Anda di halaman 1dari 58

TERAPI CAIRAN DAN

KESEIMBANGAN ASAM - BASA

Dr.Ery Leksana, SpAn.KIC

SMF/Bagian Anestesi RSUP Dr.Kariadi /FK Undip


Semarang
I. CAIRAN TUBUH.
KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH
Tubuh manusia terdiri dari zat padat dan zat cair.
Distribusi cairan tubuh manusia dewasa:
1. Zat padat : 40% dari berat badan
2. Zat cair : 60% dari berat badan
Zat Cair ( 60% BB ), terdiri dari:
1. Cairan Intrasel : 40% dari BB
2. Cairan Ekstrasel: 20% dari BB, terdiri dari:
-cairan intravaskuler : 5% dari BB
-cairan interstisial : 15% dari BB
3. CairanTransseluler (1-3% BB ): LCS,
sinovial, gastrointestinal dan intraorbital.
 Bayi mempunyai cairan ekstrasel lebih besar
dari intrasel. Perbandingan ini akan berubah
sesuai perkembangan tubuh, sehingga pada
dewasa cairan intrasel 2 kali cairan ekstrasel.
 Ginjal berfungsi mengatur jumlah cairan
tubuh, osmolaritas cairan ekstrasel, konsentrasi
ion-ion penting dan keseimbangan asam-basa.
 Fungsi ginjal sempurna setelah anak mencapai
umur 1 tahun, sehingga komposisi cairan
tubuh harus diperhatikan pada saat terapi
cairan.
Dalam cairan tubuh terlarut elektrolit
Elektrolit terpenting dalam:
-ekstrasel : Na+ dan Cl-
-intrasel : K+ dan PO4-
Cairan intravaskuler (5% BB) bila ditambah
erythrocyt (3% BB) menjadi darah. Jadi volume darah
sekitar 8% dari berat badan.
Jumlah darah bila dihitung berdasarkan estimated
blood volume (EBV) adalah:
- neonatus = 90 ml/kg BB
- bayi = 80 ml/kg BB
- anak+dewasa = 70 ml/kg BB
Kebutuhan Air dan Elektrolit setiap hari:
1. Dewasa:
Air : 30-35 ml/kg, kenaikan 1 derajat celcius
ditambah 10-15%.
Na+ : 1,5 mEq/kg (100 mEq/hari atau 5,9 g)
K+ : 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau 4,5 g)
2. Bayi dan anak:
Air :
0-10 kg : 4 ml/kg/jam ( 100 ml/kg )
10-20 kg : 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg diatas 10 kg
(1000 ml + 50 ml/kg di atas 10 kg).
> 20 kg : 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg diatas 20 kg
(1500 ml + 20 ml/kg diatas 20 kg).
Na+ : 2 mEq/kg
K+ : 2 mEq/kg
Cairan Masuk:
- minum : 800-1700 ml
- makanan : 500-1000 ml
- hasil oksidasi : 200-300 ml
Hasil metabolisme:
Dewasa 5 ml/kg/hari
Anak: 12 - 14 th = 5-6 ml/kg/hari
7 -11 th = 6-7 ml/kg/hari
5 - 7th = 8-8,5 ml/kg/hari
Balita = 8 ml/kg/hari
Cairan Keluar:
Urine : normal > 0,5 – 1 ml/kg/jam
Feses : 1 ml/hari
Insensible Water Loss :
Dewasa 15 ml/kg/hari
Anak { 30 – Usia(th) } ml/kg/hari
Perpindahan Cairan Tubuh dipengaruhi oleh:
1. Tekanan hidrostatik
2. Tekanan onkotik capai keseimbangan
3. Tekanan osmotik
 Gangguan keseimbangan cairan tubuh
umumnya menyangkut Extracell Fluid alias
cairan ekstrasel.
 Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang
mempengaruhi pergerakan air melalui dinding
kapiler.
 Bila albumin rendah maka tekanan hidrostatik
akan meningkat dan tekanan onkotik akan
turun sehingga cairan intravaskuler akan di
dorong masuk ke interstisial yang berakibat
edema.
 Tekanan onkotik atau tekanan osmotik koloid
adalah tekanan yang mencegah pergerakan air.
 Albumin menghasilkan 80% dari tekanan
onkotik plasma, sehingga bila albumin cukup
pada cairan intravaskuler maka cairan tidak
akan mudah masuk ke interstisial.
II. JENIS CAIRAN.
Cairan Intravena ada 3 jenis:
1. Cairan Kristaloid.
Cairan yang mengandung zat dengan BM
rendah ( < 8000 Dalton ) dengan atau tanpa
glukosa.
Tekanana onkotik rendah, sehingga cepat
terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler.
2. Cairan Koloid.
Cairan yang mengandung zat dengan BM
tinggi ( > 8000 Dalton ), misal: protein.
Tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian
besar akan tetap tinggal di ruang intravaskuler.
3. Cairan Khusus.
Dipergunakan untuk koreksi atau indikasi
khusus, seperti: NaCl 3%, bic-nat, mannitol
Berdasarkan tujuan pemberian cairan, ada 3
jenis:
1. Cairan Rumatan.
Cairan hipotonis: D5%, D5%+1/4NS dan
D5%+1/2NS
2. Cairan pengganti.
Cairan isotonis: RL, NaCl 0,9%, koloid.
3.Cairan khusus.
Cairan hipertonik: NaCl 3%, mannitol 20%,
bic-nat.
III. KESEIMBANGAN ASAM – BASA
I. HENDERSON – HASSELBALCH.
Untuk interpretasi gangguan asam-basa adalah
pH darah yang diatur oleh PaCO2 dan
konsentrasi bikarbonat, menurut persamaan
Henderson – Hasselbalch.
pH rata-rata darah dan cairan extracellular
adalah 7,4.
pH darah normal = 7,35 – 7,45
 Sistem penyangga (buffer) utama tubuh yang
memelihara agar pH tetap konstan adalah:
1.Bicarbonat atau carbonic acid
Merupakan buffer terbesar dalam tubuh dan bekerja
pada ECF
2.Phosphate (Na H2PO4 dan Na2 HPO4)
Penting didalam erythrocyte dan sel lain, terutama
tubulus renalis yang memungkinkan ginjal
membuang ion hydrogen.
3.Protein (Pr – atau H Pr)
Predominan dalam sel, juga bekerja dalam plasma.
4.Erythrocyt (HbO2 atau H HbO2)
 pH yang konstan dipelihara secara bersama oleh
system buffer tubuh, paru-paru dan ginjal.
 Respons segera (dalam beberapa detik) terhadap ion
H + adalah buffer kimiawi dari H +, baik ICF
maupun ECF.
 Usaha kedua berupa pengendalian oleh paru-paru
terhadap CO2 melalui ventilasi alveolar (beberapa
menit).
 Usaha terakhir oleh ginjal terhadap HCO3 – (sampai
beberapa hari).
CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H + + HCO3 –
Sisi kiri adalah komponen respirasi, sisi kanan

adalah komponen metabolic-ginjal.


Ginjal berperan dalam keseimbangan asam-basa

dengan mengatur HCO3 – plasma, dengan cara:


 Reabsorbsi HCO3 – yang terfiltrasi dan
mencegah kehilangan melalui urine
 Ekskresi kelebihan H + sehari-hari sebagai
kelebihan metabolisme
Dengan demikian dapat menahan atau membuang
HCO3 - sesuai kebutuhan, baik dengan Na +, K +
atau menukarnya dengan Cl -.
Persamaan Henderson-Hasselbalch:
 pH darah tergantung rasio

bicarbonate/carbonic acid = 20/1 dan pH = 7,4


didalam plasma dan ECF.
 pH = HCO3 - / PaCO2

 pH normal = 7,35 – 7,45

 pH < 7,35 disebut asidosis dan pH > 7,45

disebut alkalosis
 Ketidak seimbangan metabolic terjadi bila gangguan
primer pada konsentrasi bikarbonat.
 Karena bikarbonat sebagai pembilang, maka
peningkatan bikarbonat akan meningkatkan pH,
disebut alkalosis metabolic.
 Sedangkan penurunan bikarbonat akan menurunkan
pH, disebut asidosis metabolic.
 Ketidak seimbangan respiratoric terjadi bila
gangguan primer pada konsentrasi CO2.
 Karena CO2 sebagai penyebut, maka peningkatan
CO2 akan menurunkan pH, disebut asidosis
respiratorik.
 Sedangkan penurunan CO2 akan meningkatkan pH
disebut alkalosis respiratorik.
Ada 3 respons kompensatorik:
1. Respons ECF dan ICF
2. Respons pernafasan terhadap CO2
3. Respons ginjal terhadap HCO3 – dan H +

1. ASIDOSIS – METABOLIK.
Terjadi penurunan pH akibat konsentrasi HCO3 –
plasma turun.
Gejala:
▪ Gangguan kardiovaskuler: vasodilatasi perifer,
kontraksi myocard terganggu (pH < 7,1)
▪ Gangguan neurologist: kelelahan, coma.
Kompensasi tubuh:
 Ginjal: menahan HCO3 -, ekskresi garam-garam
asam, produksi ammonia meningkat
 ECF: menurunkan ion H +  H + masuk ke intrasel,
diikuti K + keluar dari intrasel hiperkalemia.
 Pernafasan: membuang CO2  hiperventilasi

 Laboratorium: pH < 7,35 HCO3 - < 22 mEq/L


PaCO2 = 40 mmHg
Terapi:
 Infus Lactate Ringer’s (Na laktat di hepar dirubah
jadi Na bikarbonat)
 Bikarbonas natrikus (Na HCO3): BE x BW x 0,3 =
mEq/L
Blind: 1 mEq/kg, berikan 50 % dulu.
MEKANISME PEMBERIAN NA-
BIKARBONAT PADA ASIDOSIS

Plasma;
Plasma + NaHCO3
asidosis
hiperkloremik

25 mEq
NaHCO3 HCO3 cepat
Na+ = 140 mEq/L Na = 165 mEq/L dimetabolisme
+

Cl- = 130 mEq/L Cl- = 130 mEq/L


1.025 SID = 35 mEq/L
SID =10 mEq/L 1 liter
liter

SID  : 10  35 :  Alkalosis, pH kembali normal  namun mekanismenya bukan


karena pemberian HCO3- melainkan karena pemberian Na+ tanpa anion kuat yg
tidak dimetabolisme seperti Cl- sehingga SID   alkalosis
Efek pemberian bikarbonat:
CO2 + H2O  HCO3- + H+
[HCO3- ]  [CO32-] + [H+] Reaksi pembentukan karbonat
Alkalosis  [H+]   reaksi ke kanan  [CO32-] 

• Jika [CO32-]  maka calcium yang terionisasi akan diikat oleh [CO32-] 
hipokalsemia akut; sensitifitas membran sel   tetany, hyperexcitability of
muscles, sustained contraction, dan gangguan kontraksi otot jantung.

• Pe natrium secara cepat  SID  secara cepat  alkalosis berat 


kompensasi paru dengan cara menahan CO2  hipoventilasi  CO2
narkosis  apneu

Asidosis  [H+]   reaksi ke kiri  [CO32-] 

Pada asidosis kronik; [CO32-]  pembentukan CaCO3 <<  integritas


tulang terganggu  osteoporosis
+ =
SID 
pH  =
Na HCO3
Na+ = 140 mEq/L Na Laktat Alkalosis
Cl- = 120 mEq/L Na Asetat
SID = 20 mEq/L Na Glukonas
Na sitrat
II. PARADIGMA BARU DALAM FISIOLOGI ASAM –
BASA.
Menurut Stewart:
 pH darah merupakan dependent variable, yang ditentukan
oleh: PaCO2, konsentrasi weak acid dan strong-ion-
difference.
 Strong ions adalah ion-ion yang terdisosiasi didalam larutan
(completely dissociated in solution). Strong ions yang
terpenting adalah: K +, Na + dan Cl -.
 Faktor terpenting adalah perbedaan antara strong ions
dibanding konsentrasi absolute dari ion-ion.
 Bila strong ion difference turun, maka konsentrasi ion H +
meningkat.
 Laktat diatasi sebagai strong ion, karena dengan pKa 3,4
selalu terdisosiasi sempurna pada pH 7,4.
 Weak acid terpenting didalam plasma adalah albumin, yang
kurang penting adalah phosphate.
 Ketiga independent factor (PaCO2, weak acid
dan SID) akan mengontrol dependent factors
( HCO3 -, H + dan OH - ).
 Suatu cara untuk mendeteksi adanya ion-ion
dengan pendekatan anion-gap approach
terhadap unmeasured ions adalah dengan
strong ion gap.
 Unmeasured cation: K +, Na +, Ca ++, Mg ++.
 Unmeasured anion: Cl -, lactate, urat, aceto-
acetate dan methanol
Variabel independen:
 PCO2 adalah variabel independen yang diatur

oleh system respirasi


 SID adalh variabel independen yang diatur

oleh ginjal, dan diestimasi sebagai


( Na + ) – ( Cl - )
 A tot adalah variabel independen yang diatur

oleh hati dan diestimasi sebagai albumin.


Menurut Stewart ;

pH atau [H+] DALAM PLASMA


DITENTUKAN OLEH

DUA VARIABEL

VARIABEL DEPENDENT
INDEPENDEN VARIABLES

Stewart PA. Can J Physiol Pharmacol 61:1444-1461, 1983.


VARIABEL INDEPENDEN

CO2 STRONG ION DIFFERENCE WEAK ACID

pCO2 SID Atot


DEPENDENT VARIABLES

H+ HCO3-

OH- AH

CO3- A-
RESPIRASI METABOLIK

Abnormal Abnormal Abnormal


pCO2 SID Weak acid

Alb PO4-
AIR  Anion kuat

Cl- UA-

Turun kekurangan Hipo Turun


Alkalosis

Asidosis Meningkat kelebihan Hiper Positif meningkat

Fencl V, Am J Respir Crit Care Med 2000 Dec;162(6):2246-51


STRONG ION DIFFERENCE

Definisi:
Strong ion difference adalah ketidakseimbangan muatan
dari ion-ion kuat. Lebih rinci lagi, SID adalah jumlah
konsentrasi basa kation kuat dikurangi jumlah dari
konsentrasi asam anion kuat. Untuk definisi ini semua
konsentrasi ion-ion diekspresikan dalam ekuivalensi
(mEq/L).

Semua ion kuat akan terdisosiasi sempurna jika berada didalam


larutan, misalnya ion natrium (Na+), atau klorida (Cl-). Karena
selalu berdisosiasi ini maka ion-ion kuat tersebut tidak
berpartisipasi dalam reaksi-reaksi kimia. Perannya dalam kimia
asam basa hanya pada hubungan elektronetraliti.
STRONG ION DIFFERENCE
Gamblegram
Mg++
Ca++
K+ 4
K 4
SID

[Na+] + [K+] + [kation divalen] - [Cl-] - [asam organik kuat-]


Na+
140 Cl-
102

[Na+] + [K+] - [Cl-] = [SID]


140 mEq/L + 4 mEq/L - 102 mEq/L = 34 mEq/L

KATION ANION
WEAK ACID

[Protein H] [Protein-] + [H+]


disosiasi
Kombinasi protein dan posfat disebut asam
lemah total (total weak acid)  [Atot].
Reaksi disosiasinya adalah:

[Atot] (KA) = [A-].[H+]


Gamblegram
Mg++

HCO3-
Ca++
K+ 4
K 4

24 SID
Weak acid
(Alb-,P-)

Na+
140
Cl-
102

KATION ANION
MENGAPA PENGATURAN pH
SANGAT PENTING ?
AKIBAT DARI ASIDOSIS BERAT
Kardiovaskular Respirasi
Gangguan kontraksi otot jantung Hiperventilasi
Penurunan kekuatan otot nafas dan
Dilatasi Arteri,konstriksi vena, dan menyebabkan kelelahan otot
sentralisasi volume darah Sesak
Metabolik
Peningkatan tahanan vaskular paru Peningkatan kebutuhan
metabolisme
Penurunan curah jantung,
jantung, tekanan Resistensi insulin
darah arteri,
arteri, dan aliran darah Menghambat glikolisis anaerob
hati dan ginjal Penurunan sintesis ATP
Hiperkalemia
Sensitif thd reentrant arrhythmia dan Peningkatan degradasi protein
penurunan ambang fibrilasi
ventrikel Otak
Penghambatan metabolisme dan
regulasi volume sel otak
Menghambat respon kardiovaskular
terhadap katekolamin Koma

Management of life-threatening Acid-Base Disorders, Horacio J. Adrogue, And Nicolaos EM:


Review Article;The New England Journal of Medicine;1998
AKIBAT DARI ALKALOSIS BERAT
Kardiovaskular
Konstriksi arteri
Penurunan aliran darah koroner
Penurunan ambang angina
Predisposisi terjadinya supraventrikel dan ventrikel
aritmia yg refrakter
Respirasi
Hipoventilasi yang akan menjadi hiperkarbi dan
hipoksemia
Metabolic
Stimulasi glikolisis anaerob dan produksi asam organik
Hipokalemia
Penurunan konsentrasi Ca terionisasi plasma
Hipomagnesemia and hipophosphatemia
Otak
Penurunan aliran darah otak
Tetani,
Tetani, kejang,
kejang, lemah delirium dan stupor

Management of life-threatening Acid-Base Disorders, Horacio J. Adrogue, And Nicolaos EM:


Review Article;The New England Journal of Medicine;1998
KELEBIHAN AIR - WATER EXCESS

Plasma

1 Liter 140/2 = 70 mEq/L


Na+ = 140 mEq/L H2O 102/2 = 51 mEq/L
Cl- = 102 mEq/L SID = 19 mEq/L
SID = 38 mEq/L 1 liter 2 liter

SID : 38  19 = Acidosis
ASIDOSIS DILUSI
MEKANISME PEMBERIAN NA-
BIKARBONAT PADA ASIDOSIS

Plasma; Plasma + NaHCO3


asidosis
hiperkloremik

25 mEq
NaHCO3 HCO3 cepat
Na+ = 140 mEq/L Na+ = 165 mEq/L dimetabolisme
Cl- = 130 mEq/L Cl- = 130 mEq/L
SID = 35 mEq/L
SID =10 mEq/L 1 liter 1.025
liter

SID  : 10  35 :  Alkalosis, pH kembali normal  namun mekanismenya bukan


karena pemberian HCO3- melainkan karena pemberian Na+ tanpa anion kuat yg
tidak dimetabolisme seperti Cl- sehingga SID   alkalosis
 Strong ion, weak acid and base excess:
 SBE (m.mol/L = mEq/L)  from blood gas
machine
 Na - Cl effect (mEq/L) = Na + - Cl - = 140 –
102 = 38
 Albumin effect (mEq/L) = 0,25 x {42 –
Albumin (g/L)}
 Unmeasured ion effect (mEq/L) = SBE – NaCl
effect – Albumin effect
Base excess and Stewart:
 Free water: 0,3 x (Na + - 140)

 Chloride effect: 102 – ( Cl – x 140/Na + )

 Albumin effect: ( 0,148 x pH – 0,818 ) ( 42 –

Albumin ) Albumin x 10
 Unmeasured Anion: BE – (1 + 2 + 3) mEq/L

 Hasil (+)  alkalinisasi, hasil (-)  asidifikasi


Kunci:
 SID: Na + - Cl - = 140 – 102 = 38 (40 – 42)

Bila < 38  asidosis, > 38  alkalosis


 Chloride effect: (+)  alkalinisasi, (-) 

asidifikasi
 Unmeasured anion: harus (+), bila (-) berarti

ada yang tak terukur  harus dicari,


 apakah laktat, keton atau aseto-asetat dll.
IV. Kehilangan Cairan.
Akibat muntah-muntah, diare atau luka bakar.
Sehingga terjadi dehidrasi.
Derajat dehidrasi:
Dewasa Bayi dan Anak
 Dehidrasi Ringan 4% BB 5% BB
 Sedang 6% BB 10% BB
 Berat 8% BB 15% BB
Tanda Klinis:
 Ringan Sedang Berat
 Defisit 3-5% 6-8% > 10%

 Hemodinamik takikardia takikardia takikardia

 nadi lemah nadi sangat lemah nadi tak teraba

 volume collapse akral dingin

 hipotensi ortostatik sianosis

 Jaringan lidah kering lidah keriput atonia

 turgor turun turgor kurang turgor buruk

 Urine pekat jumlah turun oliguria

 SSP mengantuk apatis coma


Tindakan:
1. Tentukan defisit
2. Atasi syok: cairan infus 20 ml/kg dalam 1
jam, dapat di ulang
3. Sisa defisit: -50% dalam 8 jam pertama
-50% dalam 16 jam berikutnya
 Cairan : Ringer laktat atau NaCl 0,9%

 Telah rehidrasi bila urine: 0,5 – 1 ml/kg/jam


Perdarahan.
 Variabel Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
 Sistolik > 110 > 100 > 90 < 90
 Nadi < 100 > 100 > 120 > 140
 Nafas 16 16-20 21-26 > 26
 Mental anxious agitated confused lethargic
 Kehilangan darah

< 750 ml 750-1500 1500-200 > 2000


< 15% 15-30% 30-40% > 40%
 Maximal allowable blood loss: ( Ht – 30)/ Ht x EBV
 DO2 = CO x CaO2 = 640-1400 ml/min.

 Pada dewasa perdarahan > 15% EBV perlu dilakukan transfusi

darah, sedang pada bayi dan anak bila perdarahan > 10% EBV.
 Transfusi dengan:

1. Whole blood : (Hbx– Hb pasien) x BB x 6 = ml


2. Packed Red Cell : (Hbx – Hbpasien) x BB x 3 = ml

 Bila dipakai cairan kristaloid: 3 kali volume darah yang hilang.


 Cairan koloid: sesuai jumlah darah yang hilang.
 Cairan resusitasi terbaik, sampai saat ini masih menjadi
perdebatan, karena masing-masing mempunyai keuntungan dan
kerugian.
Kontroversi Kristaloid dan Koloid.
Kristaloid Koloid
 Efek volume intravaskuler - lebih baik
(efisien,
volume
lebih kecil dan
menetap lebih
lama).
 Efek volume interstisial lebih baik -
 DO2 sistemik - lebih tinggi
 Edema paru Keduanya berpotensi sebabkan edema paru
 Edema perifer sering jarang
 Koagulopati - dextran >
hetastarch
 Aliran urine lebih besar GFR
menurun
 Reaksi-reaksi tidak ada jarang
 Harga murah albumin mahal,
non albumin
sedang
Tujuan terapi cairan.
 Pemberian cairan intravena adalah untuk memulihkan

volume sirkulasi darah.


 Pada syok, tujuan resusitasi cairan adalah untuk

memulihkan perfusi jaringan dan pengiriman oksigen


ke sel (DO2) agar tidak terjadi iskemia jaringan yang
berakibat gagal organ.
 Dalam terapi cairan perlu dipertimbangakan distribusi

diferensial air, garam dan protein plasma.


 Volume cairan pengganti yang diperlukan untuk

mengembalikan volume sirkulasi darah ditentukan


oleh: ruang distribusi cairan pengganti, yang
tergantung kadar koloid dan Na+ cairan pengganti.
Resusitasi cairan:
1. Kristaloid:
▪ NaCl 0,9%: maksimal 15 ml/kg
▪ Lactate Ringer: dapat sampai 5 L
2. Koloid:
▪ 6% HES 0,5 dalam NaCl: maksimal 15 ml/kg
▪ 6% HES 0,5 dalam larutan berimbang:
maksimal 33 ml/kg
 HES BM 130.000 dan derajat substitusi 0,4

dalam larutan berimbang sangat ideal.


 Koloid pada umumnya: maksimal 20 ml/kg
PLASMA + NaCl 0.9%

Plasma NaCl 0.9%

Na+ = 140 mEq/L Na+ = 154 mEq/L


Cl- = 102 mEq/L Cl- = 154 mEq/L
SID = 38 mEq/L 1 liter SID = 0 mEq/L 1 liter

SID : 38 
ASIDOSIS HIPERKLOREMIK AKIBAT
PEMBERIAN LARUTAN Na Cl 0.9%

Plasma

= Na+ = (140+154)/2 mEq/L= 147 mEq/L


Cl- = (102+ 154)/2 mEq/L= 128 mEq/L

SID = 19 mEq/L 2 liter

SID : 19  Asidosis
PLASMA + Larutan RINGER LACTATE

Plasma Ringer laktat


Laktat cepat
dimetabolisme

Cation+ = 137 mEq/L


Na+ = 140 mEq/L Cl- = 109 mEq/L
Cl-= 102 mEq/L Laktat- = 28 mEq/L
SID= 38 mEq/L 1 liter SID = 0 mEq/L 1 liter

SID : 38
Normal pH setelah pemberian
RINGER LACTATE

Plasma

= Na+ = (140+137)/2 mEq/L= 139 mEq/L


Cl- = (102+ 109)/2 mEq/L = 105 mEq/L
Laktat- (termetabolisme) = 0 mEq/L
2 liter
SID = 34 mEq/L

SID : 34  lebih alkalosis dibanding jika


diberikan NaCl 0.9%

Anda mungkin juga menyukai