Anda di halaman 1dari 33

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN HUKUM
KONTRAK KONSTRUKSI

Disampaikan oleh :
Ir. Moody Nicson Sanger.M.Sc

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


LAYOUT

1. Introduction

2. Contract Construction

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


1. INTRODUCTION

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


SISTEM HUKUM

COMMON LAW

Inggris, bekas jajahan Inggris seperti Sistem hukum Common Law menggunakan sistem
Malaysia dan Australia. negara hukum “the binding force of precedent” yakni kekuatan
Amerika dan bekas jajahannya seperti mengikat putusan pengadilan yang sudah lampau.
Singapura dan Filipina
SISTEM HUKUM
Penganut SIstem karakteristik

Negara negara Perancis, Jerman, Pada sistem ini, putusan pengadilan berdasarkan pada
Belanda dan bekas jajahan Belanda peraturan perundang undangan yang berlaku,
antara lain Indonesia, Jepang dan contohnya bisa UUD 45, Tap MPR, UU/Perpu, Peraturan
Thailand Pemerintah, Perpres/Kep Pres, MA, Keputusan Menteri
dan lain lain. jadi, keputusan pengadilan bersifat
fleksibel (berubah ubah) tergantung hakim yang
memutuskan berdasarkan fakta/bukti yang ada
CIVIL LAW

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


SISTEM HUKUM

Hukum Publik : sama seperti sistem hukum Eropa Kontinental

COMMON LAW
Hukum Privat : Dimaksudkan sebagai kaidah-kaidah hukum
tentang hak milik (law of property), hukum tentang orang (law of
person), hukum perjanjian (law of contract) dan hukum tentang
perbuatan melawan hukum (law of torts) yang tersebar di dalam
peraturan-peraturan tertulis, putusan-putusan hakim dan hukum
SISTEM HUKUM kebiasaan.

Hukum Publik : mencakup peraturan-peraturan hukum yang


mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa atau negara serta
hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara. Hukum publik
meliputi hukum tata negara, hukum administrasi negara dan
hukum pidana
CIVIL LAW
Hukum Privat : mencakup peraturan-peraturan hukum yang
mengatur tentang hubungan antara individu-individu dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Hukum privat meliputi hukum
perdata yang meliputi juga hukum sipil dan hukum dagang.

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Civil Law dan Common Law

CIRI-CIRI COMMON LAW

• Sistem hukumnya didasarkan pada yurisprudensi yaitu keputusan-keputuasan hakim yang


terdahulu menjadi dasar putusan-putusan hakim selanjutnya
• Dalam Common Law dikenal stare decisis, yaitu suatu prinsip hukum yang menyatakan bahwa
pengadilan yang lebih rendah harus mengikuti keputusan pengadilan yang lebih tinggi
• Dalam Common Law tidak ada kodifikasi hukum. Dalam pengambilan keputusan suatu perkara
yurisprudensi merupakan dasar yang paling utama
• Case Law atau pengumpulan kasus-kasus preseden yang berkaitan dengan perkara sangat
penting dalam Common Law
• Sistem common law mengenal sistem juri yaitu orang-orang sipil yang mendapatkan tugas dari
Negara untuk berperan sebagai juri dalam persidangan suatu perkara
• Sistem Common Law merupakan sistem hukum yang memakai logika berpikir induktif dan
analogi.

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Civil Law dan Common Law

CIRI-CIRI CIVIL LAW

• Adanya penghimpunan dari berbagai ketentuan hukum (kodifikasi) secara sistematis yang pada prakteknya
ketentuan-ketentuan ini akan ditafsirkan lebih lanjut. Dalam civil law peraturan hukum yang telah dikodifikasikan
berlaku sebagai undang-undang dan merupakan pedoman penegakan hukum dalam Negara.
• Kodifikasi merupakan sumber hukum materill yang kemudian dijadikan dasar dalam menyelesaikan permasalahan
melalui hukum formil
• Pengambil keputusan dalam civil law adalah hakim atau mejelis hakim yang memeriksa perkara tersebut. Selain itu
hakim bersifat aktif dalam persidangan dan memutus perkara berdasarkan undang-undang yang berlaku disertai
keyakinan hakim itu sendiri dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan.
• Selain keyakinan hakim doktrin juga merupakan factor penting yang menjadi pertimbangan hakim dalam
memutuskan suatu perkara
• Pada civil law Yurisprudensi tidak terlalu dipertimbangkan tetapi dapat dipergunakan sebagai bahan acuan atau
referensi.
• Civil Law menggunakan logika berpikir metode deduktif

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN
BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN
2. CONTRACT CONSTRUCTION

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Pengantar Hukum dalam Kontrak Kerja Konstruksi

Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.

Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan bahwa syarat sahnya suatu


perjanjian memenuhi Kesepakatan (Consensus), Kecakapan (Capacity),
Hal tertentu (Certainty of Terms), dan Sebab yang Halal (Legality)

UUJK NO 2/2017 menyatakan bahwa Kontrak kerja konstruksi adalah


keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna
jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Pengantar Hukum dalam
Kontrak Kerja Konstruksi

KONTRAK KONSTRUKSI

THE SIMPLICITY OF CONSTRUCTION


CONTRACT

PENYEDIA melaksanakan “konstruksi”


sesuai dengan Kontrak,
PENGGUNA “membayar” kepada PENYEDIA

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Pengantar Hukum dalam
Kontrak Kerja Konstruksi
KONTRAK KONSTRUKSI

THE COMPLEXITY OF CONSTRUCTION


CONTRACT

Apa pekerjaan yang harus dilaksanakan?


dan
Bagaimana pembayaran harus dilakukan?

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Pengantar Hukum dalam
Kontrak Kerja Konstruksi

PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH

PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSTRUKASI

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Pengantar Hukum dalam HIRARKI UUJK NO 02 TAHUN 2017
Kontrak Kerja Konstruksi

UUJK NO 02 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG JASA KONSTRUKSI

PP NO 22 TAHUN 2020 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN


UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA
KONSTRUKSI

PERPRES NO 16 TAHUN 2018 TENTANG PENGADAAN BARANG/


JASA PEMETRINTAH

PERMEN PUPR NO 14 TAHUN 2020 TENTANG STANDART DAN


PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MELALUI PENYEDIA

SE DIRJEN

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Hirarki kekuatan Hukum dalam
Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi

ADENDUM SURAT PERJANJIAN

POKOK PERJANJIAN

SURAT PENAWARAN BERIKUT DAFTAR KUANTITAS HARGA

SYARAT SYARAT KHUSUS KONTRAK

SYARAT SYARAT UMUM KONTRAK

SPESIFIKASI KHUSUS

SPESIFIKASI UMUM

GAMBAR – GAMBAR

DOKUMEN LAINNYA (SPPBJ, BAHP, BAPP)

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan
Kontrak Konstruksi

PERATURAN
UNDANG-UNDANG

HAK
KESEPAKATAN KEWAJIBAN

KONTRAK
PENYEDIA PENGGUNA
JASA JASA

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan
Kontrak Konstruksi

“The question is not what the parties to a deed or other


documents may have intended to do by entering into that
deed, but what is the meaning of the words used in that
deed: a most important distinction in all cases of
construction and disregard of which often leads to erroneous
conclusions”. (Lord Wensleydale in 1861)

“Permasalahannya bukanlah terletak pada apa yang dimaksudkan oleh para


pihak dalam suatu perjanjian atau dokumen lain yang hendak dibuat dengan
dimasukkan ke dalam perjanjian itu, tetapi apa arti dari kata-kata yang
digunakan dalam perjanjian itu: adalah perbedaan yang paling penting dalam
semua kasus konstruksi dan mengabaikan hal-hal yang justru sering mengarah
pada kesimpulan yang sangat keliru”.

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan
Kontrak Konstruksi

“What a man intends and the expression of his intention are


two different things. He is bound and those who take after him
are bound by his expressed intention. If that expressed
intention is unfortunately different from what he really desires,
so much the worse for those who wish the actual intention to
prevail.” (Sir Gorell Barnes in 1907)
“Apa yang diinginkan seseorang dan ekspresi niatnya (yang dituliskan)
adalah dua hal yang berbeda. Dia dan pihak yang melakukan baginya terikat
oleh ungkapan niatnya (yang tertulis). Jika ungkapan niatnya itu ternyata
berbeda dari apa yang benar-benar diinginkannya, maka akan jauh lebih
buruk bagi mereka yang hendak menjalankan keinginan sebenarnya dari
orang tersebut”.

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan
Kontrak Konstruksi
Perbedaan ???

Kita telah mendapatkan KONTRAK


dengan syarat-syarat kontrak yang
sudah dimodifikasi sedemikian rupa
PENGGUNA sesuai keperluan kita dan untuk
kenyamanan kita. Itu sah secara
hukum, sejak disetujui dan
ditandatangani para pihak.

Saya harus berusaha menemukan


kelemahan-kelemahan Pengguna
dalam KONTRAK untuk bisa PENYEDIA
mengajukan klaim

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan
Kontrak Konstruksi
PRA-KONTRAK KONTRAK

( Hukum Administrasi Negara ) ( Hukum Perdata )

Penetapan Penunjukan / Serah


Persiapan Penyedia Tanda Terima
Pengadaan Barang / Tangan Barang /
Jasa Kontrak Jasa

HUKUM PIDANA HUKUM PIDANA


Pemalsuan barang dan jasa yang diberikan kurang
Hukum Persaingan Usaha bila ada tetapi disengaja dinyatakan dalam dokumen serah
persekongkolan atau pengaturan yang terima telah sesuai, mark up, fiktif, terima komisi,
menghilangkan persaingan sehat. pembayaran disengaja tidak sesuai dengan
kenyataan prestasi yang diberikan.

Hukum Pidana Korupsi dapat terjadi disetiap tahapan pengadaan barang/jasa oleh Pemerintah
apabila ada suap, perbuatan melawan hukum atau niat jahat yang mengakibatkan kerugian
negara.
BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN
KEGIATAN PELAKSANAAN KONTRAK

Saat paling lambat mulai waktu pelaksanaan kontrak


dicantumkan dalam SPMK

Pre Award Meeting

Td tangan Kontrak
Masa Pelaksanaan Keterlambatan

Denda keterlambatan

SPMK
(1 0/00 x NK)/hari < Jaminan pelaks

Uang muka
Retensi/
Masa berlaku Jaminan Pemeliharan
Penawaran
Masa Kontrak

14 hr 14 hr 7 hr
Srt Penunjukan Penyedia BJ

Masa Pemeliharan 14 hr
30 hr
Penyerahan Lapangan
Pemerikasan Bersama
> 6 bl pek. permanen
Jaminan Pelaksanaan

Mobilisasi
> 3 bl pek. semi permanen

Pre Constr Meeting


PHO FHO

Perlindungan Kegagalan
Asuransi Bangunan 10 Th

Persiapan Kontrak Pelaksanaan Kontrak Serah Terima Pekerjaan

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Permasalahan Kontrak Konstruksi

Pra Kontrak Masa Kontrak Pasca Kontrak

1. Sanggahan 1. Wanprestasi 1. Kegagalan Bangunan


2. Sanggahan Banding 2. Keadaan Darurat
3. Pengaduan (Force Majeur)
3. Denda dan Ganti
Rugi Keterlambatan
4. Kegagalan
Konstruksi
5. Perbedaan
Ketentuan
6. Penyelesaian
Perselisihan
7. Penghentian Kontrak
8. Pemutusan Kontrak

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Permasalahan Kontrak Konstruksi
Faktor 2.1 Perintah
Perubahan Lisan dari
Pengguna
Faktor 1.1 Perubahan
Konstruksi Faktor 2. 2
Pembebasan Tanah
KLAIM
Faktor 1.2 Pekerjaan
Tambah Kurang

Faktor 1.3 : Investigasi Faktor 3.1 Perubahan


Lapangan Tidak Memadai Desain

Faktor 3.2 Kondisi Geologi


Bawah Tanah

Faktor 3.3 Keterlambatan


akibat Kesalahan Penyedia

Faktor 3.4 Inefisiensi dan


Gangguan Lain

admikon@yahoo.com atau BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


admikon2@gmail.com
Permasalahan Kontrak Konstruksi
Berbagai faktor potensial penyebab permasalahan hukum/perselisihan dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan konstruksi, dikelompokkan dalam 3 aspek yang saling terkait satu dengan yang lainnya,
sbb :
1. Aspek Teknis
a. faktor perubahan lingkup pekerjaan
b. faktor perbedaan kondisi lapangan
c. faktor kekurangan material dan/atau peralatan yang sesuai dengan spesifikasi teknis
d. faktor keterbatasan personil
e. faktor kurang jelas atau kurang lengkapnya gambar rencana dan/atau spesifikasi teknis
2. Aspek waktu
ASPEK
a. faktor penundaan waktu pelaksanaan pekerjaan ASPEK
WAKTUASPEK
TEKNIS BIAYA
b. faktor percepatan waktu penyelesaian pekerjaan
FAKT
c. faktor keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan OR
PERM
3. Aspek Biaya ASAL
AHAN
a. faktor penghematan anggaran
b. faktor keterlambatan pembayaran

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Contoh Penanganan
Permasalahan Pelaksanaan Kontrak Konstruksi

Berbagai permasalahan hukum/perselisihan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan


konstruksi dapat dilakukan penanganan untuk menghindari permasalahan yang lebih
besar, misal untuk menangani keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dengan kontrak
kritis.

Kontrak dinyatakan kritis apabila :


Periode Periode
I II
0 • Keterlambatan > 70 • Keterlambatan > 5% 100
10% • Keterlambatan < 5% akan%
% %
melampui tahun anggaran

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Contoh Penanganan
Permasalahan Pelaksanaan Kontrak Konstruksi
Penanganan Kontrak Kritis :
1. Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan menerbitkan surat peringatan kepada
penyedia dan selanjutnya menyelenggarakan (show cause meeting/SCM)
2. Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan penyedia membahas dan menyepakati
besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia dalam periode waktu tertentu (uji
coba pertama) yang dituangkan dalam berita acara SCM tingkat Tahap I
3. Apabila penyedia gagal pada uji coba pertama, maka harus diselenggarakan SCM Tahap II
yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia
dalam periode waktu tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan dalam berita acara SCM
Tahap II
4. Apabila penyedia gagal pada uji coba kedua, maka harus diselenggarakan SCM Tahap III
yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia
dalam periode waktu tertentu (uji coba ketiga) yang dituangkan dalam berita acara SCM.
Tahap III
5. Pada setiap uji coba yang gagal, PPK harus menerbitkan surat peringatan kepada penyedia
atas keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Contoh Penanganan
Permasalahan Pelaksanaan Kontrak Konstruksi

Dalam hal terjadi keterlambatan dan akan melampaui tahun anggaran berjalan akibat
kesalahan Penyedia Pekerjaan Konstruksi:
1. sebelum dilakukan pemutusan kontrak Penyedia Pekerjaan Konstruksi dapat diberi
kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender
sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan dengan diberlakukan denda
sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai bagian Kontrak apabila
ditetapkan serah terima pekerjaan secara parsial untuk setiap hari keterlambatan.
Kesempatan menyelesaikan pekerjaan selama 50 (lima puluh) hari tersebut dapat
melampaui tahun anggaran berjalan
2. Dalam hal penyelesaian pekerjaan akibat keterlambatan melampaui tahun
anggaran berjalan, diterbitkan adendum untuk mencantumkan sumber dana tahun
anggaran berikutnya atas sisa pekerjaan yang akan diselesaikan dan
memperpanjang masa berlaku jaminan pelaksanaan

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


admikon@yahoo.com atau
Penanganan Permasalahan dalam
Pelaksanaan Kontrak Konstruksi

3. Setelah dilakukan penanganan kontrak kritis PPK dapat langsung memutuskan


kontrak secara sepihak dengan mengesampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
4. PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila:
a. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan mampu
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai
dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan
pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan; dan/atau
b. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan,
Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


Penyelesaian Perselisihan dalam
Kontrak Konstruksi

1. Penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak dalam Kontrak dapat
dilakukan melalui musyawarah, arbitrase, mediasi, konsiliasi atau pengadilan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelesaian
perselisihan atau sengketa yang dipilih ditetapkan dalam SSKK
2. Dalam hal terjadi perselisihan/sengketa diantara para pihak, para pihak terlebih
dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah untuk mufakat.
3. Dalam hal musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka para pihak sepakat
menyelesaikan perselisihan/sengketa melalui Pengadilan/Arbitrase

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


ARBITRASE
(UU RI NO.30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE
DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA)

Arbitrase adalah penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum


yang berdasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh pihak yang bersengketa
( Pasal 1 ayat (1) UU RI No.30 / 1999, tentang Arbitrase ).
Arbitrase adalah suatu proses yang mudah yang dipilih oleh para pihak
secara suka rela yang ingin agar perkaranya diputus oleh juru sita yang
netral, di mana putusan mereka berdasarkan dalil-dalil yang ada dalam
perjanjian yang diperkarakan tersebut, dan pemeriksaannya secara
tertulis.
Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat para pihak

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


ARBITRASE
(UU RI NO.30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE
DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA)

• SEBELUM SENGKETA ;
Dimuat dalam perjanjian sebelum terjadi sengketa bahwa
bila terjadi sengketa akan diselesaikan dengan cara
arbitrase

• SETELAH SENGKETA ;
Dibuat perjanjian tertulis atau akte notaris, bahwa sengketa
tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN


TERIMAKASIH

Balaibanjarmasin@gmail.com
Perencanaan.balaijaskonbjm@gmail.com

JALAN YOS SUDARSO NO. 37 A BANJARMASIN, KALIMANTAN SELATAN


TELP. (0511) 3365317, FAX (0511) 3350625

BALAI JASA KONSTRUKSI WILAYAH V BANJARMASIN

Anda mungkin juga menyukai