Anda di halaman 1dari 83

HUKUM PIDANA

KESEHATAN
(Pertemuan Pertama)

ERDIANTO EFFENDI
Sekapur Sirih
Dr. Erdianto Effendi, SH, M.Hum.
Pelabuhan Dagang, Jambi, 10-11-73
Homebase: FH UNRI,
Luar biasa : (S3 Unja, S2 UIR)
S1 Univ. Jambi 1997
S2 Univ. Sriwijaya 2001
S3 Undip (tidak selesai)
S3 Unpad 2014
Pengalaman Akademik :
1999 s/d 2002 Dosen FH Unpal
2003 s/d 2008 KPU Tjb
2008 s/d skrg FH UNRI
Menulis 6 buku
37 artikel
101 artikel lepas
181 sbg narasumber
899 kali sbg ahli hukum pidana
ISTILAH

HUKUM PIDANA
Apa arti hukum?
“Noch suchen die Juristen eine definition zu ihrem
begriffe von recht” (Imanuel Kant)
Seperangkat aturan,
Kaedah yg berisikan perintah, larangan, kebolehan;
Kaedah/norma yg berisikan sanksi
Sanksi nyata dan kontan;
Isi Kaedah :
Larangan (Verbood) ;

Perintah (Gebod);

Mogen/Kebolehan
Isi Kaedah Hukum :
Larangan (Verbood) ‘;

Perintah (Gebod);

Mogen/Kebolehan;

Sanksi (Hukuman).
Istilah Pidana
Straf;
Deraan;
Nestapa
Celaan ;
Penghukuman;
Sanksi
Secara harfiah, pidana (Sanskerta) berarti hukuman
PIDANA ADALAH PENDERITAAN YG SENGAJA
DIBERIKAN OLEH NEGARA KEPADA ORG YG
MELAKUKAN TINDAK PIDANA
Di Inggris, Hukum Pidana disebut Criminal Law;
Di Indonesia, digunakan istilah Hukum Pidana
Secara harfiah dapat menjadi “HUKUM HUKUMAN”
Mengapa demikian?
Hukum Pidana yg skrg berlaku adalah warisan dari
Wetboek van Strafrecht zaman Hindia Belanda;
Jadi, Istilah Hukum Pidana yang kita kenal sekarang
berasal dari Bahasa Belanda
Hukum Pidana terjemahan dari kata Straf (Pidana)
dan Recht (Hukum)
Pembedaan Hukum :
Jenis Isi Kaedah Sanksi
Kaedah
Agama Larangan, Perintah, Dosa
Sunat, Mubah, Harus
Etika Larangan, Perintah, Tercela
Himbauan
Hukum di luar Perintah, Larangan, Hukuman (Ganti
Hukum Pidana Kebolehan, Sanksi Rugi, pemecatan,
denda)
Hukum Pidana Perintah, Larangan, Pidana
Kebolehan, Sanksi
BID. PERBUATA SANKSI
HUKUM N
PERDATA ONRECHMA GANTI RUGI
TIGHEDAAD
TATANEGAR DETERNOME PEMECATAN
A DE POVUA
ADM EXCES DE SANKSI ADM
NEGARA POVUA
PIDANA STRAFBARFE STRAF=PIDA
IT NA
SIMONS, hukum pidana adalah keseluruhan larangan-
larangan dan keharusan yang pelanggaran terhadapnya
dikaitkan dengan suatu nestapa (pidana/hukuman) oleh
negara, keseluruhan aturan tentang syarat, cara
menjatuhkan dan menjalankan pidana tersebut.
MOELJATNO, hukum pidana adalah aturan yang
menentukan :
Perbuatan yang tidak boleh dilakukan, dilarang, serta
ancaman sanksi bagi yang melanggarnya
Wirjono Prodjodikoro, hukum pidana adalah peraturan
hukum mengenai pidana. Kata “pidana” berarti hal yang
“dipidanakan” yaitu oleh instansi yang berkuasa
dilimpahkan kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak
enak dirasakannya dan juga hal yang tidak sehari-hari
dilimpahkan.
WLG. LEMAIRE, hukum pidana itu terdiri dari norma-
norma yang berisi keharusan-keharusan dan larangan-
larangan yang (oleh pembentuk UU) telah dikaitkan dengan
suatu sanksi berupa hukuman yakni suatu penderitaan yang
bersifat khusus. Dengan demikian dapat juga dikatakan
bahwa hukum pidana itu merupakan suatu sistem norma
yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana
(hal melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu)
dan dalam keadaan-keadaan bagaimana hukuman itu dapat
dijatuhkan serta hukuman yang bagaimana yang dapat
dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut. (pengertian ini
nampaknya dalam arti hukum pidana materil).
WFC. HATTUM, hukum pidana (positif) adalah suatu
keseluruhan dari asas-asas dan peraturan-peraturan yang
diikuti oleh negara atau suatu
Kesimpulannya :
Adanya sanksi pidana dalam suatu kaedah hukum
menjadi kunci apakah suatu kaedah hukum
merupakan hukum pidana atau tidak.
Jadi yang dimaksud dengan hukum pidana adalah
kaedah hukum yang berisikan perintah, larangan dan
kebolehan melakukan sesuatu perbuatan yang diberi
sanksi dengan sanksi berupa pidana.
Jika hukum adalah residu kaedah lain, maka hukum
pidana adalah residu dari bidang hukum lain
(Ultimum Remedium)
Visualisasi :
HUKUM PIDANA

