Anda di halaman 1dari 32

PEMBIMBING

dr. Andri Catur Jatmiko, Sp. KK


Disusun oleh:
Ika Oktavia Sakti 201610401011059
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUD JOMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
Acne rosacea tetap menjadi topik kontroversial dalam bidang dermatologi,
terutama karena patofisiologi dan variasi klinisnya yang tidak pasti.

Manifestasi klinis antara lain: flushing, eritema persisten, telangiektasi,


papul, pustul dan hiperplasia jaringan glandula sebasea

Survei yang dilakukan oleh National Rosacea Society melaporkan bahwa sampai
70% pasien rosasea menyatakan penyakit tersebut berpengaruh terhadap rasa
percaya diri dan kehidupan sosial mereka
Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada daerah
sentral wajah (yang menonjol/cembung) yang ditandai
dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasi disertai
episode peradangan yang memunculkan erupsi, papul,
pustul, dan edema
Sering  usia 30-40 tahun, dapat pula pda remaja dan orang tua
Umumnya  Wanita > pria, pada rinofima pria > wanita.
Kulit putih(kaukasia) > hitam (negro) dan polinesia

Indonesia belum diketahui prevalensi yang pasti, namun dikatakan


terjadi hingga 10% pada individu dengan usia pertengahan.
RSUD Dr. Soetomo2010-2012 49 pasien baru.
RSUD Jombang  2016-2017 0 pasien
Etiologi rosacea tak diketahui. Ada beberapa hipotesis
penyebab, yaitu:
1. Makanan
2. Psikis
3. Obat
4. Infeksi  Demodex foliculorum
5. Musim
6. Imunologis
7. Lainnya : def. Vitamin, hormonal, dan sebore
predileksi rosacea sentral wajah , yaitu hidung , pipi, dagu,
kening, dan alis. Lesi umumnya simetris

Durasi dari lesi meliputi hari, minggu, dan bulan


Pada fase akut patognomic dari rosacea flushing (red face) , papul,
dan papulopustul (2-3 mm), pustul sering berukuran kecil (<1 mm)dan
berada diatas papul
Eritema dan telangiektasis gejala khas
tanpa adanya komedo
Gejala primer berupa eritematosa, papul, pustul, dan
telangiektasis.
Gejala sekunder  berupa rasa terbakar atau tersengat,
plak, kulit kering, edematosa wajah, phymatous, gejala okular,
dan peripheral flushing
Plewig dan Kligman mengklasifikasikan rosasea berdasarkan
stadium sebagai berikut :
Stadium I  eritema persisten dengan telangiektasis
Stadium II  eritema persisten, telangiektasis, papul, pustul
kecil
Stadium III eritema persisten yang dalam, telangiektasis yang
tebal, papul, pustul, nodul, jarang ada edema padat/keras
pada bagian sentral wajah.
The National Rosacea Society Expert Committee on the
Classification and Staging of Rosacea mengklasifikasikan
rosasea dalam sub tipe klinis berdasarkan karakteristik
morfologik :
a) Erythematotelangiectatic Rosacea (ETR)
b) Papulopustular Rosacea (PPR)
c) Phymatus Rosacea (PR)
d) Ocular Rosacea (OR)
fasial sentro flushing, yang bertahan
lebih dari 10 menit yang diikuti oleh
rasa terbakar dan rasa menyengat
baik dengan atau tanpa eritema
yang terus-menerus
A. Mild (ringan); B. Moderate
(sedang); C. Severe (berat).
termasuk eritema yang terus
menerus pada sentral wajah dengan
papul, pustul, atau di antara sentral
wajah perioral maupun perinasal.

flushing yang berkepanjangan


edema jaringan lunak yang bisa
bertahan beberapa hari.

 A. Mild (ringan); B. Moderate


(sedang); C. Severe (berat)
Ditandai dengan penebalan kulit dan
edema dengan permukaan nodul yang
tidak rata pada hidung, dagu, kening,
telinga dan kelopak mata.
Permukaan kulit ditandai dengan
glandula sebasea yang jelas dan
permukaan folikuler besar. Perubahan
klinis  infiltrasi inflamasi kronis yang
sangat luas. Hipertropi jaringan ikat
dengan fibrosis dan kelenjar sebasea
hiperplasia.
 A. Mild (ringan); B. Moderate
(sedang); C. Severe (berat)
bisa memberi penampilan berair atau
bloodshot, telangiektasis kongjungtiva
dan tepi kelopak atau kelopak dan
periokular eritema, irregularity pada
pinggir kelopak mata bisa terjadi

