Anda di halaman 1dari 83

TEKNIK PEMBUATAN AKTA II

( MAGANG II )
Oleh :
Dr. Unggul Basoeky, S.H.,M.Kn.,M.H
Address : Jl. Flores Gg. 4 No. 28 Kel. Panggung Kota Tegal

Phone : 085700003465

E-mail : unggul_basoeky@usp.ac.id
Place/Date of Birth : Tegal, September 11th, 1988
•Reason is the life of the
law, the common law
itself is nothing else but
reason - the law which is
perfection of reason
BUKU III KUHPERDATA / BURGELIJK WETBOEK (BW)
TENTANG PERIKATAN (VAN VERBINTENISSEN)
BAB I
PERIKATAN PADA UMUMNYA
Bagian 1 ketentuan umum
Bagian 2 perikatan untuk memberikan sesuatu
Bagian 3 perikatan untuk berbuat sesuatu/tidak berbuat sesuatu
Bagian 4 penggantian biaya, kerugian, dan bunga
Bagian 5 perikatan bersyarat
Bagian 6 perikatan dengan waktu yang ditetapkan
Bagian 7 perikatan dengan pilihan atau perikatan yang boleh
dipilih oleh salah satu pihak
Bagian 8 perikatan tanggung renteng atau perikatan
tanggungmenanggung
Bagian 9 perikatan yang dapat dibagi-bagi dan perikatan yang
tidak dapat dibagi-bagi
Bagian 10 perikatan dengan perjanjian hukuman

TERDIRI DARI 631PASAL


DAR PASAL 1233 S.D PASAL 1864
BAB II BAB IV
PERIKATAN YANG LAHIR DARI KONTRAK ATAU PERJANJIAN HAPUSNYA PERIKATAN
Bagian 1 ketentuan umum PASAL 1381 S.D PASAL 1380
Bagian 2 syarat-syarat terjadinya suatu perjanjian yang sah Bagian 1 pembayaran
Bagian 3 tentang akibat suatu perjanjian Bagian 2 penawaran pembayaran tunai yang diikuti
Bagian 4 tentang penafsiran suatu perjanjian penyimpanan atau penitipan
bagian 3 pembaharuan utang
Bagian 4 kompensasi atau perjumpaan utang
BAB III Bagian 5 percampuran utang
PERIKATAN YANG LAHIR KARENA UNDANG-UNDANG Bagian 6 pembebasan utang
PASAL 1352 S.D PASAL 1380 Bagian 7 musnahnya barang yang terutang
Bagian 8 kebatalan dan pembatalan perikatan

BAB V JUAL BELI 1457 KUHPER-1540 KUHPerdata


Bagian 1 ketentuan umum BAB VI TUKAR MENUKAR (Ps. 1541 -1546 )
Bagian 2 kewajiban penjual BAB VII SEWA MENYEWA (Ps. 1547 – 1600)
Bagian 3 kewajiban pembeli Bagian 1 ketentuan umum
Bagian 4 hak membeli kembali Bagian 2 Aturan-aturan yang Sama-sama Berlaku
Bagian 5 Ketentuan-ketentuan Khusus Mengenai Jual Beli Terhadap Penyewaan Rumah dan Penyewaan Tanah
Piutang dan Hak-hak Tak Berwujud Yang Lain Bagian 3 Aturan-aturan yang Khusus Berlaku
Bagi Sewa Rumah dan Perabot Rumah
Bagian 4 aturan khusus berlaku bagi sewa tanah
BUKU III KUHPERDATA / BURGELIJK WETBOEK (BW)
TENTANG PERIKATAN (VAN VERBINTENISSEN)

BAB VII A PERJANJIAN KERJA BAB VIII PERSEROAN PERDATA (PERSEKUTUAN


Bagian 1 ketentuan umum PERDATA)
Bagian 2 Perjanjian Kerja pada umumnya Bagian 1 ketentuan umum
Bagian 3 kewajiban majikan Bagian 2 Persetujuan antara satu peserta satu sama
Bagian 4 kewajiban buruh lain
Bagian 5 berbagai cara berakhirnya hubungan kerja Bagian 3 ikatan para peserta terhadap orang lain
Bagian 6 Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Bagian 4 cara pembubaran perseroan perdata

BAB IX BADAN HUKUM ( Ps. 1653 – 1665) BAB XIV BUNGA TETAP ATAU BUNGA ABADI
BAB X PENGHIBAHAN BAB XV PERSETUJUAN UNTUNG-UNTUNGAN
BAB XI PENITIPAN BARANG BAB XVI PEMBERIAN KUASA
BAB XII PINJAM PAKAI BAB XVII PENANGGUNG UTANG
BAB XIII PINJAM PAKAI HABIS BAB XVIII PERDAMAIAN
PERSEKUTUAN PERDATA
Burgerlijke Maatschap

BUKU III BAB VIII


PASAL 1616 S.D 1652 KUHPERDATA

PERMENKUMHAM NO. 17/2018

RUU TENTANG PERSEKUTUAN


PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA,
DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER
Substansi Pengaturan
Perseroan Perdata
Bagian I Ketentuan-Ketentuan Umum
Pasal 1618 -1623 KUHPerdata
Bagian II Persetujuan-persetujuan Antara
Para Peserta Satu Sama Lain
Pasal 1624 – 1641 KUHPerdata
Bagian III Ikatan Para Peserta Terhadap
Orang Lain
Pasal 1642 – 1645 KUHPerdata
Bagian IV Berbagai Cara Bubarnya Perseroan
Perdata
Pasal 1646 – 1652 KUHPerdata
DEFINISI PERSEKUTUAN
PERDATA
Burgerlijke Maatschap
•Pasal 1618 KUHPerdata,
Perseroan Perdata adalah Suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, yang berjanji
untuk memasukkan sesuatu ke dalam perseroan itu dengan maksud supaya keuntungan
yang diperoleh dari perseroan itu dibagi di antara mereka.

•Pasal 1 angka 1 RUU


Persekutuan perdata adalah persekutuan yang didirikan berdasarkan perjanjian antara dua
orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk bekerja sama secara terus menerus dan
setiap sekutunya bertindak atas nama sendiri serta tanggung jawab sendiri terhadap pihak
ketiga.

•Pasal 1 Permenkumham No. 17/2018


Persekutuan Perdata adalah persekutuan yang menjalankan profesi secara terus menerus
dan setiap sekutunya bertindak atas nama sendiri serta bertanggung jawab sendiri
terhadap pihak ketiga.
Persekutuan Perdata
(Maatschap)

PERSETUJUAN INBRENG (1619 MEMBAGI KEUNTUNGAN


(1618 KUHPerdata) KUHPerdata) (1633 s.d 1635 KUHPer)
Jenis-Jenis Persekutuan Perdata :

Persekutuan Perdata Penuh (algehele maatschap);


Pasal 1622 KUHPerdata
Perseroan perdata tak terbatas itu meliputi apa saja yang akan
diperoleh para peserta sebagai hasil usaha mereka selama perseroan
itu berdiri
Persekutuan Perdata Khusus (bijzondere maatschap); 
Pasal 1623 KUHPerdata
Perseroan perdata yang terbatas hanya menyangkut barang-barang
tertentu, pemakaiannya atau hasil-hasil yang akan diperoleh dari
barang-barang itu, mengenai usaha tertentu atau penyelenggaraan
suatu perusahaan atau pekerjaan tetap.

Persekutuan Keuntungan (algehele maatschap van wints).


Pemasukan (inbreng) ini dapat terdiri atas (Ps
1625 – 1627 KUHPerdata):

a) Uang, atau
b) Barang atau benda-benda lain apa saja
yang layak bagi pemasukan (inbreng),
misalnya : rumah/gedung, kendaraan
bermotor/truk, alat perlengkapan kantor,
kredit, manfaat atau kegunaan atas sesuatu
benda, good-will, hak pakai dan
sebagainya.
c) Kerajinan/Tenaga kerja (nijverheid) , baik
tenaga fisik maupun tenaga fikiran , usaha,
Pembagian Keuntungan
• Pasal 1633 (asas keseimbangan)
Jika dalam perjanjian perseroan tidak ditetapkan bagian masing-masing peserta dari
keuntungan dan kerugian perseroan, maka bagian tiap peserta itu dihitung menurut
perbandingan besarnya sumbangan modal yang dimasukkan oleh masing-masing.
Bagi peserta yang kegiatannya saja yang dimasukkan ke dalam perseroan, bagiannya
dalam laba dan rugi harus dihitung sama banyak dengan bagian peserta yang
memasukkan uang atau barang paling sedikit.
• Pasal 1634
Para peserta tidak boleh berjanji, bahwa jumlah bagian mereka masing-masing
dalam perseroan dapat ditetapkan oleh salah seorang dari mereka atau orang lain.
Perjanjian demikian harus dianggap dari semula sebagai tidak tertulis dan dalam hal
ini harus diperhatikan ketentuan-ketentuan Pasal 1633.
• Pasal 1635
Perjanjian yang memberikan keuntungan saja kepada salah seorang daripada peserta
adalah batal. Akan tetapi diperbolehkan diperjanjikan bahwa semua kerugian hanya
akan ditanggung oleh salah seorang peserta atau lebih.
Partners have unlimited liability for the obligations of the
buisness. If the business becomes insolvent, business
Tanggungjawab creditors may require a partner to pay a partnership
Persekutuan liability from her individuals assets, such as her house and
Perdata her bank accounts
Bentuk pertanggungjawaban Persekutuan Perdata apabila
mengaitkan dengan Pasal 1642 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUHPerdata”) yang berbunyi sebagai berikut:
“Perjanjian yang mengikatkan suatu perbuatan atas
tanggungan perseroan hanya mengikat peserta yang
mengadakan perjanjian demikian, dan tidak mengikat
peserta lain kecuali jika mereka ini telah memberi kuasa
untuk itu kepada peserta yang membuat perjanjian tersebut
atau bila dengan tindakan termaksud ternyata perseroan
memperoleh untung.”
Pasal 1 Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 17 Tahun 2018
tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma,
dan Persekutuan Perdata (“Permenkumham No.17/2018”) yang
berbunyi sebagai berikut:
“Persekutuan Perdata adalah persekutuan yang menjalankan
profesi secara terus menerus dan setiap sekutunya bertindak
atas nama sendiri serta bertanggung jawab sendiri terhadap
pihak ketiga.”
•Pengurusan persekutuan diatur dalam Pasal 1636-
1639 KUHPerdata.
Pasal 1637 KUHPerdata menentukan bahwa:
• memungkinkan masing-masing anggota
peserta persekutuan mempunyai wewenang
untuk melakukan semua hal yang
berhubungan dengan tugas pengurusan
persekutuan; dan
• kecuali ada perjanjian yang membatasi berupa
klausul bahwa setiap tindakan pengurusan
harus sepengetahuan anggota pengurus.

•Pengurusan berdasarkan pasal 1638 KUHPerdata;


pengurusan atas bantuan pengurusan lain:
• berdasarkan kesepakatan, pengurusan dilakukan
bersama-sama; dan
• pengurusan yang satu tidak dapat bertindak
tanpa bantuan pengurusan lain.
Berakhirnya Persekutuan

Pasal 1646, Buku ke IV KUHPerdata


menentukan mengenai macam- macam cara
berakhirnya suatu persekutuan, yaitu
persekutuan berakhir dikarenakan:
 Lewatnya waktu untuk mana
persekutuan telah diadakan;
 Musanahnya barang atau
diselesaikannya perbuatan yang menjadi
pokok persekutuan;
 Atas kehendak semata dari beberapa
atau seorang sekutu;
 Jika seorang sekutu meninggal atau
ditaruh dibawah pengampuan, ataupun
dinyatakan pailit.
Cara Pendirian
Persekutuan Perdata

Persekutuan perdata didirikan berdasarkan perjanjian


dan tidak diharuskan secara tertulis, Namun untuk
memberikan perlindungan hukum bagi para persero
dalam perkembangannya pendirian Persekutuan perdata
dilakukan secara tertulis dengan akta notaris dan
dicatatkan di Pengadilan.

Pasal 2 Permenkumham No. 17/2018


Pendaftaran CV, Firma, dan Persekutuan Perdata
meliputi:
 pendaftaran akta pendirian;
 pendaftaran perubahan anggaran dasar; dan
 pendaftaran pembubaran.
Syarat Materiil Akta Persekutuan Perdata
Pasal 12 ayat (4) Permenkumham No.17/2018, Minuta akta pendirian
Persekutuan Perdata yang paling sedikit memuat;
Identitas pendiri yang terdiri dari nama pendiri, domisili, dan pekerjaan;
kegiatan usaha;
hak dan kewajiban para pendiri; dan
jangka waktu CV, Firma, dan Persekutuan Perdata.
Pasal 4 Permenkumham No. 17/2018
Diajukan dengan syarat sebagai
berikut:
1.ditulis dengan huruf latin;
Pasal 10 Permenkumham No. 17/2018 2.belum dipakai secara sah oleh
Diajukan paling lambat 60 hari CV, Firma, dan Persekutuan
Perdata lain dalam Sistem
Administrasi Badan Usaha;
3.tidak bertentangan dengan
ketertiban umum dan/atau
kesusilaan;
4.tidak sama atau tidak mirip
dengan nama lembaga
negara, lembaga pemerintah,
atau lembaga internasional
kecuali mendapat izin dari
lembaga yang bersangkutan; dan
e. tidak terdiri atas angka atau
rangkaian angka, huruf, atau
rangkaian huruf yang tidak
membentuk kata.
PERSEKUTUAN
PERDATA
(GENUS)

PERSEKUTUAN PERSEKUTUAN
FIRMA KOMANDITER
(SPESIES) (SPESIES)
DEFINISI FIRMA
•Pasal 16 KUHD
Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan untuk
melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama.

