Anda di halaman 1dari 66

REVIEW DAN REFLEKSI

SUBSTANSI PROFESI
BIMBINGAN DAN
KONSELING

Disajikan pada Pendalaman Materi PPG BK UPI, Tanggal


19 Juli 2022

Oleh:
Prof. Dr. Ahman, M.Pd.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
MAKNA PROFESIONALISASI
 PROFESI : Pekerjaan unik, spesifik, dan esensial/urgen/
penting ---> yang menuntut Pengabdian
 PROFESIONAL : Merujuk kepada orang atau
pekerjaan yang menuntut persyaratan tertentu. Orang
yang bekerja sebagai sumber pokok dari pekerjaan
tersebut. Orang yang berpenghasilan karena pekerjaan
tersebut.
 PROFESIONALITAS: Tingkat kualitas
pelayanan/pekerjaan, adanya jenjang atau satndar
 PROFESIONALISASI/ISME: Proses usaha untuk
mencapai tingkatan tugas secara lebih sempurna, atau
upaya untuk meningkatkan kualifikasi.
AKTUALISASI KONSELOR 1
 Pertama kali saya mengenal dunia BK adalah di pesantren,
tepatnya ketika saya duduk di bangku kelas 2 Tsanawiyyah.
 Pada saat itu, saya merasa tertarik dengan keramahan dan
keterbukaan dari guru BK di sana, beliau juga sangat
menarik dan dapat membuat suasana kelas menjadi nyaman,
terutama ketika memberikan permainan-permainan yang
sangat berkesan dan bermanfaat untuk para santrinya.
 Dengan sangat terbuka, beliau juga mengundang para
santrinya untuk berkunjung dan berdiskusi di ruang BK.
Oleh karena itu, kesan pertama kali mengenal dan bertemu
dengan guru BK sangatlah baik, karena melalui profesinya
beliau dapat membantu para santri yang sedang menghadapi
masalah.
AKTUALSASI 2
 Waktu itu yang saya ketahui Guru BP dikenal sebagai
guru galak, tegas, karena siapapun orang yang masuk
keruangan BP itu harus menarik nafas dalam-dalam.
Guru BP selalu manggil murid yang memiliki masalah
disekolah yang berurusan dengan prilaku menyimpang.
 BK itu adalah "hell"
AKTUALISASI 3
 Pertama kali saya mengenal bimbingan dan konseling pada saat
saya sekolah menengah pertama.Pertama saya berfikiran
bimbingan dan konseling itu tempat keluar dan masuknya anak-
anak yang bermasalah.Ternyata saya salah guru bimbingan dan
konseling di sekolah saya sangat ramah dan dekat dengan
murid-muridnya.Beliau bisa mengambil hati para muridnya.
 Awalnya saya seorang murid yang sangat pemalu,tidak percaya
diri.Tetapi semua berubah setelah saya dekat dengan guru
bimbingan dan konseling pada saat saya smp,saya di beri
pengarahan dan semangat oleh guru saya.Ia manfaatnya terasa
sampai saat ini,saya sudah mulai percaya diri meskipun sedikit
masih pemalu.Guru bimbingan dan konseling merupakan orang
tua saya yang kedua bagi saya. Saya bersyukur telah
mengenalNya.
AKTUALISASI 4
 tutur kata dan perilaku guru BK, mereka dapat dikatakan
hebat tingkat kepeduliannya, cerdas dalam metode
pendekatannya, bijak dalam mencari solusi setiap masalah,
dan menjadi sosok yang menyenangkan bagi siapa saja yang
ingin mengenalnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
guru BK merupakan sosok pribadi yang ikhlas dalam
menjalani setiap amal baktinya, jauh dari kelompok guru
mata pelajaran lain yang seringkali mengedepankan arogansi
diri dan sering mengacu bahwa uang lah yang tetap membuat
dirinya bertahan untuk tetap bekerja di dunia pendidikan, lain
sekali halnya dengan guru BK yang sepertinya sering
beranggapan bahwa cukuplah ridho Allah SWT saja yang
menjadi balasan dari setiap hasil kerja mereka yang
senantiasa sepenuh hati, sepenuh diri, dan sepenuh jiwa.
POSISI BIMBINGAN DAN KONSELING
DAN KTSP DLM JALUR PDDK FORMAL
Perkembangan Optimum Siswa
Standar Kompetensi Misi bersama Standar Kompetensi
Kemandirian /SKK guru dan konselor Lulusan (SKL) mata
(akademik, karir, sosial, dalam pelajaran dan
pribadi) pengembangan tingkatan pendidikan
diri (guru dg cara
(Bimbingan dan mngembangkan (Pembelajaran
Konseling yang nurturant effect bidang studi yg
pembelajaran)
memandirikan) mendidik)