KAEDAH
HUKUM
KAEDAH
NON
HUMUM
Ruang Lingkup

Tindak
Pertg.pidana
pidana
Pidana
Dengan demikian :
Perbuatan apa saja yang dapat dihukum dg PIDANA
(Kriminalisasi dan Dekriminalisasi);
Siapa saja yang dapat dihukum, alasan apa yang
membuat seseorang tidak dapat dihukum (Alasan
pemaaf dan alasan pembenar);
Pidana (Sanksi) apa yang dapat dijatuhkan kepada
pelaku
FUNGSI HUKUM PIDANA
(Sudarto)
• PENANGGULANGAN KEJAHATAN YANG
RASIONAL YAITU MELINDUNGI WARGA
FUNGSI NEGARA DARI TERJADINYA KEJAHATAN
PRIMER

• (POLICING THE POLICE) MELINDUNGI WARGA


NEGARA DARI KEMUNGKINAN PERLAKUAN
ATAU TINDAKAN SEWENANG-WENANG OLEH
FUNGSI NEGARA YG MENGGUNAKAN PIDANA SCR
SEKUNDER TIDAK BENAR

ERdianto's document
HUKUM PIDANA
DI
KUHP
LUAR KUHP

ASAS-ASAS KEJAHATAN PELANGGARAN

SEMUA KETENTUAN HK PIDANA DI LUAR KODIFIKASI WAJIB


TUNDUK PD ASAS-ASAS DALAM KUHP (PASAL 103 KUHP)
KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PIDANA

UNDANG-UNDANG YG
MENAMBAH
ATAU MENGURANGI
HUKUM PIDANA TERDAPAT KUHP
DALAM :

HUKUM PIDANA KHUSUS

ATURAN PIDANA
DALAM UU BUKAN hk PIDANA
HUKUM PIDANA ATURAN PIDANA
KHUSUS DI LUAR UU HUKUM
PIDANA

ATURAN PIDANA ATURAN PIDANA


UU TIPIKOR UU KDRT
DLM UU PEMDA DLAM UU PEMILU
Apa yg dimaksud dg Hukum Pidana
Kesehatan?
Tidak ada penyebutan baku ttg istilah hukum hukum pidana
kesehatan.
Yg ada dalam literatur hukum adalah istilah “Hukum
Kesehatan” yg merujuk kpd UU Kesehatan, UU RS dn UU
Praktik Kedokteran
Dg memperhatikan pengertian hukum pidana dan hukum
kesehatan di atas, maka yg dimaksud dg Hukum Pidana
Kesehatan meliputi hukum pidana yg berhubungan dg
kesehatan baik yg bersumber dari KUHP maupun di luar
KUHP (termasuk tetapi tidak terbatas UU Bidang Kesehatan)
HUKUM PIDANA
KESEHATAN
(Pertemuan Kedua)

ERDIANTO EFFENDI
Hukum Pidana
Kesehatan

Bersumber
Di Luar KUHP
KUHP

Ketentuan
Delik terhadap Pidana dlm
jiwa Hukum bid
Kesehatan
Hubungan Hukum Pidana dg Kesehatan

