A. PENDAHULUAN
Rosacea adalah penyakit kulit inflamasi kronis umum yang hampir secara khusus
menyerang kulit wajah pusat dan jarang menyerang kulit ekstrafasial (leher, dahi).
Rosacea berasal dari kata Yunani yang berarti "seperti mawar", yang menggambarkan
gejala utama yaitu flushing berulang atau kombinasi dengan eritema transient atau
persisten. Secara klinis, kondisi ini ditandai dengan flushing berkepanjangan (eritema
transien), eritema persisten, telangiektasia, papula, pustula, dan phymatous, sering kali
menyertai dengan rasa terbakar, menyengat, atau bahkan nyeri seperti migrain (rosacea
kulit). Mata juga bisa terkena (okular rosacea). Karena patofisiologinya yang berbeda,
istilah acne rosacea dan jerawat dewasa tidak lagi digunakan untuk menggambarkan
gangguan ini.
B. EPIDEMIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat timbul pada rosacea yaitu penyakit kulit dengan
gambaran simetris yang memengaruhi wajah bagian tengah, hidung, dagu, pipi tengah,
dan glabella; dahi (lebih sering terjadi pada pria botak), leher, dan dada jarang
terpengaruh. Daerah perioral atau periorbital, atau daerah di belakang telinga, jarang
terpengaruh. Manifestasi klinis yang dapat timbul yaitu flushing, eritema transient,
eritema persisten, telangiektasia, papula, pustula, phymata, edema, nyeri, rasa seperti
tersengat dan terbakar, dan gatal (sangat jarang). Secara klasik, kebanyakan pasien
menggambarkan perkembangan penyakit berupa manifestasi "crescendo" dengan
peningkatan jumlah "flushes" setelah terpapar faktor pemicu.
1. Eritema Persisten
Erythema persisten (dari bahasa Yunani erythros, red) didefinisikan sebagai
eritema yang berlangsung setidaknya selama 3 bulan. Keadaan tersebut
merupakan kemerahan abnormal pada kulit atau membran mukosa yang
disebabkan oleh vasodilatasi arteriol atau kapiler, mengakibatkan peningkatan
perfusi dan kemerahan. Eritema persisten dapat ditemukan di sekitar papula dan
pustula (perilesional). Secara klinis, penderita eritema persisten muncul dengan
klinis yang mencolok oleh akrena terdapatnya eritema wajah sentral yang dalam
dominan pada fitur anatomi wajah yang menonjol. Warna eritema dapat merah
muda, merah hingga merah anggur tua.
Gambar 1. Eritema Persistem
2. Phymata
Phymata (phyma, bahasa Yunani yang berarti pembengkakan, massa)
menandakan lesi makroskopik yang terkait dengan rosacea. Rosacea phymatous
adalah pembengkakan pada hidung (rhinophyma), dagu (gnathophyma), dahi
(metophyma), dahi (metophyma), atau kelopak mata (blepharophyma) yang
jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Perubahan phymatous merupakan penyakit
langka pada pasien dengan rosacea, tetapi pasien yang terkena sering
mendapatkan gejala ini tanpa disengaja.
Rhinophyma, yang terjadi hampir 20 kali lebih banyak Seringkali pada
pasien pria dibandingkan pada pasien wanita tampak pada kulit hidung dan di
ujung distal hidung sebagai folikel patulous yang melebar. Punuk dan alur
menonjol, menyerupai penampilan hidung seperti "peau d'orange". Kompresi
dapat menghasilkan materi pucat putih terdiri dari sebum, corneocytes, bakteri,
dan kadang-kadang Tungau Demodex folliculorum. Saat rhinophyma terbentuk
makan apa menyebabkan terjadinya deformitas di wilayah hidung dan terkadang
memengaruhi lebih banyak area proksimal hidung hingga bagian yang berdekatan
di pipi. Rhinophyma terbentuk oleh jaringan fibrosa yang bermanifestasi
pembengkakan hidung asimetri yang disebabkan oleh hiperplasia jaringan ikat
yang menyebar dan hiperplasia sebasea. Komedo aktinik besar dapat menonjol
(kadang disebut “potato nose"). Dalam bentuk fibroangiomatosa, hidung akan
tampak seperti tembaga dan menjadi merah tua, membesar, dan dapat terlihat
gambaran jaringan vena ektatik dan terkadang pustula. Meskipun distorsi nasal
yang kasar jarang terjadi, dampak kosmetik sangat signifikan pada penyakit ini.
