Anda di halaman 1dari 111

I.

Pengertian Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan
pengelolaan khusus meliputi: a. sampah yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun; b.
sampah yang mengandung limbah bahan
berbahaya dan beracun; c. sampah yang timbul
akibat bencana; d. puing bongkaran bangunan; e.
sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;
dan/atau; f. sampah yang timbul secara tidak
periodik. ( Undang-undang Republik Indonesia
Nomor: 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan
Sampah ).
Soewedo   (1983) menyatakan bahwa sampah adalah
bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk
kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.

Menurut Wasito ( 1970 ), sampah ialah segala zat


padat atau semi padat yang terbuang atau yang
sudah tidak berguna, baik yang dapat
membusuk atau yang tidak dapat membusuk
kecuali zat-zat buangan atau kotoran yang keluar
dari tubuh manusia ( kotoran atau najis
Berdasarkan Komposisinya

Berdasarkan Sumber

Berdasarkan Bentuknya

Penggolongan Proses Terjadinya


Sampah
Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan Lokasinya

Berdasarkan Jenisnya
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua
macam : ( 1 ) Sampah yang seragam, bersumber dari industri
dan perkantoran; ( 2 ) Sampah yang tidak seragam/
campuran, bersumber dari pasar/tempat-tempat umum,ramah
tangga, pertanian dan lainnya

Berdasarkan bentuknya sampah ada tiga macam, yaitu :


( 1 ) Sampah padat ( solid ), misalnya daun,kertas,karton, sisa
bangunan, plastik, ban bekas; ( 2 ) Sampah berbentuk cair;
( 3 ) Sampah berbentuk gas.
Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.
Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat
proses alam yang menghasilkan timbulan sampah
( Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 18 Tahun
2008 Tentang Pengolahan Sampah; pasal 1 ).

Menurut Hadiwiyoto ( 1983 ) sumber


sampah adalah : (1) Rumah tangga,
termasuk asrama,rumah sakit, hotel dan
kantor;(2)Pertanian,meliputi
perkebunan,perikanan,peternakan, yang
sering juga disebut limbah hasil
pertanian; (3)Hasil kegiatan
perdagangan,seperti pasar dan
pertokoan;(4) Hasil kegiatan industry dan
pabrik; (5) Hasil kegiatan pembangunan ;
(6) Sampah jalan raya.
Berdasarkan lokasi terdapatnya sampah, dibedakan :
( 1 ) Sampah kota ( urban ), yaitu sampah yang
terkumpul di kota-kota besar; ( 2 ) sampah daerah,
sampah yang terkumpul dari luar kota seperti pedesaan,
permukiman dan pantai.

Terdapat 2 macam sampah berdasarkan sifat-


sifatnya yaitu : ( 1 ) Sampah organik, adalah
sampah yang tersusun dari unsure karbon,
hydrogen dan oksigen. Merupakan sampah
yang dapat terdegradasi oleh mikroba;
( 2 ) Sampah Anorganik, merupakan bahan
yang tersusun dari senyawa organik yang sulit
terdegradasi oleh mikroba.
Terdapat 2 macam sampah berdasarkan
terjadinya, yaitu ( 1 ) Sampah alami dan;
( 2 ) Sampah non- alami.

•Jenis sampah terdiri dari 9 jenis


yaitu sampah makanan, sampah
kebun/pekarangan, sampah kertas,
sampah plastik, karet dan kulit,
sampah kain, sampah kayu,
sampah logam, sampah gelas dan
keramik, sampah berupa abu dan
debu.
Menurut Murtadho ( 1988 ), sampah organik
meliputi sampah semi basah berupa bahan-
bahan organik yang umumnya berasal dari sektor
pertanian dan makanan misalnya sisa dapur, sisa
makanan, sampah sayuran dan kulit buah, yang
kesemuanya mudah membusuk
Menurut Slamat ( 2000 ), sampah dapat dibedakan
atas dasar sifat biologis dan kimianya,yaitu :
( 1 ) Sampah yang dapat membusuk ( garbage,
sampah organik ); ( 2 ) Sampah yang tidak dapat
membusuk/ sulit membusuk ( sampah Anorganik );
( 3 ) Sampah yang derupa debu/abu hasil
pembakaran;( 4 ) Sampah yang berbahaya terhadap
kesehatan, seperti sampah industri (bahan beracun
berbahaya/ B3 ). Karena jumlah, konsentrasi, sifat
kimia, fisika dan mikrobiologinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah,
yaitu : ( 1 ) Jumlah penduduk ; ( 2 ) Keadaan sosial
ekonomi;( 3 ) Kemajuan teknologi.

Menurut Hadiwiyoto ( 1983 ) bahwa kwalitas


sampah kota dilihat dari komposisinya terdiri
dari serat kasar( 41- 61%),lemak ( 3-9%),abu
( 4-20%),air (30-60%), ammonia ( 0,5-1,4
mg/g sampah), senyawa nitrogen organiik
(4,8-14 mg/g sampah ) total nitrogen ( 7-17
mg/g sampah ),protein ( 3,1-9,3%) dan pH
(5-8).
I.1.Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan
Efek yang disebabkan karena kontak
Efek Langsung langsung dengan sampah
yang korosif terhadap tubuh, yang
karsiogenik, teratogenik dll

Penyakit bawaan vektor penyakit di


dalam sampah;pengaruh lindi beserta
Efek Tidak Langsung gas, mengandung zat padat tersuspensi
hasil penguraian mikroba
(Khlorida,Sulfat,Phosfat,Zn,Ni, karbon
dioksid, Nitrat, Belerang,Asam Organik)
Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan/ Penyakit .
Bawaan lalat Penyebab

1.Dysenterie basillaris Shigella higae

2. Dysenterie Amoebae Entamoeba histolytica

3.Typhus abdominalis Shalmonela typhy

4.Cholera Ascariasis Vibrio Cholerae

5. Ascariasis Ascariasis Lumbricoides

6. Ascariasis Ascariasis duodenale


Bawaan Tikus/ Pin jal Penyebab

1. Pest Pasteurella pestis

2. Leptospirosis Leptospira

3. Icterohaemorrhagica Icterohaemorrhagica

4. Rate bite Fever Streptobacillus


monilliformis
I.2.PENGELOLAAN SAMPAH Hingga saat ini baru
11,25% sampah di
daerah perkotaan yang
diangkut oleh petugas;
63,35% sampah
ditimbun/dibakar; 6,35%
sampah dibuat kompos
dan 19,05% sampah
dibuang ke
kali/sembarangan. Untuk
daerah pedesaan, 19%
sampah diangkut oleh
petugas 54% sampan
ditimbun/dibakar, 7%
sampah dibuat kompos,
dan 20% dibuang ke
kali/sembarangan
(BPS, Tahun 1999).
Usaha utama mengurangi sumber sampah dari segi
kuantitas dan kualitas, dengan : ( 1 ) Meningkatkan
pemeliharan dan kuantiítas barang sehingga tidak cepat
menjadi sampah. ( 2 ) Meningkatkan efisiensi penggunaan
bahan baku.( 3 ) Meningkatkan penggunaan bahan yang
dapat terurai secara alamiah, misalnya penggunaan
pembungkus plastik diganti dengan kertas atau daun,
untuk itu diperlukan partisipasi dan kesadaran mayarakat
( Slamat . 2000 ).
 Dalam ilmu kes ling, pengelolaan sampah
yang baik jika sampah tidak menjadi
tempat berkempang biaknya bibit penyakit
serta tidak menjadi perantara penyebaran
penyakit. Syarat lain dalam pengelolaan
sampah ialah tidak mencemari udara,air
atau tanah, tidak menimbulkan bau
( estetis ), dan tidak menimbulkan
kebakaran dsb ( Azwar 1990 ).
Pencemaran oleh sampah.
pencemaram oleh sampah domestik
 Pencemaran lingkungan paling utama pada kota-kota di
Indonesia adalah pencemaram oleh sampah domestik,
sehingga penanggulangannya harus mendapat prioritas
utama. Dalam menyatakan jumlah sampah pada umumnya
ditentukan oleh : Kebiasaan hidup masyarakat, musim dan
waktu, standart hidup,keragaman masyarakat, dan cara
pengelolaan sampah. Sehingga dalam pengelolan sampah
meliputi tiga hal, yaitu (1) Penyimpanan sampah ( refuse
storage ); ( 2 ) Pengangkutan sampah, dan
 ( 3 ) Pemusnahan sampah ( Azwar, 1990 ),.
 Menurut Said ( 1987 ), masalah penanganan sampah
ternyata tidak mudah, melibatkan banyak pihak,
memerlukan teknologi, memerlukan dana yang cukup
besar dan memerlukan keinginan yang kuat untuk
melaksanakannya.
Widyatmoko ( 2002 ), menyatakan bahwa ada
beberapa cara pemusnahan dan pemanfaatan
sampah, antara lain ( 1 ) Open dumping ( 2 )
Lanfill ( 3 ) Sanitary lanfill ( 4 ) Dumping in
water, ( 5 ) Incenerator, ( 6 ) Pengomposan,
( 7 ) Daur ualang,( 8 ) Reduksi.
keuntungan pengelolaan sampah
 Beberapa segi keuntungan pengelolaan sampah yang
baik, yaitu: ( 1 ) segi sanitasi, menjamin tempat kerja
yang bersih, mencegah tempat berkembang biaknya
vektor hama penyakit dan mencegah pencemaran
lingkunganr, ( 2 ) dari segi ekonomi, mengurangi biaya
perawatan dan pengobatan akibat penyakit yang
ditimbulkan sampah, tempat kerja yang bersih sehingga
gairah kerja meningkat berarti akan menambah
produktivitas dan efisiensi pekerja, tempat kerja yang
bersih dan menarik banyak tamu atau pengunjung,
mengurangi kerusakan dan mengurangi biaya perbaikan
dan ( 3 ) dari segi estetika, menghilangkan
pemandangan tidak sedap dipandang mata
menghilangkan timbulnya bau – bauan yang tidak enak.
( Reksosoebroto, 1990 )
I.3. Lingkup Pengelolaan Sampah.
Sampah yang harus dikelola dihasilkan dari:
1) rumah tangga; 2) kegiatan komersial: pusat perdagangan,
pasar, pertokoan, hotel,restoran, tempat hiburan;
3) fasilitas sosial: rumah ibadah, asrama, rumah
tahanan/penjara,rumah sakit, klinik, puskesmas; 4) fasilitas
umum: terminal, pelabuhan, bandara, halte kendaraan umum,
taman, jalan, dan trotoar; 5) industri;6) fasilitas lainnya:
perkantoran, sekolah. 7) hasil pembersihan saluran terbuka
umum, seperti sungai, danau,pantai.
Pengelolaan sampah meliputi kegiatan:
Pengurangan, pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan
pengangkutan, pengolahan.
Dua aspekpengelolaan sampah, yaitu :
Penetapan kebijakan pengelolaan sampah, dan pelaksanaan
pengelolaan sampah
I.4. Kebijakan Pengelolaan Sampah, meliputi :

1) Penetapan instrumen kebijakan:a) instrumen regulasi,b)


instrumen ekonomik ;2) Mendorong pengembangan upaya 4
R, mengurangi (reduce), memakai kembali (re-use), dan
mendaur-ulang (recycling) sampah, dan mengganti
(replace);3) Pengembangan produk dan kemasan ramah
lingkungan; 4) Pengembangan teknologi:a) penetapan kriteria
dan standar minimal penentuan lokasi TPA ;b)
penetapan lokasi TPA;c) luas minimal lahan
TPA ;d) penetapan lahan penyangga ; e)
penetapan kriteria dan standar prasarana penanganan
sementara sampah bagi pengembang kawasan
pemukiman;5) Pengembangan program pengelolaan sampah
yang meliputi: a) waste to energy ; b) pengembangan produk
dan kemasan ramah lingkungan;c) pengembangan teknik dan
metoda penanganan sampah yang ramah lingkungan.
I.5. Pelaksanaan Pengelolaan Sampah, meliputi :

1) Penetapan lokasi tempat penanganan akhir sampah


dengan mengacu kriteria dan standar minimal lokasi
penanganan akhir sampah;2) Rencana lokasi tempat
pengolahan akhir sampah harus dicantumkan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota;3) Penetapan
lokasi tempat penanganan akhir sampah dalam Peraturan
Daerah Rencana Tata Ruang Daerah.4) Menetapkan tarif
retribusi sampah.

Manfaat pengelolaan sampah, yaitu :


1. Mengehemat sumber daya alam; 2. Mengehemat Energi;
3. Mengurangi uang belanja ; 4. Menghemat lahan TPA;
5. Lingkungan asri (bersih,sehat,nyaman)
I.6. Pemanfaatan Sampah

Murtadho ( 1983 ), mengatakan bahwa pemanfatan sampah


menjadi suatu produk bernilai ekonomi merupakan aspek
yang diharapkan semua pihak. Akan tetapi di dalam
pemanfaatan sampah padat diperlukan teknologi yang tepat
sesuai dengan karakteristik sampah yang ada, yang juga
membantu mengembangkan lapangan pekerjan yang pada
akhirnya akan mendatangkan penghasilan bagi nasyarakat.
Sedangkan menurut Hadiwiyota ( 1983 ),sampah dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam bahan yang berguna,
tergantung teknologi yang digunakan. Antara lain dapat
dibuat sebagai pupuk, gas metana/ bio gas , alkohol, bahan
pakan ternak ( misalnya sampah sayuran ).
I.7. Beberapa Contoh Pengelolaan Sampah

I. Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah
padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan ,
pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material
bekas pakai.
Material yang dapat di daur ulang :
1. Botol Bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dll baik
yang putih bening maupun yang berwarna terutama gelas
atau kaca yang tebal.
2. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah,
kardus kecualai kertas yang berlapis minyak.
3. Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan
kue dll.
4. Besi bekas rangka meja, besi rangka beton dll
5. Plastik bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember
dll
II. KOMPOS
 Kompos  adalah produk akhir dari proses
dekomposisi senyawa organik yang diurai
menggunakan bantuan mikroorganisme yang bekerja
pada suhu tertentu, kegiatannya dinamakan
pengomposan.
 Pengomposan dengan bahan baku sampah domestik
merupakan teknologi yang ramah lingkungan,
sederhana dan menghasilkan produk akhir yang
sangat berguna bagi kesuburan tanah dan sebagai
penutup/ landfill
Mengapa masyarat perlu melakukan proses
pengomposan?

 Membantu menghilangkan beban


permasalahan sampah perkotaan
 Mengurangi pencemaran lingkungan

 Kompos matang bisa menyuburkan


tanah
 Untuk masyarakat tertentu bisa
dijadikan sumber altenatif
penghasilan keluarga
 Mengurangi beban TPA
II.1.Metoda pengomposan antara lain bisa
dilakukan dengan beberapa teknologi, yaitu

Berdasarkan
kebutuhan Berdasarkan
oksigen Lokasi
Pembuatan
 Pengomposan
Aerobik,
menggunakan .Sistem Setempat
bantuan udara (On-site System)
terbuka . Sistem Terpusat
 Pengomposan An- (On-central 
Aerob, tanpa System)
bantuan udara
Pengomposan dengan cara Aerob , ragamnya
bermacam mulai dari teknologi sederhana sampai yang
menggunakan peralatan canggih, seperti:

 Sistem open windrow

 Aerated Static Pile


Composting

 Sistem Aerob  In-veseel Composting


System
 Vermicomposting

 Effective Microorganisms
(EM)
Sistem open windrow, merupakan metode yang paling
sederhana dan sudah sejak lama dilakukan. Untuk mendapatkan
aerasi dan pencampuran, biasanya tumpukan sampah tersebut
dibalik (diaduk). Hal ini juga dapat menghambat bau yang
mungkin timbul, pembalikan dapat dilakukan baik  secara
mekanis maupun manusia.
Aerated Static Pile Composting, Udara disuntikkan melalui
pipa statis ke dalam tumpukan sampah. Untuk mencegah bau
yang timbul, pipa dilengkapi dengan exhaust fan. Setiap
tumpukan biasanya menggunakan blower untuk memantau udara
yang masuk.
In-veseel Composting System, sistim pengomposan dilakukan
di dalam kontainer/tangki tertutup. Proses ini berlangsung secara
mekanik, untuk mencegah bau disuntikkan udara, pemantauan
suhu dan konsentrasi oksigen

Komponen pencernaan In-veseel Composting System


Vermi composting, pengomposan secara aerobik dengan
memanfaatkan cacing tanah sebagai perombak utama atau
dekomposer, inokulasi cacing tanah dilakukan pada saat kondisi
material organik sudah siap menjadi media tumbuh (kompos
setengah matang). Dikenal 4 (empat) marga cacing tanah yang
sudah dibudidayakan, yaitu Eisenia, Lumbricus, Perethima dan
Peryonix
II.2.Effective Microorganisms (EM)
EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman yang dapat
diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman
dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman.
Manfaat yang dapat diambil dalam teknologi EM pada
pengolahan sampah kota adalah berkurangnya bau busuk dan
panas yang keluar dari tumpukan sampah, serta mempercepat 
proses pengomposan
Sistem Setempat (On-site System), pembuatan kompos yang
mengambil tempat di sumber sampah, misalnya di halaman
rumah, di pasar, dan lain-lain. Sebagai contoh adalah
pengomposan dengan menggunakan komposter skala rumah
tangga, berbentuk takakura/bin/tong yang berukuran 50 - 250
liter. Proses bisa secara anaeob atau aerob. Sampah dapur sebagai
bahan baku dapat dikombinasikan dengan sampah kebun seperti
rumput, daun-daunan, dsb. Waktu pengomposan bisa diatur
Sistem Terpusat (On-central  System), pembuatan kompos
dipusatkan di suatu lokasi yang memiliki jarak dengan sumber
sampah. Sebagai contoh adalah pengomposan dengan metode
UDPK (Usaha Daur-Ulang dan Produksi Kompos).
Efektivitas proses pengkomposan tergantung pada
mikroorganisme pengurai dan lingkungan yang ideal.
Kondisi lingkungan yang ideal mencakup:
 Keseimbangan nutrien ( C / N ratio ), yaitu perbandingan
antara bahan yang mengandung unsur carbon dan nitrogen.
Rasionya berkisar 20:1 s/d 40:1,  rasio terbaik adalah 30:1
 Kelembaban, optimum adalah 50%
 Derajat keasaman [pH], netral 6 - 8,5
 Suhu, terbaik dikisaran 50 - 65 ºc diperlukan suhu yang
optimum untuk membunuh bakteripatogen dan benih gulma
 Ukuran partikel yang tebaik adalah 0,5 -1 cm semakin kecil
ukuran partikel semakin luas permukaan dan mempermudah
kerja mikroorganisme
 Homogenitas campuran, diperlukan homogenitas campuran
untuk mempercepat kerja bakteri pengurai.
Mesin pengelolaan kompos
Ciri-ciri kompos yang telah matang :
 1.      Warna menjadi coklat kehitaman
 2.       Terjadi perubahan bentuk menjadi remah
 3.       Tidak berbau dan suhu tidak panas.
Keunggulan Pemanfaatan Kompos
Manfaat dari penggunaan kompos yaitu: meningkatkan
mikrobia tanah, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah,
meningkatkan daya menahan air sehingga
mempertahankan dan meningkatkan kelembaban tanah,
menyediakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman
meskipun dalam jumlah sedikit, serta meningkatkan
efisiensi pemupukan (mengurangi penggunaan pupuk
kimia hingga 30 - 50 %), menekan biaya penggunaan
pupuk kimia.

 Cara penggunaan kompos:Kompos diberikan pada


lahan dengan cara diberikan pada jalur atau lahan
yang dicangkul atau disekitar lubang tanam sebelum
tanam. Untuk pertanaman padi sawah digunakan
minimal 2 ton kompos dan  pertanaman jagung 2 –
4 ton kompos.
Penghasil sampah
Hukum,lembaga SAMPAH
konsumen barang
PSM,dana,teknologi
produk

Manusia/Individu
Pengurangan
sampah
Produk daur Ulang

Sampah Organik
TPS TPA

Sampah tak terdaur ulang

Pemisahan
Sampah Plastik Pelet plastik

Kertas, kardus, Botol,beling, kaca Daur Ulang


Pemberdayaan
petani sayuran
Kompos Produk Komersil

Kerangka pemikiran pengolahan sampah organik menjadi


kompos
II.3.Lubang Resapan Biopori ( LRB)
Lubang resapan biopori adalah metode resapan air
yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara
meningkatkan daya resap air pada tanah.
Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan
dengan membuat lubang pada tanah dan
menimbunnya dengan sampah organik untuk
menghasilkan kompos. Sampah organik yang
ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat
menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu
menciptakan pori-pori di dalam tanah. Teknologi
sederhana ini kemudian disebut dengan nama biopori.
Manfaat penerapan teknologi Lubang Resap Biopori :
Untuk meningkatkan laju resapan air hujan ke dalam tanah
sehingga tidak terbuang percuma yang berdampak pada
banjir di permukaan tanah, pembuatan kompos di dalam
tanah, pemutusan perkembangbiakan jentik nyamuk demam
berdarah .
LRB adalah lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah
dengan diameter antara 10–30 cm dan kedalaman sekitar 80-
120 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah.
Tujuan / Fungsi / Peranan Lubang Resapan Biopori ( LRB ):
1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga
menambah air tanah.
2. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada
dibakar.
3. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
4. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.
5. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
6. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
7. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.

Tempat yang dapat dibuat / dipasang LRB resapan air :


1. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah,
dsb.
2. Di sekeliling pohon.
3. Pada tanah kosong antar tanaman / batas tanaman.
Pemeliharaan LRB:

1. Lubang Resapan Biopori harus selalu terisi sampah


organik

2. Sampah organik dapur bisa diambil sebagai kompos


setelah dua minggu, sementara sampah kebun setelah dua
bulan. Lama pembuatan kompos juga tergantung jenis tanah
tempat pembuatan LRB, tanah lempung agak lebih lama
proses kehancurannya. Pengambilan dilakukan dengan alat
bor LRB.

3. Bila tidak diambil maka kompos akan terserap oleh tanah,


LBR harus tetap dipantau supaya terisi sampah organik.
Cara Pembuatan Lubang Biopori Resapan Air :
1. Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan
kedalaman 80-120 cm serta jarak antar lubang 50-100 cm.
2. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan
lebar 2-3 centimeter serta diberikan pengaman agar tidak ada anak
kecil atau orang yang terperosok.
3. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur,
ranting pohon, sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah
dalam lubang akan menyusut akibat proses pelapukan,
sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim kemarau dapat
dikuras sebagai pupuk kompos alami.
4. Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan
besar kecil hujan, laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap
air dengan rumus = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap
air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter / jam).
AUGER/ALAT BOR TANAH UNTUK LOBANG BIOPORI 4 INCI
Taman
Halaman belang rumah

Tempat yang dapat dibuat / dipasang LRB

Halaman depan rumah


Pinggir jalan ruang hijau
Tempat yang dapat dibuat / dipasang LRB

Halaman belang rumah

Halaman depan rumah/pinggir jalan


III. PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PEMBAKARAN
( INCINERATOR MINI )
INCINERATOR MINI

Cerobong Cyclon

Ruang Bakar Tkt 2

Ruang Bakar Utama

( kapasitas 32 ton/hr)

Panel kontrol digital

Burner dan Blower


PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PEMBAKARAN ( INCINERATOR MINI )

Kapasitas Incinerator :
Pembakaran sampah per hari mencapai 32 ton (eqivalen 9 truk @ 3 –
4 ton), maka volume nya sekitar 130 m3 dengan asumsi proses
pembakaran dapat dilakuka 6 – 8 kali/ hari.
Keuntungan dari incinerator mini ini adalah :
a)tidak diperlukan lahan besar (cukup 6 mx 10 m )
b) mudah dalam pengoperasian,
c) hemat energi (minyak tanah),
d) temperatur tidak terlalu tinggi
( 800/ 1.1000 C ) ,
e) tidak terdapat asap sisa pembakaran yang akan
mencemari lingkungan,
f) tidak bising dan kemasan kompak per unit,
g)tidak menimbulkan panas pada tabung
pembakar,
h) serta sisa abu dapat dimanfaatkan menjadi
produksi batu bata/ batako.
Kapasitas Incinerator :
 Sebagai contoh untuk dapat melaksanakan
pembakaran sampah per hari mencapai 32
ton (eqivalen 9 truk @ 3 – 4 ton), maka
volume nya sekitar 130 m3 dengan asumsi
proses pembakaran dapat dilakuka 6 – 8 kali/
hari.
Residu Abu, Panas dan Energi Listrik :
 Abu pembakaran yang terjadi dalam tungku
pembakar utama akan terkumpul dalam
ruang pengumpul abu, dimana abu tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai pencampur
pembuatan “ batako “ sedangkan panas yang
dihasilkan pembakaran dari ruang bakar dua
dapat dimanfaatkan sebagai pemanas air
mandi yang dialirkan ke rumah tangga,
dengan tambahan unit coverter energi
pembangkit yang akan menghasilkan listrik.
 Proses Incinerator :
 Incinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi
(8000 _1.1000 C ) dalam waktu relatif singkat ( 20- 30 menit )
mampu membakar sampah menjadi abu. Digunakan sistim
pembakaran bertingkat (double chamber), sehingga Emisi
yang melalui cerobong tidak berasap dan tidak berbau, dan
menggunakan sitem cyclon , hasil pembakaran tidak
memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
 Untuk menjaga kesempurnaan pembakaran di incinerator dan
mencegah kerusakan pada dinding pembakar, maka Gelas dan
Logam tidak ikut dibakar. Volume sampah yang berlebihan
diatas mungkin tercecer (tumpah keluar) sehingga
menurunkan efesiensi pemilihan. Oleh karenanya pada lokasi
pembakaran perlu disediakan tempat, dan bila diperlukan
diadakan pengaturan pemulung yang akan menangani
pemilahan sampah dengan baik, “ Sangat memungkinkan
terjadi perebutan lahan kerja dari pemulung dan akan
menjadikan friksi-friksi sosial ”.
 Ruang Bakar Utama :
 Proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi udara “
( udara dimasukan dan didistribusikan merata kedasar ruang
bakar untuk membakar karbon sisa). Gas buang keluara dari
sampah dan naik memanasinya sehingga mengasilkan
pengeringan dan kemudian membentuk gas-gas karbonisasi.
Sisa padat dari pembentukan gas ini yang sebagian besar
terdiri atas karbon, dibakar selama pembakaran normal dalam
waktu pembakaran. Pembakaran terkontrol pada suhu 8000 –
1.0000 C dengan sistem close loop sehingga pembakaran
optimal. Distribusi udara terdiri dari sebuah Blower radial
digerakan langsung dengan impeller, dengan casing almunium
dan Motor Listrik, lubang masuk udara dari pipa udara utama
didistribusikan ke koil.
 Ruang Bakar Tingkat Kedua :
 Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama
dan terdiri dari ruang penyalaan dan pembakaran, berfungsi
membakar gas gas karbonisasi yang dihasilkan dari dalam
ruang bakar utama. Gas karbonisasi yang mudah terbakar dari
ruang bakar utama dinyalakan oleh Burner Ruang Bakar Dua,
kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-gas
karbonisasi akan terbakar habis.
 Selama siklus pembakaran bahan bakar yang mudah terbakar
dari gas karbonisasi suhunya cukup tinggi untuk penyalaan
sendiri, dan ketika karbonisasi selesai maka Ruang Bakar Dua
bekerja seperti sebuah after burner, yaitu mencari, gas-gas
yang belum terbakar kemudian membawanya kedalam
temperatur lebih tinggi sehingga terbakar sampai habis,
dimana suhunya mencapai 1.1000 C dengan sistem close loop
sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang pembakaran
dilakukan secara manual atau menggunakan lift conveyor.
 Panel Kontrol Digital :
Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam
operasionalnya untuk setting suhu
minimum dan maksimum didalam ruang
pembakaran dan dapat dikontrol secara “
automatic “ dengan sitem close loop. Pada
panel digital dilengkapi dengan petunjuk
suhu, pengatur waktu (digunakan sesuai
kebutuhan), dan dilengkapi dengan
tombol pengendali “burner dan “blower”
dengan terdapatnya lampu isarat yang
memadai dan memudahkan operasi.
 Cerobong Cyclon :
 Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang
bagian dalamnya dilengkapi water spray berguna untuk
menahan debu halus yang ikut terbang bersama gas buang,
dengan cara gas buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua
dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga terjadi aliran
siklon di dalam cerobong,. Gas buang yang berputar didalam
cerobong siklon akan menghasilkan gaya sentripetal, sehingga
abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan
terlempar kedinding cerobong siklon.
 Dengan cara menyemburkan butiran air yang halus kedinding,
maka butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah
bersama air yang disemburkan dan ditampung dalam bak
penampung. Bak penampung dapat dirancang tiga sekat,
dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan abu
halus, pada bak selanjutnya air abu akan disaring, dan air
ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk
dipompakan ke cerobong siklon kembali.
 Burner dan Blower :
 Incinerator dilengkapi dengan 2 sistem pembakaran yang
dikendalikan secara otomatis. Burner yang digunakan dapat
menghasilkan panas dengan cepat, serta dilengkapi dengan
blower untuk mempercepat proses pembakaran hingga mampu
menghasilkan panas yang tinggi.
III.2. Sampah Organik sebagai Bahan Baku Biogas

Biogas dari sampah organik adalah gas yang mudah terbakar


(flammable), hasilkan proses fermentasi bahan-bahan organik
oleh bakteri anaerob. Tetapi hanya bahan organik homogen
baik padat maupun cair yang cocok untuk sistem biogas
sederhana. Bila sampah-sampah organik tersebut membusuk,
akan dihasilkan gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2).
Tapi, hanya CH4 yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Umumnya kandungan metana dalam reaktor sampah organik
berbeda-beda. Dalam penelitian menghasilkan metana 50-
80% dan karbondioksida 20-50% ( Zhang et al.
1997 ).
Sedangkan Hansen (2001), dalam reaktor biogasnya
mengandung sekitar 60-70% metana, 30-40% karbon
dioksida, dan gas-gas lain, meliputi amonia, hidrogen sulfida
merkaptan (tio alkohol) dan gas lainnya
Kesetaraan biogas dengan
sumber energi lain Bahan Bakar Jumlah
Biogas 1 m3
Komposisi Biogas
Elpiji 0,46 kg
Metana (CH4) 55-75 %
Minyak tanah 0,62 liter
Karbon dioksida (CO2) 25-45 %
Minyak solar 0,52 liter
Nitrogen (N2) 0-0.3 %
Bensin 0,80 liter
Hidrogen (H2) 1-5%
Gas kota 1,50 m3
Hidrogen sulfida (H2S) 0-0.3 %
Kayu bakar 3,50 kg
Oksigen (O2) 0.1-0.5%

Parameter Kondisi Optimum


Suhu 35oC
pH 7 – 7,2
Nutrien Utama Karbon dan Nitrogen
C/N 20/1 sampai 30/1
Sulfida < 200 mg/L
Logam-logam Berat Terlarut < 1 mg/L
Sodium < 5000 mg/L
Kalsium < 2000 mg/L
Magnesium < 1200 mg/L
Amonia < 1700 mg/L
III.3.Paradoks Pengelolaan Sampah
1.Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada
kemampuan masyarakat mengelola dan memahami persoalan
persampahan.2.Meningkatnya tingkat kehidupan masyarakat,
yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang
persampahan.3.Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan, dan
konstruksi bidang persampahan.4.Kebiasaan pengelolaan
sampah yang tidak efisien, menimbulkan pencemaran lingkungan
mengakibatkan harga tanah turun. 5. Kegagalan dalam daur
ulang.6.Semakin sulitnya mendapatkan lahan TPA.7.Masyarakat
yang keberatan/ menolak daerahnya sebagai TPA.8.Kurangnya
pengawasan dan pelaksanaan peraturan.9.Sulitnya menyimpan
sampah organik yang cepat busuk.10.Sulitnya partisipasi
masyarakat .11.Pembiayaan yang tidak memadai dan hingga saat
ini sampah dikelola pemerintah.
12. Pengelolaan sampah kurang memperhatikan partisipasi
masyarakat.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INCINERATOR MINI :
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INCINERATOR MINI ( Lanjutan ):
Contoh penanganan : PROSES PENGELOLAAN SAMPAH Di Surabaya
IV. PARADIGMA DAN PARADOKS
PENGELOLAAN SAMPAH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2008
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
IV.1.Paradigma lama tentang sampah

1) Pengelolaan sampah lebih berorientasi pada usaha


memindahkan sampah yang tersebar ( tanpa pemilahan,
tanpa daur ulang, tanpa pemanfaatan ulang ) ke satu
lokasi akhir. Solusi lebih dilakukan melalui pendekatan
teknologi dan finansial daripada melalui pendekatan
sosial budaya,politik,hukum dan kelembagaan dan
penenganan secara parsial.
2)Sampah sebagai barang buangan yang tidak berguna
dan tidak bernilai ekonomis sebab hal itu juga tidak
didukung oleh fakta-fakta empirik yang menunjukkan
bahwa sampah ternyata dapat menjadi lahan bisnis yang
menguntungkan dan mampu memberi kesempatan kerja,
khususnya kepada orang-orang yang tidak masuk di
pasar kerja formaldan informal lainnya.
3)Sampah dibuang secara sentralis di TPA, bukan sebaga
komoditi yang merupakan beban yang harus dibiaya
sebagai beban sosial dan merupakan urusan/ beba
pemerintah yang sikelola secara parsial dan mayaraka
wajib bayar restribusi.

4)Sistem pengelolaan pada pendekatan akhir ( end o


pipe), menitik beratkan pada pengelolaan sampah ketik
telah dihasilkan, berupa kegiatan pengumpulan
pengangkutan, dan pembuangan sampah ke TPA,sert
memusnahkan dan tidak mempunyai nilai guna da
ekonomis. Tanpa peduli pada keamanan dan perlindunga
terhadap lingkungan hidup, pembuangan dilakukan secar
terbuka (open dumping) akibat keterbatasan dana operas
dan pemeliharaannya.
5)Manajemen pengelolaan sampah yang dilakukan
sampai saat ini masih lebih pada memindahkan masalah,
artinya, sampah dari satu tempat diangkut ke tempat lain
sedangkan pengelolaannya juga lebih menggunakan cara
open dumping yang tidak memenuhi standar-standar
yang memadai, dan lokasi TPA tidak sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah ( RTRW ).

6)Sampah dari darat pindah ke sungai atau ke laut bukan


tanggung jawab dinas kebersihan.tidak perlu adanya
peraturan dan system pelabelan terhadap teknologi
produksi, produk, dan kemasan ramah lingkungan. TPA
dapat dimanfaatkan sebagai buangan limbah industri dan
limbah rumah sakit serta bahan B3.
IV.2. Perubahan paradigma baru tentang sampah

1) Sebagai sumber daya yang mempunyai nilai


ekonomi, misalnya untuk energi, kompos, pupuk
atau bahan baku industri dan pengelolaan
dengan pendekatan komprehensif dari hulu ke
hilir dilakukan dengan kegiatan pengurangan
sampah meliputi kegiatan pembatasan,
penggunaan kembali dan pendauran ulang.
Sedangkan kegiatan penanganan sampah
meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan
pengolahan, dan pemrosesan akhir.
 2) Dalam pemahaman transformative, sampah sebagai
sumber daya bernilai ekonomi. Sisi positif sampah
menjadi rangsangan (stimulator) perencana daerah dan
tata ruang wilayah untuk meningkatkan kualitas
perencanannya, khususnya dalam kerangka peningkatan
dan pengembangan aktivitas perekonomian daerah/kota,
serta keserasian, keselarasan dalam penataan dan
fungsi-fungsi kota dan wilayah dengan
memperhitungkan keberadaan fungsi-fungsi
pengelolaan sampah ke dalam konsep kebijakan, dan
program-program pembangunan daerah dan penataan
ruang, baik dilihat dari aspek sosial, ekonomi,
lingkungan hidup, maupun tata ruang wilayah.
3) Di tingkat masyarakat dan pemerintah, bahwa
urusan sampah menjadi urusan bersama, dikelola
secara bersama-sama dan menjadi bagian etika
sosial yang internalisasi dan sosialisasinya
dilakukan dengan massif baik di ruang-ruang
formal maupun non formal. Peluang bagi
pemerintah daerah untuk menghasilkan manfaat-
manfaat posistif bagi masyarakat, dunia usaha,
dan pemerintah daerah sendiri. Hal ini
dikarenakan beban pembiayaan sampah akan
menjadi lebih ringan karena adanya keterlibatan
pihak masyarakat dan dunia usaha.
4)"Penutupan TPA akan dibiayai oleh APBN dan APBD,
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing daerah
dan kapasitas tampung sampah,". Konsep pengelolaan
sampah dengan 3R yaitu reduce, reuse, recycle atau
"mengurangi, menggunakan ulang, dan daur ulang"
dilakukan di tingkat rumah tangga, RW, dan kelurahan.
Dalam upaya untuk memberikan landasan hukum yang
kuat dalam pengelolaan sampah yang komprehensif,
terpadu, lintas sektor, dari hulu ke hilir konsisten, efektif,
dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, maka
selayaknya dihadirkan sebuah aturan setingkat undang-
undang, yakni UU pengelolaan sampah. UU beserta
peraturan pelaksanaannya inilah yang kelak menjadi
payung hukum bagi perda dan peraturan bupati/walikota
dalam pengelolaan sampah di kabupaten/kota.
5) Dengan adanya UU Pengelolaan Sampah, maka ada
kepastian hukum, perlindungan hukum bagi stakeholders,
serta adanya landasan yang kuat untuk merumuskan
kebijakan, perencanaan, program, dan kegiatan dalam
pengelolaan sampah, dapat mendorong pada perubahan
prilaku masyarakat dalam memandang dan
memperlakukan sampah, yang tidak lagi menjadi beban
masalah malainkan justru menjadi berkah bagi banyak
orang. Selain itu pula, semoga peristiwa Bantargebang
Bojong Gede, Leuwi Gajah, dan peristiwa-peristiwa
mengenaskan lain-lainnya tidak akan terulang lagi di
masa yang akan datang.
IV.3. Paradoks Pengelolaan Sampah
1. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat
daripada kemampuan masyarakat mengelola dan
memahami persoalan persampahan
2. Meningkatnya tingkat kehidupan masyarakat, yang
tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang
persampahan.
3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan, dan
konstruksi di segala bidang termasuk bidang
persampahan.
4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien,
tidak benar, menimbulkan pencemaran udara, tanah, air
dan menimbulkan turunnya harga tanahkarena daerah
yang turun estetikanya akibat bau dan memperbanyak
pupulasi lalat serta tikus
5.Kegagalan dalam daur ulang, juga ketidak mampuan orang
memelihara barangnya, sehingga cepat rusak. Ataupun produk
manufaktur rendah kualitas sehingga cepat menjadi sanpah.
6.Semakin sulitnya mendapatkan lahan Tempat Pembuangan
Akhir ( TPA ), selain tanah dan formasinya yang tidak cocok
sebagai TPA, juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan
penggunaan lahan.
7. Banyak masyarakat yang keberatan atau menolak daerahnya
dipakai sebagai TPA.
8.Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.
9. Sulitnya menyimpan sampah organik yang cepat busuk
akibat cuaca.
10.Sulitnya partisipasi masyarakat membuang
sampah pada tempatnya dan memelihara
kebersihan.
11.Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat
hingga sat ini sampah dikelola oleh pemerintah.
12. Pengelolaan sampah hingga saat ini kurang
memperhatikan faktor non-teknis seperti
partisipasi mayarakat dan penyuluhan tentang
hidup sehat dan bersih.
Menurut Asmadi (2013:6) Sampah Medis/klinis
merupakan yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis,
pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan
yang menggunakan bahan – bahan beracun,
infektius berbahaya atau bisa membahayakan
kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1204 (2004) Sampah Medis/klinis padat
merupakan sampah padat yang terdiri dari
sampah infeksius, sampah patologi, sampah
farmasi, sampah benda tajam,sampah
sitotoksis,sampah kimiawi, sampah
radioaktif, sampah kontainer bertekanan,
sampah dan dengan kandungan logam berat
yang tinggi.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006 sebagai metode
pengelolaan sampah medis padat yang aman/memenuhi syarat
kesehatan, yaitu :
1.Sampah infeksius harus dipisahkan dengan sampah non-
infeksius.
2.Setiap ruangan harus disediakan kontainer yang terbuat dari
bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mudah
dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong plastik sebagai
berikut :
a.Untuk sampah infeksius menggunakan kantong plastik
berwarna kuning.
b.Untuk benda-benda tajam dan jarum ditampung pada wadah
khusus seperti botol.
3. Sampah infeksius dimusnahkan di dalam incenerator.
Sumber Sampah Medis Padat
1.Unit obstetric dan ruang perawatan obstetric;
Yaitu dressing (pembalut/pakaian), sponge
(sepon/penggosok), placenta (ari-ari), ampul,
termasuk kapsul perak nitrat, syringe (alat
semprot), mascer disposable (masker yang dapat
dibuang), disposable drapes (tirai/kain yang dapat
dibuang), sanitary napkin (serbet kesehatan), blood
lancet disposable (pisau bedah), disposable
catheter (alat bedah), disposable unit enema (alat
suntik pada usus), disposable diaper (popok) dan
underpad (alas/bantalan),serta sarung tangan
disposable (sarung tangan sekali pakai).
2.Unit emergency dan bedah termasuk
ruang perawatan; Yaitu dressing
(pembalut/pakaian), sponge
(sepon/penggosok), jaringan tubuh,
termasuk amputasi, ampul bekas, mascer
disposable , jarum dan syringe , drapes,
disposable blood lancet , levin tubes
(pembuluh), catheter (alat bedah), drainase
set (alat pengaliran),underpads
(alas/bantalan), dan sarung bedah.
3.Unit laboratorium, ruang mayat, phatology dan
autopsy; Yaitu gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri
dish, wadah specimen, slide specimen (kaca/alat sorong),
jaringan tubuh, organ, dan tulang.
4.Unit isolasi; Yaitu bahan-bahan kertas yang
mengandung buangan nasal (hidung) dan sputum
(dahak/air liur), dressing (pembalut/pakaian) dan
bandages (perban),serta masker disposable (masker yang
dapat dibuang).
5.Unit perawatan; Yaitu ampul, jarum disposable, dan
syringe (alat semprot) kertas dan lain-lain (Asmadi,
2013).
Jenis Sampah Medis Padat

1.Sampah infeksius adalah sampah yang terkontaminasi


organisme patogen yang tidak secara rutin ada di
lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada
manusia rentan.
2. Sampah patologis adalah Sampah yang terdiri dari
jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia bangkai
hewan, darah dan cairan tubuh (Sampah anatomis) atau
subkategori dari Sampah infeksius .
3. Sampah Benda Tajam, benda tajam merupakan
materi yang dapat menyebabkan luka), antara lain
iarum, jarum suntik, scalpel dan jenis belati, pisau,
peralatan infuse, gergaji, pecahan kaca dan paku.
4.Sampah Farmasi adalah Sampah yang mencakup
produk farmasi, obat-obatan, vaksin dan serum yang
sudah kedaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan
terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi dan harus
dibuang dengan tepat .Kategori ini juga mencakup
barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk
menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak
yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang
penghubung dan ampul obat.
5. Sampah Genotoksik adalah Sampah yang sangat
berbahaya dan bersifat mutagenik, tetratogenik atau
karsinogenik. Sampah ini menimbulkan persoalan pelik.
Sampah genotoksik dapat mencakup obat-obatan
sitostatik tertentu, muntahan, urine atau tinja pasien
yang diterapi dengan obat-obatan sitostasik zat kimia,
maupun radioaktif.
6. Sampah yang Mengandung Logam Berat adalah
Sampah yang mengandung logam berat dalam
konsentrasi tinggi termasuk dalam subkategori Sampah
kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik.
7. Sampah Kemasan Bertekanan adalah berbagai jenis gas
digunakan dalam kegiatan di instalasi kesehatan dan kerap
dikemas dalam tabung, cartridge, dan kaleng aerosol.
Banyak di antaranya begitu kosong dan tidak terpakai lagi
dapat dipergunakan kembali tetapi ada bebetapa jenis yang
harus dibuang, misalnya kaleng aerosol.
8. Sampah Radioaktif adalah Sampah radioaktif
mencakup benda padat, cair dan gas yang terkontaminasi
radionuklida. Sampah ini terbentuk akibat pelaksanaan
prosedur seperti analisis inaiztro pada jaringan dan
cairan tubuh, pencitraan organ dan lokalisasi tumor secara
inaiztro, dan berbagai jenis metode investigasi dan terapi
lainnya
Persyaratan Pengelolaan sampah Medis Padat
1.MINIMALISASI
a.Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi sampah
dimulai dari sumber.
b.Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
c.Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stock
bahan kimia dan farmasi.
d.Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan
sampah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan
dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwenang.
2.Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur ulang
a.Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber
b.Sampah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan
c.Sampah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut
harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka
sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya.
d.Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
e.Sampah medis padat yang di manfaatkan kembali harus melalui
proses sterilisasi, untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus
dilakukan tes bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi
kimia harus dilakukan tes Bacillus Subtilis.
f.Sampah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk
dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak
mempunyai jarum yang sekali pakai (disposeble), Sampah
jarum hipodemik dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui proses salah satu metode sterilisasi
g.Pewadahan Sampah medis padat harus memenuhi
persyaratan dengan menggunakan wadah (Jenis wadah
label Sampah medis padat sesuai kategorinya)
h.Daur ulang yang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit
kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari
proses film sinar x.
Metode sterilisasi Sampah dimanfaatkan kembali (Kepmenkes RI No. 1204/2004 )

Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak


1.Sterilisasi
dengan panas
a. Sterilisasi 160°C 120 menit
kering dlm oven
“poupinel”
b. Sterilisasi 170°C 60 menit
basah dalam
otoklaf
2.Sterilisasi
dengan bahan
kimia
a. Ethylene oxide 121°C 30 menit
(gas)
b. 50°C - 60°C 3-8 jam
Glutaraldehhyde
(cair)
Jenis wadah label Sampah medis
No Kategorik Warna Lambang Keterangan
wadah
1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal
dengansimbol radioaktif

2 Sangat infeksius Kuning Kantong plastik antibocor,


atau kontainer dapat
disterilisasi dgn
Otoklaf

3 Limbah Kuning Kantong plastik kuat dan


antibocor, atau kontainer
Infeksius,Patologi,
anatomi
4 Sitotoksis Ungu Kantong plastik kuat dan
antibocor, atau kontainer

5 Limbah Kimia Coklat Kantong plastik kuat dan


antibocor, atau kontainer
Dan Farmasi
IV.4.UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2008
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Disahkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 2008


PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 2008
MENKUMHAM REPUBLIK INDONESIA,
( ANDI MATTALATTA)
LEM NEG R I TAHUN 2008 NOMOR 69
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu.Definisi. Pasal 1
Bagian Kedua.Ruang Lingkup.Pasal 2
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3 dan pasal 4

BAB III
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAHAN
Bagian Kesatu.Tugas.Pasal 5, Pasal 6
Bagian Kedua.Wewenang Pemerintah.Pasal 7
Bagian Ketiga.Wewenang Pemerintah Provinsi.Pasal 8
Bagian Keempat.Wewenang Pem Kabupaten/Kota.Pasal 9
Bagian Kelima.Pembagian Kewenangan.Pasal 10
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu.Hak.Pasal 11
Bagian Kedua.Kewajiban.Pasal 12 s/d pasal 16
BAB VI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu. Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga
dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.Pasal 19
Paragraf Kesatu.Pengurangan Sampah.Pasal 20
dan pasal 21
Paragraf Kedua.Penanganan Sampah.Pasal 22
Bagian Kedua.Pengelolaan Sampah Spesifik.Psl 23
BAB VII
PEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI
Bagian Kesatu.Pembiayaan.Pasal 24
Bagian Kedua.Kompensasi.Pasal 25
BAB VIII
KERJA SAMA DAN KEMITRAAN
Bagian Kesatu.Kerja Sama Antardaerah.Pasal 26
Bagian Kedua.Kemitraan.Pasal 27
BAB IX
PERAN MASYARAKAT.Pasal 28
BAB X
LARANGAN.Pasal 29
BAB XI
PENGAWASAN.Pasal 30 dan pasal 31
BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF.Pasal 32
BAB XIII
PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Kesatu.Umum.Pasal 33
Bagian Kedua.Penyelesaian Sengketa
di Luar Pengadilan.Pasal 34
Bagian Ketiga.Penyelesaian Sengketa
di Dalam Pengadilan.Pasal 35
Bagian Keempat.Gugatan Perwakilan Kelompok.Pasal 36
Bagian Kelima.Hak Gugat Organisasi
Persampahan.Pasal 37
BAB XIV
PENYIDIKAN.Pasal 38
BAB XV
KETENTUAN PIDANA.Pasal 39 s/d pasal 43
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN.Pasal 44 dan pasal 45
BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN.Pasal 46
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP.Pasal 47 s/d pasal 49

Anda mungkin juga menyukai