Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

TONSILITIS

Pembimbing :
dr. Hj. Tutie Ferika Utami, Sp.THT-KL.,
M.Kes
Disusun oleh :
Fiqham Muhamad Putra
G4A020045

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT-KL


RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2020
01. PENDAHULUAN
● Tonsil adalah salah satu macam jaringan limfoid yang berfungsi
sebagai sistem pertahanan tubuh dari patogen dan partikel asing.

● Tonsil bekerja spesifik di sekitar faring yang secara struktural


membentuk cincin Waldeyer.

● Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian


dari cincin Waldeyer.

● Tonsilitis merupakan penyakit bidang THT yang sering dijumpai dalam


praktik klinik.
02. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Secara struktural, tonsil membentuk cincin
Waldeyer yang terdiri dari :
1. Tonsila Palatina/Faucial
• Anterior : arkus palatoglossus
• Posterior : arkus palatofaringeus
• Superior : palatum mole
• Inferior : tonsila lingualis
• Lateral : m. Konstriktor faring superior
2. Tonsila Faringealis/Adenoid
3. Tonsila Lingualis
4. Tonsila Tubarius
Vaskularisasi dan Inervasi
1. Vaskularisasi
A. Karotis eskterna bercabang menjadi 3 :
• A. Maksilais eksterna  a. Tonsilaris dan a.
Palatina asenden
• A. Maksilaris interna  a. Palatina desenden
• A. Lingualis  a. Lingualis dorsal dan a.
Faringeal asenden.
Vena dari tonsila palatina bermuara ada pleksus
faring.

2. Inervasi
• Tonsil bagian atas n. Trigeminus melalui
ganglion sfenoalatina
• Tonsil bagian bawah  n. Glosofaringeus
• Adenoid  cabang n. Glosofaringeus dan n.
Vagus.
• Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi.
• Tonsil mengandung sel limfosit. : Limfosit B membentuk 50-60% dari limfosit
tonsilar, limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% sel plasma yang matang.
• Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim
dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar.

Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu :


1. Tonsil berbentuk cincin yang berfungsi sebagai pelindung di antara rongga mulut dan
faring dengan cara menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif;
2. Sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik.
03.
KLASIFIKASI
Berdasarkan lama perjalanan penyakit

Tonsilitis Akut Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik


Rekuren
Onset < 3 minggu Tonsilitis berulang Onset > 3 minggu
beberapa kali dalam
Penyebab : GABHS, EBV, H. setahun. Penyebab : sama dengan
Influenza, pneumokokus, S. tonsilitis akut, rokok,
pyogenes makanan, mouth hygiene.
Tonsil hiperemis & edema Tonsil edema dengan
permukaan tidak rata
Kripte tidak melebar Kripte melebar

Detritus +/- (folikularis Detritus +


lakunaris)
Tonsilitis
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebab
Bakterial

GABHS, S. Pneumoniae, S. Pyogenes

Corynebacterium diphteriae

Viral

Epstein barr, coxsackie


TONSILITIS BAKTERIAL AKUT (strepthroat)
● Etiologi : Streptococcus beta haemoliticus group A >>, S. pyogenes, S.
pneumoniae, S. viridan.
● GABHS merupakan bakteri komensal dan dapat bertransmisi via saliva dan
sekret hidung.
● Gejala klinis : Nyeri tenggorokan, Sulit menelan, Demam, Nyeri alih ke
telinga, Malaise, Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe servikal,
‘strawberry tongue’
● Pemeriksaan fisik : Tonsil hiperemis dan edema disertai detritus yang
mengisi kripte tonsil sebagai bercak kuning. Awalnya detritus berbentuk
folikularis kemudian berkembang menjadi lakunaris. Faring hiperemis.
● Pemeriksaan penunjang : Rapid Antigen Test (RAT), kultur swab tenggorok
Tonsilitis Bakterial Akut Skor Centor (alur tatalaksana nyeri tenggorok
TONSILITIS VIRAL AKUT
● Etiologi : Epstein barr virus, Coxsakie virus.
● Virus tersebut dapat bertransmisi via saliva
● Gejala klinis : Seperti common cold ditambah nyeri tenggorok.
● Pemeriksaan fisik : faring dan tonsil hiperemis dan edema.
TONSILITIS MEMBRANOSA DIFTERI
● Etiologi : Corynebacterium diphteriae. Bakteri batang gram (+) berbentuk
seperti drum stick, aerob, memiliki eksotoksin A dan B (sangat toksik pada
bakteriofaga). Penularan via kontak langsung, droplet, fomite.
● Gejala : Demam, nyeri tenggorok, nyeri telan, malaise. Bila meluas 
pembengkakan di submandibula dan leher anterior, pembesaran kelenjar
limfe servikal, obstruksi jalan napas, serak. Gejala eksotoksin sistemik 
kerusakan jantung, saraf, dan ginjal.
● Pemeriksaan fisik : Tonsil edema ditutupi oleh bercak putih-keabuan kotor
yang makin meluas membentuk membran (pseudomembran).
Pseudomembran melekat di dasar mukosa dan berdarah bila diangkat.
● Pemeriksaan penunjang : Pewarnaan gram, kultur swab tenggorok.
Pemeriksaan mikroskopis
C. diphteriae

Tonsilitis Difteri
TONSILITIS KRONIK
● Penyebab : Etiologi sama dengan tonsilitis akut. Faktor predisposisi : iritasi
menahun oleh rokok, pengobatan tonsilitis akut tidak adekuat, higiene
mulut buruk.
● Gejala klinis : Sulit menelan, tenggorokan kering, napas berbau.
● Pemeriksaan fisik : Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata
(berbenjol-benjol), kripte melebar akibat pembentukan jaringan parut
setelah penyembuhan jaringan limfoid, muara kripte terisi oleh detritus.
Tonsilitis Kronik
KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat pembesaran tonsil
04.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Penunjang

• Nyeri tenggorok • Penilaian tonsil : • Pewarnaan gram


• Nyeri telan ukuran, detritus, • Rapid antigen test
• Susah menelan kripte, warna. untuk GABHS
• Demam • Faring : hiperemis, • Kultur swab
• Malaise pesudomembran tenggorok
• Bau mulut • KGB servikal :
• Napas berbau pembesaran, nyeri
• Hilang nafsu makan tekan
• Gejal ISPA
• Suara serak
05.
DIAGNOSA BANDING

● Faringitis
● Abses Peritonsilar
● Laringitis
● Hiperplasia Tonsil
● Tonsilolith
06.
PATOFISIOLOGI
07.
TATA LAKSANA
Medikamentosa
Tonsilitis Bakterial Tonsilitis Viral Tonsilitis Difteri Tonsilitis Kronik

 Analgetik :  Analgetik  Anti difteri serum  Simptomatis


Paracetamol/  Simptomatis  Antibiotik : inj.  Obat kumur
ibuprofen  Antivirus, bila Penisilin prokain, antiseptik
 Antibiotik : gejala berat Eritromisin.
AmoxiClav,  Kortikosteroid
Eritromisin,  Simptomatis
Ampicilin,
inj.Penisilin G
Tambahan :
Sol.Povidone
Iodine (kumur
antiseptik),
Kortikosteroid bila
gejala berat,
Simptomatis
TATA LAKSANA
Non-Medikamentosa
Tonsilitis Bakterial Tonsilitis Viral Tonsilitis Difteri Tonsilitis Kronik

 Bed rest  Bed rest  Bed rest  Bed rest


 Kumur air garam  Kumur air garam  Isolasi mandiri 2-3  Kumur air garam
hangat hangat minggu hangat
 Minum cukup  Minum cukup  Minum cukup
 Diet lunak  Diet lunak  Diet lunak
 Tonsilektomi
dengan indikasi
TONSILEKTOMI
Indikasi Absolut Indikasi Relatif
1. Obstruksi saluran napas 1. ≥3 episode kambuhan dalam setahun
2. Riwayat abses peritonsil yang 2. Halitosis e.c. Tonsilitis kronik
tidak membaik 3. Tonsilitik kronik atau berulang pada
3. Biopsi menentukan patologi karier GABHS setelah pengobatan
anatomi adekuat
4. Tonsilitis yang menimbulkan
kejang demam
TONSILEKTOMI
Kontraindikasi Relatif
1. Gangguan perdarahan
2. Anemia
3. Risiko anestesi atau penyakit sistemik berat
TATA LAKSANA
Edukasi

● Memberi informasi tentang penyakit, faktor risiko, cara penularan, dan


pencegahan.
● Memberi informasi penggunaan obat medikamentosa yang sesuai.
● Mengarahkan untuk kontrol bila gejala memberat atau obat telah habis.
● Merujuk ke fasilitas layanan kesehatan sekunder bila menemukan
penyulit pada pasien.
● Memberi dukungan untuk melakukan isolasi mandiri ketat guna
pemutusan rantai penularan difteri.
● Mengarahkan untuk melakukan vaksinasi difteri bila belum pernah.
● Meningkatkan higienitas pasien.
TATA LAKSANA
Kriteria Rujukan

1. Komplikasi tonsilitis akut : abses peritonsiler,


septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam
rematik akut.
2. Adanya indikasi tonsilektomi.
3. Pasien dengan tonsilitis difteri ditambah melapor ke
Dinas Kesehatan setempat.
08.
KOMPLIKASI

Tonsilitis Bakterial Tonsilitis Difteri

Abses peritonsilar, abses parafaring, Laringitis difteri, miokarditis, parese


otitis media akut, sinusitis, septikemia, otot palatum mole, otot mata untuk
endokarditis, glomerulonefritis akut, akomodasi, otot faringolaring, gagal
demam reumatik, obstructive sleep ginjal akut, albuminuria
apnea syndrome
09.
PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : Bonam


Quo Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad Sanam : Dubia Ad Bonam
10.
KESIMPULAN

● Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian


dari cincin Waldeyer.
● Klasifikasi tonsilitis berdasarkan lama perjalanan penyakit : akut dan
kronik, berdasarkan penyebabnya : viral dan bakterial, berdasarkan
derajat pembesaran tonsil ada T0 – T4.
● Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis keluhan pasien gangguan
menelan, pemeriksaan fisik ada pembesaran tonsil, dan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui penyebab dasarnya.
● Tatalaksana meliputi terapi kausal, simptomatis, bed rest, diet lunak,
dan edukasi terarah.
DAFTAR PUSTAKA

● Adams, G. I., Boeis, L.R. 2014. Buku Ajar Penyakit THT BOEIS Edisi Ke-
6. Jakarta : EGC.
● Kemenkes RI. 2018. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana Tonsilitis Tahun 2018.
● Keskin, H., & Guvenmez, O. 2019. A new treatment modality to reduce
acute tonsillitis healing time. Journal of Population Therapeutics and
Clinical Pharmacology. 26(2), e14-e19.
● Soepardi, E.A., Iskandar, N. 2015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-7. Jakarta : FKUI.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai