Anda di halaman 1dari 53

MATERI PERKULIAHAN

DELIK - DELIK KHUSUS


( DELIK - DELIK DI LUAR KODIFIKASI )

Drs. GUSRI. SH, M.Si, MH


DELIK - DELIK KHUSUS
( DELIK - DELIK DI LUAR KODIFIKASI )

Pompe menyebutkan bahwa ada dua kriteria


yang menunjukkan hukum pidana khusus
tersebut, yakni :

1. Orang orangnya yang khusus dalam hal ini


subyeknya atau pelakunya yang khusus.
2. Perbuatannya yang khusus.
Sebagai contoh yang pertama ialah hukum
pidana militer, karena orang orangnya yang
khusus atau subyeknya yang khusus, yaitu
hanya golongan militer.
Sedangkan contoh kedua yakni hukum
pidana fiskal untuk bertindak pidana pajak
yang berarti perbuatan menyelundupkan
pajak merupakan perbuatan khusus.
Tindak Pidana Korupsi
( UU No. 31 Tahun 1999 dan UU No. 20
Tahun 2001

a. Batasan Tindak Pidana Korupsi.


Simons menyatakan bahwa tindak pidana adalah
tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan
dengan sengaja ataupun tidak disengaja oleh
seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan
atas tindakannya dan oleh Undang Undang telah
dinyatakan sebagai tindakan yang dapat.
Unsur – unsur Tindak Pidana

Unsur Subjektif seperti kesengajaan atau


kelalaian, maksud dari suatu percobaan dan
unsur objektif dalam hal ini sifat melawan
hukum, kualitas dari pelaku dan kausalitas,
hubungan antara suatu tindakan sebagai
penyebab dengan kenyataan sebagai akibat.
b. Definisi korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin : corruption
= penyuapan,corruptore = merusak. Suatu
gejala dimana para pejabat, badan-badan
Negara menyalagunakan wewenang dengan
terjadinya penyuapan, pemalsuan serta
ketidakberesan lainnya.
Secara harfiah korupsi merupakan suatu yang busuk,
jahat, dan merusak dan memiliki arti sangat luas:
1. korupsi, penyelewengan, atau penggelapan uang
Negara dll.
2. Korupsi, busuk, rusak, suka memakai barang atau
uang yang dipercayakan kepadanya, dapat
disogok (melalui kekuasaannya untuk
kepentingannya sendiri)
c. Defini korupsi menurut pakar
SUDARTO, menjelaskan melakukan
perbuatan memperkaya diri, orang lain,
atau suatu badan artinya perbuatan yang
bersifat melawan hukum.
Masyarakat Transparansi Internasional (MII) menemukan pilar-pilar
penyebab korupsi di Indonesia:
1. Absennya kemauan politik pemerintah
2. Amburadulnya sistem adiministrasi umum dan keuangan pemerintah
3. Dominannya peranan militer dalam bidang politik
4. Politisasi birokrasi
5. Tidak indepedennya lembaga pengawas
6. Kurang berfungsinya parlemen
7. Lemahnya kekuatan masyarakat sipil
8. Kurang bebasnya media massa
9. Oputunismenya sektor swasta
d. Sifat korupsi
Menurut Baharuddin Lopa:
1.Korupsi yang bermotif terselubung,yakni
sepintas kelihatannya bermotif politik,tetapi
secara tersembunyi sesungguhnya bermotif
mendapatkan uang semata.
2.Korupsi bermotif ganda, yakni seseorang
melakukan korupsi secara lahiriah
kelihatannya hanya bermotifkan
mendapatkan uang tetapi sesungguhnya
bermotif lain yakni kepentingan politik
e. Ciri – ciri Korupsi
Menurut Shed Husein Alatas:
1. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari 1 orang
2. Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia
3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik
4. Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya untuk
menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik kebenaran
hukum
5. Mereka yang terlibat dengan korupsi menginginkan keputusan yang
tegas dan mampu untuk mempengaruhi keputusan itu
6. Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan,biasanya dilakukan
oleh badan publik atau umum.
f. Faktor penyebab korupsi
a. Lemahnya pendekatan Agama dan etika
b. Kolonialisme.
c. Kurangnya pendidikan
d. Kemiskinan
e. Tidak adanya sanksi yang keras
f. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku anti korupsi
g. Sturuktur pemerintah
h. Perubaha radikal pada sistem nilai mengalami perubahan radikal,
korupsi muncul sebagai suatu penyakit tradisional
i. Keadaan masyarakat.
g. Jenis penjatuhan pidana para perkara
tindak pidana korupsi
1.Pidana mati
2.Pidana penjara
3.Pidana tambahan
4.Gugatan perdata terhadap ahli warisnya
5.Terhadap tindak pidana yang
dilakukanoleh atau atas nama suatu
koorporasi
h. Subjek delik korupsi
Martiman Prodjohamidjojo”Undang-
undang No.31 Tahun 1999, bahwa subjek
delik korupsi terbagi:
a) Manusia
b) Koorporasi
c) Pegawai Negeri
d) Setiap orang
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana
korupsi secara garis besar mencakup unsur-
unsur:
a. Perbuatan melawan hukum
b. Penyalahgunaan wewenang,
kesempatan, atau sarana
c. Memperkaya diri,orang lain dan
kooporasi
d. Merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara
Jenis tindak pidana korupsi lain:
1. Memberi dan menerima hadiah atau janji
(penyuapan)
2. Penggelapan dalam jabatan
3. Pemerasan dalam jabatan
4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara)
5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara)
i. Kondisi yang mendukung munculnya korupsi
a. Konsentrasi kekuasaan di pengambilan keputusan yang tidak
bertanggung jawab lansung pada rakyat
b. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
c. Kampanye politik yang mahal
d. Proyek yang melibatkan uang rakyat cukup besar
e. Lingkungan tertutup yang mementingan diri sendiri
f. Lemahnya ketertiban hukum
g. Lemahnya profesi hukum
h. Kurangnya kebebasan berpendapat
i. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil
j. Rakyat yang tidak tertarik dan mudah dibohongi
k. Ketidak adanya kontrol yang cukup mencegah penyuapan
j. Pengaturan tentang tindak pidana
korupsi
a.Masa berlakunya Undang-undang No. 3
Tahun 1971
b.Masa berlakunya undang-undang No.31
Tahun 1999 dan undang-undang No.20
Tahun 2001
Perumusan tindak pidana korupsi dalam undang-undang No.3
Tahun 1971:
a. Barang siapa melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri atau orang lain atau suatu badan yang
secara langsung dan tidak langsung merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara atau diketahui atau
patut disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
b. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu badan, menyalah gunakan
kewenangan,kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan dan kedudukan yang secara langsung atau
tidak langsung dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara
k. Komisi Pemberantasan Korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK
adalah sebuah komisi yang dibentuk pada
tahun 2003 berdasarkan kepada Undang-
Undang No.30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
dengan tujuan untuk mengatasi,
menanggulangi, dan memberantas korupsi.
l. Tugas KPK
a. Kordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi
b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi
c. Melakukan penyelidikan,penyidikan,dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana
korupsi
e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara (Pasal 66 UU No. 30 Tahun 2002)
m. Wewenang KPK
a. Mengkordinasikan penelidikan,penyidikan,dan penuntutan
tindak pidana korupsi
b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi
c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi kepada instansi yang terkait
d. Melaksanakan dengan pendapat dan pertemuan dengan
instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi
e. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan
tindak pidana korupsi (pasal 7 UU No. 30 Tahun 2002)
n. Kedudukan KPK
a.Pimpinan KPK yang terdiri atas 5
anggota KPK
b.Tim penasehat yang terdiri atas 4
anggota
c.Pegawai KPK sebagai pelaksana tugas
(pasal 21 ayat 1 UU No. 30 Tahun
2002)
Tindak Pidana Pencucian Uang
UU No. 15 Tahun 2002 dan UU No. 25 Tahun 2003
a. Batasan tindak pidana pencucian uang
Pencucian uang adalah suatu proses perbuatan
yang bertujuan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul uang atau harta kekayaan
yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang
kemudian diubah menjadi harta kekayaan yang
seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah.
b. Modus operandi
Modus operandi pencucian dari waktu
ke waktu semakin kompleks dengan
menggunakan tekhnologi dan rekayasa
keuangan yang cukup rumit.
c. Titik lemah pencucian uang
a. Masuknya dana tunai ke dalam sistem keuangan
b. Pembawaan uang tunai melewati batas negara
c. Transfer antar sistem keuangan
d. Transfer dari sistem keuangan keluar dari sistem keuangan
e. Pengambil alihan saham atau aset lainnya
f. Penggabungan perusahaan
g. Pembentukan kelompok usaha
d. Proses tindak pencucian uang
Terdapat 3 kelompok:
1. Placement adalah upaya menempatkan dana yang
dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana ke dalam
sistem keuangan.
2. Layering adalah memisahkan hasil tindak pidana dari
sumbernya yaitu tindak pidananya melalui beberapa tahap
transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul dana
3. Integration adalah upaya menggunakan harta kekayaan
yang telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung atau
di investasikan kedalam berbagai bentuk kekayaan material
ataupun keuangan
d. Kedudukan PPATK
Dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana
pencucian uang termasuk berbagai tindak pidana yang
menghasilkan harta kekayaan yang tidak sah maka
berdasarkan undang-undang tugas pokok PPATK adalah
membantu penegak hukum dalam mencegah dan
memberantas tindak pidana pencucian uang dan tindak
pidana berat lainnya dengan cara menyediakan informasi
intelijen yang dihasilkan dari analisis terhadap laporan yang
disampaikan kepada PPATK
Tindak Pidana Terorisme
UU No. 15 dan 16 Tahun 2003
a. Batasan Tindak Pidana Terorisme
Terorisme adalah serangan terkoordinasi yang bertujuan
membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok
masyarakat. Berbeda dengan perang. Aksi terorisme tidak
tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan
yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta
sering kali merupakan warga sipil
b. Karakteristik Psikologis
a. Bahwa para teroris umumnya mempunyai persepsi tentang adanya
kondisi yang menindas secara nyata atau khayalan
b. Para teroris menganggap bahwa kondisi tersebut harus diubah
c. Para teroris menganggap bahwa proses damai untuk mendapatkan
perubahan tidak akan diperoleh
d. Dan oleh karenanya cara kekerasaan sah dilakukan yang penting
tujuan tercapai
e. Pilihan tindakan pada hakekat berkaitan dengan ideologi yang dianut
dan tujuan yang oleh pelaku dirasakan sebagai kewajiban
f. Konsep deteren konvensional tidak efektif lagi dalam upaya
pemberantasan terorisme
g. Tanpa upaya resosialisasi dan reintegrasi ke dalam masyarakat,
mereka akan lebih radikal dan para pengagum akan berbuat
kekerasan lebih lanjut dan menjadikan mereka sebagai pahlawan dan
korban sekaligus
c. Sasaran Strategis Terorisme
a. Menunjukkan kelemahan alat-alat kekuasaan (aparatur
pemerintah)
b. Menimbulkan pertentangan dan radikalisme di masyarakat
atau segmen tertentudalam masyarakat
c. Mempermalukan aparat pemerintah dan memancing
mereka betindak represif kemudian mendiskreditkan
pemerintah dan menghasilkan simpati masyarakat
terhadap tujuan teroris
d. Menggunakan media massa sebagai alat penyebar luasan
propaganda dan tujuan politik teroris
d. Ruang Lingkup Tindak Terorisme
1. Dengan menggunakan bahan peledak: semua
bahan yang dapat meledak,semua jenis mesiu,bom
pembakar,ranjau,granat tangan,atau semua bahan
peledak dari bahan kimia atau bahan lain yang
dipergunakan untuk menimbulkan ledakan
2. Menggunakan bahan nuklir,senjata api,senjata
biologis,radioligi,mikro organisme,radioaktif atau
komponen untuk menimbulkan kematian atau luka
berat atau kerusakan harta benda
e. Tindak Pidana Lain Yang Berkaitan Dengan Terorisme
1. Setiap orang yang dengan menggunakan kekerasan atau ancaman
atau denga mengintimidasi penyelidik, penyidik, penuntut umum,
dan atau hakim yang menangani tindak pidana terorisme sehingga
mengganggu jalannya proses peradilan
2. Setiap orang yang memberikan kesaksian palsu, bukti palsu, dan
mempengaruhi saksi secara melawan hukum
3. Setiap orang dengan sengaja mencegah atau menggagalkan secara
langsung atau tidak langsung penyidikan, penutupan dan
pemeriksaaan di sidang pengadilan dalam rangka perkara tindak
pidana terorisme
Hak Asasi Manusia dan Pengadilan HAM
UU No. 39 Tahun 1999 dan UU No. 26 Tahun 2000
a. Batasan HAM
Defenisi HAM menurut UU No.39 Tahun 1999 tentang
HAM, seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan Manusia sebagai Mahkluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan Anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung,
tinggi dan dilindungi oleh Negara hukum dan pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia
b. Penggolongan HAM
a) Hak Individu
b) Hak Kolektif
c) Hak Sipil dan Politik
d) Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya
c. Peraturan HAM yang terkait dengan masalah HAM di Indonesia
1. Tap MPR No.XVII/MPR/1998 tentang HAM
2. UU. No.39 Tahun 1999 tentang HAM
3. UU. No.26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM
4. UU. No.7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita
5. UU. No.5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi menentang penyiksaan
dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau
merendahkan martabat manusia.
6. UU. No.19 Tahun 1999 tentang pengesahan ILO No. 105
7. UU. No. 20 Tahun 1999 tentang No. 138
8. UU. No.21 Tahun 1999 tentang pengesahan No.111
9. UU. No. 29 Tahun 1999 tentang pengesahan penghapusan segala bentuk
diskriminasi rasial
10. PP. No 2 Tahun 2002 tentang tata cara perlindungan terhadap korban dan
saksi dalam pelanggaran HAM yang berat
11. PP. No 2 Tahun 2002 tentang kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi
terhadap korban pelanggaran HAM yang berat
12. Kepres No. 48 Tahun 2001 tentang Sekretariat Jenderal Komisi Nasional
d. Pelanggaran HAM
Terkait dengan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM :

1. Membunuh anggota kelompok


2. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota kelompok
3. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagian
4. Memaksakan tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok.
5. Memindahkan secara paksa anak – anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.
Pelanggaran HAM dalam Pasal 7 (b)
1. Pembunuhan
2. Pemusnahan
3. Perbudakan
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum
internasional
6. Penyiksaan
7. Perkosaan
8. Penganiayaan
9. Penghilangan orang secara paksa
10. Kejahatan apartheid
Kejahatan Narkotika
UU No. 22 Tahun 1997
a. Batasan Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun
semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan dibedakan dalam
golongan-golongannya
Hal – hal yang terkait dengan narkotika:
a. Pecandu adalah orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada narkotika secara fisik maupun secara
psikis
b. Ketergantungan narkotika adalah gejala dorongan untuk
menggunakan narkotika secara terus menerus, toleransi
dan gejala putus narkotika apabila dihentikan
c. Penyalah gunaan adalah orang yang menggunakan
narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter
d. Permufakatan adalah perbuatan 2 orang atau lebih dengan
maksud bersepakat untuk melakukan tindak pidana
narkotika
e. Koorporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan
atau kekayaan baik merupakan badan hukum atau bukan.
b. Penggolongan Narkotika
1. Narkotika golongan I (paver somniferum L. Tiofentanil)
2. Narkotika golongan II (alfasetilmetadol, alfaprodina)
3. Narkotika golongan III (polkodina, dihidrokodeina)
Pengaturan Narkotika bertujuan :
4. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan
5. Mencegah terjadinya penyalah gunaan narkotika
6. Memberantas peredaran gelap narkotika
c. Ketentuan Pidana Tentang Tindak Pidana Narkotika
a) Menanam, memelihara, mempunyai dalam
persediaan, memiliki, menyimpan atau menguasai
narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman
b) Memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau
persediaan dan menguasai narkotika Golongan I
bukan tanaman, dipidana dengan penjara paling
lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp.
500.000.000,-
Kejahatan Psikotropika
UU No. 5 Tahun 1997

a.Batasan Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah
maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku
b. Anatomi Tindak Pidana Psikotropika
1. Subjek kejahatan tindak pidana psikotropika
2. Objek kejahatan adalah bahan psikotropika baik dalam bentuk obat
maupun dalam bentuk lainnya
3. Cara melakukan kejahatan oleh para pengguna psikotropika secara
individual dan bersifat illegal pada umumnya meliputi tindakan
berupa menggunakan, memiliki dan membawa psikotropika selain
yang ditentukan sesuai kepentingannya
4. Terhadap badan hukum dengan cara melakukan kejahatan bersifat
illegal :
a. Memproduksi,melakukan pengangkutan psikotropika tanpa label
b. Mengeluarkan dan mengedarkan psikotropika tidak sesuai dengan
ketentuan
c. Mengimpor dan mengekspor psikotropika selain yang ditentukan
Pers
UU No. 40 Tahun 1999
a. Batasan Pers
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa
yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi: mencari,
memperoleh, memiliki, mengolah, dan menyampaikan
informasi baik dalam bentuk tulisan maupun gambar serta
data dalam grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia
Fungsi Pers
Sebagai media informasi, pendidikan,
hiburan dan control sosial. Disamping itu
pada ayat 1 pers nasional berfungsi sebagai
lembaga ekonomi
Hak Pers
Pers nasional mempunyai hak mencari,
memperoleh, dan menyebar luaskan
gagasan dan informasi. Dalam
mempertanggung jawabkan pemberitaan
di depan hukum, wartawan mempunyai
hak tolak
Kewajiban Pers
Pers nasional berkewajiban memberitakan
peristiwa dan opini dengan menghormati
norma-norma agama dan rasa kesusilaan
masyarakat serta asas praduga tak
bersalah. Disamping itu pers juga wajib
melayani hak jawab dan hak tolak
Peranan Pers
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi,
mendorong terwujudnya supremasi hukum
dan hak asasi manusia serta menghormati
kebhinnekaan
3. Mengembangkan pendapat umum
berdasarkan informasi yang tepat dan akurat
4. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran
Pasal 13. Perusahaan Pers dilarang membuat iklan :
1. Yang berakibatkan merendahkan suatu agama dan
mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama serta
bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat
2. Minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
3. Peragaan wujud rokok atau penggunaan rokok
Hak Cipta
UU No. 7 Tahun 1987 jo UU No.12 Tahun 1997 jo UU No. 19 Tahun
2002
Pengertian Hak Cipta :
1. Hak cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya atau memberikan
izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan
berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecelakaan,
keterampilan, dan keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang
khas dan bersifat pribadi
3. Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan
keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra
4. Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau
pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta yang menerima
lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut
Menurut teorinya, hak cipta dapat dibagi:
1. Hak Moral yaitu, hak dari seorang pencipta yang tidak
dapat diambil sedemikian rupa tanpa izin dari pemegang
hak cipta dan tidak lepas atau dirampas dari penciptaannya
2. Hak Ekonomi yaitu, hak yang berkaitan dengan masalah
yang bersangkut paut dengan keuangan dan penjualan hasil
ciptaannya. Disamping itu pencipta dapat melisensikannya
kepada pihak lain dengan menerima Royalty.
Illegal Logging
UU No. 41 Tahun 1999
a. Pengertian Illegal Logging
Secara terminologi illegal logging sebagaimana dikutip
IGM Nurjanah”illegal artinya tidak sah, dilarang atau
bertentangan dengan hukum atau haram” sedangkan
“logging artinya menebang kayu kemudian membawa
ke tempat gergajian.
Dapat disimpulkan illegal logging secara harfiah
adalah menebang kayu kemudian membawa ke
tempat gergajian yang bertentangan dengan hukum
atau tidak sah menurut hukum

Anda mungkin juga menyukai