Anda di halaman 1dari 6

Nasikh Mansukh

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Studi Al-Qur’an

Dosen Pengampu:
Dr. H. Khotib, M.Ag.
196906082005011003

Disusun oleh:

1 Aura Rizqi Auliyaa’ 007020623025


2 Setyaningrum Dwi Widyasari 07040623061

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Allah menurunkan shariat samawiyah kepada rasulnya adalah untuk


memperbaiki umat di bidang Aqidah ibadah dan mu’amalah. Sesungguhnya
Aqidah semua ajaran samawi itu satu dan tidak mengalami perubahan, maka maka
dakwah atau seruan para rasul kepada Aqidah yang satu pun sama.
Dalam bidang ibadah dan mu’amalah, prinsip dasar umumnya adalah
sama yaitu bertujuan untuk membersihkan jiwa dan memelihara keselamatan
Masyarakat, serta mengukatnya dengan ikatan kerja sama dan persaudaraan. Akan
tetapi tuntutan dan kebutuhan antar umat yang satu dengan yang lain-lainnya tidak
sama.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nasikh dan Mansukh


Nasikh memiliki dua pengertian yakni secara etimologi (bahasa)
dan juga secara terminology (istilah). Berikut makna kata Nasikh secara
Bahasa yang dipandang paling relevan:
1. “Ar-Raf’ulal izalah” yang berarti penghapusan.
2. “An-Naqlu” yang berarti penyalinan ataupun penulikan.
3. “Al-Ibthal” yang berarti ppenghilangan atas sesuatu.
4. “At-Taghyir wal ibtal wal iqamah ash-Shai’ Maqamuhu” yang artinya
mengganti atau menukar.
5. “At-Tahwil wal baqa’ ihi fi nafsihi/At-Tabdil” yang artinya
“memalingkan, menyalin atau mmemindahkan”. Namun tiada
kalamullah yang mencontohkan ataupun mendasari makna ini.
Selanjutnya makna kata Nasikh secara istilah yang dijelaskan oleh
ahli fiqih (fuqaha) yaitu bahwa Nasikh adalah “rof u as syaari’
hukman syair’iyyan bi dalilin syar’iyyin mutaraakhin ‘anhu” yang
berarti “pengangkatan (penghapusan) oleh as Syaari’ (Allah Swt)
terhadap hukum syara’ (yang lampau) dengan dalil syara’ yang
terbaru. Yang dimaksud dengan mengamalkan hukum yang ditetapkan
terakhir”.
Sama halnya dengan Nasikh, kata Mansukh juga memliki
pengertian secara etimologi (bahasa) dan juga terminologi (istilah).
Maka secara etimologi Mansukh artinya “suatu hal yang diganti”.
Sedang secara istilah/terminologi, Mansukh diartikan sebagai “hukum
syara’ yang menempati posisi awal, yang belum diubah dan belum
diganti dengan hukum syara’ yang dating kemudian”.
Dari pengertian-pengertian diatas, yang dimaksud nasikh adalah
suatu perbuatan pembatalan atau penghapusan pada hukum syara’ dari
hukum lama menuju hukum baru yang bersumber dalil syara’ yang
datang kemudian. Maka dalam menasakhkan diperlukan dua unsur-
unsur penting yaitu Nasikh dan Mansukh dimana nasikh merupakan
hukum atau dalil syara’ yang sifatnya menghapus suatu hukum atau
merupakan subjek penghapus, sedangkan Mansukh merupakan hukum
atau dalil syara’ yang nantinya dihapus atau diganti atau juga
merupakan objek penghapusan.

v
B. Beberapa Pendapat Tentang Nasikh dan Mansukh

vi

Anda mungkin juga menyukai