Anda di halaman 1dari 6

MUHKAM-

MUTASYABIHAT
Cholid Ma’arif, S.Hum., M.Ag.
ARGUMEN MUHKAM-MUTASYABIHAT:
“..Dialah yang menurunkan al-Kitab kepadamu. Di antara (isinya)ada ayat-ayat
muhkamat, itulah pokok-pokok Alquran dan yang ayat-ayat mutasyabihat. (Ali-Imran:7)

LAFADZ DALAM
ALQURAN MODEL DEMIKIAN
ALQURAN SEBAGAI MENGANDUNG MEMBERI PELUANG
PEDOMAN POKOK- UNGKAPAN DAN GAYA PRODUKSI AYAT
POKOK AGAMA BAHASA YG BERBEDA HUKUM YG PASTI
NAMUN SATU MAKNA MAUPUN YG SAMAR-
SAMAR
“MUHKAM” SECARA UMUM & KHUSUS
◦ Secara umum, muhkam berarti “Sesuatu yang dikokohkan” atau memutuskan antara dua hal
atau perkara. Sehingga, ihkamul kalam bermakna mengokohkan perkataan dengan
memisahkan antara berita yg benar dan salah.
◦ Secara khusus, muhkam adalah ayat yg mudah diketahu maksudnya, mengandung satu wajah
makna, dan maksudnya diketahui secara langsung tanpa membutuhkan keterangan lain.
◦ Beberapa contoh ayat muhkam dalam Alquran seperti ayat-ayat nasikh, tentang halal-haram,
hudud (hukuman), kewajiban, janji, dan ancaman.
◦ Landasan dalil muhkam: “..(Inilah) sebuah kitab yang ayat-ayatnya di-muhkam-kan,
dikokohkan serta dijelaskan secara rinci dari ALLAH Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu”
[QS. Hud: 11]
“MUTASYABIH” SECARA UMUM &
KHUSUS
◦ “Mutasyabih” dalam arti umum adalah keserupaan atau kemiripan di antara dua hal.
Sehingga, “tasyabbuh al-kalam” berarti: kesamaan atau kesesuaian perkataan karena
sebagiannya membenarkan sebagian yg lain.
◦ Mutasyabih ayatnya hanya diketahui maksudnya oleh Allah, karena mengandung banyak
wajah makna, dan masih memerlukan penjelasan dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.
◦ Ayat-ayat mutasyabihat dapat ditemui contohnya pada ayat-ayat Mansukh dan tentang
asma Allah serta sifat-sifatNya.
◦ Beberapa contoh ayat: “..ar-Rahman bersemayam di atas ‘arsy [Taha:5], “Segala sesuatu
pasti binasa kecuali wajahNya”[al-Qasas:88], “Tangan Allah di atas tangan mereka” [al-
Fath:10], “Dan datangalah Tuhanmu” [al-Fajr:22].
PERBEDAAN MEMAHAMI DALIL MUTASYABIHAT
(Wa maa ya’lamu ta’wilahu illa Allah wa al-rasikhuuna fi l-’ilmi yaquluuna..[3:7])

Ubay b. Ka’ab, Ibn Mas’ud, Ibn Abbas dll


Mujahid, juga an Nawawi dalam syarah Muslim
sahabat, tabi’in.

◦ Berpendapat bahwa ayat di atas ◦ Berpendapat bahwa tidak mungkin Allah


menunjukkan bahwa yang mampu menyeru hamba-hambaNya dengan sesuatu
mengetahui ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui maksudnya oleh
hanyalah Allah saja, sehingga ayat di mereka, sehingga huruf wawu dlm dalil
atas dibaca dengan waqof “ya’lamu tersebut sbg ‘athaf dari “illa Allah wa l-
ta’wilahu illa Allah” raasikhuuna”.
◦ Didasarkan pd Riwayat al-Hakim dlm ◦ Didasarkan pengakuan Mujahid dlm
Mustadrak yg brsumber dr Ibn Abbas riwayatnya bhw ia bacakan mushaf sampai
juga qira’ah Ibn Mas’ud. khatam kpd Ibn Abbas berikut pemahaman
dan tafsirannya.
KOMPROMITAS PADA MAKNA TA’WIL
Sebagai solusi penengah, hakikatnya tidak ada pertentangan antara dua pendapat
sebelumnya karena sama-sama Kembali pd arti ta’wil, diantaranya:

◦ Ta’wil dengan pengertian mengalihkan lafaz dari makna yg kuat (rajih) kepada makna
yg lemah (marjuh) disebabkan adanya suatu dalil yang menghendakinya. Ex: ta’wil
lafaz “yadullah” sbg “qudratullah”.
◦ Ta’wil dengan makna tafsir (menerangkan, menjelaskan) yaitu pembicaraan untuk
menafsirkan lafaz-lafaz agar maknanya dapat dipahami.
◦ Ta’wil adalah hakikat substansi yang menjadi tempat rujukan pembicaraan Kembali.
Didasarkan pd Riwayat Aisyah bhw Ketika Rasulullah membaca tasbih dalam ruku’
dan sujudnya itu sesungguhnya sbg ta’wil beliau trhadap ayat Q.S. an Nasr: 3..(fasabbih
bi hamdi rabbika..)
◦ (SUMBER: AL-QATHTHAN)

Anda mungkin juga menyukai