TUTORIAL
PROGRAM STUDI : EKONOMI
PEMBANGUNAN
MATA KULIAH : MATEMATIKA EKONOMI
PERTEMUAN KE-2
Kit Tutorial
Matematika
Ekonomi
ESPA4122
Kaidah 10: Hasil bagi bilangan berpangkat sama dengan basis berbeda
adalah pembagian basis-basisnya dalam pangkat yang bersangkutan (lihat
kaidah 5), dan dinyatakan dengan:
Contoh:
Dibaca “akar pangkat n dari a”, dimana n disebut pangkat akar, dan a disebut
basis.
Dalam konsep pangkat, jika m merupakan hasil perkalian sebuah bilangan
misalnya a sebanyak n kali maka dapat dinyatakan dengan: an = m, dimana a
adalah basis dan n adalah pangkat. Hal tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk akar sebagai berikut:
Kaidah 2: Akar dari sebuah bilangan berpangkat adalah bilangan itu sendiri
berpangkat pecahan, dengan pangkat bilangan bersangkutan menjadi suku
terbagi dan pangkat dari akar menjadi suku pembagi atau:
Contoh:
Kaidah 3: Akar dari suatu perkalian bilangan adalah perkalian dari akar-
akarnya atu:
Contoh:
Kaidah 4: Akar ganda dari sebuah bilangan adalah akar pangkat baru dari
bilangan bersangkutan. Pangkat baru akarnya adalah hasil kali dari pangkat
akar-akar sebelumnya atau:
Contoh:
Kaidah 5: Akar dari sebuah bilangan pecahan adalah pembagian dari akar
suku-sukunya atau:
Contoh:
Kaidah 6: Jumlah (selisih) bilangan-bilangan terakar adalah jumlah
(selisih) koefisien-koefisien terakar, atau:
Contoh:
C.LOGARITMA DAN KAIDAH-KAIDAH LOGARITMA
Konsep Dasar
Logaritma adalah pangkat dari suatu basis sehinggga bentuk perpangkatan
itu nilainya sama dengan bilangan tertentu. Logaritma merupakan operasi
kebalikan dari menentukan nilai pemangkatan menjadi menentukan
pangkatnya.
Secara umum jika: m = an, maka alog m = n. Dan sebaliknya, jika: alog m =
n, maka m = an. Hubungan bilangan berpangkat dan logaritma dinyatakan
sebagai berikut:
Kaidah 3:
Contoh:
Kaidah 4:
Contoh:
Kaidah 5: Contoh:
Kaidah 6:
Contoh:
Kaidah 7:
Contoh:
Kaidah 8:
Contoh:
BANJAR DAN DERET
Banjar merupakan sebuah fungsi yang memiliki wilayah asal (domain) serta
wilayah tujuan (kodomain). Berikut beberapa contoh kelompok bilangan
yang merupakan banjar :
f(n) = n2 1, 4, 9, 16, 25, 36,...
f(n) = 2n 2, 4, 6, 8, 10,...
f(n) = 1/n2 1, 1/2, 1/9, 1/16, 1/25,...
f(n) = (1/2)n 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32...
Konsep Deret
Bila nilai suku-suku suatu banjar dijumlahkan, maka jumlah nilai suku-suku
tersebut disebut dengan deret. Dengan demikian, deret merupakan hasil
penjumlahan dari sejumlah suku dari suatu banjar. Jika nilai suku ke-n dari
suatu banjar (Sn) dinyatakan dengan ai dimana i = 1, 2, 3,...n, maka banjar
tersebut dinyatakan sebagai berikut:
Sedangkan penjumlahan suku pertama hingga suku ke-n dari banjar tersebut
merupakan suatu deret. Jika deret dari suku pertama hingga suku ke-n
disimbolkan dengan Dn maka:
B. BANJAR & DERET HITUNG
Banjar Hitung Banjar yang memiliki pola dimana setiap dua suku yang
saling berurutan memiliki selisih nilai atau beda (b) yang sama. Perbedaan
nilai sukunya (b) dapat ditulis:
Dari sifat banjar hitung diatas, nilai untuk setiap suku banjar hitung (Sn)
mengikuti ketentuan/pola berikut:
Dari pola tersebut, maka nilai suku ke-n (Sn) dari suatu banjar hitung dapat
ditentukan dengan rumus berikut:
Deret Hitung Jumlah nilai dari suku pertama hingga suku ke-n dari
banjar hitung. Jika nilai deret dari suku pertama hingga suku ke-n
disimbolkan dengan Dn, maka nilai Dn dapat dihitung dengan rumus:
Dimana: Dn adalah nilai deret hinggs suku ke-n; n adalah jumlah suku; a
adalah nilai suku pertama; dan Sn adalah nilai suku ke-n.
Contoh Kasus:
Diketahui nilai suku ke-10 dan ke-15 banjar hitung adalah 30 dan 45
dengan beda antar suku 3. Tentukan nilai suku pertama dan suku ke-25,
serta nilai deret ke-25 dan deret ke-50 banjar!.
Nilai suku pertama (S1):
Nilai suku pertama yang belum diketahui dapat dihitung dengan membagi
nilai salah satu suku yang diketahui dengan sukunya, sehingga:
S1 = a = Sn / n S1 = 45 / 15 = 30 / 10 = 3
Sehingga nilai suku pertama banjar ukur adalah 3.
Nilai suku ke-25:
Sn = a + (n – 1)b
S25 = 3 + (25 – 1)3 = 3 + 72 = 75
Nilai deret ke-25:
Dn = ½n (a + Sn)
D25 = ½ 25 (3 + 75)
D25 = (½)(25)(78) = 975
Nilai deret ke-50:
S50 = 3 + (50 – 1)3 = 3 + 147 = 150
D50 = ½ 50 (3 + 150)
D50 = (½)(50)(153) = 3825
C. BANJAR DAN DERET UKUR
Banjar Ukur Banjar yang memiliki pola dimana setiap dua suku yang
berurutan memiliki rasio (r) yang sama besar. Nilai setiap suku pada banjar
ukur diperoleh dari hasil perkalian suku sebelumnya dengan rasio antar
suku. Rasio dari suku banjar ukur dapat dinyatakan dengan:
Dari sifat banjar ukur, maka nilai suku ke-n dari suatu banjar ukur akan
mengikuti pola berikut:
Sehingga secara umum nilai suku ke-n dari banjar ukur dapat dihitung
dengan rumus berikut:
Deret Ukur Hasil penjumlah dari nilai suku pertama hingga suku ke-n
dari banjar ukur. Jika jumlah dari suku pertama hingga suku ke-n
disimbolkan dengan Dn, maka nilai deret ukur dapat ditentukan dengan
rumus berikut:
Rumus (1) digunakan jika banjar ukur
memiliki rasio antar suku yang lebih besar
dari 1 (r > 1). Rumus (2) digunakan jika rasio
antar suku lebih kecil dari 1 (0 < r < 1).
Contoh Perhitungan
Misalkan diketahui banjar ukur sebagai berikut: f(n) = (5.2 n-1): 5, 10, 20, 40,
80,....Tentukan rasio antar suku dan hitung nilai suku ke-10 dan nilai deret
hinga suku ke-10 dari banjar ukur tersebut.
Rasio antar suku banjar ukur:
R = Sn / Sn-1
R = S2 / S1 = 10 / 5 = 2
Nilai suku ke-10:
Sn = a(rn-1)
S10 = 5(210-1)
S10 = 5(512) = 2560
Nilai deret hingga suku ke-10:
Dn = a(rn – 1) / (r – 1)
D10 = 5(210 – 1) / (2 – 1)
D10 = 5(1023) / (1)
D10 = 5115
D. APLIKASI BANJAR & DERET DALAM EKONOMI
Perhitungan Bunga Tunggal
Bunga Tunggal Perhitungan bunga yang hanya dilakukan terhadap modal
pokok saja. Jika pokok pinjaman adalah P, bunga pinjaman dinyatakan
dengan r, periode pinjaman dinotasikan dengan t, dan jumlah bunga yang
dibayar dinotasikan dengan B, maka besarnya bunga pinjaman adalah:
Dimana: MA adalah jumlah modal akhir yaitu modal pokok ditambah bunga;
P adalah modal awal; r adalah bunga pertahun; dan n adalah jumlah tahun
pembungaan.
Jika pembungaan dilakukan dalam beberapa kali dalam setahun misalnya
sebanyak m kali, maka rumus di atas menjadi:
Dimana: PV adalah nilai sekarang; F adalah nilai yang akan diterima (future
value); r adalah tingkat suku bunga; dan t adalah periode waktu penerimaan
dari saat ini.
Contoh 1: Setahun lagi Budi akan menerima pendapatan dari investasi
yang di lakukan saat ini sebesar Rp. 10 juta. Berapa nilai sekarang
pendapatan jika dimisalkan tingkat suku bunga atau discoun rate (r) adalah
Diketahui: FV = 10 juta; r = 10% atau 0,10; periode (t) = 1.
Present value (PV) adalah:
PV = FV / (1+r)t
PV = 10 juta / (1+0,10)1
PV = 10 juta / 1,01
PV = 9,091 juta
Contoh 2: Budi mendepositokan uang di Bank selama satu tahun. Nilai
depositonya setelah 1 tahun adalah Rp. 12 juta. Jika suku bunga deposito
adalah 10% pertahun dengan pembungaan dilakukan setiap 3 bulan,
berapakah nilai deposito awal Budi?
Diketahui: FV = 12 juta; r = 0,10; t = 1. Karena pada kasus ini pembungaan
dilakukan pertiga bulan, maka dalam setahun ada 4 kali periode
pembungaan (m=4), dan besarnya bunga setiap periode pembungaan adalah
sebesar r / m. Dengan demikian mt = 4; r/m = 0,025. Maka nilai present
value atau deposito awal Budi adalah:
PV = F/(1+r/m) mt
PV = 12 / (1+0.10/4) 4.1
PV = 12 / (1+0.025) 4
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
Referensi:
Widayat, Wahyu. (2017). Matematika Ekonomi: Buku Materi Pokok. Edisi
1. Cet. 13. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.
Dumairy. (2012). Matematika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi
2. Cet. 5. Yogjakarta: BPFE-Yogyakarta.
Widodo, Tri. (2005). Matematika Ekonomi dan Bisnis. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.