SEMINAR PRATAMA
PENDIDIKAN PARIWISATA
Pertemuan 04 : Budaya Indonesia dan Budaya Akademik
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Ragam Budaya Indonesia
Bahasa daerah
Rumah adat
Pakaian adat
Tradisi
Kesenian
Kepercayaan
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
10 Warisan Budaya Indonesia yang Diakui
Internasional
Wayang Kulit
Keris
Batik
Gamelan
Angklung
Upacara adat Sekaten
Lumpia
Tari Saman Gayo
Tas Noken
Sistem pertanian subak
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Benda Cagar Budaya
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Dampak Sosial Budaya (Cohen)
Dampak antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas termasuk tingkat otonomi dan
ketergantungan
Dampak terhdap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat
Dampak terhadap dasar organisasi / kelembagaan social
Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata
Dampak terhadap ritme kehidupan social masyarakat
Dampak terhadap pola pembagian kerja
Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas social
Dampak terhadap distribuso pengaruh dan kekuasaan
Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan social
Dampak terhdap kesenian dan adat istiadat
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Faktor yang mempengaruhi dampak social-
budaya pariwisata
Jumlah wisatawan pariwisata oleh masyarakat lokal
Tipe wisatawan Perilaku Lembaga pemerintah terhadap pariwisata
Tahap perkembangan pariwisata Kepercayaan-kepercayaan masyarkat lokal dan kekuatan dan
kepercayaan tersebut
Perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara negara asal
wisatawan dengan negara penerima Keterbukaan terhadap berbagai kekuatan yang mempengaruhi
perubahan teknologi, social dan budaya
Perbedaan norma budaya antara negara asal wisatawan dengan
negara penerima Kebijakan dalam penyebaran wisatawan
Ukuran fisik wilayah DTW, yang mempengaruhi kepadatan Pemasaran dan citra yang dibentuk lewat pemasaran terhadap
wisatawan DTW
Jumlah penduduk luar daerah (migran) yang melayani Homogenitas masyarkat penerima
kebutuhan pariwisata Aksesibilitas DTW
Besar kecilnya pembelian barang-barang property oleh Kekuatan awal dari tredisi berkesenian, cerita rakyat, legenda
wisatawan
dan sifat tradisi
Tingkat penguasaan atau kepemilikan property dan fasilitas
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
PARIWISATA DAN DEGRADASI BUDAYA
Untuk daerah-daerah yang memiliki daya Tarik budaya yang kental seperti Bali contohnya, kegiatan
pariwisata selain memberikan nilai ekonomi tapi juga mengancam pelestarian budaya.
Dari sisi social ekonomi, orang berpindah mata pencaharian yang mungkin tadinya agraris lalu ke
pariwisata, sehingga akan ada kemungkinan menghilangnya kemampuan agraris pada masyarkat bali
Dari sisi keterampilan missal perajin ukir atau penari, yang tadinya melakukan kegiatan berkesenian sebagai
bagian dari ritual keagamaan kini untuk memenuhi kebutuhan wisatawan sehingga esensi dari kegiatan
menjadi bergeser
Pengaruh wisatawan pada gaya hidup orang lokal
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Komersialisasi Budaya (Curtural
Commocitization) Dalam Pariwisata
Perampasan warisan budaya dijadikan suatu komoditi untuk pemenuhan kebutuhan wisatawan
Pemalsuan tradisi asli diubah untuk memenuhi harapan wisatawan
Pelecehan terhadap upacara agama yang dijadikan pertunjukan komersial
Hilangnya nilai-nilai yang dapat menimbulkan anomi umum masyarakat
Degree of Cultural Functionality (Jean Luc Maurer) empat kriteria untuk menilai dampak social-budaya pariwisate
terhadap masyarkat penerima. Masyarakat harus bisa melihat Batasan ruang linkup produksi budaya yang berbeda
antara sesuatu yang sacral dan konsumsi wisatawan.
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Involusi Budaya
Peningkatan jumlah wisatawan, bukannya merusak budaya malahan akan memperkuat ikatan orang Bali terhadap
tradisi budayanya (McKean, 1973)
Uang dari kegiatan pariwisata merangsang orang untuk memperhatikan ebrbagai tradisi yang terancam punah,
sambil menggalakkan kreativitas seni budayanya.
Rasa kagum pengunjung asing memperkuat jadi diri berikut kebudayaan Bali, pariwisata mempunyai andil yang
besar dalam pelestariannya dan pemanfaatannya
Orang ingin menjadi modern sekaligus melestarikan budayanya, dan untuk itu mereka membutuhkan uang pada
wisatawan yang merupakan wahana modenisasi, tertarik pada suatu destinasi wisata karena budaya.
Mengakibatkan terdorongnya pelestarian budaya di suaru daerah sejalan dengan kebutuhan ekonomi.
Ada proses transaksional : wisatawan mendapatkan pengalaman estetis, masyarakat mendapat sumber penghasilan
tambahan yang bisa digunakan untuk pelestarian.
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Dampak Sosial Budaya Dalam Pariwisata
Dampak ekonomi pariwisata secara garis besar menguntungkan, dampak social sebagian besar tidak
menguntungkan, sedangkan dampak terhadap lingkungan adalah campuran keduanya (Mathieson & Wall
1982:185, dalam Picard 2006:157)
World Tourism Conference di Manila tahun 1980 merumuskan pariwisata telah mengambil suatu dimensi kurtural
dan moral yang harus dilindungi terhadap segala distorsi negative yang diakibatkan factor-factor ekonomis.
Organisasi-organisasi pariwisata hendaknya tidak hanya memanfaatkan warisan budaya dan alam yang tersedia
demi tujuan pariwisata, serta menyebarluaskan informasi dan melakukan promosi, tapi juga wajib berperan dalam
perlindungan dan pemugaran warisan tersebut, termasuk dengan mengambil tindakan untuk mengurangi sebisanya
dampak negative yang menyertai kegiatan pariwisata (WTO 1985:13)
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Pembinaan Kebudayaan dan Pengembangan
Kepariwisataan
Bagaimana bisa mengadakan pembinaan kebudayaan dalam perkembangan kepariwisataan yang sangat pesat, dan
bagaimana pembinaan kebudayaan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh perkembangan kepariwisataan untuk
kesejahteraan masyarakat. Bagaimana kebudayaan dapat memanfaatkan perkemabgna pariwisata untuk pembinaan
kebudayaan.
Ciri khas wisata bduaya di Bali adalah orang Bali tidak merasa puas dengan hanya menawarkan kepada tamu
mereka atraksi buatan. Berbeda dengan apa yang terjadi di daerah tujuan wisata lainnya, seperti Hawaii. Dimana
budaya lokal dalam keadaan kurang lestari. <- teori authenticity ini tourism
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Pembinaan Kebudayaan dan Pengembangan
Kepariwisataan
Bagaimana bisa mengadakan pembinaan kebudayaan dalam perkembangan kepariwisataan yang sangat pesat, dan
bagaimana pembinaan kebudayaan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh perkembangan kepariwisataan untuk
kesejahteraan masyarakat. Bagaimana kebudayaan dapat memanfaatkan perkemabgna pariwisata untuk pembinaan
kebudayaan.
Ciri khas wisata bduaya di Bali adalah orang Bali tidak merasa puas dengan hanya menawarkan kepada tamu
mereka atraksi buatan. Berbeda dengan apa yang terjadi di daerah tujuan wisata lainnya, seperti Hawaii. Dimana
budaya lokal dalam keadaan kurang lestari. <- teori authenticity ini tourism
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Pelestarian dan
Pemajuan Budaya
1
Pemajuan Kebudayaan
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
1
UU No 5 Tahun 2017 Tentang
Pemajuan Kebudayaan
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Objek Pemajuan Kebudayaan
1. tradisi lisan;
2. manuskrip;
3. adat istiadat;
4. ritus;
5. pengetahuan tradisional;
6. teknologi tradisional;
7. sem;
8. bahasa;
9. permainan rakyat; dan
10. olahraga·tradisional
Perlindungan
Pengembangan
Pemanfaatan
Pembinaan
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Perlindungan
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Pengembangan
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Pemanfaatan
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Pembinaan
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Budaya dan Etika
Akademik
Pengertian Etika
Secara etimologis kata etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu dari kata Ethos
yang berarti watak kesusilaan atua adat. Kata yang maknanya identic dengan
etika adalah kata moral yang berasal dari Bahasa latin yaitu Mos atau Mores
yang berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral sering diartikan sama
dalam pemaknaan kata, tapi berbeda alam pemakaian dan penerapannya.
Etika sering dipakai untuk nilai-nilai sementara moral sering dipakai untuk
perbuatan. Istilah lain dari etika adalah Susila, tata karma dan akhlak.
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Etika dan Keilmuan
Sosiologi
Antropologi
Psikologi
Ekonomi
Politik
Hukum
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Apa itu Etika Akademik?
perilaku baik atau buruk
Etika Akademik dapat diartikan sebagai ketentuan yang menyatakan
dari para anggota sivitas akademika perguruan tinggi, ketika mereka
berinteraksi dalam kegiatan yang berkaitan dengan ranah pempelajaran.
Penegakan etika akademik akan mengarahkan pada terciptanya suasana akademik yang kondusif bagi
perkembangan perguruan tinggi sesuai dengan stadar yang telah ditentukan. Melalui suasana akademik
yang kondusif itulah kemudian akan tercipta adanya perbaikan kualitas hasil pembelajaran secara
berkelanjutan
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Landasan Etika Akademik
Sikap akademik dipengaruhi oleh tingkat penguasaan ilmu dan luasnya wawasan seseorang. Semakin
tinggi tingkat keilmuan, semakin luas wawasan seseorang. Semakin tinggi tingkat keilmuan yang
dimiliki dan semakin luas wawasan seseorang akan semakin baik akademik seseorang. Perilaku seorang
pakar yang berpengalaman dan lebih kompeten di bidangnya tentunya atau seharusnya memiliki kadar
akademis lebih tinggi ketimbang para mahasiswa baru yang memasuki dunia kampus. Sikap akademik,
dengan demikian, sangat memerlukan penguasaan ilmu dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari
karena wawasan seseorang dipengaruhi juga oleh pengalaman empirki.
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Sikap Akademik
Perbuatan, perilaku, gerak-gerik yang berdasarkan pada pendirian yang mengandung kearifan dan dilandasi dengan ilmu. Perilaku ini mencirikan anggota masyarkat
akademik dengan anggota masyarakat yang tidak mengecam pendidikan tinggi. Kampus sebagai masyarakat yang berlandaskan ilmu pengetahuan (knowledge based
society) menuntut perilaku anggota masyarkatnya dijiwai dan didasarkan kepada ilmu pengetahuan yang diikuti dengan kearifan.
Keingintahuan
Kritis
Terbuka
Obyektif
Analitis
Menghargai Waktu
Bebas dari prasangka
Tekun dan konsisten
Berani mempertahankan kebenaran
Berpandangan kedepan
Independen
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Kreatif
Ciri Khas Akademisi
Apresiatif
Terhadap karya orang lain dengan alasan yang masuk akal
Agnostik / Tawadhu
Menganggap dirinya rendah dalam pengetahuan dihadapan alam yang kompleks dan misterius
merupakan hasil dari pengalaman ilmiah yang luas
Mengakui otoritas
Setiap menggunakan hasil karya ilmiah orang lain baik dalam penyampaian lisan maupun
tulisan harus dinyatakan penulisnya
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Pelanggaran Etika Akademik
Penyontekjan / Kecurangan Dalam Ujian
Plagiat
Perjokian
Pemalsuan
Nepotisme
Diskriminatif
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Budaya Akademik
cenderung diarahkan pada budaya kampus (campus culture) yang tidak hanya bertujuan untuk
meningkatkan intelektual, tetapi juga kejujuran, kebenaran dan pengabdian kepada kemanusiaan,
sehingga secara keseluruhan budaya kampus adalah budaya dengan nilai-nilai karakter positif.
merujuk pada cara hidup masyarakat ilmiah yang majemuk dan multikultural yang bernaung dalam
sebuah institusi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah dan objektifitas.
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Sivitas Akademik
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan
(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
(2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat.
(4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran.
(5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat.
(6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya
menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya,
aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Pendidikan Nonformal (1)
(1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
(2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.
(3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Pendidikan Nonformal (2)
(4) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
(5) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
(6) Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah
melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Pendidikan Informal
(1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri.
(2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal
dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Pendidikan Jarak Jauh
(1) Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
(2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat
yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
(3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung
oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan
standar nasional pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Pendidikan Berbasis Masyarakat
(1) Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal
dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan
masyarakat.
(2) Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan
evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara,
masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
(4) Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan
sumber daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Jenis Pendidikan
Pendidikan umum
Kejuruan
Akademik
Profesi
Vokasi
Keagamaan
Dan Khusus
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Perguruan Tinggi dan Etika Akademik
Perguruan tinggi sebagai masyarakat akademis dengan ciri khasnya menjunjung tinggi nilai-nilai
kebenaran kebenaran ilmiah, perilaku segenap sivitas akademikanya dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya akan selalu terikat pada etika-moral. Artinya segala tindakan-tindakan mereka dalam proses
pembelajaran, harus selalu mempertimbangkan nilai-nilai kebaikan dan kenenaran yang dapat diterima
oleh orang banyak, bukan saja di lingkungan perguruan tinggi tersebut.
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Etika Dosen dan Dosen Beretika
Dosen adalah sebuah profesi pilihan yang secara sadar diambil oleh seseorang yang ingin terlibat dalam
proses mencerdaskan anak bangsa. Untuk itu dosen wajib untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan
kualitasnya dalam kerangka melaksanakan Tridharma PT secara berkelanjutan dan bertanggungjawab.
Etika dosen harus dijabarkan menjadi peraturan atau kontrak kerja yang mengikat, serta diikuti dengan
sanksi akademik maupun kepegawaian bagi mereka yang melakukan pelanggaran.
Implementasi etika dosen, yaitu dalam kegiatan akademik seorang dosen wajib menghargai dan mengakui
karya ilmiah yang dibuat orang lain (termasuk mahasiswa). Tindakan plagiat yang dilakukan oleh dosen
dalam karya akademik dianggap sebagai penipuan, pencurian dan bertentangan dengan moral akademik.
Kewajiban utama seorang dosen adalah meningkatkan aspek kognitif dari mahasiswa dengan memberikan
pengajaran, maka ketidakhadiran dosen dalam proses pembelajaran yang terlalu sering tidak hanya
melanggar etika akademik, tetapi juga melanggar peraturan, komitmen, tanggung jawab dan sangat tidak
profesional.
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Etika Mahasiswa dan Mahasiswa Beretika
Mahasiswa sebagai salah satu unsur sivitas akademika yang merupakan obyek dan sekaligus subyek
dalam proses pembelajaran juga perlu memiliki, memahami dan mengindahkan etika akademik
khususnya pada saat mereka sedang berinteraksi dengan dosen maupun sesama mahasiswa yang lain
pada saat mereka berada dalam lingkungan kampus.
Kegiatan kemahasiswaan seperti pembinaan sikap ilmiah, sikap hidup bermasyarakat, sikap
kepemimpinan dan sikap kejuangan merupakan kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler yang
bertujuan untuk menjadikan mahasiswa lebih kompeten dan profesional. Mahasiswa tidak cukup hanya
memiliki pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill), tetapi juga sikap mental (attitude) yang baik.
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Pedoman Perilaku
Mahasiswa UPI
Latar Belakang
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Kewajiban Mahasiswa
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Sikap Hidup Mahasiswa
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Etika Penampilan
Berpakaian Bersih, Rapih, dan Sopan sesuai sikon, Budaya, dan Agama
Tidak Menggunakan sandal, kaos oblong, dan pakaian yang kurang sopan dalam kegiatan
akademik
Tidak berbusana mini, ketat, tembus pandang, menggunakan perhiasan, dan mode
berlebihan
Laki-laki tidak diperbolehkan memakai perhiasan dan berambut panjang
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Perilaku Bertutur Kata
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Perilaku Mobilitas
1. Berkendaraan di kampus
Kecepatan maksimum 20 km/jam
Mentaati rambu-rambu lalu lintas
Memarkir pada tempat yang disediakan
Tidak menimbulkan polusi suara dan udara
2. Mahasiswa di kampus
Berjalan di pinggir jalan dan tidak bergerombol
Tidak berbincang di tengah pintu atau jalan
Tidak duduk di pintu, tangga, atau jalan
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Perilaku Umum
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
Sanksi
Teguran lisan
Teguran tertulis
Larangan mengikuti kegiatan Ormawa
Larangan bimbingan Studi
Larangan mengikuti perkuliahan
Pemberhentian kuliah sementara
Diberhentikan secara permanen
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
1
SUMBER REFERENSI
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
TUGAS PERTEMUAN 4
Berkenalanlah dan ceritakan tentang ragam budayamu dan teman sekelasmu yang memiliki latar
belakang budaya yang berbeda denganmu. Rekam video wawancara yang kamu lakukan dalam
video. Maksimal waktu wawancara 10 menit. Wawancara bisa dilakukan melalui media whatsap
call, zoom, google meet, google hangout, skype atau platform video meeting yang lainnya.
P4- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar
TERIMA KASIH
SAMPAI BERTEMU DI
PERTEMUAN 5
P3- Seminar Pratama - Ghoitsa Rohmah Nurazizah, M.Si. & Ilma I. Pratiwi, M.PPar