G3P0A2 Hamil
Aterm + PEB +
KPD
PEMBIMBING :
DR.dr. Hermanus Suhartono,
SpOG (K)
Oleh :
PEMBAHASAN
Teori
Diagnosis PEB (satu atau lebih dari • Adanya keluhan cerebral atau
kategori berikut): visual
• Tekanan darah sistol ≥ 160/110 • Edema paru dan sianosis
mmHg • Nyeri pada epigastrium atau di
• Proteinuria ≥5 g/L dalam 24 jam kuadran kanan atas
atau dipstik ≥ 4+ pada 2 kali • Gangguan fungsi hepar:
pemeriksaan urine acak yang peningkatan SGOT/SGPT
dikumpulkan minimal 4 jam. • Hemolisis mikroangiopatik
• Oligouria (<400-500 cc dalam
• Trombositopenis < 100.000
24 jam)
cell/mm3
• Kenaikan kadar kreatinin darah.
• Adanya sindroma HELLP
• Pertumbuhan Janin Terhambat
Kasus
Tekanan darah sistol ≥ 160/110 Adanya keluhan cerebral atau
mmHg visual
DIAGNOSIS
• Pada pasien ini segera dilakukan operasi sectio caesarea. Observasi dapat
dilakukan secara cermat dan terus- menerus, sehingga evaluasi lebih
mudah oleh karena perjalanan penyakit sukar diramalkan. Pemeriksaan
yang teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik
berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium dan peningkatan
berat badan yang cepat.4
Penatalaksanaan
• Pemberian terapi yang diberikan pada pasien ini adalah MgSO4 sesuai protap. MgSO4 bekerja
dengan menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan saraf-saraf yaitu
menghambat transmisi neuromuskular, sehingga mencegah terjadinya kejang pada pasien
ini.
• Selain itu, MgSO4 juga merupakan vasodilator serebral. Pemberian MgSO4 harus memenuhi
beberapa syarat sebagai berikut: harus terdapat refleks patella kuat, antidotum berupa
kalsium glukonas 10%, dan frekuensi pernapasan >16 kali per menit dan tidak ada tanda-
tanda distress pernapasan.. Sebelum diberikan MgSO4 pasien terlebih dahulu dipasang
kateter untuk memantau produksi urin 1 x 24 jam guna mengamati adanya gejala intoksikasi
MgSO4. Nifedipine 3x10mg PO jika MAP ≥125 mmHg diberikan untuk mengontrol tekanan
darah
• Pada follow up tanggal 07 Mei 2022, Pasien masih memiliki tekanan darah tinggi. Dari
anamnesis terhadap keluhan pasien, Pasien juga mempunyai riwayat tekanan darah tinggi
pada kehamilan sebelumnya. Pemeriksaan tekanan darah saat itu 150/90 mmHg.
• Pasien dapat dipulangkan bila sudah mencapai perbaikan dengan tanda-tanda preeklampsia
ringan selama tiga hari.
Kesimpulan
• Pada kasus ini preeklampsia berat terjadi pada wanita 34 tahun pada kehamilan ketiga dengan
umur kehamilan aterm (38-39minggu). Diagnosis dapat ditegakkan dengan jelas berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini, terjadinya
preeklampsia dapat dipengaruhi oleh karena faktor kehamilan primigravida dan kondisi obesitas
pada ibu.
• Pada pasien ini segera dilakukan terminasi (Operasi Sectio Caesarea). Hospitalisasi sedini
mungkin sangat diperlukan agar observasi dapat dilakukan secara cermat dan terus-menerus,
sehingga evaluasi lebih mudah oleh karena perjalanan penyakit sukar diramalkan. Pemeriksaan
yang teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala,
gangguan visus, nyeri epigastrium dan peningkatan berat badan yang cepat. Terapi yang
diberikan pada pasien ini adalah MgSO4 sesuai protap untuk mencegah terjadinya kejang.
Nifedipine 3x10mg PO jika MAP ≥125 mmHg diberikan untuk mengontrol tekanan darah.
Pemasangan DC 1x 24 jam untuk mengamati adanya gejala intoksikasi MgSO4. Pasien dapat
dipulangkan bila sudah mencapai perbaikan dengan tanda-tanda pre eklampsia ringan selama
tiga hari. Bila keadaan penderita menetap atau memburuk, maka dilakukan terminasi kehamilan.
• Dengan penanganan yang baik, prognosis kondisi preeklampsia berat akan menjadi baik. Namun
demikian apabila tidak dilakukan penanganan dan pengamatan yang baik pada pasien, penyakit
ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.
Daftar Pustaka
•
• Angsar MD. Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam: Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Ed. 3 Cet. 4. Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010; hal. 530-560.
• Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. 2013; hal. 109-117.
• Task Force on Hypertension in Pregnancy. Hypertension in Pregnancy. Washington: American College of
Obstetricians and Gynecologists. 2013.
• Cunningham FG, Gant NF, Leveno, KJ, et al. William’s Obstetric 24th Edition. New York: McGraw Hill Education.
2014; hal. 728-770.
• Sutopo H dan Surya IGP. Characteristics of patients with hypertension in pregnancy at Sanglah Hospital. Indones J
Obstet Gynecol. July 2011; 35(3): 97-99.
• Carson MP. Hypertension and Pregnancy. Medscape. Diakses melalui:
http://emedicine.medscape.com/article/261435. Diakses pada: 12 Juni 2016.
• Shamsi U, Saleem S, Nishter N. Epidemiology and risk factors of preeclampsia; an overview of observational
studies. Al Ameen J Med Sci. 2013; 6(4):292-300.
• Anonim. Prosedur tetap obstetri dan ginekologi. Denpasar: Bagian/SMF Obsterti dan Ginekologi FK Unud/RS
Sanglah. 2015.
• Duhig KE dan Shennan AH. Recent advances in the diagnosis and management of pre-eclampsia. F1000 Prime
Reports. 2015;7:24.
• SMFM. Evaluation and management of severe preeclampsia before 34 weeks’ gestation. Am J Obstet Gynecol.
2011.
• WHO. WHO Recommendations for Prevention and Treatment of Pre- eclampsia and Eclampsia. Geneva: WHO
Library and Cataloguing in Publication Data. 2021.