Anda di halaman 1dari 63

SOSIALISASI

PERMENDAGRI NO. 77 TAHUN


2020
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS
PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

Disampaikan dalam Bimbingan Teknis Sistem dan Prosedur


Penatausahaan Keuangan Daerah

Oleh:
Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu
Iskandar Novianto, Ak., M.Si., CFrA., CA., QIA., CIPSAS., CGCAE

Curup, 25 Mei 2022


Iskandar Novianto, Ak., M.Si., CFrA., CA., QIA., CIPSAS., CGCAE
Pendidikan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu
• Ajun Akuntan, lulus tahun 1985 dari Jakarta, 20 November 1963
Course
STAN, Depkeu, Jakarta 1. Benchmarking e-Government Architechture
• Akuntan, lulus tahun 1993 dari and Implementation di Jepang, Februari 2019
STAN, Depkeu, Jakarta 2. South Knowledge Exchange Program on
• Magister Administrasi Publik, Univ Village Governance and Ecomic Development,
Gadjah Mada lulus tahun 2005 Kolkata, Chennai, New Delhi, India, Januari-
Februari 2017
3. International Study and Banchmark Course,
Jabatan Implementation of Accrual Bases Accounting
in Public Sector, Massey University, New
1. Ketua Tim Audit, tahun 1993 – 1998 Pada Zealand, October 2013
Perw. BPKP Provinsi Bengkulu 4. Training Workshop Developing Performance
2. Kepala Seksi, tahun 1998 – 2002 di Perw. Measurements in the Public Sector, PTS,
BPKP Kalimantan Selatan Ottawa, Canada, July 2010
3. Pengendali Teknis, tahun 2003 – 2005 di Perw.
BPKP DIY
4. Kasubditwas Penyelenggaraan Keuangan Pengalaman Lain
Daerah, BPKP 2005-2011
5. Kasubditwas Pertahanan dan Keamanan, BPKP 1. Dewan Pertimbangan Otonomi
Mar 2012-Sept 2012 Daerah (DPOD), Bid. Monev
6. Kepala Perwakilan BPKP Prov. Kalteng, Sept 2. Tim Teknis Nasional Evaluasi
2012 s.d Juni 2015 Kinerja Penyelenggaraan
7. Direktur PPKD Wil 3, Juni 2015 s.d April 2019. Pemerintahan Daerah (EKPPD)
8. Direktur Pengawasan Akuntabilitas, Keuangan, 3. Pokja Komite Standar Akuntansi
Pembangunan dan Tata Kelola Pemerintahan Pemerintah (KSAP)
082150662013 / iskandarnovi@yahoo.com 4. Wakil Ketua I Kompartemen
Desa, Apr 2019 s.d Okt 2019
9. Kepala Perwakilan BPKP Prov. Bengkulu, Nov Pembina Utama Madya / IV.d Akuntan Sektor Publik (KASP),
2019 - Sekarang Ikatan Akuntan Indonesia
DASAR HUKUM PP 12/2019
UU No. 23 Tahun 2014

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan,


pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan
dan pertanggungjawaban keuangan Daerah diatur
dengan PERATURAN PEMERINTAH.
Penjelasan
Pasal 330
Penyusunan Peraturan Pemerintah diselaraskan
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai keuangan negara dan
perbendaharaan negara serta ketentuan
peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
DASAR HUKUM PERMENDAGRI 77/2020
PP No. 12 Tahun 2019

Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan


pengawasan terhadap pelaksanaan
Pasal 221
Pengelolaan Keuangan Daerah, Menteri
Ayat (1)
menetapkan Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Daerah.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
UU 23/2014
UU 23/2014 & UU 17/2003
Perubahannya
PP 12/2019 UU 1/2004
PERMENDAGRI UU 15/2004
77/2020
PP 71/2010
Perda/Qanun

PKD
Perkada ttg Sisdur
PP 12/2019
Pengelolaan Keuda

Perkada Teknis Lainnya PERMENDAGRI 77/2020


(Perkada Kebijakan Akuntansi, Perkada
Sistem Akuntansi Pemda (SAPD), ASB dll.
Permendagri No. 77 Tahun 2020
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 3

Pada saat Permendagri 77/2020 mulai berlaku:


a. Peraturan daerah yang mengatur mengenai Pengelolaan
Keuangan Daerah;
b. Peraturan kepala daerah yang mengatur mengenai Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah;
c. Peraturan kepala daerah yang mengatur mengenai Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Daerah;
d. Peraturan kepala daerah yang mengatur mengenai Sistem
Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD); dan
e. Peraturan kepala daerah yang mengatur mengenai Analisis
Standar Belanja (ASB),

ditetapkan paling lama tahun 2022.


Permendagri No. 77 Tahun 2020
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 2
Permendagri No. 77 Tahun 2020 ttg Pedoman Teknis Pengelolaan Keuda,
mengatur hal-hal sebagai berikut:
a. pengelola keuangan daerah; --- (Bab I)
b. APBD; --- (Bab II)
c. penyusunan rancangan APBD; --- (Bab III)
d. penetapan APBD; --- (Bab IV)
e. pelaksanaan dan penatausahaan; --- (Bab V)
f. laporan realisasi semester pertama APBD dan perubahan APBD;-
(Bab VI)
g. akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah daerah; --- (Bab VII)
h. penyusunan ranc. pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; --- (Bab
VIII)
i. kekayaan daerah dan utang daerah; --- (Bab IX)
j. badan layanan umum daerah (BLUD); --- (Bab X)
k. penyelesaian kerugian keuangan daerah (TGR); --- (Bab XI)
l. informasi keuangan daerah (SIPD); --- (Bab XII) dan
m. pembinaan dan pengawasan --- (Bab XIII).
LINGKUP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Perencanaan Pelaksanaan/ Pelaporan/
Anggaran
Penatausahaan Pertanggungjawaban
Output/Input Proses Output/Input Proses Output/Input Proses Output
Kebijakan Umum APBD

Prioritas & Plafon


Anggaran Sementara
Kegiatan
• RPJMD/RKPD Anggaran
• Renstra SKPD
• Kinerja Masa Lalu APBD
• Prestasi Kerja Penatausahan &
• Asumsi Dasar
Akuntansi
• Kebijakan • Perda APBD Laporan
Pemerintah
Pelaksanaan APBD
(RPJM/RKP/ • Formulir/Dokumen
Prioritas Evaluasi
Pembangunan) • Catatan/Register
Kinerja
• Semesteran
• Tahunan Hasil
Evaluasi
LINGKUP DAN RINCIAN BAHASAN PENGELOLAAN KEUDA
Permendagri 13/2006 dengan Permendagri 77/2020

Permendagri 13/2006 Permendagri 77/2020


 Menjelaskan secara  Menjelaskan secara
cukup memadai ruang rinci ruang lingkup
lingkup pengelolaan pengelolaan keuda.
keuda.
 Jumlah Pasal: 5
 Jumlah Pasal: 336

