Anda di halaman 1dari 13

NASIKH DAN MANSUKH

Anggota kelompok 5 :

1. Hana Nabilah Santoso

2. Holifah

3. Ilma Dwi Maya Sovia


1 . P E N G E RT I A N N A S I K H

Nasikh secara etimologi memiliki arti mengapus


/menghilangkan, mengganti / menukar, memalingkan /
memindahkan, menyalin /mengutip.
Secara terminologi nasikh adalah menggantikan hukum
syara’ dengan memakai dalil syara’ dengan adanya renggang
waktu dengan catatan kalau sekiranya tidak ada nasikh itu
tentulah hukum yang pertama akan tetap berlaku.
2 . P E N G E RT I A N M A N S U K H

Secara etimologi mansukh berarti sesuatu yang diganti.

Secara termonologi mansukh berarti hukum syara’ yang


menempati posisi awal yang belum diubah dan belum
diganti dengan hukum syara’ yang datang kemudian.
A RT I N A S I K H M A N S U K H D A L A M
I S T I L A H F U Q A H A’

1. Membatalkan hukum yang telah diperoleh dari nask


yang telah lalu dengan satu naskh yang baru datang.

2. Mengangkat naskh yang umum atau membatasi


kemutlakan nask.
S YA R AT S YA R AT T E R J A D I N YA N A S K H

1. Hukum yang dimansukh harus berupa hukum syara’,yakni titah Allah dan
rasul-Nya berhubungan dengan perbuatan mukallaf. Dan dalil yg
mengganti (nasikh) harus juga berupa dalil syara’.
2. Adanya dalil baru yang mengganti (nasikh) harus ada tenggang waktu dari
dalil hukum yang pertama(mansukh).
3. Antara dua dalil nasikh dan mansukh harus ada (kontradiktif)
pertentangan yang nyata.
4. Dalil yang mengganti nasikh harus bersifat mutawatir. Karena dalil yang
ketetapan hukumnya terbukti secara pasti
L ATA R B E L A K A N G T E O R I N A S I K H
MANSUKH

Latar belakang nasikh mansukh dalam islam antara lain:

1. Timbulnya nasikh mansukh dalam as-sunnah

2. Para sahabat menggunakan istilah nasikh mansukh


dalam Al-Qur’an

3. Adanya ayat ayat yang sepintas menunjukan gejala


kontradiksi.
P E N D A PAT U L A M A T E N TA N G
NASIKH MANSUKH

1.Pendukung teori nasikh mansukh dalam konteks makna yang pertama


(penghapusan atau hukum tidak berlaku lagi) antara lain :

a) ash-Syafi’iy
b) Para jumhur ulama klasik termasuk didalamnya an-Nahas(388H), ash-
Sayuti(911H), ash-Shawakaniy(1250H), dll.
Dasar teori : Q.S .al-Baqarah:106, Q.S .an-Nahl:101,
2. Penolak teori nasikh mansukh dalam konteks makna keempat yang dipelopori
oleh Abu Muslim al-Asfahaniy berdasarkan Q.S. Fussilat:42
Mereka antara lain :
a) Abu Muslim al-Asfahaniy (322 H)
b) Fakhruddin al-Raziy

c) Syekh M.Abduh (1325 H)


d) Dr. Taufik Sidqi

e) Al-Ustadh Khudari
f) Teungku M.Hasbi Ash Shiddieqy
C A R A M E N G E TA H U I A D A N YA
NASIKH MANSUKH

Adanya dua ayat hukum yang nampak salimg kontradiksi


dan tidak dapat dikompromikan.
Harus diketahui secara meyakinkan perurutan turunnya
ayat-ayat tersebut, sehingga ayat yang lebih dahulu
ditetapkan sebagai mansukh, dan ayat yang turun
kemudian sebagai nasikh
MACAM NASKH

1. ayat yang teksnya dinaskh, namun hukumnya tetap


berlaku.

2. Ayat yang teksnya dinaskh, namun teksnya masih


berlaku

3. Ayat yang teks dan hukumnya sekaligus dinaskh


HIKMAH NASIKH MANSUKH

1.Bagi yang memberikan makna penangguhan fungsi nasakh adalah penahapan dalam
tashri dan pemberi kemudahan.
2.Bagi pendukung konsep nasikh mansukh
a) Untuk menunjukkan bahwa syariat Islam adalam syariat yang paling sempurna.
b) Selalu menjaga kemaslahatan umat manusia.
c) Untuk menjaga agar perkembangan hukum islam selalu relevan dengan semua hukum
situasi dan kondisi umat.

d) Untuk menguji kualitas iman manusia.


e) Untuk menambah kebaikan bagi umat manusia.
f) Untuk memberi dispensasi dan keringanan bagi umat manusia.
U R G E N S I TA S I L M U N A S I K H M A N S U K H
DALAM STUDI PEMAHAMAN ISLAM

Urgensitas ilmu nasikh mansukh dalam penggalian ajaran dan hukum islam dalam al
quran sangat penting antara lain:
1. Untuk mengetahui proses tashri (penetapan dan penerapan hukum) islam sejalan
dengan dinamika kebutuhan masyarakatnya yang selalu berubah , sejauhmana
elastisitasnyaajaran dan hukumnya, serta sejauhmana perubahan hukum itu
berlaku.
2. Untuk menelusuri tujuan ajaran, dan illat hukum (alasan ditetapkannya suatu
hukum), sehingga suatu hukum dan ajarannya boleh diberlakukan secara longgar
(rukhsah) dan ketat sebagimana hukum aslanya (a’zimah) sesuai kondisi yang
mengitarinya atas dasar tujuan ajaran dan illat hukum tersebut.
TERIMA KASIH

Sampai jumpa lagi…

Anda mungkin juga menyukai