Anda di halaman 1dari 11

MATA KULIAH SINTAKSIS

NAMA KELOMPOK:
Aninda Paramitha Putri (21110046)
Desi Anggun Safitri (21110050)
Maya Puspita Sari (21110071)
Muhammad Riski Fadhillah (21110074)
Nabila Ulfaida (21110076)
Vita Fitriana (21110089)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI BOJONEGORO
PEMfOKUSAN MAKNA
KALIMAT
Ada 6, yaitu :
1. Fokus dengan Intonasi
Pemfokusan dengan intonasi lebih nyata dalam bahasa ragam lisan karena intonasi dapat
dirasakan. Dalam ragam tulis intonasi tentu tidak dapat didengar. Contoh :
- Kakek membaca komik di kamar.
Tekanan diberikan pada kata kakek, maka dalam katalimat tersebut yang membaca
komik adalah kakek, bukan orang lain.
2. Fokus dengan Partikel
Partikel yang ada untuk menyatakan fokus adalah yang, serta gabungan pun dan lah.
Contoh:
Siska yang datang tadi pagi.
Makna kalimat tersebut lebih terfokus pada Siska.
3. Fokus dengan Kata Keterangan.
PEMFOKUSAN MAKNA KALIMAT Kata keterangan dapat digunakan untuk pemfokusan makna kalimat adalah kata memang,
sebenarnya, sebetulnya, dan sesungguhnya. Contoh:
Fokus kalimat adalah upaya penonjolan, penegasan, Memang dia belum tahu apa-apa. (fokus makna pada keseluruhan kalimat)
pementingan, penekanan, pengkonsentrasian pada
salah satu unsur atau bagian kalimat yang Dia memang belum tahu apa-apa. (fokus makna pada subjek dia)
dipentingkan.
4. Fokus dengan Konjungsi Penegas.
Konjungsi penegas yang dapat digunakan untuk pemfokusan makna kalimat adalah kata
bahkan, apalagi, dan lagipula. Ketiga kata ini lazim digunakan di muka klausa kedua pada
sebuah kalimat majemuk koordinatif. Contoh:
Mencari pekerjaan di Jakarta tidak semudah yang kamu bayangkan, apalagi kalau kami
enggan mengeluarkan uang pelicin.
5. Fokus Makna dengan Kontras Makna.
Fokus makna dapat juga dilakukan dengan mengontraskan dua bagian kalimat. Bagian
pertama merupakan suatu tindakan atau keadaan, lalu bagian kedua menyatakan kebalikan
dari bagian pertama. Contoh:
Anjing mudah dilatih, kucing lebih bandel.
6. Fokus Makna dengan Permutasi.

Permutasi adalah memindahkan unsur kalimat ke posisi depan karena unsur tersebut ingin difokuskan maknyanya.
Dalam permutasi, unsur kalimat yang ingin difokuskan maknanya dipindahkan keposisi awal kalimat.
1. Pemindahan Predikat
Mereka berangkat pagi-pagi sekali.
(Menjadi, Berangkatlah mereka pagi-pagi sekali.)
2. Pemindahan Objek
Objek sebuah kalimat aktif transitif tidak dapat dipindahkan ke posisi awal kalimat karena objek tersebut terikat
erat dengan predikatnya. Jadi, kalau mau dipindahkan harus beserta predikatnya. Contoh:
Membaca komik nenek tua itu.
(kalimat awal: Nenek tua itu membaca komik.)
KALIMAT DALAM WACANA
Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang terdiri dari sebuah kalimat atau beberapa kalimat yang
menyatakan satu pesan atau satu amanat yang utuh. Sebuah wacana sebagai satuan terbesar
di dalam hirarki kebahasaan bisa berupa satu kalimat, sepeti ungkapan Jagalah kebersihan.
Akan tetapi, lazimnya terdiri dari sejumlah kalimat yang membentuk suatu paragraf. Setiap
paragraf dalam wacana memiliki sebuah pikiran pokok dan sejumlah pikiran penjelas. Pikiran
pokok tersebut direalisasikan dalam sebuah kalimat utama yang selalu berwujud kalimat
bebas. Sedangkan pikiran penjelas direalisasikan dalam kalimat-kalimat penjelas yang
wujudnya berupa kalimat terikat. Di dalam wacana, kalimat tidak dapat berdiri sendiri karena
satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Akibatnya, struktur kalimat pun menjadi berbeda
dengan strukturnya sewaktu berdiri sendiri.

Beberapa contoh kalimat dalam wacana adalah sebagai berikut.


Benyamin artis penyanyi, pelawak, dan pemain film itu telah tiada (1). [Dia] dilahirkan di
jakarta sebelum tentara jepang menduduki Indonesia (2).
Wacana tersebut terdiri dari dua buah kalimat. Kalimat (1) merupakan kalimat bebas;
Sedangkan kalimat (2) merupakan kalimat penjelas. Ketika sebagai kalimat yang berdiri sendiri
adalah Benyamin dilahirkan di Jakarta sebelum tentaara Jepang menduduki Indonesia
Struktur Kalimat Dalam Wacana
Tersebut harus memiliki keutuhan wacana itu yang kalimatnya harus selalu memiliki kaitan antara satu
dengan yang lainnya. Untuk itu, kalimat di dalam suatu wacana strukturnya bisa bermacam-macam
antara lain:
1) Kalimat sederhana yang dibangun oleh sebuah klausa sederhana dengan susunan biasa (subjek,
predikat, objek, dan keterangan).
2) Kalimat luas, baik yang terjadi akibat penambahan keterangan pada fungsi- fungsi sintaksisnya,
maupun akibat penggabungan secara koordinatif, maupun penggabungan secara subordinatif.
3) Kalimat dengan urutan fungsi yang tidak biasa, misalnya kalimat inversi, kalimat pasif dengan objek
pelaku di depan, dsb. Contoh: Oleh pemerintah RUU itu diajukan kepada DPR.
4) Kalimat yang konstituennya hanya berupa sebuah kata, seperti dalam kalimat imperatif singkat, dsb.
Cotoh: Tembak!
5) Kalimat yang konstituennya berupa frase seperti yang terdapat dalam kalimat interogatif singkat,
kalimat jawaban singkat, dsb. Contoh: Mau makan? Tentu saja.
6) Kalimat yang konstituen dasarnya berupa klausa “buntung” yakni klausa tidak lengkap. Contoh:
Saya baru dua hari di Surabaya. Belum kemana-mana. Belum jalan- jalan.
7) Kalimat lanjutan, yakni kalimat yang diawali dengan konjungsi koordinatif. Contoh: … dan dia sendiri
tidak tahu apa-apa.
8) Kalimat sampingan, yakni kalimat yang diawali dengan konjungsi subordinatif. Contoh: … walaupun
dia punya uang cukup.
Sarana Pengaitan Kalimat
Pengaitan sebuah kalimat dengan kalimat lain di dalam sebuah wacana(paragraf) dapat dilakukan,antaralain,dengan sarana atau alat:
1) Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lain dalam sebuah klausa adalah konjungsi antar kalimat.
Contoh: Kami baru saja selasai membangun balai pertemuan ini. Sebelum itu,kami telah berhasil merehab masjid tua itu.
2) Penunjukan, hubungan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain di dalam satu wacana dapat pula dilakukan dengan penunjukan. Kata-kata yang
digunakan adalah kata ganti tunjuk (pronomina demonstrativa) itu dan ini. Contoh: Kalau kamu rajin belajar, rajin beribadat, dan taat pada orang
tua, tentu hidupme akan bahagia. Ini kukatakan kepadamu karena kamu sudah kuanggap sebagai adikku.
3) Kata Ganti (Pronomina Persona), kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain di dalam satu wacana
adalah kata ganti orang ketiga, baik tunggal maupun jamak, yaitu kata-kata dia, ia, nya, dan mereka. Termasuk juga kata beliau, almarhum, dan
almarhumah
4) Perapatan merupakan penghilangan unsur yang sama antara kalimat sebelum dan kalimat sesudahnya atau yang mengikutinya. Perapatan juga
dapat digunakan untuk mengaitkan dua buah kalimat dalam sebuah wacana. Contoh: Saya baru beberapa hari disini. Belum punya kenalan, belum
kemana-mana.
5) Padanan kata, kata atau frase yang maknanya berpadanan dengan kata atau frase lain dapat digunakan untuk menghubungkan atau mengaitkan
dua buah kalimat di dalam sebuah wacana. Contoh: Hadiah nobel itu pernah gagal ujian masuk universitas.
6) Lawan kata, kata atau frase yang maknanya berlawanan, bertentangan, beroposisi, atau berkontras dapat digunakan untuk mengaitkan dua buah
kalimat di dalam sebuah wacana. Contoh: Hidup di kota besar sibuk, penuh dengan rasa khawatir, dan ribut. Hidup di desa tenang, aman, dan
tentram.
7) Hiponim, dua buah kata yang berhiponim (mempunyai hubungan sebagai spesifik dan generik) dapat juga digunakan sebagai alat pengait antara
dua buah kalimat di dalam sebuah wacana. Contoh: Banyak peternak ayam di Jabodetabek mengeluh karena kalah bersaing dengan para
pengusaha besar. Sudah tiba saatnya parapeternak unggas untuk mendirikan koperasi.
8) Kesamaan Tema, contoh: Pedagang-pedagang Cina selalu berusaha tidak berusaha tidak mengecewakan pembeli. Maka tidak usah heran kalau
mereka tidak pernah kehilangan pelanggan.
9) Kesejajaran, kesejajaran atau paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang dibentuk dengan cara menyusun beberapa kalimat dengan unsur-
unsur yang sama atau hampir sama, baik mengenai jumlah, isi, maupun pola kata yang digunakan. Kesejajaran juga dapat digunakan untuk
menghubungkan dua kalimat di dalam sebuah wacana. Contoh: Rajin pangkal pandai. Hemat pangkal kaya.
KEBERTERIMAAN SEBUAH
KALIMAT
KEBERTERIMAAN SEBUAH KALIMAT
Efektif atau tidaknya sebuah kalimat bergantung pada keberterimaan kalimat tersebut. Keberterimaan sebuah kalimat
ditentukan oleh 3 factor, yaitu:
1. Faktor gramatikal
Contoh kalimat yang tidak berterima karena faktor gramatikal adalah sebagai berikut:
- Mereka menyapa dengan sangat ramah.
S P Ket
Kalimat tersebut tidak berterima secara gramatikal karena tidak ada fungsi objek (O). Untuk menjadikannya berterima maka
harus memberi sebuah objek (O), misalnya kata kami. Sehingga menjadi :
- Mereka menyapa kami dengan sangat ramah.
S P O Ket
2. Faktor sematik
Contoh kalimat yang tidak berterima karena faktor sematiknya adalah sebagai berikut:
- Kali ciliwung yang membelah kota jakarta bermuara di samudera indonesia.
Kalimat ini tidak berterima secara sematik karena kesalahan faktual. Kali ciliwung bukan bermuara di samudera indonesia
melainkan di laut jawa. Jadi seharusnya berbunyi:
- Kali ciliwung yang membelah kota jakarta bermuara di laut jawa.
3. Faktor nalar
Contoh kalimat yang tidak berterima karena faktor nalarnya adalah sebagai berikut:
- Kalau tidak ada polisi yang jaga, kita boleh saja melewati jalan pintas itu, orang lainpun melakukan hal yang sama.
- Sewaktu mengendarai sepeda motor, kamu boleh saja tidak memakai helm sebab orang lain juga tidak memakai helm.
- Semua karya sastranya tidak boleh dibaca karena dia terlibat dalam tindak pidana korupsi.
Kalimat-kalimat diatas tidak berterima karena alasan yang diberikan tidak mengenai pokok masalahnya melainkan
mengenai orangnya.
TERIMAKASIH
SUDAH MENDENGARKAN DAN MEMPRHATIKAN KAMI

Anda mungkin juga menyukai