Anda di halaman 1dari 11

GLAUKOMA

Disusun
Oleh :
Kelompok 8
1. Narwadina
2. Ining rurua
3. Eka yuliana
4. ABD.Samad
5. Daniel dermawan
DEFINISI
Glaukoma merupakan penyakit yang
mengakibatkan kerusakan saraf optik sehingga
terjadinya gangguan pada sebagian atau
seluruh lapang pandang, yang diakibatkan oleh
tingginya tekanan bola mata seseorang,
biasanya disebabkan karena adanya hambatan
pengeluaran cairan bola mata (humor aquous)

- (Alward, 2009).
ETIOLOGI
Menurut Tamsuri (2010), penyebab adanya
peningkatan tekanan intraokuli adalah
perubahan anatomi sebagai bentuk
gangguan mata atau sistemik lainnya,
trauma mata, dan predisposisi faktor genetic.
PATOFISIOLOGIS
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada penyakit
glaukoma disebabkan oleh penipisan lapisan serabut saraf dan
lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus
optikus yang diakibatkan oleh kematian sel ganglion retina,
sehingga terjadi penyempitan lapangan pandang. Ada dua
teori mengenai mekanisme kerusakan serabut saraf oleh
peningkatan tekanan intraokular, pertama peningkatan
tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada
akson nervus optikus. Peningkatan tekanan intraokular
menyebabkan iskemia akson saraf akibat berkurangnya aliran
darah pada papil nervi optici.
 
.
Pathway

Glaukoma

Hambatan Aliran
Aquos Humor

TIO Meningkat

Pembedahan

•Nyeri
Serat saraf optik Rusaknya sel •Resiko infeksi
terdesak jaringan
Trabeculectomy

Gangguan persepsi Interpretasi salah Cemas


sensori visual

Kurangnya Resiko cidera


pengetahua
n
PENGKAJIAN
Identitas
• Nama
• Alamat
• Jenis Kelamin
• Umur, Glaukoma terjadi pada individu berumur >40 th
• Pekerjaan, terutama yang berisiko besar mengalami trauma mata
 
Riwayat Kesehatan
– Keluhan utama : Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang dan mata menjadi kabur
– Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengataka matanya kabur dan sering menabrak dan gangguan saat membaca
– Riwayat kesehtan dahulu : kaji adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat itu, riwayat penggunaan
antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat
trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita
– Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada keluarga yang mengalami penyakit glaucoma

• Psikologis: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca,resiko jatuh.


• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya cuping dan atrofi diskus optikus
• Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan
kronik akan menurun secara bertahap
• Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sclera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil
sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami
peningkatan TIO, terasa lebih keras disbanding mata yang lain.
 
DIAGNOSA

1. Nyeri b.d agen pencedera fisiologis (peningkatan


tekanan intra okuler)
2. Gangguan persepsi sensori b.d Gangguan
penglihatan
3. Ansitas b.d ancaman terhadap konsep diri dan
kekhawatiran mengalami kegagalan
INTERVENSI
Nyeri b.d agen pencedera Manajemen Nyeri
fisiologis (peningkatan tekanan
intra okuler) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,
frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
Tujuan 2. Identifikasi skala nyeri
• Nyeri berkurang 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
• Ekspresi wajah rileks 4. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
5. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri(mis. suhu
ruangan,pencahayaan, kebisingan)
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri
7. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
8. anjurkan menggunakan analgetik
INTERVENSI
Gangguan persepsi sensori b.d Minimalisasi rangsangan
Gangguan penglihatan  
1. Periksa status sensori
Tujuan 2. Diskusikan tingkat toleransi terhadap
• Lapang pandag normal beban sensori
• Pandangan tidak kabur 3. Batasi stimulus lingkungan
• Pandangan tidak silau 4. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus(mis .
mengatur pencahayaan
• Penglihatan cukup membaik
5. Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus
INTERVENSI
Ansitas b.d ancaman terhadap Terapi relaksasi
konsep diri dan kekhawatiran  
mengalami kegagalan 1. Identifikasi penurunan tinngkat energi, ketida mampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
Tujuan 4. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangan yang nyaman.
• Verbalisasi khawatir akibat 5. Guakan pakaian longgar
kondisi yang dihadapi menurun 6. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain
• Perilaku gelisah menurun 7. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia
• Perilaku tegang menurun 8. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
• Konsentrasi membaik 9. Anjurkan mengambil posisi nyaman
10. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
• Pola tidur membaik 11. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
12. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
• Perasaan keberdayaan
membaik Pendukung :
- Dukungan pelaksanaan ibadah
- Teknik menenangkan
- Terapi musik
Thank You

Anda mungkin juga menyukai