum
Pemantauan berkala untuk menilai posisi batu dan
derajat hidronefrosis

Anda mungkin juga menyukai