 A, Mild (ringan); B, moderate


(sedang); C, severe (berat).
Bisa ditegakkan berdasarkan
berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis Pemeriksaan penunjang:
 pemeriksaan KOH  Demodex
folikulitis
kultur bakteri
 histopatologi ekstasia
vascular, edema dermis, dan
disorganisasi jaringan konektif
dermis
Diagnosis banding rosasea
terbagi atas dua kelompok
gejala klinik rosasea yaitu
papul/pustul wajah dan
flushing atau eritema
Akne vulgaris  umur remaja
Predileksi muka, leher,
bahu, dada, dan punggung
bagian ataspredileksi muka,
leher, bahu, dada, dan punggung
bagian atas
Gx klinis  terdapat komedo,
papul, pustul, nodus, kista.
Tidak terdapat telengektasis
Dermatitis perioral wanita
muda
tempat predileksi sekitar
mulut dan dagu
Gx klinispolimorfi tanpa
telangiektasis
keluhan gatal
Dermatitis Seboroiksering
terjadi bersama-sama dengan
rosasea, tetapi yang
membedakannya yaitu pada
dermatitis seboroik terdapat
skuama berminyak dan agak
gatal
predileksiretroaurikular, alis
mata, dan sulkus nasolabialis
Lupus Eritematosus Sistemik

Meskipun SLE dapat


menstimulasi terjadinya
rosasea, namun klinis terlihat
eritema dan atrofi pada pipi dan
hidung dengan batas tegas dan
berbentuk kupu-kupu
Differential diagnosis
Medika mentosa
Topikal
metronidazole gel atau cream dosis 0,75% atau
1% 1-2 kali per hari
eritromisin gel
Non  Asam azeleat krim 20% atau gel 15% antibakteri
medikamentosa dan anti inflamasi, 2x sehari sebagai terapi inisial
atau maintenanace. Perbaikan klinis terlihat  6-8
Hindari pencetus
minggu terapi kontinu.
Sodium Sulfasetamid krim 10% + sulfur 5%  efek
antibakteri dan keratolitik. dianjurkan 2 x sehari.
Kontraindikasi pada pasien dengan hipersensitivitas
terhadap sulfonamid dan sulfur
Medikamentosa
Sistemik Tindakan operasi
Minocycline atau doxycycline  lini pertama antibiotik
dan sangat efektif, 50-100 mg 1-2 kali/hari. Maintenance rinofima pada rosasea
50 mg/hari dapat ditatalaksana
 tetracycline 1-1,5g/hari dosis terbagi sampai dengan pembedahan
sembuhpenurunan dosis bertahap 1 kali/hari 250-500 mg Eksisi atau ablasi
metronidazole oral 500 mg krioterapeutik seperti
Isotretionin oral rosacea yang berat (stadium III) atau halnya bedah listrik,
pada kasus yang tidak respon dengan antibiotik dan terapi laser CO2, bedah
topikal. Dosis rendah 0,5 mg/ kgBB per hari efektif pada skalpel, dan
kebanyakan pasien, tetapi dapat diberikan juga 1 mg / dermabrasi merupakan
kgBB per hari. metode yang efektif.
Ivermectin diberikan single dose 12 mg per oral pada
demodex yang massive.
Rinofima
Rinofima adalah pembesaran
hidung tak teratur yang terjadi
bertahun – tahun sebagai akibat
peningkatan progresif jaringan
ikat, hiperplasi kelenjar
sebasea, ektasia vena dan
inflamasi kronik mendalam
Rosacea umumnya persisten, berangsur
bertambah berat melalui episode akut. Namun
ada pula yang remisi secara spontan
1. Menjaga kebersihan kulit.
2. Pakailah tabir surya yang lembut, jika ragu dengan suatu produk, gunakan
tabir surya yang diformulasikan untuk bayi, saat pergi dan beraktivitas
3. Menjaga kelembaban kulit.. Minum air putih minimal satu hari 8 gelas.
Gunakan pelembab yang alami sesuai dengan jenis kulit.
4. Hindari mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu panas, untuk
menghindari uap panas dapat membuat iritasi pada wajah.
5. Hindari sauna, mandi uap dan kolam air panas serta facial steam.
6. Evaluasi program diet. Makanan tertentu dapat memperparah kondisi.
Mengurangi makanan pemicu yang dapat menimbulkan rosacea.
Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah
(yang menonjol/cembung) yang ditandai dengan kemereahan pada
kulit dan telangiektasi disertai episode peradangan yang
memunculkan erupsi, papul, pustul, dan edema.
Rosasea memiliki klasifikasi sub tipe klinis berdasarkan morfologik yaitu
Erythematotelangiectatic Rosacea (ETR), Papulopus-tular Rosacea (PPR),
Phymatus Rosacea (PR) dan Ocular Rosacea (OR). Tempat predileksi rosacea
adalah di sentral wajah , yaitu hidung , pipi, dagu, kening, dan alis, serta
lesi umumnya simetris.

Gejala utama rosasea adalah eritema, telangiektasis, papul, edema,


dan pustul serta komedo tak ditemukan. Penatalaksanan awal untuk
rosasea adalah menghindari faktor pencentus selanjutnya pengobatan
topikal dan sistemik.

Anda mungkin juga menyukai