Pengertian Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan
pengelolaan khusus meliputi: a. sampah yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun; b.
sampah yang mengandung limbah bahan
berbahaya dan beracun; c. sampah yang timbul
akibat bencana; d. puing bongkaran bangunan; e.
sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;
dan/atau; f. sampah yang timbul secara tidak
periodik. ( Undang-undang Republik Indonesia
Nomor: 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan
Sampah ).
Soewedo (1983) menyatakan bahwa sampah adalah
bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk
kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Berdasarkan Sumber
Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan Lokasinya
Berdasarkan Jenisnya
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua
macam : ( 1 ) Sampah yang seragam, bersumber dari industri
dan perkantoran; ( 2 ) Sampah yang tidak seragam/
campuran, bersumber dari pasar/tempat-tempat umum,ramah
tangga, pertanian dan lainnya
2. Leptospirosis Leptospira
3. Icterohaemorrhagica Icterohaemorrhagica
I. Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah
padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan ,
pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material
bekas pakai.
Material yang dapat di daur ulang :
1. Botol Bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dll baik
yang putih bening maupun yang berwarna terutama gelas
atau kaca yang tebal.
2. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah,
kardus kecualai kertas yang berlapis minyak.
3. Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan
kue dll.
4. Besi bekas rangka meja, besi rangka beton dll
5. Plastik bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember
dll
II. KOMPOS
Kompos adalah produk akhir dari proses
dekomposisi senyawa organik yang diurai
menggunakan bantuan mikroorganisme yang bekerja
pada suhu tertentu, kegiatannya dinamakan
pengomposan.
Pengomposan dengan bahan baku sampah domestik
merupakan teknologi yang ramah lingkungan,
sederhana dan menghasilkan produk akhir yang
sangat berguna bagi kesuburan tanah dan sebagai
penutup/ landfill
Mengapa masyarat perlu melakukan proses
pengomposan?
Berdasarkan
kebutuhan Berdasarkan
oksigen Lokasi
Pembuatan
Pengomposan
Aerobik,
menggunakan .Sistem Setempat
bantuan udara (On-site System)
terbuka . Sistem Terpusat
Pengomposan An- (On-central
Aerob, tanpa System)
bantuan udara
Pengomposan dengan cara Aerob , ragamnya
bermacam mulai dari teknologi sederhana sampai yang
menggunakan peralatan canggih, seperti:
Effective Microorganisms
(EM)
Sistem open windrow, merupakan metode yang paling
sederhana dan sudah sejak lama dilakukan. Untuk mendapatkan
aerasi dan pencampuran, biasanya tumpukan sampah tersebut
dibalik (diaduk). Hal ini juga dapat menghambat bau yang
mungkin timbul, pembalikan dapat dilakukan baik secara
mekanis maupun manusia.
Aerated Static Pile Composting, Udara disuntikkan melalui
pipa statis ke dalam tumpukan sampah. Untuk mencegah bau
yang timbul, pipa dilengkapi dengan exhaust fan. Setiap
tumpukan biasanya menggunakan blower untuk memantau udara
yang masuk.
In-veseel Composting System, sistim pengomposan dilakukan
di dalam kontainer/tangki tertutup. Proses ini berlangsung secara
mekanik, untuk mencegah bau disuntikkan udara, pemantauan
suhu dan konsentrasi oksigen
Manusia/Individu
Pengurangan
sampah
Produk daur Ulang
Sampah Organik
TPS TPA
Pemisahan
Sampah Plastik Pelet plastik
Cerobong Cyclon
( kapasitas 32 ton/hr)
Kapasitas Incinerator :
Pembakaran sampah per hari mencapai 32 ton (eqivalen 9 truk @ 3 –
4 ton), maka volume nya sekitar 130 m3 dengan asumsi proses
pembakaran dapat dilakuka 6 – 8 kali/ hari.
Keuntungan dari incinerator mini ini adalah :
a)tidak diperlukan lahan besar (cukup 6 mx 10 m )
b) mudah dalam pengoperasian,
c) hemat energi (minyak tanah),
d) temperatur tidak terlalu tinggi
( 800/ 1.1000 C ) ,
e) tidak terdapat asap sisa pembakaran yang akan
mencemari lingkungan,
f) tidak bising dan kemasan kompak per unit,
g)tidak menimbulkan panas pada tabung
pembakar,
h) serta sisa abu dapat dimanfaatkan menjadi
produksi batu bata/ batako.
Kapasitas Incinerator :
Sebagai contoh untuk dapat melaksanakan
pembakaran sampah per hari mencapai 32
ton (eqivalen 9 truk @ 3 – 4 ton), maka
volume nya sekitar 130 m3 dengan asumsi
proses pembakaran dapat dilakuka 6 – 8 kali/
hari.
Residu Abu, Panas dan Energi Listrik :
Abu pembakaran yang terjadi dalam tungku
pembakar utama akan terkumpul dalam
ruang pengumpul abu, dimana abu tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai pencampur
pembuatan “ batako “ sedangkan panas yang
dihasilkan pembakaran dari ruang bakar dua
dapat dimanfaatkan sebagai pemanas air
mandi yang dialirkan ke rumah tangga,
dengan tambahan unit coverter energi
pembangkit yang akan menghasilkan listrik.
Proses Incinerator :
Incinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi
(8000 _1.1000 C ) dalam waktu relatif singkat ( 20- 30 menit )
mampu membakar sampah menjadi abu. Digunakan sistim
pembakaran bertingkat (double chamber), sehingga Emisi
yang melalui cerobong tidak berasap dan tidak berbau, dan
menggunakan sitem cyclon , hasil pembakaran tidak
memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
Untuk menjaga kesempurnaan pembakaran di incinerator dan
mencegah kerusakan pada dinding pembakar, maka Gelas dan
Logam tidak ikut dibakar. Volume sampah yang berlebihan
diatas mungkin tercecer (tumpah keluar) sehingga
menurunkan efesiensi pemilihan. Oleh karenanya pada lokasi
pembakaran perlu disediakan tempat, dan bila diperlukan
diadakan pengaturan pemulung yang akan menangani
pemilahan sampah dengan baik, “ Sangat memungkinkan
terjadi perebutan lahan kerja dari pemulung dan akan
menjadikan friksi-friksi sosial ”.
Ruang Bakar Utama :
Proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi udara “
( udara dimasukan dan didistribusikan merata kedasar ruang
bakar untuk membakar karbon sisa). Gas buang keluara dari
sampah dan naik memanasinya sehingga mengasilkan
pengeringan dan kemudian membentuk gas-gas karbonisasi.
Sisa padat dari pembentukan gas ini yang sebagian besar
terdiri atas karbon, dibakar selama pembakaran normal dalam
waktu pembakaran. Pembakaran terkontrol pada suhu 8000 –
1.0000 C dengan sistem close loop sehingga pembakaran
optimal. Distribusi udara terdiri dari sebuah Blower radial
digerakan langsung dengan impeller, dengan casing almunium
dan Motor Listrik, lubang masuk udara dari pipa udara utama
didistribusikan ke koil.
Ruang Bakar Tingkat Kedua :
Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama
dan terdiri dari ruang penyalaan dan pembakaran, berfungsi
membakar gas gas karbonisasi yang dihasilkan dari dalam
ruang bakar utama. Gas karbonisasi yang mudah terbakar dari
ruang bakar utama dinyalakan oleh Burner Ruang Bakar Dua,
kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-gas
karbonisasi akan terbakar habis.
Selama siklus pembakaran bahan bakar yang mudah terbakar
dari gas karbonisasi suhunya cukup tinggi untuk penyalaan
sendiri, dan ketika karbonisasi selesai maka Ruang Bakar Dua
bekerja seperti sebuah after burner, yaitu mencari, gas-gas
yang belum terbakar kemudian membawanya kedalam
temperatur lebih tinggi sehingga terbakar sampai habis,
dimana suhunya mencapai 1.1000 C dengan sistem close loop
sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang pembakaran
dilakukan secara manual atau menggunakan lift conveyor.
Panel Kontrol Digital :
Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam
operasionalnya untuk setting suhu
minimum dan maksimum didalam ruang
pembakaran dan dapat dikontrol secara “
automatic “ dengan sitem close loop. Pada
panel digital dilengkapi dengan petunjuk
suhu, pengatur waktu (digunakan sesuai
kebutuhan), dan dilengkapi dengan
tombol pengendali “burner dan “blower”
dengan terdapatnya lampu isarat yang
memadai dan memudahkan operasi.
Cerobong Cyclon :
Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang
bagian dalamnya dilengkapi water spray berguna untuk
menahan debu halus yang ikut terbang bersama gas buang,
dengan cara gas buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua
dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga terjadi aliran
siklon di dalam cerobong,. Gas buang yang berputar didalam
cerobong siklon akan menghasilkan gaya sentripetal, sehingga
abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan
terlempar kedinding cerobong siklon.
Dengan cara menyemburkan butiran air yang halus kedinding,
maka butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah
bersama air yang disemburkan dan ditampung dalam bak
penampung. Bak penampung dapat dirancang tiga sekat,
dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan abu
halus, pada bak selanjutnya air abu akan disaring, dan air
ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk
dipompakan ke cerobong siklon kembali.
Burner dan Blower :
Incinerator dilengkapi dengan 2 sistem pembakaran yang
dikendalikan secara otomatis. Burner yang digunakan dapat
menghasilkan panas dengan cepat, serta dilengkapi dengan
blower untuk mempercepat proses pembakaran hingga mampu
menghasilkan panas yang tinggi.
III.2. Sampah Organik sebagai Bahan Baku Biogas
BAB III
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAHAN
Bagian Kesatu.Tugas.Pasal 5, Pasal 6
Bagian Kedua.Wewenang Pemerintah.Pasal 7
Bagian Ketiga.Wewenang Pemerintah Provinsi.Pasal 8
Bagian Keempat.Wewenang Pem Kabupaten/Kota.Pasal 9
Bagian Kelima.Pembagian Kewenangan.Pasal 10
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu.Hak.Pasal 11
Bagian Kedua.Kewajiban.Pasal 12 s/d pasal 16
BAB VI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu. Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga
dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.Pasal 19
Paragraf Kesatu.Pengurangan Sampah.Pasal 20
dan pasal 21
Paragraf Kedua.Penanganan Sampah.Pasal 22
Bagian Kedua.Pengelolaan Sampah Spesifik.Psl 23
BAB VII
PEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI
Bagian Kesatu.Pembiayaan.Pasal 24
Bagian Kedua.Kompensasi.Pasal 25
BAB VIII
KERJA SAMA DAN KEMITRAAN
Bagian Kesatu.Kerja Sama Antardaerah.Pasal 26
Bagian Kedua.Kemitraan.Pasal 27
BAB IX
PERAN MASYARAKAT.Pasal 28
BAB X
LARANGAN.Pasal 29
BAB XI
PENGAWASAN.Pasal 30 dan pasal 31
BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF.Pasal 32
BAB XIII
PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Kesatu.Umum.Pasal 33
Bagian Kedua.Penyelesaian Sengketa
di Luar Pengadilan.Pasal 34
Bagian Ketiga.Penyelesaian Sengketa
di Dalam Pengadilan.Pasal 35
Bagian Keempat.Gugatan Perwakilan Kelompok.Pasal 36
Bagian Kelima.Hak Gugat Organisasi
Persampahan.Pasal 37
BAB XIV
PENYIDIKAN.Pasal 38
BAB XV
KETENTUAN PIDANA.Pasal 39 s/d pasal 43
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN.Pasal 44 dan pasal 45
BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN.Pasal 46
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP.Pasal 47 s/d pasal 49