Wilayah Wilayah Wilayah


Konselor penghormatan bersama, Guru
hubungan fungsional

POSISI DAN KEUNIKAN WILAYAH KERJA GURU DAN


KONSELOR
• konselor melayani konseli normal dan sehat,
menggunakan rujukan “layanan bimbingan dan
konseling yang memandirikan”, sesuai dengan
tuntutan realisasi diri (self realization) konseli melalui
fasilitasi perkembangan kapasitasnya secara
maksimal (capacity development),
• guru menggunakan mata pelajaran sebagai konteks
layanannya, menggunakan rujukan normatif
“pembelajaran yang mendidik” yang terfokus pada
layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kebutuhan peserta didik dalam proses pembudayaan
sepanjang hayat dalam suasana pendidikan yang
bermakna, menyenang-kan, dialogis, dan dinamis
menuju pencapaian tujuan utuh pendidikan
23/09/2022
APAKAH KONSELING
SUATU PROFESI?

SPS-UPI 2007
KONSELOR
PROFESIONAL?
10
HAKEKAT PROFESI (1)
 Profesi Pekerjaan Unik, Spesifik dan

23/09/2022
Esensial/urgen/penting  Pengabdian
1. Menunjukkan batas-batas wilayah bidang garapan yang khas,

SPS-UPI 2007
uniq dan esensial.
2. Menuntut dan melibatkan kemampuan intelektual dan tidak se-
mata-mata manual/pekerjaan tangan.
3. Menuntut pendidikan khusus dalam waktu yang relatif lama.

11
HAKEKAT PROFESI (2)

23/09/2022
4. Terdapat suatu otonomi yang luas bagi praktisi, baik
secara individual maupun secara kelompok (kerabat
kerja sejawat).

SPS-UPI 2007
5. Terdapat tanggung jawab pribadi yang sangat luas dan
mendalam bagi penyandang profesi, baik berkenaan
dalam pembu-atan pertimbangan dan keputusan,
maupun dalam melakukan tindakan.
6. Menekankan pada pengabdian dari pada kepentingan
ekonomi penyandang profesi yang bersangkutan.
7. Memiliki organisasi yang menghimpun dan mengatur
kelompok yang bersangkutan.
8. Memiliki Kode Etik yang jelas dan dipahami serta
dipatuhi oleh semua anggota.
12
HAKEKAT PROFESI (3)
 Profesional: Merujuk Kepada Orang atau Pekerjaan yang

23/09/2022
Menuntut Persyaratan tertentu. Orang yg Bekerja sbg
Sumber Pokok dari Pekerjaan tsb. Orang yg

SPS-UPI 2007
Berpenghasilan karena Pekerjaan tsb.
 Profesionalitas/Profesionalisme: Tingkat Kualitas
Pelayanan/Pekerjaan, adanya Jenjang atau Standar.
 Profesionalisasi: Proses Usaha untuk Mencapai Tingkatan
Tugas secara Lebih Sempurna, atau Upaya untuk
Meningkatkan Kualifikasi

13
PROFESIONALISASI
 PENGAKUAN DARI MASYARAKAT DAN PEMERINTAH
SEBAGAI LAYANAN UNIK
 DIDASARKAN ATAS KEAHLIAN YANG DIPELAJARI
SECARA SISTEMATIS DALAM WAKTU YANG CUKUP
PANJANG
 PENGAMPUNYA DIBERIKAN PENGHARGAAN YANG
LAYAK,
 MELINDUNGI KEMASLAHATAN PEMAKAI, OTORITAS
ORGANISASI PROFESI,
 HANYA PENGAMPU LAYANAN AHLI YANG KOMPETEN
DIIZINKAN MENYELENGGARAKAN LAYANAN AHLI
KEPADA MASYARAKAT
DE FACTO: RAGAM LATAR, KUALIFIKASI,
KEMAMPUAN DAN KOMPETENSI
TELAAHAN YURIDIS

UU NO. 20/2003 – UUSPN


PP NO. 19/2005 - SNP
UU NO. 14/2005 - GURU DAN DOSEN
PERMENDIKNAS NO. 22/2006- STD. ISI
PERMENDIKNAS NO. 23/2006- SKL
PERMENDIKNAS NO. 18/2007-SERTIFIKASI
PERMENDIKNAS No.27/2008 Ttg SKAKK
PP NOMOR 74 Tahun 2008 Ttg. Guru
ASPEK YURIDIS EKSISTENSI
KONSELOR
 KEBERADAAN KONSELOR DALAM SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL DINYATAKAN SEBAGAI
SALAH SATU KUALIFIKASI PENDIDIK, SEJAJAR
DENGAN KUALIFIKASI GURU, DOSEN, PAMONG,
DAN TUTOR UU NO. 20/2003, PASAL 1 (6).
 PENGAKUAN SECARA EKSPLISIT DAN
KESEJAJARAN POSISI ANTARA KUALIFIKASI
TENAGA PENDIDIK SATU DENGAN YANG LAINNYA
MENGANDUNG ARTI BAHWA SETIAP TENAGA
PENDIDIK, TERMASUK KONSELOR, MEMILIKI
KEUNIKAN KONTEKS TUGAS, EKSPEKTASI
KINERJA, DAN SETING LAYANAN
PASAL 1 AYAT 6
Pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasisebagai guru, dosen,
KONSELOR, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpatisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan.
(UU RI SPN No. 20 Th. 2003)
17
UU NOMOR 14/2005
 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru berkenaan dengan beban tugas guru bimbingan dan
konseling atau konselor. Pada Pasal 15 ayat (3) tentang
Tunjangan Profesi yang menyatakan bahwa: Guru
pemegang sertifikat pendidik yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali huruf c
berhak memperoleh tunjangan profesi jika mendapat
tugas tambahan sebagai: f. guru bimbingan dan
konseling atau konselor dengan beban kerja sesuai
dengan beban kerja guru bimbingan dan konseling atau
konselor.
PP 74/2008 Bab III Hak
Bagian Kesatu Tunjangan Profesi Pasal 15 ayat (3) f

(3) Guru pemegang sertifikat pendidik yang


memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kecuali huruf c berhak
memperoleh tunjangan profesi jika mendapat
tugas tambahan sebagai:
f. guru bimbingan dan konseling atau konselor
dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja
guru bimbingan dan konseling atau konselor;

19
PP 74/2008 Bab III Hak
Bagian Kelima Maslahat Tambahan Pasal 24 ayat (3) f

(3) Guru yang memenuhi ketentuan


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kecuali
huruf c atau ayat (6) kecuali huruf c dapat
diberi maslahat tambahan apabila:
g. guru bimbingan dan konseling atau konselor
dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja
guru bimbingan dan konseling atau konselor;

20
PP 74/2008 Pasal 54 (1,2) dan Permendiknas No.
39/2009
(1) Beban kerja kepala satuan pendidikan yang
memperoleh tunjangan profesi dan maslahat
tambahan adalah paling sedikit 6 (enam) jam tatap
muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 40
(empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan
pendidikan yang berasal dari Guru bimbingan dan
konseling atau konselor.

(2) Beban kerja wakil kepala satuan pendidikan yang


memperoleh tunjangan profesi dan maslahat
tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam
tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing
80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala
satuan pendidikan yang berasal dari Guru bimbingan
dan konseling atau konselor
21
PASAL 54 (6)
(6) Beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau
konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan
maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan
dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima
puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih
satuan pendidikan

22
PENJELASAN

PASAL 54 (6)
Pasal 54

Ayat (6)
Yang dimaksud dengan “mengampu layanan
bimbingan dan konseling” adalah pemberian
perhatian, pengarahan, pengendalian, dan
pengawasan kepada sekurang-kurangnya 150
(seratus lima puluh) peserta didik, yang dapat
dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap
muka terjadwal di kelas dan layanan
perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap
perlu dan yang memerlukan.

23
PASAL 65 (a)
Guru dalam jabatan diberi Sertifikat Pendidik
secara langsung apabila:
a. sudah memiliki kualifikasi akademik magister
(S-2) atau doktor (S-3) dari perguruan tinggi
terakreditasi dalam bidang kependidikan atau
bidang studi yang relevan dengan mata
pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang
diampunya, atau guru kelas dan guru
bimbingan dan konseling atau konselor,
dengan golongan sekurang-kurangnya IV/b
atau yang memenuhi angka kredit kumulatif
setara dengan golongan IV/b;

24
SCHOOL COUNSELOR TIME ALLOCATION
SEKOLAH SMP SLTA
DASAR
LAYANAN 35-45% 25-35% 15-25%
DASAR

LAYANAN 30-40% 30-40% 25-35%


RESPONSIF

PERENCANA 15-10% 15-25% 25-35%


AN
INDIVIDUAL
DUKUNGAN 10-15% 10-15% 15-20%
SISTEM
25
SIMULASI PERHITUNGAN EKWIVALENSI 24 JAM DENGAN 150 SISWA/TAHUN
YG DIUSULAKAN
PB ABKIN KEPADA DIRJEN PMPTK

SLTA

LAYANAN 25% X 24 JP = 6 JP, TATAP MUKA KELAS


DASAR TERJADWAL

LAYANAN 30% X 24 = 7 JP, BIMBINGAN KELOMPOK


RESPONSIF DAN KONSELING INDIVIDUAL

PERENCANA 30% X 24 = 7 JP, MEMBERIKAN BANTUAN


AN PERENCAAN KARIR, AKADEMIK, PRIBADI
INDIVIDUAL (KONSULTASI INDIVIDUAL)
DUKUNGAN 15% X 24 = 4 JP, MANAJEMEN, KONSULTASI
SISTEM ORANG TUA, PENGEMB. DIRI
26
KUALIFIKASI
AKADEMIK
Sarjana pendidikan (S1) dalam
bidang bimbingan dan konseling.
Berpendidikan profesi konselor.
KOMPETENSI KONSELOR
Kompetensi akademik dan profesional
konselor secara terintegrasi membangun
keutuhan kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
sosial,
profesional
28
PENGEMBANGAN STANDARISASI PROFESI
BIMBINGAN DAN KONSELING
BENPRO PENINGKATAN TENAGA AKADEMIK
DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN TENAGA
KEPENDIDIKAN DAN KETENAGAAN PT

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2003
BAB I. PERTIMBANGAN DAN DASAR
STANDARISASI PROFESI
 Pengantar
 Pertimbangan Standarisasi Profesi
 Pilar-pilar Profesi
 Orientasi Pendidikan Akademik dan Profesi
 Dasar Legal
Kompetensi konselor
Kompetensi akademik dan
profesional konselor secara
terintegrasi membangun keutuhan
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
sosial,
profesional 31
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

A. KOMPETENSI PEDAGOGIK

1. Menguasai teori 1.1 Menguasai ilmu


dan praksis pendidikan dan
pendidikan landasan keilmuannya
1.2 Mengimplementasikan
prinsip-prinsip
pendidikan dan proses
pembelajaran
1.3 Menguasai landasan
budaya dalam praksis
pendidikan
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

A. KOMPETENSI PEDAGOGIK (LANJUTAN)

2. Mengaplikasikan 2.1 Mengaplikasikan kaidah-kaidah


perkembangan fisiologis perilaku manusia, perkembangan
dan psikologis serta fisik dan psikologis individu
perilaku individu terhadap sasaran layanan
bimbingan dan konseling dalam
upaya pendidikan
2.2 Mengaplikasikan kaidah-kaidah
kepribadian, individualitas dan
perbedaan individu terhadap
sasaran layanan bimbingan dan
konseling dalam upaya
pendidikan
2.3 Mengaplikasikan kaidah-kaidah
belajar terhadap sasaran layanan
bimbingan dan konseling dalam
upaya pendidikan
2.4 Mengaplikasikan kaidah-kaidah
keberbakatan terhadap sasaran
layanan bimbingan dan konseling
dalam upaya pendidikan
2.5. Mengaplikasikan kaidah-kaidah
kesehatan mental terhadap
sasaran layanan bimbingan dan
konseling dalam upaya
pendidikan
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