Hk Pidana
Kesehatan Kedokteran
Kehakiman
(Forensik)
KUHP
Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps 103)

Pasal 103  Ketentuan-ketentuan dalam Bab


I sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagi
perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan
perundang-undangan lainnya diancam dengan
pidana, kecuali jika oleh undang-undang
ditentukan lain

Buku II : Kejahatan (ps 104 – 488)

Buku III : Pelanggaran (ps 489 – 569)


BUKU KESATU / PERATURAN UMUM

BAB I LINGKUNGAN BERLAKUNYA HUKUM PIDANA ……. PSL 1 – 9 KUHP


BAB II HUKUMAN-HUKUMAN …..…….………………………… PSL 10 – 43 KUHP
BAB III PENGECUALIAN, PENGURANGAN & PENAMBAHAN
HUKUMAN ……..………………………………………….. PSL 44 – 52
BAB IV PERCOBAAN …………………….………………………… PSL 53 – 54 KUHP
BAB V TURUT SERTA MELAKUKAN PERBUATAN YG DPT
DIHUKUM ……………………….………………………….. PSL 55 – 62 KUHP
BAB VI GABUNGAN PERBUATAN YG DPT DIHUKUM ….…… PSL 63 – 71 KUHP
BAB VII MEMASUKKAN & MENCABUT PENGADUAN …....…… PSL 72 – 75 KUHP
BAB VIII GUGURNYA HAK MENUNTUT HUKUMAN …………..… PSL 76 – 85 KUHP
BAB IX ARTI BEBERAPA SEBUTAN DLM KUHP …………….… PSL 86 – 102 KUHP
PERATURAN PENGHABISAN ………………………….... PSL 103 KUHP

15/12/22 29
BUKU KEDUA / KEJAHATAN

BAB I KEJAHATAN THD KEAMANAN NEGARA ……..……. PSL 104 – 129 KUHP
BAB II KEJAHATAN TDP MARTABAT KEDUDUKAN PRE -
SIDEN & WAKIL PRESIDEN ….………………………… PSL 130 – 139 KUHP
BAB III KEJAHATAN THD NEGARA & KEPALA / WAKIL KE -
PALA NEGARA YG BERSAHABAT ………………….. PSL 139a – 145 KUHP
BAB IV KEJAHATAN THD KEWAJIBAN & HAK NEGARA …… PSL 146 – 153 KUHP
BAB V KEJAHATAN THD KETERTIBAN UMUM ………………. PSL 153bis – 181 KUHP
BAB VI PERKELAHIAN SATU LAWAN SATU …………..….…… PSL 182 – 186 KUHP
BAB VII KEJAHATAN YANG MENDATANGKAN BAHAYA BAGI
KEAMANAN UMUM MANUSIA ATAU BARANG ....…… PSL 72 – 75 KUHP
BAB VIII KEJAHATAN TERHADAP KEKUASAAN UMUM .…..… PSL 76 – 85 KUHP
BAB IX SUMPAH PALSU & KETERANGAN PALSU ………….… PSL 86 – 102 KUHP

15/12/22 30
BUKU KEDUA / KEJAHATAN

BAB X MEMALSUKAN MATA UANG …..…………...……..……. PSL 244 – 252 KUHP


BAB XI MEMALSUKAN METERAI & MEREK …………………… PSL 253 – 262 KUHP
BAB XII MEMALSUKAN SURAT-SURAT .………..……………….. PSL 263 – 276 KUHP
BAB XIII KEJAHATAN THD KEDUDUKAN WARGA …………….. PSL 277 – 280 KUHP
BAB XIV KEJAHATAN THD KESOPANAN …………..……………. PSL 281 – 303 KUHP
BAB XV MENINGGALKAN ORANG YG PERLU PERTOLONGAN PSL 304 – 309 KUHP
BAB XVI PENGHINAAN …………………………………………...…… PSL 310 – 321 KUHP
BAB XVII MEMBUKA RAHASIA ………………………………..…..… PSL 322 – 323 KUHP
BAB XVIII KEJAHATAN THD KEMERDEKAAN SESEOARNG ….… PSL 324 – 337 KUHP
BAB XIX KEJAHATAN THD JIWA ORANG ………………………… PSL 338 – 350 KUHP
BAB XX PENGANIAYAAN ……………………………………………. PSL 351 – 358 KUHP
BAB XXI MENGAKIBATKAN ORANG MATI ATAU LUKA KARENA
SALAHNYA ………………………………………………….. PSL 359 – 361 KUHP

15/12/22 31
BUKU KEDUA / KEJAHATAN

BAB XXII PENCURIAN …………….……...…………...……..……. PSL 362 – 367 KUHP


BAB XXIII PEMERASAN DAN ANCAMAN ………………………. PSL 368 – 371 KUHP
BAB XXIV PENGGELAPAN .......................………..……………….. PSL 372 – 377 KUHP
BAB XXV PENIPUAN ……………………………………………….. PSL 378 – 395 KUHP
BAB XXVI MERUGIKAN PENAGIH UTANG ATAU ORANG YANG
BERHAK …………………………………………………… PSL 396 – 405 KUHP
BAB XXVII MENGHANCURKAN ATAU MERUSAKKAN BARANG PSL 406 – 412 KUHP
BAB XXVIII KEJAHATAN YANG DILAKUKAN DALAM JABATAN PSL 413 – 437 KUHP
BAB XXIX KEJAHATAN PELAYARAN………………………..…..… PSL 438 – 479 KUHP
BAB XXIXA KEJAHATAN PENERBANGAN …………………………. PSL 324 – 337 KUHP
BAB XXX PERTOLONGAN (JAHAT) ………..……………………… PSL 338 – 350 KUHP
BAB XXXI KETETAPAN YG TERPAKAI BERSAMA BG BERBAGAI-BAGAI BAB,
MENGENAI TERULANGNYA PERLAKUAN KEJAHATAN PSL 351 – 358 KUHP

15/12/22 32
BUKU KETIGA / PELANGGARAN

BAB I PELANGGARAN TTG KEAMANAN UMUM BAGI


ORANG & BARANG & KESEHATAN UMUM ……….…... PSL 489 – 502 KUHP
BAB II PELANGGARAN TTG KETERTIBAN UMUM .…………... PSL 503 – 520 KUHP
BAB III PELANGGARAN TTG KEKUASAAN UMUM ………….... PSL 521 – 528 KUHP
BAB IV PELANGGARAN TTG KEDUDUKAN WARGA …………. PSL 529 – 530 KUHP
BAB V PELANGGARAN TTG ORANG YG PERLU DITOLONG PSL 531 KUHP
BAB VI PELANGGARAN TTG KESOPANAN …………..…..…….. PSL 532 – 547 KUHP
BAB VII PELANGGARAN TTG POLISI DAERAH …………..……... PSL 548 – 551 KUHP
BAB VIII PELANGGARAN DILAKUKAN DALAM JABATAN ......… PSL 552 – 559 KUHP
BAB IX PELANGGARAN DALAM PELAYARAN ……..……….….. PSL 560 – 569 KUHP

15/12/22 33
Asas-asas dan Ketentuan Umum KUHP
terkait Kedokteran

BAB III PENGECUALIAN, PENGURANGAN &


PENAMBAHAN HUKUMAN. PSL 44 – 52
PENGERTIAN :
“ PENILAIAN ATAS KEADAAN TERTENTU ATAU
KEMAMPUAN SESEORANG APAKAH DAPAT
DIPERTANGGUNGJAWABKAN ATAS SUATU
TINDAK PIDANA YANG TERJADI.”

KEADAAN TERTENTU/ KEMAMPUAN PELAKU/


OBJEKTIF SUBJEKTIF
ERDIANTO'S DOCUMENT
Pengertian Prtgjwbn pidana Menurut RUU
KUHP

Pertanggungjawaban pidana adalah diteruskannya


celaan yang objektif yang ada pada tindak pidana dan
secara subjektif kepada seseorang yang memenuhi
syarat untuk dapat dijatuhi pidana karena
perbuatannya itu.
PENGATURAN
(PASAL 44 KUHP)
Barangsiapa mengerjakan sesuatu perbuatan, yang
tidak dapat dipertanggungkan kepadanya karena
kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah
akal tidak boleh dihukum;

Jika nyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan


kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau
karena sakit berubah akal, maka hakim boleh
memerintahkan menempatkan dia di rumah sakit gila
selama-lamanya satu tahun untuk diperiksa.

ERDIANTO'S DOCUMENT
Delik yg berhubungan erat dg Kedokteran
Delik terhadap Jiwa dlm KUHP Merujuk
pada 4 bab :

BAB XIV KEJAHATAN THD KESOPANAN PSL 281 – 303


KUHP, KHUSUSNYA PASAL 285 KUHP
BAB XIX KEJAHATAN THD JIWA ORANG, PSL 338 – 350
KUHP
BAB XX PENGANIAYAAN, PSL 351 – 358 KUHP
BAB XXI MENGAKIBATKAN ORANG MATI ATAU LUKA
KARENA SALAHNYA PSL 359 – 361 KUHP
285 (Perkosaan)
Unsur-unsurnya :
Barangsiapa
dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan
memaksa
seorang wanita yang bukan istrinya
bersetubuh dengan dia, diancam karena melakukan
perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun. (KUHPerd. 287; KUHP 35, 89, 291, 298,
335 dst.)
286
Persetubuhan dg org pingsan
Barangsiapa
bersetubuh
dengan seorang wanita yang bukan istrinya,
padahal diketahuinya bahwa wanita itu dalam
keadaan pingsan atau tidak berdaya,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun. (KUHPerd. 287; KUHP 35, 291, 298.)
287
Persetubuhan wanita di bawah umur
Barangsiapa
bersetubuh
dengan sorang wanita yang bukan istrinya,
padahal diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya bahwa umur wanita itu belum lima belas
tahun, atau kalau umumya tidak jelas, bahwa belum
waktunya untuk dikawinkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.
Pasal 288
Barangsiapa
dalam perkawinan
bersetubuh
dengan seorang wanita
yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang
bersangkutan belum waktunya untuk dikawinkan, bila perbuatan itu
mengakibatkan luka luka, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
Bila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana
penjara paling lama delapan tahun.
(3) Bila perbuatan itu mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara
paling lama dua belas tahun. (KUHPerd. 287; KUHP 90, 298, 359 dst.)
PEMBUNUHAN
Pembunuhan (Biasa) (338)
Barangsiapa
dengan sengaja
merampas nyawa orang lain,
diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 339
(Pembunuhan dg Pemberatan)
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh
suatu tindak pidana, yang dilakukan dengan maksud
untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri
maupun peserta lainnya dari pidana bila tertangkap
tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan
barang yang diperolehnya secara melawan hukum,
diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua
puluh tahun. (KUHP 35, 37-1 sub 2', 338, 350, 487; Sv. 24
dst.)
Pembunuhan Berencana (340)
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan
terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati
atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.
341
Seorang ibu yang karena takut akan diketahui bahwa
ia melahirkan anak dengan sengaja menghilangkan
nyawa anaknya pada saat anak itu dilahirkan atau
tidak lama kemudian, diancam karena membunuh
anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Pasal 343
Seorang ibu yang untuk melaksanakan keputusan
yang diambilnya karena takut akan diketahui bahwa ia
akan melahirkan anak, menghilangkan nyawa anaknya
pada saat anak itu dilahirkan atau tidak lama
kemudian, diancam karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan berencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun. (KUHP 37-1 sub
2', 308, 340 dst., 343, 487.)
Pasal 344 (euthanasia)
Barangsiapa merampas nyawa orang lain atas
permintaan sungguh sungguh dari orang itu sendiri,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
PENGANIAYAAN
PENGANIAYAAN
Penganiayaan (351)
Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (Sv. 7 12;
IR. 62; Rbg. 498.)
Bila perbuatan itu mengakibatkan luka berat, maka
yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun. (KUHP 90; Uitlev. 2-2'.)
Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka
yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun. (KUHP 338.)
(4) Dengan sengaja merusak kesehatan orang
disamakan dengan penganiayaan.
(5)Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak
dipidana.
Penganiayaan Ringan (352)
Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356,
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan,
diancam karena penganiayaan ringan,dengan pidana
penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja
padanya, atau menjadi bawahannya.
Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak
dipidana.
Penganiayaan berencana (353)
Penganiayaan dengan direncanakan terlebih dahulu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Bila perbuatan itu mengakibatkan luka berat, maka
yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun. (KUHP 90.)
Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka
yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.
Penganiayaan Berat (354)
Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain,
diancam karena melakukan penganiayaan berat
dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(KUHP 90, 3512)
(2)Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka
yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama sepuluh tahun.
Penganiayaan Berat berencana
Penganiayaan berat yang dilakukan dengan
direncanakan terlebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun. (Uitlev. 2 – 5'.)
Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka
yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
KELALAIAN YG MENYEBABKAN
KEMATIAN
Menyebabkan matinya orang (359)
Barangsiapa
karena kesalahannya (kealpaannya)
menyebabkan orang lain meninggal,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun
Kelalaian atau kealpaan adalah akibat yang timbul karena
seseorang alpa, sembrono, teledor, lalai, berbuat kurang hati-
hati atau kurang penduga-duga. Menurut Memorie van
Toelichting, kealpaan adalah tindakan umum dan adanya
keadaan yang sedemikian membahayakan keamanan orang
atau barang atau mendatangkan kerugian terhadap seseorang
yang sedemikian besarnya dan tidak dapat diperbaiki lagi,
sehingga undang-undang juga bertindak teerhadap kekurang
hati-hatian, sikap sembrono atau sikap teledor (Remelink
sebagaimana dikutip Edy Hieariej sebagaimana dalam doktrin
hukum negligentia semper habet infortuniam comitem
(kealpaan selalu membawa kemalangan kepada orang lain).
Dengan kata lain, Noyon dan Langemeijer
menyatakan bahwa kealpaan meliputi semua makna
kesalahan dalam arti luas yang bukan merupakan
kesengajaan. Jadi perbedaann antara kesengajaan
dengan kealpaan adalah adanya kehendak dalam
kesengajaan Eddy OS Hieariej, Op.Cit. hlm.149
Menyebabkan luka (360)
Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya)
menyebabkan orang lain mendapat luka berat, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
pidana kurungan paling lama satu tahun.
Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya)
menyebabkan orang lain luka sedemikian rupa sehingga
orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat
menjalankan jabatan atau pekerjaannya sementara,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau
pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
Peran Penting Tenaga Medis dlm Delik2
tersebut :
Menentukan terpenuhinya unsur delik :