Insiden karsinoma sel basal dan skuamosa telah dilaporkan lebih tinggi pada kulit
yang terkena rhinophyma dibandingkan pada kulit nonlesional. Namun,
pengamatan ini masih perlu dikonfirmasi. Tidak ada hubungan yang konsisten
antara durasi, tingkat keparahan, atau fitur lainnya dari rosacea dengan terjadinya
rhinophyma; karena itu, rhinophyma harus ditetapkan sebagai kondisi penyakit
kulit yang terkait erat dengan rosacea daripada gangguan yang terjadi sebagai
akibat dari penyakit rosacea.
Gambar 2. Phymata pada pasien dengan rosacea. A, Pada tahap awal, rhinophyma seringkali hanya terlihat di
ujung distal dari hidung sebagai folikel atau plak patulous yang melebar. B, Ditandai rhinophyma. C, bentuk
rhinophyma berserat asimetris dengan penampilan klinis asimetris. D, gnathophyma ringan. E, Metrophyma
dalam kombinasi dengan plak granulomatosa di pipi. F, Blepharophyma.
4. Blushing
Blushing bukan ciri khas pada rosacea. Blushing, berbeda dengan flushing,
hampir secara khusus disebabkan oleh situasi yang membuat stres secara
emosional dan bukan oleh makanan pedas atau faktor pemicu rosacea lainnya.
Blushing lebih merah muda daripada eritema persisten atau flushing dan biasanya
muncul di lokasi atipikal rosacea. Blushing ditandai dengan kemerahan yang
mendadak dan sementara (kebanyakan <5 menit), tidak disengaja, pada pipi tepi,
telinga, daerah retroaurikuler, leher, dan dada, yang dapat terjadi selama
bertahun-tahun dan sering dimulai pada awal masa dewasa.
5. Telangiektasis
Telangiektasia dapat didefinisikan sebagai pembesaran pembuluh darah
permanen yang terlihat pada kulit atau permukaan mukosa. Beberapa pembuluh
darah telangiektatik memberikan gambaran klinis telangiektasia, yang dapat
berkembang tanpa adanya penyakit apa pun (yang didapat secara genetik, disebut
telangiektasia primer atau "esensial") atau yag muncul bersamaan dengan
penyakit kulit lainnya (mis., rosacea) atau sistemik (mis., scleroderma), yang
didefinisikan sebagai telangiektasia sekunder. Dalam klasifikasi baru,
telangiektasia diklasifikasikan sebagai ciri utama rosacea, yaitu bila muncul
bersamaan dengan atau tanpa fitur rosacea lainnya. Keadaan ini dapat muncul
secara padat dan meluas didistribusikan pada pasien dengan rosacea.
Gambar 4. Individu dengan rosacea dengan kronis ringan eritema wajah dan papula wajah yang menyebar dan
pustula (A). Papula dan pustula dapat berkembang secara ekstrafasial, sebagian besar di leher, batang, atau kulit
kepala botak, yang menunjukkan sinar ultraviolet sebagai faktor pemicu rosacea pada kulit kepala botak (B).
7. Rosacea Ocular
Rosacea ocular dapat melibatkan bagian kelopak mata, bulu mata, atau
mata pada penderita rosacea dan, jika tidak ditangani, berisiko menyebabkan
kebutaan. Rosacea okuler terjadi pada 25% dari semua pasien dengan rosacea
dan sebanyak 50% pasien dengan papula dan pustula. Rosacea dapat
memengaruhi banyak kompartemen mata, seperti tepi kelopak mata, kelenjar
Zeiss, kelenjar meibom, kelenjar lakrimal, konjungtiva, kornea, sklera, dan iris.
Biasanya, pasien mengeluh terasa sensasi "benda asing" seperti gatal, terbakar,
dan rasa perih di mata dan kekeruhan di sekitar mata. Inspeksi mata itu penting
untuk menemukan gambaran tepi mata merah, bengkak, berkerak, atau bersisik.
Telangiektasia dari konjungtiva juga bisa terjadi.
D. ETIOLOGI
Studi epidemiologi, klinis, dan genetik menunjukkan asal usul rosacea melibatka
faktor genetik serta lingkungan; namun, mekanisme patofisiologis yang memulai dan
menyebabkan terjadinya inflamasi kulit kronis ini masih kurang dipahami. Terdapat
tiga faktor yang dapat menjadi etiologi rosacea:
a. Faktor genetik
Riwayat keluarga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya rosacea.
Mutasi Polimorfisme nol pada gen glutathione S-transferase (GST) telah
ditemukan pada pasien dengan rosacea, dan menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan stres oksidatif yang mungkin berkaitan dengan patogenesis rosacea.
Dua nukleotida polimorfisme tunggal (SNP) ditemukan pada pasien dengan
rosacea di eropa yang menunjukan terlibatnya faktor genetika butyrophilin-like 2
(BTNL2) dan lokus human leukocyte antigen (HLA)-DRA.
b. Komorbiditas
Studi terbaru menunjukkan bahwa peningkatan risiko rosacea dapat
dikaitkan dengan terjadi penyakit inflamasi pada saluran pencernaan, seperti
penyakit Crohn, kolitis ulserativa, penyakit celiac atau small intestinal bacterial
overgrowth syndrome (SIBO), hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh karena
faktor genetika yang diturunkan yaitu lokus HLA-DRA. Ditemukan pula
hubungan lain dengan penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi,
dislipidemia, dan penyakit arteri koroner yaitu rendahnya kadar highdensity
lipoprotein–associated proteins or enzymes (misalnya, paraoxonase-1),
peningkatan kadar katelisidin, atau stress retikulum endoplasma .
c. Faktor Pemicu Lingkungan (Enviromental Trigger Factors)
Terdapat beberapa faktor lingkungan yang dapat meicu terjadinya
perkembangan rosacea (Tabel 1.). Faktor pemicu karakteristik untuk memulai
atau memperburuk rosacea yaitu berupa faktor-faktor berikut:
Panas (dan, jarang, dingin yang berbahaya)
Radiasi UV
Makanan pedas, minuman beralkohol tertentu (wine merah lebih banyak
dari wine putih)
Stress
Infestasi mikroba di wajah atau di usus (misalnya, demodex, pertumbuhan
bakteri yang berlebihan)
Tabel 1. Alur aktivasi faktor lingkungan yang memicu timbulnya rosacea
E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi rosacea kurang dipahami; namun, predisposisi genetik bersama
dengan faktor pemicu yang mengaktifkan disregulasi neurovaskular, imunitas bawaan,
dan sistem imunitas adaptif. Berikut akan dijelaskan patofisiologi terjadinya rosacea.
Gambar 8. Disregulasi sistem kekebalan bawaan dan adaptif di rosacea. Pemicu dari
lingkungan mengaktifkan protease reseptor-2 (PAR-2) tidak hanya menyebabkan
peradangan saraf atau nyeri tetapi juga merangsang pelepasan sitokin seperti interleukin
(IL) -1, tumor necrosis factor (TNF), IL-6, IL-8, thymic stromal lymphopoietin (TSLP),
kemokin, matriks metaloproteinase (MMP), dan prostaglandin, merekrut neutrofil dan
sel T atau makrofag ke lokasi inflamasi dan menginduksi pelepasan sel mast. Karena
PAR-2 diekspresikan oleh keratinosit, sel endotel, sel mast, makrofag, dan neutrophil
diatur oleh mikroba dan berinteraksi dengan TLRs. Peran protease serin dan PARs
dalam respon imun bawaan rosacea dapat diasumsikan. Profil ekspresi sitokin dari
semua rosacea menunjukkan peningkatan sitokin interferon (IFN) –γ, yang dapat
diproduksi oleh helper tipe 1, Sel T dan sel pembunuh alami, dan karena IFN-γ adalah
penggerak makrofag yang kuat, ini kemungkinan merupakan komunikasi yang erat dari
jaringan imun adaptif dan bawaan pada rosacea. TLR-2 dikenal untuk meningkatkan
ekspresi dari serine protease KLK-5.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis rosacea dipimpin oleh gambaran klinis bersama dengan riwayat pasien
secara menyeluruh (usia, jenis kelamin, faktor pemicu, perubahan hormonal, profesi,
hobi, operasi usus, serangan Demodex, olahraga, paparan panas, paparan dingin
berbahaya, minum dan makan kebiasaan) dan riwayat keluarga. Tidak ada penanda
diagnostik atau pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis rosacea. Untuk
membedakan dari penyakit kulit atau sistemik lainnya, pemeriksaan laboratorium dan
alat diagnostik dapat digunakan. Histopatologi, terutama pada tahap eritematosa awal,
seringkali tidak spesifik; namun, biopsi mungkin berguna untuk menyingkirkan
diagnosis banding lainnya.
G. KLASIFIKASI
Saat ini, terdapat dua sistem klasifikasi: Yang pertama, dijelaskan pada tahun
2002, menganggap rosacea sebagai sindrom dengan membagi empat subtipe klinis yang
berbeda: (1) erythematotelangiectatic, (2) papulopustular, (3) phymatous, dan (4) ocular
rosacea. Tingkat keparahan dapat dinilai sebagai ringan, sedang, atau berat. Klasifikasi
atau penilaian yang dimodifikasi sistem diperkenalkan pada 2016 hingga 2017,
menekankan setiap kemungkinan gejala di rosacea dan subklasifikasi rosacea sebagai
fitur diagnostik, utama, atau sekunder berdasarkan seberapa penting atau selektif gejala
tersebut untuk membuat diagnosis (misalnya, hampir tidak ada perbedaan mendiagnosis
phymata atau pusat persisten eritema wajah)
Pembesaran
kelopak mata
Bleparitis
Keratitis, kon
jungtivitis,
sklerokeratitis
Tabel 3. Klasifikasi rosasea dari 2016-2017
Selain klasifikasi rosasea secara umum, terdapat pula klasifikasi untuk rosasea
okular. Klasifikasi ini dijelaskan pada Tabel 4.
Mild Gatal ringan, kekeringan atau grittiness pada mata; telangiektasia dan
eritema pada tepi kelopak mata; injeksi konjungtiva ringan.
Moderate Rasa terbakar pada mata; pengerasan kulit atau ketidakteraturan tepi
kelopak mata
dengan eritema dan edema; pembentukan chalazion atau hordeolum)
H. DIAGNOSIS BANDING
Terdapat berbagai penyakit yang dapat menjadi diagnosis banding dari rosasea.
Hal tersebut terjadi oleh karena berbagai gambaran manifestasi klinis yang dapat
ditunjukan pada pasien rosacea. Beberapa diagnosis banding tersebut antara lain:
• Acne vulgaris
• Systemic lupus erythematosus (SLE)
• Chronic discoid lupus erythematosus (CDLE)
• Photodamage (heliodermatitis)
• Allergic photoreaction
• Toxic photoreaction
• Polymorphic light eruption
• Dermatomiositis
• Dermatitis Seboroik
• Dermatitis kontak
• Dermatitis atopik fasialis
• Erisipelas
• Steroid-induced acneiform folliculitis, steroid rosacea
• Jessner lymphocytic inltrate
• Sarkoidosis
• Dermatitis perioral
• Obstruksi vena cava superior
• Sifilis
• Tuberkulosis
• Haber syndrome
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan rosacea terdiri dari perawatan kulit secara umun
dan juga pemberian terapi farmakologi dengan pilihan terapi first-line, second-line dan
terapi off-label. Selain itu, tindakan interfensi fisik pun dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan manifestasi klinis yang muncul pada pasien.
a. Perawatan Kulit
Perawatan kulit yang tidak menimbulkan iritasi secara berurutan dapat
secara signifikan mencegah atau mengurangi kekambuhan atau mengurangi
sensasi nyeri atau kulit kering. Mengedukasi pasien mengenai strategi dan
perubahan perilaku untuk mengurangi gejala kulit wajah akan mengurangi beban
psikologis dan secara signifikan meningkatkan kualitas hidup pasien dan hasil
akhir pasien. Terdapat beberapa saran yang perlu dilakukan dalam melakukan
perawatan kulit yaitu
• Menghindari faktor pemicu
• Penggunaan foundation dan penutup wajah tanpa memperburuk gejala
rosacea
• Penggunaan sunscreen SPF (sun protection factor) minimal 30+
• Sering menggunakan pelembab jika kulit kering
• Penggunaan pembersih kering untuk hidung berminyak
• Penggunaan rutin pembersih yang lembut untuk seluruh wajah
• Penggunaan foundation warna hijau matte untuk menutupi kemerahan pada
kulit
• Hindari menggosok wajah
Rosacea adalah penyakit kulit wajah yang umum di banyak negara. Tanda dan
gejala rosacea termasuk flushing, eritema transient, eritema persisten, telangiektasia,
papula, pustula, phymata, edema, nyeri, perih atau terbakar, dan pruritus (sangat
jarang). Terdapat tiga faktor yang dapat berkontribusi sebagai etiologi rosacea: faktor
genetik, komorbiditas dan faktor pemicu lingkungan. Patofisiologi rosacea kurang
dipahami; namun, predisposisi genetik bersama dengan faktor pemicu yang
mengaktifkan disregulasi neurovaskular, imunitas bawaan, dan sistem imunitas adaptif.