Anda di halaman 1dari 15

ACUTE MYELOID

LEUKAEMIA
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Merupakan penyakit keganasan pada sumsum AML merupakan leukemia akut paling sering dijumpai
tulang dimana precursor hematopoesis pada Dewasa dan makin sering terjadi pada usia lanjut
ditemukan dalam tahap perkembangan dini (median onset pada 65 tahun)
ETIOLOGI
- Kelainan hematologis sebelumnya

Paling sering didahului MDS (myelodysplastic syndromes) yang meyebabkan sitopenia progressif. Aplastic anemia
juga dapat mempengaruhi

- Kelainan kongenital: Down syndrome, Fanconi anemia, bloom syndrome

- Syndrome familial: Akibat mutasi gen AML1 (trombositopenia berat)

- Paparan lingkungan

 Terapi irradiasi pada ankylosing spondylitis

 Paparan jelaga, kreosot, tinta, pewarna, dan debu arang

- Paparan sebelumnya terhadap agen kemoterapetik


KLASIFIKASI
dari WHO (2008) berdasarkan subtype genetic spesifik nya
• AML dengan abnormalitas genetic rekurens
Spesifik translokasi kromosomal atau mutasi gen. diagnosisnya tidak perlu >20% blas dan
prognosis bagus
• AML terkait MDS (myelodysplasia syndrome)
Dysplasia kurang lebih 50% pada 2 lineages. Biasanya terkait group 1
• Therapy-related myeloid neoplasm (t-AML)
pada pasien dengan pengobatan sebelumnya berupa etoposide atau alkylating agents
• AML non spesifik
Tanpa abnormalitas cytogenetic pada 30% semua kasus AML
• Myeloid sarcoma
Tumor yang kokoh yang berisi sel blast myeloid (langka)
• Myeloid proliferations related to Down’s syndrome
Pada anak kecil yang memiliki Down’s Syndrome
GEJALA KLINIS
dari kerusakan sumsum tulang, infiltrasi sel leukaemia ke organ, atau keduanya. timbul
dalam beberapa hari sampai antara 1 – 2 minggu.
• Gejala kerusakan sumsum tulang
o Anemia (kelelahan, dapat juga dypsnea, pusing), neutropenia, dan trombositopenia
o Neutrophil <<<, tapi total leukosit >>>
o Demam terjadi pada infeksi non spesisfik
o pada pasien coronary artery disease mengalami anginal chest pain
o Perdarahan pada gusi, paru, GI tractus, SSP, ekimosis multiple (akibat trombositopenia dan
DIC [disseminated intravascular coagulation] yang menyebabkan koagulopathy)
• Gejala akibat infiltrasi sel leukemic ke organ
limpa (spleenomegali), liver (hepatomegaly), gusi (perdarahan gusi), dan kulit
PATHOGENESIS

Genom AML mengandung 10 mutasi pada gen pengkode protein (97% kasus)
• Gen yang paling sering FLT3, NPM1, DNMT3A
• Dapat juga terjadi pada gen ASXL1 yang terjadi Myelodisplasia (MDS) yang menuntun
pada AML
• Presentasi AML mengandung kurang dari 1 perubahan gen (translokasi) biasanya gen
PML-RARA (15%), CBFB-MYH11 (12%), RUNX1-RUNX1T1 (8%)
Mutasi biasa terjadi pada 1 atau dapat pada 2 allel gen dan memberikan dampak “loss of
function” atau “gain of function”
PATOFISIOL
OGI
PEMERIKSAAN
• Px fisik
- Anemia

- Murmur pada jantung

- Demam

- Infeksi (pneumonia)

- Petekie

- Ekimosis

- Purpura (flat bruises, lebih besar dari petekie dan lebih kecil dari ekimosis)

- Ruam kemerahan tidak jelas

- Infiltrasi organ (spleenomegali, hepatomegaly, lymphadenopathy)


• Px lab
• Full blood count & differential
Anemia, trombositopenia, leukosit bisa atau
Batang auer rod
• Bone marroe biopsy (M1 - M7)
• Immunophenotyping
• Cytogenetic analysis by karyotype (favorable, intermediate, adverse)
• Mutation analysis
• Cytochemical staining (Sudan black B (+) dan myeloperoxidase (+))
• Biochemistry (liver, renal, as.urat, kalsium, LDH)
• Coagulation (Kelainan yang paling umum ditemukan: DIC)
IMMUNOPHENOTYPING
TERAPI
Didahulukan terapi suportif lalu dirujuk
• Terapi suportif umum
o Insersi kanula vena sentral
o Blood product support
o Prevention of tumor lysis syndrome
o Prevention of infection and prophylaxys: pemberian AB IV dengan cephalosporin
Gen III (broad spect) dan pada infeksi fungal dengan amfoterisin, azole
• Tujuan terapi untuk meningkatkan platelet ditambah terapi intensif
• Terapi khusus AML
Kemoterapi (young age), cystosine arabinoside, daunorubicin
PROGNOSIS
• pasien tua lebih sering memiliki kelainan hematologi sebelumnya dan / atau penanda
sitogenetik dan molekuler berisiko rendah yang membuat leukemia resisten terhadap
kemoterapi.
• Pasien tua sering memiliki komorbiditas yang mengganggu toleransi kemoterapi dosis
penuh. Gangguan hematologi sebelumnya (paling sering, MDS) dikaitkan dengan hasil
terapi yang buruk.
• Temuan analisis sitogenetik sumsum tulang merupakan salah satu faktor prognostik
terpenting. Pasien dengan t (8; 21), t (15; 17), atau inversi 16 memiliki prognosis
terbaik, dengan tingkat kelangsungan hidup jangka panjang sekitar 65%.

Anda mungkin juga menyukai