 Kapan seseorang disebut telah mati, luka, pingsan,


telah disetubuhi dstnya (Pasal 338, 351 dan 285)
 Apa yg menjadi sebab kematian (338)
 Kapan seorang tenaga medis dianggap telah lalai
dalam melakukan praktik kesehatan (359)
HUKUM PIDANA
KESEHATAN
(Pertemuan Ketiga)

ERDIANTO EFFENDI
Hukum Pidana Kesehatan di luar KUHP

UU
UU Narkotika

UU Praktik
Rumah Dokter
UU
Kesehatan Sakit
Ketentuan Pidana dlm UU Kesehatan
Pasal 190
(1)Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan
pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat
darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
dandenda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).
Pasal 191
Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik
pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
alat dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60 ayat (1) sehingga mengakibatkan kerugian harta
benda, luka berat ataukematian dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 192
Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan
organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 193 Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan bedah plastik dan rekonstruksi untuk
tujuan mengubah identitas seseorang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 diancam dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Pasal 194 Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 195 Setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan darah dengan dalih apapun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 Ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
Pasal 196 Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
- 74 - Pasal 193 Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan bedah plastik dan rekonstruksi untuk
tujuan mengubah identitas seseorang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 diancam dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Pasal 194 Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pasal 195
Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan
darah dengan dalih apapun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 90 Ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).).
Pasal 196 Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Pasal 197 Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah
Pasal 198 Setiap orang yang tidak memiliki keahlian
dan kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108
dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 199 (1)Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau memasukkan rokok ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tidak
mencantumkan peringatan kesehatan berbentuk gambar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 dipidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan dendan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
(2)Setiap orang yang dengan sengaja melanggar kawasan
tanpa rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115
dipidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah)
Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi
program pemberian air susu ibu eksklusif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2)
dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Pasal 201 (1)Dalam hal tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192,
Pasal 196, Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199, dan Pasal 200
dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara
dandenda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal
191, Pasal 192, Pasal 196 , Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199,
dan Pasal 200
Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau b. pencabutan
status badan hukum
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai