Anda di halaman 1dari 26

POWERPOINT SAJIAN PRESENTASI

TUTORIAL
PROGRAM STUDI : EKONOMI
PEMBANGUNAN
MATA KULIAH : MATEMATIKA EKONOMI
PERTEMUAN KE-2
Kit Tutorial
Matematika
Ekonomi
ESPA4122

PANGKAT, AKAR & LOGARITMA,


SERTA BANJAR DAN DERET
Inisiasi TTM Ke-2
Mata Kuliah Matematika Ekonomi ESPA4122
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi

Penulis: Marhazni, S.E, M.M


E-mail: marhazni01@gmail.com
Penelaah: Rini Yayuk Priyati, SE, M.Si,
Ph.D
E-mail: rpriyati@ecampus.ut.ac.id
SKENARIO PEMBELAJARAN

Persiapan  Peserta tutorial dan tutor masuk ke kelas tutorial


Tutorial  Tutor mempersiapkan media pembelajaran serta materi presentasi dan soal-
soal latihan/tugas partisipasi yang akan dikerjakan oleh peserta tutorial.
Kegiatan  Salam pembuka kegiatan tutorial ke-2
Pendahul  Menjelaskan pokok bahasan tutorial serta TIU dan TIK dari materi yang
uan ditutorialkan
 Penjabaran konsep-konsep beserta contoh kasus dan penyelesaian secara
Tahapan langsung di white board, melalui slide proyektor, atau melalui video.
Penyajian  Tutor memberi kesempatan kepada peserta tutorial untuk mengajukan
pertanyaan terkait materi tutorial yang belum/kurang difahami
 Membahas dan memberi umpan balik penyelesaian soal-soal latihan/tugas
partisipasi yang dikerjakan oleh peserta pada tutorial ke-1.
 Memberikan soal latihan atau tugas partisipasi untuk dikerjakan secara
individu atau secara kelompok di kelas.
Kegiatan  Memeriksa daftar kehadiran untuk memastikan kehadiran peserta yang
Penutup menandatangani absensi.
 Mengumpulkan latihan/tugas partisipasi yang telah dikerjakan oleh peserta
tutorial.
 Mengingatkan peserta untuk mempelajari kembali materi yang telah
ditutorkan secara mandiri baik melalui Modul ataupun sumber pembelajaran
lainnya.
 Tutor menutup kegiatan tutorial dengan menyampaikan salam penutup.
Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan:


 Dapat menjelaskan konsep pangkat dan kaidah pemangkatan bilangan*)
 Dapat menjelaskan pengertian akar dan kaidah-kaidah pengakaran
bilangan )
 Dapat menjelaskan pengertian logaritma dan kaidah-kaidah logaritma*)
 Dapat melakukan perhitungan dengan menggunakan kaidah-kaidah
pangkat, akar, dan logaritma*)
 Dapat menjelaskan konsep banjar dan deret*)
 Dapat melakukan perhitungan dengan menggunakan konsep banjar dan
deret*)
 Dapat mengaplikasikan penggunaan konsep banjar dan deret di bidang
ekonomi*)
PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA

A. PANGKAT DAN KAIDAH PERPANGKATAN


 Konsep Pangkat
 Pangkat atau eksponen dari suatu bilangan adalah suatu nilai atau indeks
yang menunjukkan banyaknya jumlah perkalian bilangan yang sama secara
berurutan.
 Notasi umum bilangan berpangkat yaitu an (a pangkat n) menunjukkan
bahwa bilangan a dikalikan dengan dirinya sendiri sebanyak n kali, dimana
a disebut dengan basis dan n adalah pangkat/eksponen. Misalkan: 53 berarti
bilangan 5 dikalikan dengan dirinya sendiri sebanyak 3 kali atau 53 = 5 x 5
x5
 Dengan pangkat, suatu bilangan yang sangat besar ataupun sangat kecil
dapat dituliskan secara lebih singkat dan sederhana, misalnya:
1.000.000.000.000 dapat dinyatakan dengan 1012
0,000005 dapat ditulis menjadi 5 x 10-6
Kaidah-Kaidah Pemangkatan Bilangan
 Kaidah 1: Setiap bilangan berpangkat nol (0) hasilnya adalah 1 dengan
atau:
Contoh:
 Kaidah 2: Setiap bilangan basis berpangkat satu hasilnya adalah bilangan
itu sendiri atau:
Contoh:
 Kaidah 3: Bilangan berpangkat negatif adalah balikan pengali dari bilangan
itu sendiri atau:
Contoh:
 Kaidah 4: Bilangan berpangkat pecahan adalah akar dari bilangan itu
sendiri dengan suku pembagi dalam pecahan menjadi pangkat dari akarnya
dan suku terbagi menjadi pangkat dari bilangan bersangkutan atau:
Contoh:
 Kaidah 5: Bilangan pecahan berpangkat adalah hasil bagi suku-suku
berpangkatnya atau:
Contoh:

 Kaidah 6: Bilangan berpangkat dipangkatkan lagi adalah bilangan


berpangkat hasil kali dari pangkat-pangkatnya atau:
Contoh:

 Kaidah 7: Hasil kali bilangan-bilangan berpangkat dengan basis yang


sama adalah bilangan basis berpangkat jumlah pangkat-pangkatnya atau:
Contoh:

 Kaidah 8: Hasil kali bilangan-bilangan yang berpangkat sama dengan


basis berbeda adalah perkalian basis-basisnya dalam pangkat yang
bersangkutan atau:
Contoh:
 Kaidah 9: Hasil bagi bilangan-bilangan berpangkat yang basisnya sama
adalah bilangan basis berpangkat selisih dari pangkat-pangkatnya atau:
Contoh:

 Kaidah 10: Hasil bagi bilangan berpangkat sama dengan basis berbeda
adalah pembagian basis-basisnya dalam pangkat yang bersangkutan (lihat
kaidah 5), dan dinyatakan dengan:
Contoh:

 Kaidah 11: Hasil perkalian bilangan berpangkat sama dengan basis


berbeda kemudian dipangkatkan adalah bilangan hasil perkalian masing-
masing basis berpangkat hasil perkalian dari pangkat-pangkatnya atau:
Contoh:
B. AKAR DAN KAIDAH-KAIDAH PENGAKARAN BILANGAN
 Konsep Akar
 Akar adalah bentuk lain untuk menyatakan bilangan berpangkat. Akar dari
suatu bilangan adalah suatu basis yang memenuhi bilangan tersebut berkenaan
dengan pangkat akarnya dinotasikan dengan:

Dibaca “akar pangkat n dari a”, dimana n disebut pangkat akar, dan a disebut
basis.
 Dalam konsep pangkat, jika m merupakan hasil perkalian sebuah bilangan
misalnya a sebanyak n kali maka dapat dinyatakan dengan: an = m, dimana a
adalah basis dan n adalah pangkat. Hal tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk akar sebagai berikut:

 Kesimpulan: Jika pangkat adalah prosedur mencari nilai yang belum


diketahui (m) dari suatu basis (a) dengan pangkat (n) tertentu, maka akar
adalah prosedur menentukan nilai basis (a) dari suatu bilangan yang tertentu
(m), dimana jika basis tersebut dipangkatkan dengan pangkat akarnya (n) akan
 Kaidah Pengakaran Bilangan
 Kaidah 1: Akar dari sebuah bilangan adalah basis yang memenuhi bilangan
tersebut berkenaan dengan pangkat akarnya atau:
Contoh:

 Kaidah 2: Akar dari sebuah bilangan berpangkat adalah bilangan itu sendiri
berpangkat pecahan, dengan pangkat bilangan bersangkutan menjadi suku
terbagi dan pangkat dari akar menjadi suku pembagi atau:
Contoh:

 Kaidah 3: Akar dari suatu perkalian bilangan adalah perkalian dari akar-
akarnya atu:

Contoh:
 Kaidah 4: Akar ganda dari sebuah bilangan adalah akar pangkat baru dari
bilangan bersangkutan. Pangkat baru akarnya adalah hasil kali dari pangkat
akar-akar sebelumnya atau:

Contoh:
 Kaidah 5: Akar dari sebuah bilangan pecahan adalah pembagian dari akar
suku-sukunya atau:

Contoh:
 Kaidah 6: Jumlah (selisih) bilangan-bilangan terakar adalah jumlah
(selisih) koefisien-koefisien terakar, atau:

Contoh:
C.LOGARITMA DAN KAIDAH-KAIDAH LOGARITMA
 Konsep Dasar
 Logaritma adalah pangkat dari suatu basis sehinggga bentuk perpangkatan
itu nilainya sama dengan bilangan tertentu. Logaritma merupakan operasi
kebalikan dari menentukan nilai pemangkatan menjadi menentukan
pangkatnya.
 Secara umum jika: m = an, maka alog m = n. Dan sebaliknya, jika: alog m =
n, maka m = an. Hubungan bilangan berpangkat dan logaritma dinyatakan
sebagai berikut:

Notasi di atas dibaca: “n merupakan logaritma dari m dengan basis a”.


Dimana: a adalah bilangan pokok atau basis, a > 0; a ≠ 1; m adalah
numerus (yang dicari nilai logaritmanya) dengan m > 0; dan n adalah hasil
logaritma.
 Logaritma tak lain adalah pangkat dari suatu basis dalam bentuk
perpangkatan, dan pangkat dari akar dalam bentuk akar.
 Kaidah-Kaidah Logaritma
 Kaidah 1: Contoh:
 Kaidah 2: Contoh:

 Kaidah 3:

Contoh:

 Kaidah 4:

Contoh:
 Kaidah 5: Contoh:

 Kaidah 6:

Contoh:

 Kaidah 7:

Contoh:

 Kaidah 8:

Contoh:
BANJAR DAN DERET

A.KONSEP BANJAR DAN DERET


Konsep Banjar
 Banjar atau barisan (sequence) adalah bilangan yang terbentuk dengan
aturan tertentu, atau sekumpulan bilangan yang memiliki pola tertentu.
Bilangan-bilangan yang menjadi anggota banjar disebut dengan “suku”. Jika
banjar disimbolkan dengan Sn dan sukunya dengan an maka banjar tersebut
dapat ditulis: 

 Banjar merupakan sebuah fungsi yang memiliki wilayah asal (domain) serta
wilayah tujuan (kodomain). Berikut beberapa contoh kelompok bilangan
yang merupakan banjar :
f(n) = n2  1, 4, 9, 16, 25, 36,...
f(n) = 2n  2, 4, 6, 8, 10,...
f(n) = 1/n2  1, 1/2, 1/9, 1/16, 1/25,...
f(n) = (1/2)n  1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32...
Konsep Deret
 Bila nilai suku-suku suatu banjar dijumlahkan, maka jumlah nilai suku-suku
tersebut disebut dengan deret. Dengan demikian, deret merupakan hasil
penjumlahan dari sejumlah suku dari suatu banjar. Jika nilai suku ke-n dari
suatu banjar (Sn) dinyatakan dengan ai dimana i = 1, 2, 3,...n, maka banjar
tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Sedangkan penjumlahan suku pertama hingga suku ke-n dari banjar tersebut
merupakan suatu deret. Jika deret dari suku pertama hingga suku ke-n
disimbolkan dengan Dn maka:
B. BANJAR & DERET HITUNG
 Banjar Hitung  Banjar yang memiliki pola dimana setiap dua suku yang
saling berurutan memiliki selisih nilai atau beda (b) yang sama. Perbedaan
nilai sukunya (b) dapat ditulis:

 Dari sifat banjar hitung diatas, nilai untuk setiap suku banjar hitung (Sn)
mengikuti ketentuan/pola berikut:

 Dari pola tersebut, maka nilai suku ke-n (Sn) dari suatu banjar hitung dapat
ditentukan dengan rumus berikut:
 Deret Hitung  Jumlah nilai dari suku pertama hingga suku ke-n dari
banjar hitung. Jika nilai deret dari suku pertama hingga suku ke-n
disimbolkan dengan Dn, maka nilai Dn dapat dihitung dengan rumus:

Dimana: Dn adalah nilai deret hinggs suku ke-n; n adalah jumlah suku; a
adalah nilai suku pertama; dan Sn adalah nilai suku ke-n.
 Contoh Kasus:
Diketahui nilai suku ke-10 dan ke-15 banjar hitung adalah 30 dan 45
dengan beda antar suku 3. Tentukan nilai suku pertama dan suku ke-25,
serta nilai deret ke-25 dan deret ke-50 banjar!.
Nilai suku pertama (S1):
Nilai suku pertama yang belum diketahui dapat dihitung dengan membagi
nilai salah satu suku yang diketahui dengan sukunya, sehingga:
S1 = a = Sn / n  S1 = 45 / 15 = 30 / 10 = 3
Sehingga nilai suku pertama banjar ukur adalah 3.
 Nilai suku ke-25:
Sn = a + (n – 1)b
S25 = 3 + (25 – 1)3 = 3 + 72 = 75
 Nilai deret ke-25:
Dn = ½n (a + Sn)
D25 = ½ 25 (3 + 75)
D25 = (½)(25)(78) = 975
 Nilai deret ke-50:
S50 = 3 + (50 – 1)3 = 3 + 147 = 150
D50 = ½ 50 (3 + 150)
D50 = (½)(50)(153) = 3825
C. BANJAR DAN DERET UKUR
 Banjar Ukur  Banjar yang memiliki pola dimana setiap dua suku yang
berurutan memiliki rasio (r) yang sama besar. Nilai setiap suku pada banjar
ukur diperoleh dari hasil perkalian suku sebelumnya dengan rasio antar
suku. Rasio dari suku banjar ukur dapat dinyatakan dengan:
 Dari sifat banjar ukur, maka nilai suku ke-n dari suatu banjar ukur akan
mengikuti pola berikut:

Sehingga secara umum nilai suku ke-n dari banjar ukur dapat dihitung
dengan rumus berikut:

 
 Deret Ukur  Hasil penjumlah dari nilai suku pertama hingga suku ke-n
dari banjar ukur. Jika jumlah dari suku pertama hingga suku ke-n
disimbolkan dengan Dn, maka nilai deret ukur dapat ditentukan dengan
rumus berikut:
 Rumus (1) digunakan jika banjar ukur
memiliki rasio antar suku yang lebih besar
dari 1 (r > 1). Rumus (2) digunakan jika rasio
antar suku lebih kecil dari 1 (0 < r < 1).
 Contoh Perhitungan
Misalkan diketahui banjar ukur sebagai berikut: f(n) = (5.2 n-1): 5, 10, 20, 40,
80,....Tentukan rasio antar suku dan hitung nilai suku ke-10 dan nilai deret
hinga suku ke-10 dari banjar ukur tersebut.
 Rasio antar suku banjar ukur:
R = Sn / Sn-1
R = S2 / S1 = 10 / 5 = 2
 Nilai suku ke-10:
Sn = a(rn-1)
S10 = 5(210-1)
S10 = 5(512) = 2560
 Nilai deret hingga suku ke-10:
Dn = a(rn – 1) / (r – 1)
D10 = 5(210 – 1) / (2 – 1)
D10 = 5(1023) / (1)
D10 = 5115
D. APLIKASI BANJAR & DERET DALAM EKONOMI
 Perhitungan Bunga Tunggal
 Bunga Tunggal  Perhitungan bunga yang hanya dilakukan terhadap modal
pokok saja. Jika pokok pinjaman adalah P, bunga pinjaman dinyatakan
dengan r, periode pinjaman dinotasikan dengan t, dan jumlah bunga yang
dibayar dinotasikan dengan B, maka besarnya bunga pinjaman adalah:

 Contoh 1: Pinjaman selama 1 tahun sebesar 10 juta dengan bunga sebesar


10%, maka besarnya bunga yang harus dibayar oleh peminjam adalah:
B = P.r.t
B = (10)(0,10) (1) = 1 juta
 Contoh 2: Untuk kasus di atas, jika pinjaman dilakukan selama 6 bulan
maka besarnya bunga pinjaman yang harus dibayar setelah 6 bulan adalah:
B = P.r.t
B = (10)(0,10) (1/2) = 0.5 juta
 Perhitungan Bunga Majemuk
 Bunga Majemuk  Perhitungan bunga yang tidak hanya dilakukan terhadap
modal pokok atau pinjaman pokok saja tetapi juga terhadap bunga yang
dihasilkan. Model bunga majemuk dengan periode pembungaan selama n
tahun dinyatakan dengan:

Dimana: MA adalah jumlah modal akhir yaitu modal pokok ditambah bunga;
P adalah modal awal; r adalah bunga pertahun; dan n adalah jumlah tahun
pembungaan.
 Jika pembungaan dilakukan dalam beberapa kali dalam setahun misalnya
sebanyak m kali, maka rumus di atas menjadi:

 Contoh 1: Modal sebesar 10 juta didepositokan selama 5 tahun dengan


bunga 10 persen pertahun. Jika bunga dihitung pada setiap akhir tahun, maka
nilai deposito setelah tahun ke-5 adalah:
MA = P(1+ r)t
MA = 10(1+ 0.1)5
 Contoh 2: Apabila untuk kasus di atas, pembayaran bunga dilakukan setiap
3 bulan (4 kali setahun), maka nilai deposito pada akhir tahun ke-5 adalah
sebagai berikut:
MA = P(1+ r)t
MA = 10(1+ 0.1/4)5.4
MA = 10(1+ 0,025) 20
MA = 10(1,6386) = 16.386 juta
 Perhitungan Nilai Sekarang (Present Value)
 Present Value  Nilai uang yang akan diterima seseorang dimasa depan
(mis. dari hasil investasi, tabungan dsb) yang dinyatakan dalam nilai saat
ini. Rumusnya adalah:

Dimana: PV adalah nilai sekarang; F adalah nilai yang akan diterima (future
value); r adalah tingkat suku bunga; dan t adalah periode waktu penerimaan
dari saat ini.
 Contoh 1: Setahun lagi Budi akan menerima pendapatan dari investasi
yang di lakukan saat ini sebesar Rp. 10 juta. Berapa nilai sekarang
pendapatan jika dimisalkan tingkat suku bunga atau discoun rate (r) adalah
Diketahui: FV = 10 juta; r = 10% atau 0,10; periode (t) = 1.
Present value (PV) adalah:
PV = FV / (1+r)t
PV = 10 juta / (1+0,10)1
PV = 10 juta / 1,01
PV = 9,091 juta
 Contoh 2: Budi mendepositokan uang di Bank selama satu tahun. Nilai
depositonya setelah 1 tahun adalah Rp. 12 juta. Jika suku bunga deposito
adalah 10% pertahun dengan pembungaan dilakukan setiap 3 bulan,
berapakah nilai deposito awal Budi?
Diketahui: FV = 12 juta; r = 0,10; t = 1. Karena pada kasus ini pembungaan
dilakukan pertiga bulan, maka dalam setahun ada 4 kali periode
pembungaan (m=4), dan besarnya bunga setiap periode pembungaan adalah
sebesar r / m. Dengan demikian mt = 4; r/m = 0,025. Maka nilai present
value atau deposito awal Budi adalah:
PV = F/(1+r/m) mt
PV = 12 / (1+0.10/4) 4.1
PV = 12 / (1+0.025) 4
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Referensi:
Widayat, Wahyu. (2017). Matematika Ekonomi: Buku Materi Pokok. Edisi
1. Cet. 13. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.
Dumairy. (2012). Matematika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi
2. Cet. 5. Yogjakarta: BPFE-Yogyakarta.
Widodo, Tri. (2005). Matematika Ekonomi dan Bisnis. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Anda mungkin juga menyukai