Bacalah Permendagri 77/2020 bersamaan dengan PP 12/2019


sebagai satu kesatuan regulasi pengelolaan keuda
Hak Daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah
serta melakukan pinjaman;

Kewajiban Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan


dan membayar tagihan/utang pihak ketiga;

Penerimaan Daerah;

Batasan Pengertian/
Lingkup Keuda
Pengeluaran Daerah;
Pasal 2 Vs Bab 2

Kekayaan Daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain


berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak lain
yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan daerah
yang dipisahkan;

Kekayaan Pihak Lain yang dikuasai oleh Daerah dalam rangka


penyelenggaraan tugas Daerah dan/atau kepentingan umum.
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Permendagri 13/2006 Permendagri 77/2020

Kepala Daerah Melimpahkan


Kepala Daerah melimpahkan pelaksanaaan kekuasan pengelolaan
pelaksanaan kekuasaan pengelolaan keuangan daerah kepada Pejabat
keuangan daerah kepada: Perangkat Daerah:
a. Kepala Satuan Kerja Pengelola a. Sekda selaku Koordinator Pengelola
Keuangan Daerah selaku Pejabat Keuda
Pengelola Keuangan Daerah/PPKD.
b. Kepala SKPKD selaku Pejabat PPKD.
b. Kepala SKPD selaku Pejabat
Pengguna Anggaran/Pengguna c. Kepala SKPD selaku PA.
Barang Daerah.
c. Sekda selaku Koordinator Pengelola
Keuda.
Pejabat Terkait Pengelolaan Keuangan Daerah

• Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuda – Kepala Daerah – 4 – Bab I


• Koordinator Pengelolaan Keuda - Sekda
• Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) – Ka. BPKAD/BPKD/BPPKAD/BKD
• Bendahara Umum Daerah (BUD) – Ka. BPKAD/BPKD/BPPKAD/BKD
• Kuasa BUD ---- Dapat Ditunjuk Lebih dari 1 Orang Kuasa BUD
• Pengguna Anggaran (PA) – Kepala SKPD
• Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) – Sekr./Kabag/Kabid/Ka. UPTD/Cab Dinas
• Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) – Kasubbid/Kasie
• Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) – Ka. TU/Kasub Keu.
• Pejabat Penatausahaan Keuangan Unit SKPD (PPK-Unit SKPD) – Kasie/JFU/Staf
• Bendahara Penerimaan & Bendahara Pengeluaran – JFU/Staf
• Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) – Bappeda, Keuangan dll -22
SK Kepala Daerah mengenai Penetapan Para Pejabat Pengelola Keuda
1. Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelolaan Keuda;
2. Kepala SKPKD selaku PPKD;
3. Kepala SKPD selaku PA. ---- 4 (6)
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);
5. Bendahara Penerimaan;
6. Bendahara Pengeluaran;
7. Bendahara Penerimaan Pembantu – dalam hal ada dibentuk KPA - Unit SKPD;
8. Bendahara Pengeluaran Pembantu – dalam hal ada dibentuk KPA - Unit SKPD;
9. Pejabat yang bertugas melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah;
10. Pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
11. Pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan & memerintahkan pembayaran;
12. Pejabat lainnya dalam rangka Pengelolaan Keuda sesuai per-UU-an. --- 4 (2)

SK Kepala SKPD selaku PA mengenai Penetapan Para Pejabat Pengelola Keuda


1. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) --- 12 (1) dalam hal ada KPA maka PPTK ditetapkan oleh KPA;
2. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK - SKPD); --- 14 (1)
3. Pejabat Penatausahaan Keuangan Unit SKPD (PPK - Unit SKPD); --- 15 (1)
4. Pejabat lainnya dalam rangka Pengelolaan Keuda sesuai per-UU-an. --- 10 (1m) & 20 (1) antara lain: Pembantu
Bendahara Penerimaan, Pembantu Bendahara Pengeluaran, Staf PPK-SKPD, Staf PPTK dll.
AZAS UMUM APBD

PP 12/2019 dan Permendagri 77/2020

 APBD disusun sesuai dengan kebutuhan


penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah yang
menjadi kewenangan Daerah dan kemampuan
Pendapatan Daerah.
 Fungsi APBD: otorisasi, perencanaan, pengawasan,
alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
 Prinsip-prinsip penganggaran pendapatan, belanja
dan pembiayaan.
Prinsip-prinsip Penganggaran

 Semua penerimaan dianggarkan dalam APBD (on budget).

 APBD disusun dengan mempedomani KUA PPAS yang didasarkan pada


RKPD.

 Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan secara Bruto.

 Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dapat dicapai serta


berdasarkan ketentuan per-UU-an.

 Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian


tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan harus didukung dengan
dasar hukum yang melandasinya.
KLASIFIKASI APBD
Klasifikasi APBD dalam Raperkada
Klasifikasi APBD dalam Raperda ttg Penjabaran APBD dirinci menurut:
tentang APBD dirinci menurut: a. Urusan Pemerintahan Daerah;
a. Urusan Pemerintahan Daerah; b. Bidang Urusan;
b. Bidang Urusan; c. Organisasi;
c. Organisasi; d. Program;
d. Program; e. Kegiatan;
e. Kegiatan; f. Sub Kegiatan;
f. Sub Kegiatan; g. Akun;
g. Akun; h. Kelompok;
h. Kelompok; dan i. Jenis
j. Obyek;
i. Jenis
k. Rincian Obyek; dan
Pendapatan, Belanja, & Pembiayaan.
l. Sub Rincian Obyek;
Pendapatan, Belanja, & Pembiayaan.
Klasifikasi APBD mengacu pada ketentuan per-UU-an mengenai Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah serta pemutakhirannya. --- Permendagri 90/2019 & Kepmendagri 050/2020.
STRUKTUR APBD
PENDAPATAN BELANJA PEMBIAYAAN
Pendapatan Asli Daerah Belanja Operasi Penerimaan Pembiayaan
Pajak Daerah  SiLPA
Retribusi Daerah Belanja Pegawai
Pencairan Dana Cadangan
 Hasil Pengelolaan Kekayaan Belanja Barang & Jasa
Daerah yang Dipisahkan  Penjualan Kekayaan Daerah yang
Belanja Bunga Dipisahkan (Divestasi)
Lain-lain PAD yang Sah
Penerimaan Pinjaman Daerah
Pendapatan Transfer Belanja Subsidi
 Penerimaan Kembali Pemberian
 Transfer Pemerintah Pusat Belanja Hibah Pinjaman Daerah
(Dana Perimbangan, DID, Otsus,
Keistimewaan & Dana Desa)  Belanja Bantuan Sosial  Penerimaan Pembiayaan Lainnya
sesuai per-UU-an
 Transfer Antar Daerah Belanja Modal
(Pendapatan Bagi Hasil & Pengeluaran Pembiayaan
Bantuan Keuangan) Belanja Tidak Terduga  Pembayaran Cicilan Pokok Utang
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Belanja Transfer  Penyertaan Modal Pemda
Hibah (Investasi)
Dana Darurat Belanja Bagi Hasil  Pembentukan Dana Cadangan
 Lain-Lain Pendapatan sesuai Pemberian Pinjaman Daerah
per-UU-an Belanja Bantuan Keuangan  Pengeluaran Pembiayaan Lainnya
sesuai per-UU-an
STRUKTUR PENDAPATAN
A. Pendapatan Asli Daerah:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang Sah

B. Pendapatan Transfer (dh. Dana Perimbangan):


1. Transfer Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan: DTUmum dan DTK, Dana
Insentif Daerah, Dana Otsus dan Keistimewaan dan Dana Desa)
(dh. (1) Dana Bagi Hasil (2) Dana Alokasi Umum (3) Dana Alokasi Khusus
2. Transfer antar Daerah (Pendapatan Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan)

C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah:


1. Hibah
2. Dana Darurat
3. Lain-lain Pendapatan sesuai per-UU-an
LARANGAN - PENDAPATAN

Pemda
DILARANG Hasil
Kepala Daerah dikenai
sanksi administratif tidak pungutan
Melakukan pungutan atau yang Jika dibayarkan hak-hak wajib
disebut nama lain yang Dilakukan keuangannya yang diatur disetorkan
dipersamakan dengan pungutan dalam ketentuan per-UU- seluruhnya
di luar yang diatur dalam an selama 6 (enam)
undang-undang ke Kas
bulan
Negara

Melakukan pungutan yang


menyebabkan ekonomi biaya
tinggi, menghambat mobilitas Kepala Daerah dikenai
penduduk, lalu lintas barang
dan jasa antar daerah, dan Jika sanksi administratif
kegiatan ekspor/impor yang Dilakukan sesuai ketentuan per-
merupakan program strategis
nasional. UU-an

Pasal 32 Pasal 33
Struktur Belanja
PP 58/2005 &
KEPMENDAGRI 29/2002
PERMENDAGRI 13/2006

APARATUR (1) & PELAYANAN PUBLIK (2)


 Belanja Administrasi Umum  Belanja Tidak Langsung
 Belanja Pegawai  Belanja Pegawai
 Belanja Barang & Jasa  Belanja Bunga
 Belanja Perjalanan Dinas  Belanja Subsidi
 Belanja Pemeliharaan  Belanja Hibah
 Belanja Bantuan Sosial
 Belanja Bagi Hasil & Bantuan Keu
 Belanja Tak Terduga

 Belanja Operasi & Pemeliharaan  Belanja Langsung


 Belanja Pegawai Program …
 Belanja Barang & Jasa Kegiatan …
 Belanja Perjalanan Dinas Belanja Pegawai
 Belanja Pemeliharaan Belanja Barang & Jasa
Belanja Modal
 Belanja Modal
 Belanja Modal Option Add Text

BELANJA BAGI HASIL & BANTUAN KEU


BELANJA TIDAK TERSANGKA
Struktur Belanja
Permendagri 77/2020, Permendagri 90/2019 & Kepmen 050/2020
 Urusan Pemerintahan Daerah
 Bidang Urusan
 Organisasi
 Program
 Kegiatan
 Sub Kegiatan

 Belanja Operasi
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang dan Jasa
 Belanja Bunga
 Belanja Subsidi
 Belanja Hibah
 Belanja Bantuan Sosial

 Belanja Modal
 Belanja Tidak Terduga
 Belanja Transfer
 Belanja Bagi Hasil; dan
 Belanja Bantuan Keuangan
Struktur Belanja
PP 58/2005 &
KEPMENDAGRI 29/2002
PERMENDAGRI 13/2006 PP 12/2019 & PERMENDAGRI 77/20
 Urusan Pemerintahan Daerah
 APARATUR & PELAYANAN PUBLIK  Bidang Urusan
 Organisasi
 Program
 Kegiatan
 Sub Kegiatan

 Belanja Administrasi Umum  Belanja Tidak Langsung  Belanja Operasi


 Belanja Pegawai  Belanja Pegawai  Belanja Pegawai
 Belanja Barang & Jasa  Belanja Bunga
 Belanja Barang dan Jasa
 Belanja Perjalanan Dinas  Belanja Subsidi
 Belanja Bunga
 Belanja Pemeliharaan  Belanja Hibah
 Belanja Bansos
 Belanja Subsidi
 Belanja Bagi Hasil &  Belanja Hibah
Bantuan Keuangan  Belanja Bantuan Sosial
 Bel. Tidak Terduga

 Belanja Operasi & Pemeliharaan  Belanja Langsung  Belanja Modal


 Belanja Pegawai  Program …  Belanja Tidak Terduga
 Belanja Barang/Jasa  Kegiatan …
 Belanja Transfer
 Belanja Perjalanan Dinas  Belanja Pegawai
 Belanja Bagi Hasil dan
 Belanja Pemeliharaan  Belanja Barang & Jasa
 Belanja Bantuan Keuangan
 Belanja Modal  Belanja Modal
 Belanja Modal
Option Add Text

BELANJA BAGI HASIL & BANTUAN


KEUANGAN
BELANJA TIDAK TERSANGKA
Pedoman Belanja VS Pedoman RKA-SKPD

Pedoman Belanja: Pedoman RKA-SKPD:


a. Standar Harga Satuan Regional, a. Indikator Kinerja (Input,
b. Analisis Standar Belanja, dan/atau Output, Hasil);
Standar Teknis sesuai dengan b. Tolok Ukur dan Sasaran
ketentuan per-UU-an. Pasal 51 Kinerja sesuai Analisis
Standar Belanja (ASB);
c. Standar Harga Satuan
Standar Harga Satuan Regional ditetapkan (SHS);
dengan Perpres. Digunakan sebagai d. RKBMD; dan
Pedoman dalam menyusun Standar Harga e. Standar Pelayanan
Satuan pada Pemda yang ditetapkan Minimal (SPM) Pasal 97
Keputusan Kepala Daerah. 97

Analisis Standar Belanja dan/atau Standar


Teknis ditetapkan dengan Perbup. 51
Belanja Hibah (1)

 Belanja hibah dapat diberikan kepada:


a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah lainnya;
c. BUMN;
d. BUMD;
e. Badan/Lembaga/Ormas yang berbadan hukum Indonesia; dan/atau
f. Partai Politik.

 Kriteria/Karakteristik Belanja Hibah:


a. Peruntukkannya telah ditetapkan secara spesifik;
b. Bersifat tidak wajib dan tidak mengikat;
c. Tidak secara terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali:
1) kepada PemPus yang mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan tidak tumpang tindih dengan APBN;
2) badan dan lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah atau pemda sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
ketentuan per—UU-an;
3) partai politik dan/atau
4) ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;
d. memberikan nilai manfaat bagi pemda yang mendukung terselenggara-nya fungsi pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan.
e. memenuhi persyaratan penerima hibah.

 Dianggarkan sesuai dengan kemampuan keuda setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan pemerintahan
wajib dan pilihan, kecuali ditentukan lain sesuai dengan per-UU-an.
Belanja Hibah (2)

 Belanja Hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran, program, kegiatan, dan sub
kegiatan pemda dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat
untuk masyarakat.
 Hibah kepada badan dan lembaga dapat diberikan dengan persyaratan paling sedikit:
a. memiliki kepengurusan di daerah domisili;
b. memiliki keterangan domisili dari lurah/kades setempat; dan
c. berkedudukan dalam wilayah administrasi Pemerintah Daerah dan/atau badan dan
Lembaga yang berkedudukan di luar wilayah administrasi Pemerintah Daerah untuk
menunjang pencapaian sasaran program, kegiatan dan sub kegiatan pemerintah daerah
pemberi hibah.
 Hibah kepada organisasi kemasyarakatan dapat diberikan dengan persyaratan paling sedikit:
a. telah terdaftar pada kementerian yang membidangi urusan huham;
b. berkedudukan dlm wilayah administrasi Pemda yang bersangkutan; dan
c. memiliki sekretariat tetap di daerah yang bersangkutan.
Belanja Hibah (3)

 Belanja Hibah berupa Uang dan Barang atau Jasa dianggarkan pada SKPD terkait dan
dirinci menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek pada program, kegiatan, dan
sub kegiatan sesuai tupoksi SKPD.

 Pemberian hibah didasarkan atas usulan tertulis yang disampaikan kepada Kepala Daerah.

 Penerima hibah bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan hibah yang
diterimanya.

 Tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan


pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi hibah diatur lebih lanjut dengan
peraturan kepala daerah.
Penganggaran Hibah – Permendagri 32/2011

 Pemerintah
Pusat
 Pemda Lain USUL KDH
 BUMN/BUMD TERTULIS
 Badan dan
Lembaga MENUNJUK
 Ormas
 Parpol (Tanpa
Usulan) SKPD
REKOMENDASI SKPD
+
Add Text
TERKAIT
KUA DAN PERTIMBANGAN TAPD
SESUAI PRIORITAS
DAN KEMAMPUAN
(MENGEVALUASI
USULAN DAN
PPAS KEUDA REKOMENDASI)
(HIBAH UANG,
BARANG DAN/ATAU REKOMENDASI
JASA) TAPD KEPADA KDH
MELALUI TAPD
Belanja Bantuan Sosial

 Belanja Bansos ditujukan untuk pemberian bantuan berupa uang dan/atau


barang kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya
tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial, kecuali dalam keadaan tertentu dapat
berkelanjutan.
 Risiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang merupakan dampak dari krisis
sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam, atau bencana alam yang jika
tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat
hidup dalam kondisi wajar.
 Keadaan tertentu dapat berkelanjutan diartikan bahwa bantuan sosial dapat
diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari risiko
sosial.
 Bansos dianggarkan sesuai dengan kemampuan keuda setelah memprioritaskan
pemenuhan belanja urusan pemerintahan wajib dan pilihan, kecuali ditentukan
lain sesuai dengan per-UU-an.
Belanja Bansos
Kriteria/Karakteristik Bansos, paling sedikit:
a. Selektif: Bansos hanya diberikan untuk melindungi dari
kemungkinan risiko sosial;
b. Memenuhi Persyaratan Penerima: memiliki identitas
kependudukan sesuai per-UU-an;
c. Bersifat Sementara dan Tidak Terus Menerus, kecuali dalam
keadaan tertentu dapat berkelanjutan (sampai penerima
bantuan telah lepas dari risiko sosial); dan
d. Sesuai Tujuan Penggunaan:
1) Rehabilitasi Sosial
2) Perlindungan Sosial Add Text
3) Pemberdayaan Sosial
4) Jaminan Sosial:
5) Penanggulangan Kemiskinan.
6) Penanggulangan Bencana
Belanja Bansos
 Bansos terdiri atas:
a. Bansos yang Direncanakan; dan
b. Bansos yang Tidak Dapat Direncanakan.

 Bansos dapat berupa Uang dan Barang/Jasa.

 Bansos berupa uang kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat


terdiri atas bansos kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang
direncanakan dan yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.

 Bansos berupa uang adalah uang yang diberikan secara langsung kepada penerima
seperti beasiswa bagi anak miskin, yayasan pengelola yatim piatu, nelayan miskin,
masyarakat lanjut usia, terlantar, cacat berat dan tunjangan kesehatan putra putri
pahlawan yang tidak mampu. Add Text

 Bansos berupa barang adalah barang yang diberikan secara langsung kepada
penerima seperti bantuan kendaraan operasional untuk sekolah luar biasa swasta
dan masyarakat tidak mampu, bantuan perahu untuk nelayan miskin, bantuan
makanan/pakaian kepada yatim piatu/tuna sosial, termasuk bagi kelompok masy.
kurang mampu.
Belanja Bansos

 Bansos yang direncanakan dialokasikan kepada individu, keluarga, kelompok


dan/atau masyarakat yang sudah jelas nama, alamat penerima dan besarannya
pada saat penyusunan APBD.

 Bansos yang direncanakan berdasarkan usulan dari calon penerima dan/atau


atas usulan kepala SKPD.

 Bansos yang direncanakan dianggarkan pada SKPD terkait dan dirinci menurut
objek, rincian objek, dan sub rincian objek pada program, kegiatan, dan sub
kegiatan sesuai tupoksi SKPD terkait.
Add Text
 Penganggaran Bansos yang tidak dapat direncanakan sebelumnya dianggarkan
dalam Belanja Tidak Terduga (BTT).

 Bansos yang tidak dapat direncanakan sebelumnya dialokasikan untuk kebutuhan


akibat risiko sosial yang tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD
yang apabila ditunda penanganannya akan menimbulkan risiko sosial yang lebih
besar bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan.
Belanja Bansos

 Pagu alokasi anggaran Bansos yang tidak dapat direncanakan tidak melebihi
pagu alokasi anggaran Bansoso yg direncanakan.

 Usulan permintaan atas bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan


sebelumnya dilakukan oleh SKPD terkait.

 Anggota/kelompok masyarakat menyampaikan usulan tertulis atas Bansos yang


direncanakan kepada kepala daerah melalui SKPD sesuai dengan urusan dan
kewenangannya.

 Penerima Bansos bertanggung jawab secara formal dan material atas


Add Text
penggunaan Bansos yang diterimanya.

 Tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan


pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi bantuan sosial diatur lebih
lanjut dengan peraturan kepala daerah
Belanja Bansos (6)
Ilustrasi Penganggaran

Anggota/
Kelompok Masyarakat/ USUL TERTULIS KDH
Kepala SKPD
MENUNJUK

SKPD TERKAIT
(MENGEVALUASI USULAN DAN
REKOMENDASI)

KUA DAN PPAS


(BANSOS UANG DAN/ATAU
BARANG)
TAPD
33
Penganggaran Bansos - Permendagri 32/2011

Anggota/
Kelompok USUL TERTULIS KDH
Masyarakat/
Kepala SKPD MENUNJUK

REKOMENDASI SKPD
+
PERTIMBANGAN TAPD SKPD TERKAIT
SESUAI PRIORITAS DAN (MENGEVALUASI USULAN)
KEMAMPUAN KEUDA

KUA DAN PPAS


(BANSOS UANG DAN/ATAU
BARANG) REKOMENDASI
TAPD KEPADA KDH
MELALUI TAPD

34
Belanja Tidak Terduga

 BTT digunakan untuk menganggarkan pengeluaran untuk (1) keadaan darurat termasuk
(2) keperluan mendesak yang tidak dapat diprediksi sebelumnya dan (3) pengembalian
atas kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya serta
untuk (4) bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.

 Keperluan mendesak sesuai dengan karakteristik masing-masing pemerintah daerah


dilaksanakaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Add Text
 Keadaan darurat meliputi:
1) bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial dan/atau kejadian luar biasa;
2) pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan; dan/atau
3) kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu kegiatan pelayanan publik.
Belanja Tidak Terduga (2)

 Pengeluaran untuk mendanai keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya,


diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA SKPD (Pergeseran BTT), kecuali (Pembebanan
Langsung): untuk kebutuhan (1) tanggap darurat bencana, (2) konflik sosial, dan/atau
(3) kejadian luar biasa yang digunakan sesuai dgn ketentuan per-UU-an.

 Pengunaan BTT untuk kebutuhan tanggap darurat bencana meliputi pencarian dan
penyelamatan korban bencana, pertolongan darurat, evakuasi korban bencana,
kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, dan
penampungan serta tempat hunian sementara.
Add Text
 Batas waktu penggunaan BTT keadaan darurat adalah waktu status keadaan darurat
bencana yaitu dimulai saat tanggap darurat ditetapkan oleh kepala daerah sampai
ketetapan tahap tanggap darurat selesai.
Belanja Tidak Terduga (3)

 Keperluan mendesak meliputi:


1) kebutuhan daerah dalam rangka pelayanan dasar masyarakat yang
anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan;
2) Belanja Daerah yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat
wajib.
3) Pengeluaran Daerah yang berada diluar kendali Pemda dan tidak
dapat diprediksikan sebelumnya, serta amanat peraturan per-UU-
Add Text
an; dan/atau
4) Pengeluaran Daerah lainnya yang apabila ditunda akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi Pemda dan/atau
masyarakat.
Belanja Tidak Terduga (4)

 Bersifat Mengikat merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus
dialokasikan oleh Pemda dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam TA
berkenaan, seperti: (1) belanja pegawai: kekurangan gaji, tunjangan; dan (2) belanja barang dan
jasa antara lain untuk pembayaran TALI.

 Bersifat Wajib merupakan belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan


pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan, kesehatan, melaksanakan kewajiban
kepada pihak ketiga, kewajiban pembayaran pokok pinjaman, bunga pinjaman yang telah jatuh
tempo, dan kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan per-UU-an.
Add Text
 Dalam hal BTT tidak mencukupi untuk mendanai keadaan darurat, pemerintah daerah
menggunakan:
1) dana dari hasil penjadwalan ulang capaian program, kegiatan, dan sub kegiatan lainnya
serta pengeluaran Pembiayaan dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau
2) memanfaatkan kas yang tersedia.

 Penjadwalan ulang capaian program, kegiatan, dan sub kegiatan diformulasikan terlebih
dahulu dalam Perubahan DPA SKPD.
Belanja Tidak Terduga (5)

 Pengeluaran untuk mendanai keperluan mendesak yang belum tersedia anggarannya


dan/atau tidak cukup tersedia anggarannya, diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA SKPD
dan/atau Perubahan DPA SKPD.

 Kriteria keadaan darurat dan keperluan mendesak ditetapkan dalam Perda tentang APBD
tahun berkenaan.

 Pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya


untuk menganggarkan pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah
yang bersifat tidak berulang yang terjadi pada tahun sebelumnya.
Add Text

 Bansos yang tidak dapat direncanakan sebelumnya diusulkan oleh SKPD, terkait dengan tata
cara sebagai berikut:
1) kepala SKPD mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB) paling lama 1 (satu) hari
kepada PPKD selaku BUD;
2) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi dan mencairkan BTT kepada kepala SKPD paling
lama 1 hari sejak diterimanya RKB.
Belanja Tidak Terduga (6)

 Dalam hal BTT tidak mencukupi untuk mendanai keadaan darurat, pemerintah
daerah menggunakan:
1) dana dari hasil penjadwalan ulang capaian program, kegiatan, dan sub
kegiatan lainnya serta pengeluaran Pembiayaan dalam tahun anggaran
berjalan; dan/atau
2) memanfaatkan kas yang tersedia.
Add Text
 Penjadwalan ulang capaian program, kegiatan, dan sub kegiatan
diformulasikan terlebih dahulu dalam Perubahan DPA SKPD.
Belanja Tidak Terduga (7)
(Pembebanan Langsung pada BTT)

 Tata cara penggunaan BTT untuk mendanai Keadaan Darurat dilakukan dengan
tahapan:
1) Kepala daerah menetapkan status tanggap darurat untuk bencana alam, bencana
non-alam, bencana sosial termasuk konflik sosial, kejadian luar biasa sesuai
ketentuan per-UU-an;
2) Berdasarkan penetapan status kepala daerah dan/atau dokumen lain sesuai
ketentuan per-UU-an, Kepala SKPD yang membutuhkan sesuai dengan tugas dan
fungsi mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB) kepada PPKD selaku BUD.
3) Berdasarkan RKB, PPKD selaku BUD mencairkan dana kebutuhan belanja kepada
Kepala SKPD yang membutuhkan sesuai Add Textdengan tugas dan fungsi, paling lambat 1
(satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya RKB.
Belanja Tidak Terduga (8)
(Pergeseran BTT - 1)

 Tata cara penggunaan BTT untuk mendanai Keperluan Mendesak dilakukan melalui
Pergeseran Anggaran dari BTT kepada Belanja SKPD/Unit SKPD yang membidangi,
dengan tahapan:
1) Dalam hal anggaran belum tersedia, penggunaan BTT dahulu diformulasikan dalam
RKA-SKPD yang membidangi keuda;
2) Dalam hal anggaran belum tercukupi, penggunaan BTT terlebih dahulu
diformulasikan dlm Perubahan DPA-SKPD; dan
3) RKA-SKPD dan/atau Perubahan Add DPA-SKPD
Text menjadi dasar dalam melakukan
perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD untuk selanjutnya ditampung dalam
Perda tentang Perubahan APBD atau dituangkan dalam Laporan Realisasi Anggaran
bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan perubahan APBD atau telah
melakukan perubahan APBD.
Belanja Tidak Terduga (9)
(Pergeseran BTT - 2)

 Tata cara penggunaan BTT yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya
sesuai ketentuan per-UU-an SELAIN keadaan darurat dan keperluan mendesak
dilakukan dengan tahapan:
1) Dalam hal anggaran belum tersedia, penggunaan BTT terlebih dahulu
diformulasikan dlm RKA-SKPD yg membidangi keuda;
2) Dalam hal anggaran belum tercukupi, penggunaan BTT terlebih dahulu
diformulasikan dalam Perubahan DPA-SKPD; dan
3) RKA-SKPD dan/atau Perubahan AddDPA-SKPD
Text menjadi dasar dalam melakukan
perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD untuk selanjutnya ditampung
dalam Perda tentang Perubahan APBD atau dituangkan dalam Laporan
Realisasi Anggaran bagi Pemda yang tidak melakukan perubahan APBD atau
telah melakukan perubahan APBD.
HAL BARU - PENGANGGARAN BELANJA
PP 12/2019
antara Lain

Pasal 50
Pengaturan Daerah tidak memenuhi alokasi belanja sesuai dengan ketentuan per-UU-an, Menteri Keuangan
melakukan Penundaan dan/atau Pemotongan Penyaluran Dana Transfer Umum (DBH & DAU), setelah
berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Teknis terkait.

Pasal 58
Pengaturan Pemberian Tambahan Penghasilan (TPP) kepada ASN berpedoman pada PP. Dalam hal
belum adanya PP, Kepala Daerah dapat memberikan TPP bagi ASN setelah mendapat Persetujuan
Add Text
Menteri Dalam Negeri.

Pasal 91
Penegasan Kepala Daerah menetapkan rancangan KUA dan rancangan PPAS menjadi KUA dan PPAS
berdasarkan RKPD, apabila Kepala Daerah dan DPRD tidak bersepakat dan selanjutnya mengajukan
Rancangan APBA.
STRUKTUR PEMBIAYAAN

A. Penerimaan Pembiayaan:
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
6. Penerimaan Pembiayaan Lainnya sesuai ketentuan per-UU-an

B. Pengeluaran Pembiayaan:
1. Pembayaran Cicilan Pokok Utang
Addyang
Text Jatuh Tempo
2. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
3. Pembentukan Dana Cadangan
4. Pemberian Pinjaman Daerah
5. Pengeluaran Pembiayaan Lainnya sesuai ketentuan per-UU-an

Pembiayaan Neto (A – B)
PENYUSUNAN RKA-SKPD

 Menekankan penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah dan penganggaran terpadu yang
dilakukan berdasarkan capaian kinerja.
 RKA-SKPD memuat rencana Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan yang dirinci sampai dengan Sub Rincian Obyek.
 RKA-SKPD juga memuat informasi mengenai Urusan Pemerintahan Daerah, Bidang Urusan, Organisasi, Standar Harga Satuan, dan
Kinerja yang akan dicapai dari Program, Kegiatan & Sub Kegiatan.

 Rencana Pendapatan yang akan diterima oleh SKPD sesuai dengan Tupoksi serta ditetapkan sesuai dengan ketentuan per-UU-an.
 Rencana Belanja dirinci atas Urusan Pemerintahan Daerah, Bidang Urusan, Organisasi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Kelompok,
Jenis, Obyek, Rincian Obyek Belanja dan Sub Rincian Obyek.
 Rencana Pembiayaan memuat kelompok Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.

Add Text

 RKA-SKPD disampaikan ke TAPD melalui PPKD untuk diverifikasi, yaitu untuk menelaah kesesuaian dengan KUA dan PPAS, Prakiraan
maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya; capaian Kinerja; indikator Kinerja; ASB; Standar Harga Satuan (SHS); RKBMD,
SPM, proyeksi perkiraan maju untuk tahun anggaran berikutnya, serta Program, Kegiatan dan Sub Kegiatan antar RKA-SKPD.
 Standar Harga Satuan Regional – Perpres 33/2020, sebagai Pedoman Daerah - SHS.
 RKBMD sebagai Lampiran RKA-SKPD.
FORMAT-FORMAT
DALAM RANGKA PENYUSUNAN APBD
Dokumen/format pada tahapan penyusunan APBD, antara lain:
a. KUA;
b. Nota Kesepakatan KUA;
c. PPAS;
d. Nota Kesepakatan KUA;
e. Nota Keuangan;
f. RKA-SKPD; dan
g. dll
Add Text
merupakan ilustrasi format yang bersifat dinamis sesuai dengan kebutuhan yang
disajikan setiap tahun dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

misalnya, update atas format dalam rangka Penyusunan APBD akan tercantum dalam Permendagri mengenai Pedoman
Penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan
PENGANGGARAN SUB KEGIATAN TAHUN JAMAK

Sub Kegiatan Tahun Jamak harus memenuhi kriteria paling sedikit:


1. Pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan Sub Kegiatan yang secara teknis merupakan satu kesatuan untuk
menghasilkan 1 (satu) keluaran yang memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12 (dua belas) bulan;
2. Pekerjaan atas pelaksanaan Sub Kegiatan yang menurut sifatnya harus tetap berlangsung pada pergantian
tahun anggaran.
3. Berdasarkan atas persetujuan bersama antara Kepala Daerah dan DPRD. Persetujuan bersama
ditandatangani bersamaan dengan penandatanganan Nota Kesepakatan KUA dan PPAS.
4. Persetujuan bersama paling sedikit memuat:
a. nama Sub Kegiatan;
b. jangka waktu pelaksanaan Sub Kegiatan;
c. jumlah anggaran; dan Add Text
d. alokasi anggaran per tahun.
5. Jangka waktu penganggaran pelaksanaan Sub Kegiatan Tahun Jamak tidak melampaui akhir tahun masa
jabatan Kepala Daerah berakhir, kecuali Sub Kegiatan Tahun Jamak dimaksud merupakan prioritas nasional
dan/atau kepentingan strategis nasional sesuai dengan ketentuan per-UU-an.
PENYUSUNAN RANCANGAN APBD

 Mengatur jadwal penyusunan dan pembahasan KUA dan PPAS.


 Rancangan KUA dan PPAS disusun oleh Kepala Daerah.
 Memperjelas keterkaitan dan hubungan antara dokumen perencanaan (RPJMD & RKPD) dengan
penyusunan rancangan KUA, PPAS untuk dibahas dan disepakati bersama antara Kepala Daerah
dengan Pimpinan DPRD.
 Mempertegas PPKD menyusun Raperda APBD berikut dokumen pendukung berdasarkan RKA-
SKPD yang telah ditelaah oleh TAPD.
 Raperda APBD dan Raperkada Penjabaran APBD disampaikan ke Kepala Daerah.
Add Text

 Kepala Daerah wajib mengajukan Raperda APBD kepada DPRD paling lambat 60 (enam puluh)
hari sebelum 1 (satu) bulan tahun anggaran berakhir untuk memperoleh persetujuan bersama
antara Kepala Daerah dan DPRD. Jika tidak, Kepala Daerah dikenai sanksi administratif sesuai
dengan ketentuan per-UU-an.
PENETAPAN APBD - 1

 Jadwal penyampaian, pembahasan Raperda APBD kpd DPRD dan pengambilan keputusan
bersama terhadap Raperda APBD dgn DPRD serta proses evaluasi.

 Menitikberatkan pembahasan Raperda APBD pada kesesuaian program kegiatan dgn KUA
& PPAS.
 Pengaturan mengenai penetapan APBD apabila DPRD tidak mengambil keputusan
bersama thd Raperda APBD.

 Mekanisme, jadwal, penyempurnaan hasil Evaluasi Raperda APBD & Raperbup ttg
Penjabaran APBD serta penetapan Perda APBD & Perbup ttg Penjabaran APBD oleh
Add Text
Kepala Daerah (preventif).

 Kepala Daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama Raperda tentang APBD paling lambat
1 (satu) bulan sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun
PENETAPAN APBD - 2

PENGATURAN BARU - PP 12/2019

DPRD dan Kepala Daerah yang tidak menyetujui bersama Raperda APBD dalam 1
(satu) bulan sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun dikenai sanksi
administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal keterlambatan penetapan APBD karena Kepala Daerah terlambat


menyampaikan Raperda tentang APBD kepada DPRD dari jadwal, sanksi tidak
dapat dikenakan kepada anggota DPRD.
Add Text

Dalam hal Kepala Daerah dan DPRD tidak mengambil persetujuan bersama
dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak disampaikan Raperda tentang APBD oleh
Kepala Daerah kepada DPRD, Kepala Daerah menyusun rancangan Perkada
tentang APBD paling tinggi sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.
SINKRONISASI PENYUSUNAN RANCANGAN APBD
(UU 17/2003, UU 25/2004 UU 23/2014, UU 33/2004)

5 tahun
Renstra
SKPD
5 tahun

1 tahun
Renja
RKPD RKP
SKPD Dibahas bersama
1 tahun DPRD

KUA PPAS

NOTA KESEPAKATAN KEPALA DAERAH


Add Text
& PIMPINAN DPRD

PEDOMAN
RKA-SKPD PENYUSUNAN
RKA-SKPD

TAPD
Dibahas bersama
DPRD
Raperda
APBD
KEBIJAKAN
PENYUSUNAN
BANGNAS & KEUDA DAN PENETAPAN
PERDA APBD
RPJMD
KERANGKA EK. MAKRO
PRIORITAS PEMBANGUNAN

Jaring Aspirasi
RKPD
MUSRENBANGDA
EVALUASI KINERJA
MASA LALU

KEBIJAKAN UMUM
RENSTRA SKPD APBD &
PEMDA Prioritas & Plafon DPRD
Anggaran Sementara

Perbup ttg Pedoman Penyusunan RKA-


SKPD
BADAN ANGGARAN
(KUA, PPAS, ASB, Standar Satuan Harga, DPRD
Renja SKPD SATKER
SATKER capaian kinerja, SPM, Formulir RKA-SKPD)
SKPD

Klarifikasi RAPBD
RKA-SKPD
TIM ANGGARAN
PEMDA Sosialisasi kpd Masy

Pengajuan Raperda
RAPBD APBD

Perda APBD Evaluasi Raperda APBD Persetujuan Raperda APBD


TAHAPAN DAN JADWAL PROSES PENYUSUNAN APBD
No Uraian Waktu Lama
1 Penyusunan RKPD Akhir bulan Mei  
2 Penyampaian Rancangan KUA dan Rancangan PPAS oleh Minggu I bulan Juni 1 minggu
ketua TAPD kepada kepala daerah
3 Penyampaian Rancangan KUA dan Rancangan PPAS oleh Pertengahan Juni 6 minggu
kepala daerah DPRD
4 Kesepakatan antara kepala daerah dan DPRD atas Rancangan Akhir Juli  
KUA dan Rancangan PPAS
5 Penerbitan Surat Edaran kepala daerah perihal Pedoman Awal Agustus  
penyusunan RKA-SKPD
6 Penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD serta penyusunan Awal Agustus s.d. akhir  
Raperda tentang APBD September
7 Penyampaian Raperda tentang APBD kepada DPRD Minggu I Oktober
8 Pengambilan persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah Paling lambat 1 bulan
sebelum tahun 2 Bulan
anggaran bersangkutan
9 Menyampaikan Raperda tentang APBD dan Raperkada tentang 3 hari kerja setelah  
Penjabaran APBD kepada Menteri/Gubernur untuk dievaluasi persetujuan bersama
ttg Raperda ttg APBD

54
TAHAPAN DAN JADWAL PROSES PENYUSUNAN APBD

No Uraian Waktu Lama


10 Hasil evaluasi Raperda tentang APBD dan Raperkada tentang Paling lama 15 hari kerja  
Penjabaran APBD setelah Raperda ttg APBD
dan Raperkada ttg APBD
diterima Menteri/Gubernur

11 Penyempurnaan Raperda tentang APBD sesuai hasil evaluasi yang Paling lama 7 hari kerja  
ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPRD tentang sejak diterima keputusan
penyempurnaan Raperda tentang APBD hasil evaluasi dari
Menteri/Gubernur

12 Penyampaian Keputusan DPRD ttg penyempurnaan Raperda APBD 3 hari kerja setelah  
Add Text
ttg APBD kepada Menteri/Gubernur keputusan DPRD
ditetapkan
13 Penetapan Perda tentang APBD dan Perkada tentang Penjabaran Paling lambat akhir  
APBD sesuai dengan hasil evaluasi Desember
(31 Desember)
14 Penyampaian Perda ttg APBD dan Perkada ttg Penjabaran APBD Paling lambat 7 hari kerja  
kepada Menteri/Gubernur setelah Perda Perkada
ditetapkan
PERGESERAN ANGGARAN

 Pergeseran anggaran dapat dilakukan antar organisasi, antar unit organisasi, antar program,
antar kegiatan, antar sub kegiatan, dan antar kelompok, antar jenis, antar objek, antar rincian
objek dan/atau sub rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

 Pergeseran anggaran terdiri atas:


a. Pergeseran anggaran yang menyebabkan perubahan APBD; dan
b. Pergeseran anggaran yang tidak menyebabkan perubahan APBD.

 Pergeseran anggaran yang menyebabkan perubahan APBD, yaitu:


1) pergeseran antar organisasi;
Add Text
2) pergeseran antar unit organisasi;
3) pergeseran antar program;
4) pergeseran antar kegiatan,
5) pergeseran antar sub kegiatan;
6) pergeseran antar kelompok;
7) pergeseran antar jenis.
PERGESERAN ANGGARAN

 Pergeseran anggaran yang tidak menyebabkan perubahan APBD, yaitu:


1) Pergeseran antar objek dalam jenis yang sama, dapat dilakukan atas persetujuan sekretaris
daerah.
2) Pergeseran antar rincian objek dalam objek yang sama, dapat dilakukan atas persetujuan
PPKD.
3) Pergeseran antar sub rincian objek dalam rincian objek yang sama, dapat dilakukan atas
persetujuan PPKD.
4) Perubahan atau pergeseran atas uraian dari sub rincian objek, dapat dilakukan atas
persetujuan Pengguna Anggaran. Add Text

 Pergeseran anggaran yang tidak menyebabkan perubahan APBD yang dilakukan sebelum
perubahan APBD, dapat dilakukan tanpa melakukan perubahan Perkada penjabaran APBD
terlebih dahulu. Ketika perubahan APBD dilakukan, pergeseran anggaran tersebut ditetapkan
dalam Perkada perubahan penjabaran APBD.
 Pergeseran anggaran yang tidak menyebabkan perubahan APBD yang dilakukan setelah
perubahan APBD ditampung dalam laporan realisasi anggaran.
PERUBAHAN APBD
 Laporan realisasi semester pertama APBD dan progonosis 6 bulan mendatang menjadi
dasar perubahan APBD.

 Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi:


a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar
organisasi, antar unit organisasi, antar program, antar kegiatan, antar sub
kegiatan dan antar jenis belanja;
c. keadaan yang menyebabkan SiLPA tahun
Add Text
anggaran sebelumnya harus digunakan
dalam tahun anggaran berjalan;
d. keadaan darurat; dan/atau
e. keadaan luar biasa.
TAHAPAN DAN JADWAL PROSES PENYUSUNAN PERUBAHAN APBD
No Uraian Waktu Lama
1.  Penyampaian Rancangan Perubahan KUA dan PPAS Minggu pertama  
kepada DPRD Agustus  
2.  Kesepakatan Perubahan KUA dan PPAS antara Kepala Minggu kedua 7 hari
Daerah dan DPRD Agustus
3.  Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Perubahan APBD Minggu ketiga  
Agustus
4.  Penyampaian Raperda Perubahan APBD berserta Minggu kedua  
lampiran kepada DPRD September
5.  Persetujuan DPRD terhadap Raperda Perubahan APBD 3 bulan sebelum TA Akhir bulan
berakhir September
6.  Penyampaian kepada Menteri /Gubernur utk dievaluasi 3 hari kerja  
7.  Keputusan Menteri/Gubernur tentang hasil evaluasi 15 hari kerja Pertengahan
Oktober
8.  Pengesahan Perda yang telah dievaluasi dan dianggap Pertengahan   
sesuai dengan ketentuan Oktober
9.  Penyempurnaan perda sesuai hasil evaluasi 7 hari kerja Minggu ketiga
Oktober
10.  Pembatalan Perda perubahan APBD bila tidak 7 hari kerja Minggu keempat
dilakukan penyempurnaan Oktober
11.  Pencabutan Raperda perubahan APBD 7 hari kerja Minggu pertama
Nopember
12.  Pemberitahuan utk penyampaian rancangan 3 hari kerja setelah Minggu ketiga
perubahan DPA-SKPD PAPBD disahkan Oktober 

59
HAL BARU
EVALUASI APBD/PAPBD & TINDAK LANJUT HASIL EVALUASI

 Dalam melakukan evaluasi Raperda ttg APBD, Menteri (Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat)
(berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri) dan selanjutnya Menteri Dalam Negeri berkoordinasi
dengan Menteri Keuangan.
 Evaluasi dilakukan untuk menguji kesesuaian Raperda tentang APBD dan Raperkada tentang
Penjabaran APBD dengan:
a. Ketentuan peraturan per-UU-an yang lebih tinggi;
b. Kepentingan umum *);
c. RKPD, KUA, dan PPAS; dan
d. RPJMD.
Add Text
 Dalam hal hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Daerah dan DPRD, dan Kepala Daerah
menetapkan Raperda APBD menjadi Perda dan Raperkada Penjabaran ttg APBD menjadi Perkada
APBD, Menteri (Gubernur mengusulkan kepada Menteri Dalam Negeri), selanjutnya Menteri Dalam
Negeri mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk melakukan Penundaan dan/atau Pemotongan
Dana Transfer Umum (DBH & DAU) sesuai dengan ketentuan per-UU-an.
HAL BARU
KRITERIA KEPENTINGAN UMUM

a. terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat;


b. terganggunya akses terhadap pelayanan publik;
c. terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum;
d. terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
e. diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar-golongan,
dan gender.
Add Text
Perubahan APBD

DOKUMEN
PENYEBAB KETERANGAN
PERUBAHAN APBD PENGANGGARAN PELAKSANAAN (Permendagri 77/2020)

RKA-SKPD
DPA-SKPD
Perkembangan Asumsi KUA yang Tidak Sesuai (Sub Kegiatan Baru)
Perubahan DPA-SKPD Perubahan DPA-SKPD

Antar uraian sub incian obyek  PA


Antar sub incian obyek  PPKD
Antar rincian obyek  PPKD
Pergeseran Anggaran Perubahan DPA-SKPD Perubahan DPA-SKPD Antar obyek  Sekda
Antar urusan, bidang urusan, organisasi,
kelompok, jenis, program/kegiatan/sub kegiatan 
atas persetujuan DPRD – Perubahan APBD/LRA
Add Text
RKA-SKPD
DPA-SKPD
Penggunaan SiLPA Tahun Sebelumnya (Sub Kegiatan Baru)
Perubahan DPA-SKPD Perubahan DPA-SKPD
RKA-SKPD
DPA-SKPD
Darurat (Sub Kegiatan Baru)
Perubahan DPA-SKPD Perubahan DPA-SKPD
RKA-SKPD
DPA-SKPD
Luar Biasa >50% (Sub Kegiatan Baru) Setelah Perubahan Kedua APBD
Perubahan DPA-SKPD Perubahan DPA-SKPD
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai