Anda di halaman 1dari 19

BINTIL KEMERAHAN KELOMPOK 5

SKENARIO

Seorang laki-laki 17 tahun datang ke RS dengan keluhan


bintil kemerahan pada daerah wajah yang telah dialami
sejak 1 bulan yang lalu. Riwayat keluarga menderita
penyakit yang sama tidak ada. Hasil pemeriksaan
laboratorium dalam batas normal.
PERTANYAAN
1. Anatomi, histologi, dan fisiologi kulit!
2. Bagaimana patomekanisme bintil kemerahan pada wajah?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan bintil kemerahan pada wajah?
(hubungan dengan usia)
4. Epidemiologi dari bintil kemerahan!
5. Menjelaskan gambaran klinik bintil kemerahan ( effloresensi ) !
6. Jelaskan langkah diagnostik berdasarkan skenario!
7. Jelaskan diferensial diagnosis dari skenario di atas!
8. Jelaskan tindakan preventif dan promotif !
BINTIL MERAH

ANATOMI, HISTOLOGI, EFFLORESENSI KULIT


FISIOLOGI ORGAN TER
KAIT

PATOMEKANISME LANGKAH DIAGNOSTI


K

FAKTOR PENYEBAB DIAGNOSTIK DIFEREN


SIAL

EPIDEMIOLOGI PREVENTIF DAN PRO


MOTIF
BINTIL MERAH
Tanda kelainan kulit berupa bintik – bintik kecil akibat
infeksi/noninfeksi dapat berisi cairan ( vesikel ) atau tidak berisi
cairan (papul)

Laboratorium keterampilan klinik FK Universitas Jendral Soedirman,2017


ANATOMI DAN HISTOLOGI
FISIOLOGI
Fungsi Proteksi
Fungsi Absorbsi
Fungsi Ekskresi
Fungsi Persepsi
Fungsi Termoregulator
Fungsi Pembentukan pigmen
Fungsi Keratinisasi
Fungsi Pembentukan Vitamin D
PATOMEKANISME
• Papul
Membentuk
Mikroorganisme • Nodul
foreign body • Pustul

• Sebum
Terjadi • Lipid
Menghasilkan • As.lemak
penggembungan
lipase • Keratin
folikel • Bakteri

Lipid menjadi
Terjadi respon
• IL-1 fatty acid dan
• TNFa inflamasi dari
produksi mediator
pilosebaseus unit
radang
EPIDEMIOLOGI
• Menyerang 85% usia muda
• Pada masa pubertas
• Lebih parah pada pria dibanding wanita
FAKTOR PENYEBAB

Medikasi
• Lithium Penyebab Lain
• Hidantoin • Emosional stres
• Isoniazid • Sumbatan atau penekan pada
• Glukokortikoid kulit
• Oral kontrasepsi • Pola perubahan keratinisasi
• Iodine • Hormon
• Bromide • Usia
• Androgen
EFFLORESENSI KULIT

PUSTULA PAPUL VESIKEL dan BULLA

KOMEDO
LANGKAH DIAGNOSTIK
ANAMNESIS TAMBAHAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Bagaimana gejala awal sebelum terjadinya bintil merah? 1. INSPEKSI

2. Apakah ada rasa nyeri, gatal, panas? 2. PALPASI

3. Daerah mana saja adanya bintil merah? ( pipi, jidat, hidung,


area bibir)

4. Apakah tersebar hingga ke punggung?

5. Bagaimana pola makan penderita?

6. Apakah pernah meminum obat tertentu sebelumnya? PEMERIKSAAN PENUNJANG

7. Apakah pernah alergi sebelumnya? 1. Ekskohleasi komedo ( pengeluaran sumbatan sebum) dengan
sendok unna
8. Seberapa sering penderita mencuci wajah?
2. Pemeriksaan histopatologi
9. Apakah pernah mengalami hal yang sama sebelumnya?
3. Pemeriksaan mikrobiologis
10. Apakah sedang atau pernah melakukan perawatan wajah?
DIAGNOSIS DIFERENSIAL

ACNE VULGARIS ROSASEA

DERMATITIS PERIO ERUPSI ACNEFOR


RAL MIS
ACNE VULGARIS
DEFINISI EPIDEMIOLOGI

Peradangan menahun pada folikel Prevalensi acne pada masa GRADE 1 GRADE 2
pilosebasea yang ditandai adanya remaja cukup tinggi, yaitu
komedo, papul, pustul, nodus dan berkisar antara 47-90%
selama masa remaja.
kista.

PENGOBATAN
Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya :
1. Sulfur 4-8% GRADE 3 GRADE 4
2. Resorsinol 1-5%
3. Asam salisilat 2-5% PATOGENESIS
4. Peroksida benzoil 2,5-10% DIAGNOSIS
5. Asam vitamin A 0,025-0,1% Patogenesis acne meliputi empat faktor : 1. Pemeriksaan
6. Asam azeleat 15-20%
1. Hiperproliferasi epidermis folikular ekskohleasi sebum
7. Asam alfa hidroksi (AHA), asam glikolat 3-8%
Antibakteri sistemik : 2. Produksi sebum berlebihan 2. Histopatologi 
Sebukan sel radang kronis
o Tetrasiklin 250 mg-1,0 gr/hari 3. Inflamasi di sekitar folikel
o Eritromisin 4 x 250 mg/hari pilosebasea dengan massa
4. Aktivitas Propionibacterium acnes (P. sebum dalam folikel
o Doksisiklin 50 mg/hari acnes).
DERMATITIS FAKTOR PENYEBAB DIAGNOSIS
PERIORAL 1. Hormonal 1. Anamnesis
2. Mikroorganisme 2. Gambaran Klinik
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
3. Kosmetik
Peradangan pada kulit yang mengenai • Umur 20-45 tahun
daerah perioral dan lipatan 4. Obat – obatan
nasolabialis dengan effloresensi • Sering pada perempuan
berupa papul – papul eritomatosa 5. Faktor Fisik
yang mengalami pustulan.

GEJALA KLINIS
• Erupsi berbatas tegas
• Eritomatosa yang ukuran 1-2 mm berbentuk papuldan pustula di
daerah perioral,lipatan nasolabialis.

PENGOBATAN

• Medikamentosa : antibiotik (tetrasiklin 250 – 500 mg


selama 2-3 bulan)
• Non medikamentosa: menghentikan obat – obatan atau
kosmetik sebagai faktor penyebab.
ROSASEA FAKTOR PENCETUS

1. Makanan
DEFINISI EPIDEMIOLOGI Gejala Klinis
2. Psikis
Penyakit kulit kronis pada daerah 30 – 40 tahun paling sering • Eritema, papul, edema,
namun dapat terjadi pada 3. Obat – obatan
sentral wajah yang ditandai dengan pustula dan telangiaktasi
remaja ataupun orang tua
kemerahan kulit dan telangiaktasi yang dan wanita lebih sering 4. Infeksi
disertai dengan episode peradangan dari pada laki - laki
yang memunculkan erupsi papul, 5. Defisensi Vitamin dan
pustula, dan edema. Hormonal

PENGOBATAN 6. Musim

Topikal : 1. Tetrasiklin 2. Klindamisisn 3. Eritromisin dalam


bentuk salap 0,5 – 2,0% (lebih baik digunakan)

Metronidazole 0,75% dalam bentuk gel atau cream 2% efektif


untuk lesi papul dan pustula.

Sistemik : Isotretinoin 0,5 – 1,0 kg/BB sehari dapat digunakan


kecuali bila ada rosase pada mata
ERUPSI GEJALA KLINIS

ACNEFORMIS Pada mulanya tanpa komedo,


tibulnya papular dan pustula serta
DEFINISI disertai demam, malaise dan
umunya tidak disertai rasa gatal.
Erupsi akneiformis adalah kelainan
kulit yang menyerupai akne berupa
reaksi peradangan folikular dengan
manifestasi klinis papulopustular. PATOGENESIS
Induksi obat yang diberikan secara sistemik diakui
PENGOBATAN sebagai factor penyebab yang paling utama,misalnya
Pengobatan topical dengan obat bersifat kortikosteroid ACTH,INH,yodida dan bromide,vitamin
iritan ,misalnya sulfur,resorsinol atau asam vitamin A B2,B6,dan B12,Phenobarbital,difenil hidantoin,
mempercepat menghilangnya erupsi kulit. Pemberian trimetadion, tetrasiklin, litium, pil kontrasepsi, kina,
obat anti-akne sitemik sesuai dengn beratnya penyakit rifampisisn, tiourea, aktinomisin D,radiasi,bahkan
memberikan hasil yang cukup baik. berbagai bahan kimia yang kontak ke kulit akibat kerja
(minyak,klor), kosmetika, atau tekanan pada kulit.
PREVENTIF
PREVENTIF :
1. Pencegahan primordial : Memelihara higiene
2. Pencegahan primer : mencegah pemakaian kosmetik mengandung steroid
3. Pencegahan sekunder : deteksi dini penyakit dengan skreening dan pengobatan
segera
4. Pencegahan tersier : Edukasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai