KESEHATAN
(Pertemuan Pertama)
ERDIANTO EFFENDI
Sekapur Sirih
Dr. Erdianto Effendi, SH, M.Hum.
Pelabuhan Dagang, Jambi, 10-11-73
Homebase: FH UNRI,
Luar biasa : (S3 Unja, S2 UIR)
S1 Univ. Jambi 1997
S2 Univ. Sriwijaya 2001
S3 Undip (tidak selesai)
S3 Unpad 2014
Pengalaman Akademik :
1999 s/d 2002 Dosen FH Unpal
2003 s/d 2008 KPU Tjb
2008 s/d skrg FH UNRI
Menulis 6 buku
37 artikel
101 artikel lepas
181 sbg narasumber
899 kali sbg ahli hukum pidana
ISTILAH
HUKUM PIDANA
Apa arti hukum?
“Noch suchen die Juristen eine definition zu ihrem
begriffe von recht” (Imanuel Kant)
Seperangkat aturan,
Kaedah yg berisikan perintah, larangan, kebolehan;
Kaedah/norma yg berisikan sanksi
Sanksi nyata dan kontan;
Isi Kaedah :
Larangan (Verbood) ;
Perintah (Gebod);
Mogen/Kebolehan
Isi Kaedah Hukum :
Larangan (Verbood) ‘;
Perintah (Gebod);
Mogen/Kebolehan;
Sanksi (Hukuman).
Istilah Pidana
Straf;
Deraan;
Nestapa
Celaan ;
Penghukuman;
Sanksi
Secara harfiah, pidana (Sanskerta) berarti hukuman
PIDANA ADALAH PENDERITAAN YG SENGAJA
DIBERIKAN OLEH NEGARA KEPADA ORG YG
MELAKUKAN TINDAK PIDANA
Di Inggris, Hukum Pidana disebut Criminal Law;
Di Indonesia, digunakan istilah Hukum Pidana
Secara harfiah dapat menjadi “HUKUM HUKUMAN”
Mengapa demikian?
Hukum Pidana yg skrg berlaku adalah warisan dari
Wetboek van Strafrecht zaman Hindia Belanda;
Jadi, Istilah Hukum Pidana yang kita kenal sekarang
berasal dari Bahasa Belanda
Hukum Pidana terjemahan dari kata Straf (Pidana)
dan Recht (Hukum)
Pembedaan Hukum :
Jenis Isi Kaedah Sanksi
Kaedah
Agama Larangan, Perintah, Dosa
Sunat, Mubah, Harus
Etika Larangan, Perintah, Tercela
Himbauan
Hukum di luar Perintah, Larangan, Hukuman (Ganti
Hukum Pidana Kebolehan, Sanksi Rugi, pemecatan,
denda)
Hukum Pidana Perintah, Larangan, Pidana
Kebolehan, Sanksi
BID. PERBUATA SANKSI
HUKUM N
PERDATA ONRECHMA GANTI RUGI
TIGHEDAAD
TATANEGAR DETERNOME PEMECATAN
A DE POVUA
ADM EXCES DE SANKSI ADM
NEGARA POVUA
PIDANA STRAFBARFE STRAF=PIDA
IT NA
SIMONS, hukum pidana adalah keseluruhan larangan-
larangan dan keharusan yang pelanggaran terhadapnya
dikaitkan dengan suatu nestapa (pidana/hukuman) oleh
negara, keseluruhan aturan tentang syarat, cara
menjatuhkan dan menjalankan pidana tersebut.
MOELJATNO, hukum pidana adalah aturan yang
menentukan :
Perbuatan yang tidak boleh dilakukan, dilarang, serta
ancaman sanksi bagi yang melanggarnya
Wirjono Prodjodikoro, hukum pidana adalah peraturan
hukum mengenai pidana. Kata “pidana” berarti hal yang
“dipidanakan” yaitu oleh instansi yang berkuasa
dilimpahkan kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak
enak dirasakannya dan juga hal yang tidak sehari-hari
dilimpahkan.
WLG. LEMAIRE, hukum pidana itu terdiri dari norma-
norma yang berisi keharusan-keharusan dan larangan-
larangan yang (oleh pembentuk UU) telah dikaitkan dengan
suatu sanksi berupa hukuman yakni suatu penderitaan yang
bersifat khusus. Dengan demikian dapat juga dikatakan
bahwa hukum pidana itu merupakan suatu sistem norma
yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana
(hal melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu)
dan dalam keadaan-keadaan bagaimana hukuman itu dapat
dijatuhkan serta hukuman yang bagaimana yang dapat
dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut. (pengertian ini
nampaknya dalam arti hukum pidana materil).
WFC. HATTUM, hukum pidana (positif) adalah suatu
keseluruhan dari asas-asas dan peraturan-peraturan yang
diikuti oleh negara atau suatu
Kesimpulannya :
Adanya sanksi pidana dalam suatu kaedah hukum
menjadi kunci apakah suatu kaedah hukum
merupakan hukum pidana atau tidak.
Jadi yang dimaksud dengan hukum pidana adalah
kaedah hukum yang berisikan perintah, larangan dan
kebolehan melakukan sesuatu perbuatan yang diberi
sanksi dengan sanksi berupa pidana.
Jika hukum adalah residu kaedah lain, maka hukum
pidana adalah residu dari bidang hukum lain
(Ultimum Remedium)
Visualisasi :
HUKUM PIDANA
KAEDAH
HUKUM
KAEDAH
NON
HUMUM
Ruang Lingkup
Tindak
Pertg.pidana
pidana
Pidana
Dengan demikian :
Perbuatan apa saja yang dapat dihukum dg PIDANA
(Kriminalisasi dan Dekriminalisasi);
Siapa saja yang dapat dihukum, alasan apa yang
membuat seseorang tidak dapat dihukum (Alasan
pemaaf dan alasan pembenar);
Pidana (Sanksi) apa yang dapat dijatuhkan kepada
pelaku
FUNGSI HUKUM PIDANA
(Sudarto)
• PENANGGULANGAN KEJAHATAN YANG
RASIONAL YAITU MELINDUNGI WARGA
FUNGSI NEGARA DARI TERJADINYA KEJAHATAN
PRIMER
ERdianto's document
HUKUM PIDANA
DI
KUHP
LUAR KUHP
UNDANG-UNDANG YG
MENAMBAH
ATAU MENGURANGI
HUKUM PIDANA TERDAPAT KUHP
DALAM :
ATURAN PIDANA
DALAM UU BUKAN hk PIDANA
HUKUM PIDANA ATURAN PIDANA
KHUSUS DI LUAR UU HUKUM
PIDANA
ERDIANTO EFFENDI
Hukum Pidana
Kesehatan
Bersumber
Di Luar KUHP
KUHP
Ketentuan
Delik terhadap Pidana dlm
jiwa Hukum bid
Kesehatan
Hubungan Hukum Pidana dg Kesehatan
Hk Pidana
Kesehatan Kedokteran
Kehakiman
(Forensik)
KUHP
Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps 103)
15/12/22 29
BUKU KEDUA / KEJAHATAN
BAB I KEJAHATAN THD KEAMANAN NEGARA ……..……. PSL 104 – 129 KUHP
BAB II KEJAHATAN TDP MARTABAT KEDUDUKAN PRE -
SIDEN & WAKIL PRESIDEN ….………………………… PSL 130 – 139 KUHP
BAB III KEJAHATAN THD NEGARA & KEPALA / WAKIL KE -
PALA NEGARA YG BERSAHABAT ………………….. PSL 139a – 145 KUHP
BAB IV KEJAHATAN THD KEWAJIBAN & HAK NEGARA …… PSL 146 – 153 KUHP
BAB V KEJAHATAN THD KETERTIBAN UMUM ………………. PSL 153bis – 181 KUHP
BAB VI PERKELAHIAN SATU LAWAN SATU …………..….…… PSL 182 – 186 KUHP
BAB VII KEJAHATAN YANG MENDATANGKAN BAHAYA BAGI
KEAMANAN UMUM MANUSIA ATAU BARANG ....…… PSL 72 – 75 KUHP
BAB VIII KEJAHATAN TERHADAP KEKUASAAN UMUM .…..… PSL 76 – 85 KUHP
BAB IX SUMPAH PALSU & KETERANGAN PALSU ………….… PSL 86 – 102 KUHP
15/12/22 30
BUKU KEDUA / KEJAHATAN
15/12/22 31
BUKU KEDUA / KEJAHATAN
15/12/22 32
BUKU KETIGA / PELANGGARAN
15/12/22 33
Asas-asas dan Ketentuan Umum KUHP
terkait Kedokteran
ERDIANTO'S DOCUMENT
Delik yg berhubungan erat dg Kedokteran
Delik terhadap Jiwa dlm KUHP Merujuk
pada 4 bab :
ERDIANTO EFFENDI
Hukum Pidana Kesehatan di luar KUHP
UU
UU Narkotika
UU Praktik
Rumah Dokter
UU
Kesehatan Sakit
Ketentuan Pidana dlm UU Kesehatan
Pasal 190
(1)Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan
pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat
darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
dandenda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).
Pasal 191
Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik
pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
alat dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60 ayat (1) sehingga mengakibatkan kerugian harta
benda, luka berat ataukematian dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 192
Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan
organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 193 Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan bedah plastik dan rekonstruksi untuk
tujuan mengubah identitas seseorang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 diancam dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Pasal 194 Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 195 Setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan darah dengan dalih apapun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 Ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
Pasal 196 Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
- 74 - Pasal 193 Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan bedah plastik dan rekonstruksi untuk
tujuan mengubah identitas seseorang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 diancam dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Pasal 194 Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pasal 195
Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan
darah dengan dalih apapun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 90 Ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).).
Pasal 196 Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Pasal 197 Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah
Pasal 198 Setiap orang yang tidak memiliki keahlian
dan kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108
dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 199 (1)Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau memasukkan rokok ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tidak
mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 dipidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan dendan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
(2)Setiap orang yang dengan sengaja melanggar kawasan
tanpa rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115
dipidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah)
Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi
program pemberian air susu ibu eksklusif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2)
dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Pasal 201 (1)Dalam hal tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192,
Pasal 196, Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199, dan Pasal 200
dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara
dandenda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal
191, Pasal 192, Pasal 196 , Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199,
dan Pasal 200
Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau b. pencabutan
status badan hukum
Sekian dan Terimakasih