Anda di halaman 1dari 29

Spinal Cord Injury

Pembimbing :
dr. Msy.Rita Dewi, Sp.A (K)
dr. RM.Indra, Sp.A (K)

BAGIAN/KELOMPOK STAF MEDIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
10

Definisi

Keluhan Utama: Bayi lahir dengan kepala yang selalu miring ke kiri

RPP :
Bayi perempuan lahir di RS luar dengan operasi sectio cessarian (SC) dari ibu G3P1A1 hamil aterm
dengan ketuban pecah dini (KPD) ±13 jam, ketuban keruh ada, bau ada. Bayi lahir langsung menangis
APGAR Score menit pertama 7, menit ke lima 9. Ibu pasien mengaku setelah lahir pasien disuntik vitamin
K. BBL 3100 gr, PBL 49 cm LK 32,8 cm.
Sejak lahir, kepala tampak selalu miring ke kiri. Riwayat kehamilan sungsang disangkal, riwayat lahir
dengan divacum disangkal, riwayat trauma saat lahir disangkal.
10
Pasien dengan keadaan umum tampak sakit ringan, frekuensi nadi 144 kali/ menit,
suhu 36,8℃, frekuensi pernapasan 50 kali/ menit, refleks hisap kuat, aktifitas: aktif.

Kepala

tampak rahang bawah tidak asimetris, adanya rotasi dan fleksi dari leher kanan,
tidak terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak
terdapat sklera ikterik.

Dada

Thoraks simetris, tidak terdapat retraksi. Cor bunyi jantung I-II normal, terdapat
murmur dan tidak ada gallop. Pada pulmo suara nafas vesikuler, terdapat ronkhi dan
tidak terdapat wheezing.

Abdomen

datar, lemas,tampak tali pusat yang belum lepas, tali pusat sudah tidak berdarah,
hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal.

Ekstremitas

akral hangat, CRT< 3”.

Genitalia

Perempuan, anus ada


10

Tatalaksana
Diagnosis Awal
•Ampicilin 3x80 mg
•Gentamicin 2x8 mg
NCB SMK + Tersangka Infeksi + Susp
Torticolis Kongenital
10

Follow-Up

Diagnosa Akhir

NCB SMK + Torticolis Kongenital


10
By. Ny. Sarifah Bintin Fuad/ LK/ 11 hari/ BB 2,8 Kg PB 48 cm/ MRS 31-12-2021

Keluhan utama: Pasien tampak lemas

RPP :
Bayi laki-laki lahir di bidan luar secara spontan dari ibu G1P1A0 hamil aterm dengan ketuban pecah dini
disangkal, ketuban keruh tidak ada, bau tidak ada. Bayi lahir tidak langsung menangis APGAR Score tidak
diketahui. Ibu pasien mengaku setelah lahir pasien disuntik vitamin K. BBL 3200 gr, PBL 48 cm LK 32,8
cm.
Usia 1 hari pasien tampak sesak, pucat dan lemas. Pasien dibawa ke RS Luar dikatakan menderita
pneumonia dan klinis sepsis. Hari perawatan ke-2 di RS Luar, pasien kejang , lamanya > 5 menit, Gerakan
seperti mengayuhkan kaki , kejang berhenti saat diberi obat anti kejang. Pasien mendapatkan oksigen nasal
1 lpm, ampicillin, ceftazidime dan fenobarbital.Pasien dirawat di RS Luar selama 10 hari lalu pasien
dirujuk ke RSMH.
10
Pasien dengan keadaan umum tampak sakit sedang, HR 152 kali/ menit, T
36,8℃, RR 50 kali/ menit, refleks hisap sedang, aktifitas: lemah

Kepala

tidak terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak
terdapat sklera ikterik, tidak terdapat wajah dismorfik.

Dada

Thoraks simetris, tidak terdapat retraksi. Cor bunyi jantung I-II normal, terdapat
murmur dan tidak ada gallop. Pada pulmo suara nafas vesikuler, terdapat ronkhi
dan tidak terdapat wheezing.

Abdomen

Abdomen datar, lemas,tampak tali pusat yang belum lepas, hepar dan lien tidak
teraba, bising usus normal.

Ekstremitas

akral hangat, CRT< 3”.

Genitalia

Laki-laki, anus ada


10

Tatalaksana
Diagnosis Awal
•ASI OD,
•Ampicillin 3x150mg
NCB SMK + Neonatal Seizure ec susp •Cefotaxime 3x15 mg,
meningitis+ ventrikulomegali ec susp •fenobarbital 2x5 mg.
infeksi TORCH Kongenital. Rencana konsul kardiologi, IPT, mata
dan THT-KL, dan USG TF.
10

Follow-Up

Pasien di rawat di ruang Neonatus, ASI OD, Ampicillin 3x150mg dan Cefotaxime 3x15 mg, fenobarbital
2x5 mg. Dilakukan USG TF pada pasien didapatkan perdarah intraventricular gr IV dan ventrikulomegali.
Pasien lalu mendapatkan Inj. Vit. K 1 mg selama 3 hari berturut-turut, dilakukan monitoring LK dan
dikonsulkan ke Bedah Syaraf. Hasil echo pasien normal heart. Konsul ke THT KL didapatkan kesan refer
AD, pass AS dan disarankan kontrol ulang saat pasien berusia 3 bulan. Hasil konsul ke bagian mata saat ini
tidak ditemukan kelainan pada mata pasien. Hasil laboratorium Rubella IgG yang reaktif. Apsien
dikonsulkan ke IPT didapatkan kesan susp CRS dan disarankan periksa ulang 1 bulan lagi dan ibu juga
periksa ditempat yang sama dengan pasien. Bagian bedah syaraf menyarankan untuk konservatif. Pada
perawatan hari ke 6 berdasarkan hasil konsul ke divisi neurologi fenobarbital di stop dan diganti kepra
2x30 mg po. Setelah 9 hari perawatan kondisi pasien baik, tidak ada peningkatan dari ukuran lingkar
kepala lalu pasien diperbolehkan pulang kontrol.

Diagnosa Akhir

NCB SMK + Neonatal Seizure ec perdarahan intraventricular grade IV +


ventrikulomegali ec susp CRS.
10
By. Ny. Nyayu Khorizah/pr/BBL

Keluhan utama: lahir dengan ukuran kepala besar

RPP :
Lahir bayi perempuan di OK COT ditolong Sp.OG secara SC dengan anestesi
spinal dari ibu G4P3A0, usia kehamilan 38 minggu belum inpartu, JTH presentasi
bokong dengan kelainan kongenital (hidrosefalus holoprosensefali). Riwayat ibu
dengan DM tidak ada, HT tidak ada, KPD tidak ada, ketuban jernih, bau tidak ada,
Hb ibu 11,3 gr/dL, leukosit 11.160/m3, trombosit 180.000/m3. Bayi lahir langsung
menangis dengan Apgar Score 8/9, BBL 3500 gram, PBL 50 cm, LK 45 cm.
10
Aktivitas sedang, refleks isap lemah, tangis kuat. HR 155x/menit, RR 63x/menit,
T 36,80C, Sp.O2 97% dengan udara bebas.

Kepala

NCH (-), LK 45 cm (makrosefali), conjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik


tidak ada.

Dada

simetris, retraksi minimal subcostal. Cor: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
Pulmo: vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen

supel, lemas, bising usus normal, turgor kulit kembali cepat.

Ekstremitas

akral hangat, CRT< 3”.

Genitalia

Perempuan, anus ada, labia (+)


10
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
10
NCB SMK + Hidrosefalus non komunikans + Respiratory
Diagnosis Awal
Distress Down Score 2 ec Transient Tachypnea of Newborn

Follow-Up

Pasien lahir dengan ukuran kepala yang besar dan terdapat distress napas ringan. Diberikan oksigen nasal
0,5 LPM, retraksi berkurang, sesak napas berkurang. Dilakukan pemeriksaan radiologis, dengan kesan
tidak tampak kelainan radiologis toraks saat ini. Pada hari perawatan ke-3 dilakukaan pemeriksaan CT
Scan Kepala dengan kesan: hidrosefalus non komunikans. Pada perawatan hari ke-4 dilakukan screening
faktor risiko terjadinya hidrosefalus pada pasien, dilakukan pemeriksaan TORCH dan didapatkan hasil
Toxoplasma IgG 49.5, Toxoplasma IgM 0,15, Rubella IgG 50,0, Rubella IgM 0,10, CMV IgG (reagen
tidak ada), CMV IgM 0,06. HSV IgG. Dilakukan evaluasi hasil TORCH pada Ibu pasien didapatkan
Toxoplasma IgG 90,50, Toxoplasma IgM 0,08, Rubella IGG 71,80, Rubella IgM 0,23, CMV IgG 220,
CMV IgM 0,36, kemudian dikonsulkan ke divisi IPT dengan kesan: kongenital toxoplasmosis + Mix CRS,
saran: periksa ulang TORCH 1 bulan ditempat yang sama.
10
Follow-Up

Dilakukan screening kelainan kongenital lainnya, pada hari perawatan ke-6 dilakukan konsul
ke divisi Mata, didapatkan kesan: saat ini tidak didapatkan tanda-tanda kelainan okuler. Saran:
KIE, terapi sesuai TS anak. Konsul ke divisi THT, kesan: saat ini pemeriksaan OAE
didapatkan hasil REFER, Saran: Pemeriksaan BERA usia 3 bulan. Hari perawatan ke-9
dilakukkan pemeriksaan Echokardiografi didapatkan kesan: mild peripheral pulmonal
stenoisis + Persistent Foramen Ovale, Saran: Review in 6 months. Pada hari perawatan ke-10
dilakukan operasi VP shunt. Dilakukan pemeriksaan lab evaluasi dengan hasil Hb 15 gr/dL,
leukosit 15.170/mm3, Trombosit 200.000, Ht 45, LED 5, CRP <5, DC 0/2/70/19/9, Ca 9,3, K
6,7, Na 13,7, Cl 111. Pasien diberikan terapi ampicillin 3x90 mg, dan diberikan gentamisin
2x9 mg. Pada hari perawatan ke-15 didapatkan hasil laboratorium dengan Hb 12,1, eritrosit
3,49, Leukosit 20.910, Ht 36, Trombosit 461.000, LED 12, DC 0/2/36/33/18, IT ratio 0,51,
CRP 153,6, dengan kesan sepsis, diberikan terapi cefotaxime 4x160 mg,
10
Follow-Up

pada hari perawatan ke 20 didapatkan hasil kultur darah dan didapatkan kuman
Staphylococcus hemoliticus, resisten terhadap Benzylpenicillin, Tetracycline, Ciprofloxacin,
Clindamycin, Erythromycin, Getamicin, Levofloxacin, Moxifloxacin, Oxacillin. Sensitif
terhadap Nitrofurantoin, Linezolid, Trimetrophrim/sulfamethoxazole, Vancomycin,
Rifampicin, Tigecycline, Quinipristin/Dalfopristin. Pada hari perawatan ke 20, antibiotik pada
pasien diganti menjadi Meropenem 3x130 mg, diberikan selama 7 hari, dari klinis pasien
membaik, minum kuat, tangis kuat, aktivitas baik, tidak ada demam, muntah, kejang. Berat
badan cenderung naik dengan lingkar kepala yang menetap di 43 cm selama perawatan.
Dilakukan pemeriksaan lab evaluasi pada hari perawatan ke-29 didapatkan Hb 10,7 gr/dL,
eritrosit 2,98, Leukosit 19.530/mm3, Ht 30, Trombosit 325.000, MCV 100,7, MCH 35, MCHC
34, LED 98, CRP 44,5. Pasien dipulangkan pada hari perawatan ke-30.

Diagnosa Akhir
NCB SMK + Neonatal Seizure ec perdarahan intraventricular grade IV +
ventrikulomegali ec susp CRS.
10
By. Ny. Henny/pr/20 hari

Keluhan utama: badan kuning Keluhan tambahan : Tidak mau menyusui, BAK sedikit

RPP :
Bayi perempuan lahir di klinik ditolong oleh bidan dari ibu G4P3A0 hamil aterm,
lahir langsung menangis, dengan berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir
48 cm. Sejak 1 minggu SMRS bayi tampak kuning, awalnya kuning di bagian mata,
kuning bertambah sampai ke ujung kaki. Sejak 3 hari SMRS pasien malas
menyusu, BAK sedikit, tidak ada muntah, diare atau demam.
10
Aktivitas hipoaktif, refleks isap lemah, tangis lemah. HR 160x/menit, RR
55x/menit, T 36,60C, Sp.O2 96% dengan udara bebas.

Kepala

NCH (-), conjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada.

Dada

simetris. Cor: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-). Pulmo: vesikular (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen

supel, lemas, bising usus normal, turgor kulit kembali cepat, hepar lien tidak
teraba membesar.

Ekstremitas

akral hangat, CRT< 3”, Kramer score 5

Genitalia

Perempuan, anus ada, labia (+)


Laboratorium (15-01-2022) 10
Pemeriksaan Penunjang

Echocardiography (6-1-2022)
Kesan: Persistent Foramen Ovale
Saran: Review echo in 6 months

7-1-2022
USG transfontanella : normal

Kultur Darah (9-1-2022)


Kultur darah: Staphilococus hemoliticus
Sensitif: Clindamicin, eritrosmisin, linezoid,
vancomycin, nitrofurantoin, oxacillin, rifampicin
Resisten: benzilpenicilin, tetaracyline,
ciprofloxacin, levofloxacin,
trimetroprim/sulfametoxazole, moxifloxacin.
10
Follow-Up

Pada hari pertama perawatan, pasien dikonsulkan ke divisi endokrin, karena adanya tampilan
dismorfik pada wajah dengan kecurigaan sindrom down dan kecurigaan hipotiroid, lalu
dilakukan pemeriksaaan FT3, FT4 dan TSH, namun dari hasil laboratorium belum dapat
ditegakkan kecurigaan hipotiroid. Pasien juga dilakukan skrining echo dan USG
transfontanella, dan pasien direncanakan konsul ke bagian GEH karena keluhan kuning. Dari
konsul GEH didapatkan kesan patent ductus, dan kolestasis intraheaptik, kemudian pasien
mendapatkan terapi urdafalk 3x25 mg. Pada hari perawatan ke 13, dilakukan pemeriksaan
laboratorium dan didapatkan kesan sepsis, kemudian dilakukan pemeriksaan kultur darah dan
didapatkan hasil E.Coli ESBL, yang sensitif terhadap meropenem. Pasien diterapi meropenem
selama7 hari. Kemudian pasien pulang dengan klinis bayi dengan gerak aktif, refleks isap baik
dan menangis kuat, untuk selanjutnya pasien pulang kontrol ke poli terpadu, dan poli GEH.

Diagnosa Akhir

NCB SMK + Sepsis + Down Sindrom + Kolestasis intrahepatic ec ISK + PFO


10
Al Atar Chio Saputra/lk/25 hari

Keluhan Utama: benjolan pada selangkangan kanan

RPP :
Benjolan pada selangkangan kanan sejak 1 minggu SMRS. Benjolan hilang timbul,
hilang terutama jika pasien sedang tidur, dan benjolan kembali muncul saat pasien
menangis. Sejak 1 hari SMRS, benjolan tidak hilang, bayi menjadi lebih rewel, dan
menyusu malas. Bayi dibawa berobat ke RS di Lahat, kemudian dirujuk ke RSMH.
Bayi lahir cukup bulan, ditolong bidan di puskesmas, lahir langsung menangis,
BBL 2400 gram, PBL 46 cm. Selama ini bayi minum susu formula.
10
Aktivitas aktif, refleks isap aktif, tangis kuat. HR 154x/menit, RR 48x/menit, T
36,70C, Sp.O2 96% dengan udara bebas.

Kepala

NCH (-), conjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada.

Dada

Thorak: simetris. Cor: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-). Pulmo: vesikular
(+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen

Abdomen: supel, lemas, bising usus normal, turgor kulit kembali cepat, hepar
lien tidak teraba membesar, terpasang verban di regio inguinal dekstra.

Ekstremitas

akral hangat, CRT< 3”, Kramer score 5

Genitalia

Laki-laki, anus ada, testis (+/+)


10
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (20-01-2022)
10
Follow-Up

Saat masuk UGD RSMH, pasien ditangani oleh dokter bedah anak, pasien
dilakukan operasi cito di OK IGD dengan tindakan herniotomy atas indikasi hernia
inguinalis inkarserata. Setelah operasi pasien diberikan antibiotik cefotaxime 3x150
mg dan metronidazole 2x45 mg. Setelah operasi dilakukan pemeriksaan
laboratorium dan didapatkan kesan sepsis, dilakukan pemeriksaan kultur darah, dan
direncanakan pemeriksaan lumbal pungsi, namun keluarga pasien menolak. Pada
hari perawatan ke 4, kondisi klinis pasien tampak baik, luka bekas operasi kering,
dari divisi bedah anak lepas rawat, kemudian keluarga pasien meminta untuk
pulang paksa. Kondisi pasien saat pulang, bayi aktif, menyusu kuat, tangis kuat.

Diagnosa Akhir

post op herniotomy atas indikasi hernia inguinalis inkarserata + sepsis + NCB KMK
10

By. Ny. WSF/PR/6 hari/BB 2,7 kg / MRS 20-1-2022

Keluhan Utama: Sesak napas Keluhan Tambahan: terdapat benjolan di tulang ekor

RPP :
Bayi lahir dengan keluhan sesak napas sejak lahir, Bayi lahir spontan pervaginam di bidan dari ibu
G1P0A0, hamil cukup bulan dengan riwayat KPD. Saat lahir bayi langsung menangis dengan APGAR
score 7/8, tiga jam kemudian pasien tampak merintih lalu bidan membawa bayi ke Puskesmas lalu dirujuk
ke RS X. Ibu mengatakan bahwa tampak bagian tulang yang menonjol di bagian tulang ekor pasien.
Dengan ukuran sebesar telur ayam, dengan konsistensi lembut dan terfiksir. Pada hari ke 4 perawatan di RS
Y pasien masih sesak lalu pasien dirujuk ke RS Y untuk penanganan sesak dan adanya kecurigaan spina
bifida pada pasien. Saat di RS Y pasien masih nampak sesak ringan, tidak ada demam. Pasien mau minum
susu secara langsung.
10
Kesadaran compos mentis, HR 142x/menit (isi dan tegangan cukup), RR
41x/menit (regular), T 36,50C. Pasien tidak tampak anemis, tidak tampak
sianosis, tampak dyspnea, terdapat nafas cuping hidung, tidak tampak ikterik.

Kepala

tidak terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat sklera ikterik, tidak terdapat
napas cuping hidung.

Dada

simetris, terdapat retraksi intercostal minimal. Cor bunyi jantung I-II normal.
Pulmo suara nafas vesikuler normal, tidak terdapat ronkhi maupun wheezing.

Abdomen

datar, lemas, BU (+) normal

Ekstremitas

akral hangat, CRT< 3”, bagian tulang ekor tampak massa sebesar telur ayam
dengan permukaan halus, teraba lunak, dan tidak mobile

Genitalia

Laki-laki, anus ada,


Laboratorium (15-01-2022) 10
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologi
Whole Spine AP/Lat (09-02-2022)
Kesan:
Multipel defek pada korpus vertebra thoracal & lumbal
atas, kelainan kongenital vertebra. Saran: MRI Whole
spine
10

Tatalaksana
Diagnosis Awal
•O2 nasal kanul 0,5 l/m
•Ampicillin 68 mg/12 jam
NCB SMK + RD DS 2 ec Pneumonia + •Cefotaxime 135 mg/jam
Susp Spina Bifida
10
Diagnosis Awal

Laboratorium (06-03-2022)

Ro Thorax (18-2-2022)
Terdapat infiltrat di paracardial kanan
Terdapat konsolidasi di suprahilar kanan
Cor kesan normal
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai