Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN KADAR KLORIDA

Hari, Tanggal : Jum’at, 25 Maret 2022

Waktu : Pukul 07.30 – 13.00 WIB

Tempat : Laboratorium Kampus Kesling Poltekkes Tanjung karang

Tujuan : Untuk Mengetahui Kadar Klorida Dalam Air Bersih

I. Tinjauan Pustaka

Bagi manusia, air adalah menjadi hal yang sangat penting untuk menunjang
aktivitas manusia setiap harinya.Tanpa adanya air, tidak mungkin manusia
menjalani kehidupan. Jenis-jenis air meliputi: air minum, air bersih, air kolam
renang dan air pemandian umum. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Menteri Kesehatan Republik Indonesia, kualitas air bersih harus
memenuhi persyaratan kesehatan, antara lain: persyaratan fisika, kimia,
mikrobiologi dan radioaktif.
Salah satu parameter kimia yang harus diketahui bahwa kadarnya dibawah
maksimum yang diperbolehkan adalah parameter ion klorida.Klorida merupakan
anion yang mudah larut dalam sampel air.Anion klorida merupakan anion organik
yang terdapat dalam senyawa natriun klorida, kalium klorida, kalsium
klorida.Kelebihan ion klorida dalam air minum dapat merusak ginjal. Akan tetapi,
kekurangan ion klorida dalam tubuh juga dapat menurunkan tekanan osmotik cairan
ekstraseluler yang menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Oleh karena itu,
Kementrian Kesehatan menetapkan kadar ion klorida dalam air bersih adalah
sebesar 600 mg/L. Hal tersebut bertujuan dalam pengawasan kualitas air yang dapat
mengganggu/membahayakan kesehatan.
Klorida menjadikan air terasa asin.Dalam konsentrasi apapun, ini menjadi
terasa dan tergantung pada individu masing-masing. Dalam konsentrasi tinggi,
klorida menyebabkan air menjadi payau, rasa asin yang sama sekali tidak
diinginkan. Walaupun klorida sangat larut, klorida memiliki stabilitas. Stabilitas ini
memungkinkan mereka bertahan dari perubahan dan tetap konstan dalam air
apapun, kecuali air yang dicemari oleh industri dan kotoran manusia (Buhor, 2018)
Ilmu kimia analitik adalah ilmu kima yang mendasari pemisahan-pemisahan
dan analisis bahan.Analisis bertujuan menentukan susuanan bahan, baik secara
kualitatif, kuantitatif, maupun secara struktur.Susunan kualitatif merupakan
komponen-komponen bahan, sedangkan susunan kuantitatif adalah berupa
banyaknya atau setiap komponen tersebut.dalam ilmu kimia analitik. Untuk
menganalisa suatu komponen kimia terdiri atas beberapa analisis yaitu analisis
volumetri, analisis gravimetri. Analisis tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
cara dengan menganalisis salah satunya melalui titrasi pengendapan atau
argentometri.
Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau gaarm yang sukar larut.Prinsip dasarnya adalah reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran,
tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik
akhir titrasi.Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. Akan
tetapi, metode tua seperti penentuan kadar Cl-, Br-, I-, dan Ag(I) (disebut juga
metode argentometri) adalah sangat penting. Alasan utama kurang digunakannya
metode tersebut adalah sulitanya memperoleh indikator yang sesuai untuk
menentukan titik akhir pengendapan, kedua komposisi endapan tidak selalu
diketahui (Khopkar, 2020).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida
senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan perak nitrat (AgNo 3) pada
suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan
karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak
larut atau endapan.
Reaksi yang mendasari titrasi argentometri adalah
AgNo3 + Cl → AgCl + NO3
Argentometri merupakan salah satu cara unuk menentukan kadar zat dalam
suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pada pembentukan ion Ag -.
Argentometri dapat dibedakan atas metode Mohr (pembentukan endapan bewarna),
metode Volhard (penentu zat warna yang mudah larut) dan metode Fajans
(indikator absorbsi). Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar
klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNo 3 dan
penambahan K2CrO4 sebagai indikator. (Gandjar, 2019)

II. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Erlenmeyer
2. Corong
3. Pipet 10 ml
4. Bulb
5. Botol semprot
6. Beaker glass
7. Gelas ukur kecil
8. Pipet 5 ml
9. Alat tulis
10. Buret
B. Bahan
1. Sampel air bersih
2. AgNO3
3. NaCl
4. K2CrO4 5 %
III.Prosedur Kerja
1. Siapkan alat yang akan digunakan
2. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl 0,05 N, yaitu dengan menyiapkan 10 ml
NaCl dan 1 ml K2CrO4 5 % kedalam erlenmeyer
3. Titrasi oleh AgNO3
4. Catat hasil titrasi volume AgNO3
5. Kemudian hitung menggunakan
Rumus: NAgNO3× V AgNO3 = N NaCl × V NaCl
Untuk mengerahui N AgNO3
6. Setelah diketahui nilai N AgNO3, selanjutnya penentuan kadar klorida, yaitu
dengan menyiapkan 10 ml sampel air bersih dan 1 ml K2CrO4 5 % kedalam
erlenmeyer
7. Kemudian titrasi kembali dengan menggunakan AgNO3 hingga berubah warna
8. Catat hasil titrasi kemudian hitung menggunakan rumus:
Vp× Np× BE ×1000
Kadar klorida (mg/L) =
Vs

IV. Hasil dan Pembahasan


A. Data Pengamatan
1. Standarisasi volume AgNO3dengan NaCl 0,05 N

No Percobaan Ke Volume AgNO3


1 I 5,5 ml
2 II 5,2 ml
3 III 5,2 ml

2. Penentuan kadar Cl
No Percobaan Ke Volume AgNO3
1 I 0,3 ml
2 II 0,1 ml
3 III 0,1 ml
B. Perhitungan

1. Standarisasi volume AgNO3dengan NaCl 0,05 N


Rumus:
NAgNO3× V AgNO3 = N NaCl × V NaCl
a. Percobaan pertama
Volume AgNO3 = 5,5 ml
NAgNO3× V AgNO3 = N NaCl × V NaCl
0,05 N ×10 ml
N ×5,5=
5,5 ml
N=0,090
b. Percobaan kedua
Volume AgNO3 = 5,2 ml
NAgNO3× V AgNO3 = N NaCl × V NaCl
0,05 N ×10 ml
N ×5,2=
5,2ml
N=0,096
c. Percobaan ketiga
Volume AgNO3 = 5,2 ml
NAgNO3× V AgNO3 = N NaCl × V NaCl
0,05 N ×10 ml
N ×5,2=
5,2ml
N=0,096
d. Rata-rata N AgNO3
0 , 090+0.096+ 0,096
N=
3
N=0,094
2. Penentuan kadar Cl
Rumus:
Vp× Np× BE ×1000
Kadar klorida (mg/L) =
Vs
a. Percobaan pertama
Volume AgNO3 = 0,3 ml
Vp× Np× BE ×1000
Kadar klorida (mg/L) =
Vs
0,3× 0,094 ×35,5 ×1000
¿
10 ml
¿ 100,11 mg/L
b. Percobaan kedua
Volume AgNO3 = 0,1 ml
Vp× Np× BE ×1000
Kadar klorida (mg/L) =
Vs
0,1× 0,094 ×35,5 ×1000
¿
10 ml
¿ 33,37 mg/ L

c. Percobaan ketiga
Volume AgNO3 = 0,1 ml
Vp× Np× BE ×1000
Kadar klorida (mg/L) =
Vs
0,1× 0,094 ×35,5 ×1000
¿
10 ml
¿ 33,37 mg/ L

d. Rata-rata kadar Cl
100,11+33,37+33,37
N=
3
N=55,62 mg/ L

C. Pembahasan

Pada praktikum ini membahas mengenai pemeriksaan klorida (Cl) pada


sampel air bersih yang berasal dari Alfamart Hajimena dengan metode
argentometri secara titrasi. Prinsip pemeriksaan kadar klorida dengan
menggunakan prinsip pengendapan yang akan menghasilkan endapan putih
perak klorida.
Titrasi argentometri dengan metode mohr dapat digunakan untuk
menentukan kadar klorida dalam rentang pH 7-10 dengan larutan AgNO3
sebagai penitran dan K2CrO4 5 % sebagai indikator pada saat titik akhir titrasi
(TAT). Pada saat titik akhit titrasi ditunjukkan dengan timbuknya endapan
bewarna merah bata yang merupakan senyawa Ag2CrO4.
Kadar klorida yang tinggi pada air bersih sangat tidak dianjurkan, karena
klorin dinilai mengandung racun tinggi, baik berbentuk gas maupun cairan,
keberadaan ion Cl- dalam air akan berpengaruh terhadap tingkat keasinan air.
Klorin sering dikombinasikan dengan senyawa kimia yang beracun dan
berbahaya bagi kehidupan karena dapat terakumulasi dan persisten didalam
tubuh makhluk hidup.
Kadar klor yang tinggi dalam air dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya yaitu sumber air.Untuk sumber air yang dekat dengan sawah
penyebabnya ialah berasa dalah pupuk, HCl, dan pestisida yang
digunakan.Sedangkan pada air yang berasal dari PDAM penyebabnya ialah
penggunaan kaporit dan gas klor. Kemudian, kadarklor yang tinggi pada air
yang berasal dari sumur gali dapat disebabkan oleh kegiatan sehari-hari seperti
penggunaan pemutih.
Berdasarkan hasil praktikum yang tela dilakukan, didapatkan hasil kadar
klorida pada air sampel sebesar 55,67 mg/L. Hal ini telah menunjukkan bahwa
air tersebut telah memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 416 tahun 1990 yang menyatakan bahwa kadar
maksimum klorida adalah sebesar 600mg/L. Apabila melebihi batas yang
dianjurkan, maka air tersebut belum layak dikonsumsi.

V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa


sampel air yang digunakan memiliki kadar klorida sebesar 55,62 mg/L dan
dapat digunakan karena dibawah nilai ambang batas yang ditentukan oleh
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 tahun 1990
sebesar 600 mg/L.

DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, IG, dan Rahman, A. 2019. Kimia Farmasi Analisi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Karmono, dan Cahyono, J., 2018.Pengantar Penentuan Kualitas Air.
Yogyakarta:Laboratrium Hidrologi, Universitas Gadjah Mada
Khopkar, SM. 2020. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:UI-Press Oxtoby
Prihatmoko, Angkit Daru. 2019. Pengujian Kadar Khlorida.
http://neffo-lovers.blogspot.com/2019/03/pengujian-kadar-
khloridametode.html
diakses pada 28 Maret 2022
LAMPIRAN

Bulb dan pipet gondok Larutan peniter dan indikator

Sampel air yang telah


Pemasukkan larutan peniter ke
dimasukkan kedalam
dalam buret
Erlenmeyer
Hasil

Anda mungkin juga menyukai