A. KOMPETENSI PEDAGOGIK (LANJUTAN)

3. Menguasai esensi 3.1 Menguasai esensi


pelayanan bimbingan dan konseling
bimbingan dan pada satuan jalur
konseling dalam pendidikan formal,
jalur, jenjang, dan nonformal dan informal
jenis satuan 3.2 Menguasai esensi
pendidikan bimbingan dan konseling
pada satuan jenis
pendidikan umum,
kejuruan, keagamaan, dan
khusus
3.3 Menguasai esensi
bimbingan dan konseling
pada satuan jenjang
pendidikan usia dini, dasar
dan menengah, serta tinggi
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN
4. Beriman dan bertakwa 4.1 Menampilkan kepribadian yang
kepada Tuhan Yang beriman dan bertakwa kepada
Maha Esa Tuhan Yang Maha Esa
4.2 Konsisten dalam menjalankan
kehidupan beragama dan
toleran terhadap pemeluk
agama lain
4.3 Berakhlak mulia dan berbudi
pekerti luhur
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN (LANJUTAN)


5. Menghargai dan 5.1 Mengaplikasikan pandangan
menjunjung tinggi positif dan dinamis tentang
nilai-nilai manusia sebagai makhluk
kemanusiaan, spiritual, bermoral, sosial,
individualitas dan individual, dan berpotensi
kebebasan memilih 5.2 Menghargai dan
mengembangkan potensi
positif individu pada umumnya
dan konseli pada khususnya
5.3 Peduli terhadap kemaslahatan
individu pada umumnya dan
konseli pada khususnya
5.4 Menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sesuai
dengan hak asasinya.
5.5 Toleran terhadap permasalahan
individu
5.6 Bersikap demokratis.
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN (LANJUTAN)


6. Menunjukkan 6.1 Menampilkan kepribadian
integritas dan dan perilaku yang terpuji
stabilitas kepriba- (seperti berwibawa, jujur,
dian yang kuat sabar, ramah, dan kon-
sisten )
6.2 Menampilkan emosi yang
stabil.
6.3 Peka, bersikap empati,
serta menghormati kera-
gaman dan perubahan
6.4 Menampilkan toleransi
tinggi terhadap individu
yang menghadapi stres
dan frustasi
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN (LANJUTAN)


7. Menampilkan 7.1 Menampilkan tindakan
kinerja berkualitas yang cerdas, kreatif,
tinggi inovatif, dan produktif
7.2 Bersemangat, berdisiplin,
dan mandiri
7.3 Berpenampilan menarik
dan menyenangkan
7.4 Berkomunikasi secara
efektif
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

C. KOMPETENSI PROFESIONAL

8. Menguasai konsep dan 8.1 Menguasai hakikat asesmen


praksis asesmen untuk 8.2 Memilih teknik asesmen, sesuai
memahami kondisi, dengan kebutuhan pelayanan
kebutuhan, dan bimbingan dan konseling
masalah konseli 8.3 Menyusun dan mengembang-
kan instrumen asesmen untuk
keperluan bimbingan dan
konseling
8.4 Mengadministrasikan asesmen
untuk mengungkapkan ma-
salah-masalah konseli.
8.5 Memilih dan mengadministra-
sikan teknik asesmen pengung-
kapan kemampuan dasar dan
kecenderungan pribadi konseli.
8.6 Memilih dan mengadministrasi-
kan instrumen untuk mengung-
kapkan kondisi aktual konseli
berkaitan dengan lingkungan
8.7 Mengakses data dokumentasi
tentang konseli dalam pelayan-
an bimbingan dan konseling
8.8 Menggunakan hasil asesmen
dalam pelayanan bimbingan
dan konseling dengan tepat
8.9 Menampilkan tanggung jawab
profesional dalam praktik
asesmen
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

C. KOMPETENSI PROFESIONAL (LANJUTAN)

9. Menguasai kerangka 9.1 Mengaplikasikan hakikat


teoretik dan praksis pelayanan bimbingan dan
bimbingan dan konseling.
konseling 9.2 Mengaplikasikan arah profesi
bimbingan dan konseling.
9.3 Mengaplikasikan dasar-dasar
pelayanan bimbingan dan
konseling.
9.4 Mengaplikasikan pelayanan
bimbingan dan konseling
sesuai kondisi dan tuntutan
wilayah kerja.
9.5 Mengaplikasikan pendekatan
/model/jenis layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling.
9.6 Mengaplikasikan dalam praktik
format pelayanan bimbingan
dan konseling.
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

C. KOMPETENSI PROFESIONAL (LANJUTAN)

10. Merancang program 10.1 Menganalisis kebutuhan konseli


Bimbingan dan Konseling 10.2 Menyusun program bimbingan dan
konseling yang berkelanjutan
berdasar kebutuhan peserta didik
secara komprehensif dengan
pendekatan perkembangan
10.3 Menyusun rencana pelaksanaan
program bimbingan dan konseling
10.4 Merencanakan sarana dan biaya
penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

C. KOMPETENSI PROFESIONAL (LANJUTAN)

11. Mengimplementasikan 11.1 Melaksanakan program bimbingan


program Bimbingan dan dan konseling.
Konseling yang 11.2 Melaksanakan pendekatan
komprehensif kolaboratif dalam layanan
bimbingan dan konseling.
11.3 Memfasilitasi perkembangan
akademik, karier, personal, dan
sosial konseli
11.4 Mengelola sarana dan biaya
program bimbingan dan
konseling
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

C. KOMPETENSI PROFESIONAL (LANJUTAN)

12. Menilai proses dan 12.1 Melakukan evaluasi hasil,


hasil kegiatan proses, dan program
Bimbingan dan bimbingan dan konseling
Konseling. 12.2 Melakukan penyesuaian
proses pelayanan bimbingan
dan konseling.
12.3 Menginformasikan hasil
pelaksanaan evaluasi
layanan bimbingan dan
konseling kepada pihak
terkait
12.4 Menggunakan hasil
pelaksanaan evaluasi untuk
merevisi dan mengembang-
kan program bimbingan dan
konseling
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

C. KOMPETENSI PROFESIONAL (LANJUTAN)

13. Memiliki kesadaran 13.1 Memahami dan mengelola


dan komitmen kekuatan dan keterbatasan
terhadap etika pribadi dan profesional.
profesional 13.2 Menyelenggarakan pelayanan
sesuai dengan kewenangan
dan kode etik profesional
konselor
13.3 Mempertahankan objektivitas
dan menjaga agar tidak larut
dengan masalah konseli.
13.4 Melaksanakan referal sesuai
dengan keperluan
13.5 Peduli terhadap identitas
profesional dan
pengembangan profesi
13.6 Mendahulukan kepentingan
konseli daripada kepentingan
pribadi konselor
13.7 Menjaga kerahasiaan konseli
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

C. KOMPETENSI PROFESIONAL (LANJUTAN)

14. Menguasai konsep dan 14.1 Memahami berbagai jenis dan


praksis penelitian metode penelitian
dalam bimbingan dan 14.2 Mampu merancang penelitian
konseling bimbingan dan konseling
14.3 Melaksaanakan penelitian
bimbingan dan konseling
14.4 Memanfaatkan hasil penelitian
dalam bimbingan dan
konseling dengan mengakses
jurnal pendidikan dan
bimbingan dan konseling
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

D. KOMPETENSI SOSIAL

15. Mengimplementasikan 15.1 Memahami dasar, tujuan,


kolaborasi intern di organisasi, dan peran pihak-
tempat bekerja pihak lain (guru, wali kelas,
pimpinan sekolah/madrasah,
komite sekolah/madrasah) di
tempat bekerja
15.2 Mengkomunikasikan dasar,
tujuan, dan kegiatan
pelayanan bimbingan dan
konseling kepada pihak-pihak
lain di tempat bekerja
15.3 Bekerja sama dengan pihak-
pihak terkait di dalam tempat
bekerja (seperti guru, orang
tua, tenaga administrasi)
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

D. KOMPETENSI SOSIAL (LANJUTAN)

16. Berperan dalam 16.1 Memahami dasar, tujuan, dan


organisasi dan AD/ART organisasi profesi
kegiatan profesi bimbingan dan konseling
bimbingan dan untuk pengembangan diri dan
konseling profesi
16.2 Menaati Kode Etik profesi
bimbingan dan konseling
16.3 Aktif dalam organisasi profesi
bimbingan dan konseling
untuk pengembangan diri dan
profesi
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI

D. KOMPETENSI SOSIAL (LANJUTAN)

17. Mengimplementasikan 17.1 Mengkomunikasikan aspek-


kolaborasi antarprofesi aspek profesional bimbingan
dan konseling kepada
organisasi profesi lain
17.2 Memahami peran organisasi
profesi lain dan
memanfaatkannya untuk
suksesnya pelayanan
bimbingan dan konseling
17.3 Bekerja dalam tim bersama
tenaga paraprofesional dan
profesional profesi lain.
17.4 Melaksanakan referal kepada
ahli profesi lain sesuai dengan
keperluan
Hasil Uji Kompetensi Awal 2012
Distribusi Nilai Nasional Distribusi Nilai Per Provinsi
50,000 < 30,0 ≥ 30,0 DI YOGYAKARTA 50.1
Mengikuti Melanjutkan ke Pendidikan DKI JAKARTA 49.2
pembinaan dan Latihan BALI 48.9
40,000
32.286 peserta 248.733 peserta (88,5%) JAWA TIMUR 47.1
(11,5%) JAWA TENGAH 45.2
30,000 Nilai Tertinggi 97,0 JAWA BARAT 44.0
KEPULAUAN RIAU 43.8
Nilai Terendah 1,0
Passing SUMATERA BARAT 42.7
grade = 30,0 Rata-rata 42,25 PAPUA 41.1
20,000
Standar 12,72 BANTEN 41.1
Deviasi KALIMANTAN TIMUR 40.5
10,000 NUSA TENGGARA BARAT 39.9
SULAWESI SELATAN 39.4
KALIMANTAN SELATAN Rata-rata 39.2
0 RIAU Nasional = 42,25 39.1
0 25 50 75 100 PAPUA BARAT 39.0
NUSA TENGGARA TIMUR 38.8
Hasil Uji Kompetensi Berdasarkan Tempat Bertugas BENGKULU 38.6
GORONTALO 38.6
100 Rata-rata Nasional = 42,25 SULAWESI TENGGARA 38.5
SULAWESI UTARA 38.3
80 SUMATERA SELATAN 38.2
BANGKA BELITUNG 38.2
SULAWESI TENGAH 37.6
60
SUMATERA UTARA 37.4
LAMPUNG 37.2
40 SULAWESI BARAT 36.9
ACEH 36.1
20 JAMBI 35.7
KALIMANTAN TENGAH 35.5
KALIMANTAN BARAT 35.4
0 MALUKU UTARA 34.8
50
TK SD SMP SMA SMK SLB PENGAWAS
MALUKU 34.5
Standar 11,82 9,27 11,36 12,86 12,07 16,71 8,83 0 10 20 30 40 50
Deviasi
KOMPETENSI TEORETIK KONSELOR
DI SMAN JAKTIM (2009)

Skor Kategori f %
80 - 86 Tinggi 0 0
54 - 79 Sedang 0 0
28 - 53 Kurang 43 86
0 - 27 Rendah 7 14
Jumlah 50 100
Sumber: Kartika Hajati, 2009, 104
SIKAP, NILAI, DAN DISPOSISI
KEPRIBADIAN YG MENDUKUNG

Skor Kategori f %
22 – 29 Tinggi 0 0
15 – 21 Sedang 9 18
8 – 14 Kurang 31 62
0-7 Rendah 10 20
Jumlah 50 100
Sumber: Kartika Hajati, 2009, 106
MENGENAL SECARA MENDALAM
KONSELI YG
HENDAK DILAYANI

Skor Kategori f %
25 – 33 Tinggi 0 0
17 – 24 Sedang 3 6
9 – 16 Kurang 42 84
0-8 Rendah 5 10
Jumlah 50 100
Sumber: Kartika Hajati, 2009, 106
MENGUASAI KERANGKA TEORETIK BK

Skor Kategori f %
19 – 24 Tinggi 0 0
13 – 18 Sedang 0 0
7 – 12 Kurang 20 40
0-6 Rendah 30 60
Jumlah 50 100
Sumber: Kartika Hajati, 2009, 106
MENYELENGGARAKAN LAYANAN BK YG
MEMANDIRIKAN

Skor Kategori f %
9 – 11 Tinggi 0 0
6–8 Sedang 16 32
3–5 Kurang 32 64
0-2 Rendah 2 4
Jumlah 50 100
Sumber: Kartika Hajati, 2009, 106
MENGEMBANGKAN PROFESIONALITAS
SBG KONSELOR SECARA
BERKELANJUTAN

Skor Kategori f %
10 – 22 Tinggi 0 0
7–9 Sedang 3 6
4–6 Kurang 20 40
0-3 Rendah 27 54
Jumlah 50 100
Sumber: Kartika Hajati, 2009, 106
PROGRAM TERTULIS (10/53%)
1. Substansi program komprehensif mengandung 4
komponen pelayanan, yakni Pelayanan Dasar Umum,
Pelayanan Responsif, Perencanaan Individual, dan
Dukungan Sistem.
2. Meskipun demikian terdapat indikasi, konselor yg
memiliki skor lebih tinggi lebih memahami äpa”dan
“bagaimana” masing-masing layanan tsb. Dilakukan di
sekolah tempat tugasnya, dibandingkan dg pemahaman
mereka yg memiliki skor lebih rendah.
3. Baru 4 sekolah yg mengembangkan program BK
dilakukan asesmen kebutuhan.
PROGRAM DIRANCANG TETAPI
TIDAK ADA DI SEKOLAH (4/21%)
1. Program yg menurut konselor sudah dibuat secara
tertulis, tercecer.
2. Belum di buat secara rapi
3. Tidak memahami fungsi need assesment dalam
pengembangan program BK
PROGRAM DIRANCANG
TETAPI TIDAK TERTULIS
(5/26%)
 Menurut Guru BK; belum ada waktu untuk membuat program
secara tertulis

MANA SEMPAT ?
DALAM
MENGIMPLEMENTASIKAN
PROGRAM
 Sebagian besar konselor kurang mampu
mengimplementasikan program BK yg komprehensif
(K.4.2)
 Tidak ada waktu, kekurangan guru BK

 Data diolah jika perlu untuk konseling

 Tidak pernah melaksanakan konseling kelompok


KOMITMEN KONSELOR
TERHADAP
KESEJAHTERAAN KONSELI
1. Kurang memiliki komitmen terhadap Kesejahteraan
konseli dan kurang meyakini potensi positif konseli
(K.1.5)
2. Kasus yg berat dikembalikan ke orang tua, Kepsek,
ketimbang di referal ke ahli yg relevan.
3. 84% Guru BK, tidak pernah mengevaluasi intervensi
yg sudah dilakukan
BIMBINGAN DAN KONSELING
SEBAGAI LAYANAN AHLI

 PENGGUNAAN ISTILAH BIMBINGAN DAN


KONSELING TETAP DIPERTAHANKAN DENGAN
ALASAN:

 LAYANAN INI BERLANGSUNG DALAM SETTING


PEDAGOGIS
 KONSELING MERUPAKAN SALAH SATU TEKNIK
DALAM MEMFASILITASI PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
 MENEGASKAN KEUNIKAN PROFESI DALAM
KAITANNYA DENGAN PROFESI SEJENIS
 DE FACTO DI LAPANGAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
UNTUK SEMUA
 LAYANAN BAGI ANAK BERBAKAT TIDAK
DIPOSISIKAN SEBAGAI LAYANAN LUAR BIASA
MELAINKAN LAYANAN TERPADU DALAM
MENCAPAI TUJUAN UTUH PENDIDIKAN

 NORMAL DAN SEHAT

 LAYANAN
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS TERUTAMA YANG MEMEILIKI
KEMAMPUAN INTELEKTUAL NORMAL,
BERKOLABORASI DENGAN AHLI LAIN
MODEL KONSTRUK
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF
Ahman

Anda mungkin juga menyukai