KEBERHASILAN BUDIDAYA
UDANG VANNAMEI
2. Skrining Benur
- benur harus diskrining PCR sebelum ditebar,
meskipun berasal induk bebas virus (SPF),
- dilakukan secara periodik 2-3 kali sejak nauplius
sampai PL. 2atau 3 harisebelum benur ditebar
- perlu diambil sampel benur untuk diuji PCR setelah
terlebih dahulu sampel di stress test dengan formalin
200 ppm.
Atau air tawar salinitas 0 – 5 ppt selama 30 menit.
(bila + , maka populasi benur tersebut harus
dimusnakan.
3. Persiapan lahan (tambak tanah ,pengeringan dasar
tambak setelah panen harus baik, lumpur dibuang,
redoks harus positif.
4. Sterilisasi tempat budidaya (air) Untuk tambak
yang pernah terserang virus harus dikaporit 30 ppm.
(± 7 hari bibit baru ditebarr)
5. Sistem tertutup (selama budidaya usahakan sedikit
mungkin menggati air dari luar yang berasal dari
tandon yang bebas virus dan dari sumur bor.
6. Pengendalian pembawa virus /Carrier
- Tiap saluran inlet harus dipasang saringan berlapis,
keliling petak dipagar plastik setinggi 30 cm
- Diatas petakan dipasang rumbai2 utk mengusir
burung.
7. Pengelolaan kualitas air dan monitoring kesehatan
udang.
- Parameter air harus terukur, perubahan mendadak
dapat memicu munculnya penyakit
- Parameter yang sangat penting diantaranya DO
- Bakteri yang mengguntungkan dapat diberikan dengan
tujuan membantu memperbaiki kualitas air melalui
penguraian amonia ,H2S, dan menekan populasi vibrio
sp.
8. Pengelolaan pakan
- Pakan harus cukup tersedia, tidak berlebih.
- kontrol dengan anco sangat membantu
estimasi kebutuhan pakan udang.
- Hindari pakan segar, karena mungkin tidak
bebas patogen.
- Penambahan suplemen pakan (vitamin C,
mineral dll), untuk tujuan meningkatkan
daya tahan tubuh udang.
9. Kawasan budidaya bebas penyakit
- Keberhasilan produksi di suatu kawasan
ditentukan oleh kesadaran, disiplin, dan kerja
sama antara petambak.