•Mollengraff mendefinisikan firma adalah


suatu perkumpulan yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan di bawah nama bersama dan yang mana anggota-
anggotanya tidak terbatas tanggung jawabnya terhadap
perikatan perseroan dengan pihak ketiga.

•Pasal 1 angka 2 Permenkumham No. 17/2018


Persekutuan Firma yang selanjutnya disebut Firma adalah
persekutuan yang menjalankan usaha secara terus menerus
dan setiap sekutunya berhak bertindak atas nama persekutuan
UNSUR-UNSUR FIRMA

Firma mengandung unsur-unsur pokok antara


lain:
 Persekutuan
perdata(Pasal1618KUHPerdata);
 menjalankanperusahaan(Pasal16KUHD);
 dengan nama bersama (Pasal 16 KHUD); dan
 tanggung jawab mitra bersifat pribadi untuk
keseluruhan atau tanggung renteng.
• Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(“KUHD”) yang berbunyi sebagai berikut:
• Ayat (1) “Tiap-tiap sekutu kecuali yang tidak
Pertanggungjawaban diperkenankan, mempunyai wewenang untuk
bertindak, mengeluarkan dan menerima uang atas
Firma nama persekutuan, dan mengikat persekutuan
kepada pihak ketiga, dan pihak ketiga kepada
persekutuan.”
• Ayat (2) “Tindakan-tindakan yang tidak
bersangkutan dengan persekutuan, atau yang bagi
para sekutu menurut perjanjian tidak berwenang
untuk mengadakannya, tidak dimasukkan dalam
ketentuan ini.”

• Pasal 18 KUHD berbunyi sebagai berikut:


“Dalam persekutuan dengan Firma tiap-tiap sekutu
bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk
seluruhnya atas perikatan-perikatan
persekutuannya.”
Pasal 23 KUHD : “Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam
register yang disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan
negeri) daerah hukum tempat kedudukan perseroan itu”

Pendirian Firma
Pasal 2 Permenkumham No. 17/2018, Pendaftaran Firma meliputi:
 pendaftaran akta pendirian;
 pendaftaran perubahan anggaran dasar; dan
 pendaftaran pembubaran.
Pasal 10 Permenkumham No. 17/2018
Diajukan paling lambat 60 hari

MEMBUAT AKTA
PENDIRIAN FIRMA PERMOHONAN NAMA
PENDIRIAN

Pasal 4 Permenkumham No. 17/2018

Akses melalui : https://ahu.go.id PERMOHONAN


PENDAFTARAN MELALUI
SABU

PENERBITAN SKT

Pasal 14 Permenkumham No. 17/2018



Pasal 19 (1) dan (2) KUHD yaitu
“Didirikan antara seseorang atau antara beberapa
orang persero yang bertanggung jawab secara
tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu
orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang.
Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud perseroan
firma terhadap persero- persero firma di dalamnya
dan perseroan komanditer terhadap pemberi
pinjaman uang.”
“satu orang atau beberapa sekutu yang secara
tanggung menanggung bertanggung jawab untuk
seluruhnya pada pihak satu dan satu orang atau lebih
sebagai pelepas uang pada pihak lain.”

Pasal 1 angka 1 Permenkumham No. 17/2018


Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap)
yang selanjutnya disebut CV adalah persekutuan yang
didirikan oleh satu atau lebih sekutu komanditer dengan
satu atau lebih sekutu komplementer, untuk
menjalankan usaha secara terus menerus
Karakteristik Comanditer Venootschap
Adapun karakteristik dari persekutuan komanditer dapat
dibedakan menjadi dua sekutu kompelementer/aktif dan
sekutu komanditer/pasif.
1) Sekutu komplementer atau sekutu aktif merupakan
sekutu yang secara aktif mengurus aktivitas kegiatan
bisnis perusahaan, memiliki hubungan hukum dengan
pihak ketiga dan bertanggung jawab secara pribadi untuk
keseluruhan. Sedangkan,
2) Sekutu komanditer atau sekutu pasif tidak mengurus CV,
namun wajib menyerahkan uang, benda, keahlian kepada
persekutuan sebagaimana yang telah diperjanjikan, serta
berhak menerima keuntungan.
Tanggung Jawab Persero CV

Mengingat CV memiliki dua peran berbeda, maka


tanggung jawabnya juga berbeda. Dalam CV,
tanggung jawab sekutu pasif hanya sebatas modal
yang ditanamnya saja, sehingga ketika ada
kewajiban ke pihak ketiga sekutu pasif tidak
terlibat. Tanggung jawab CV sepenuhnya berada di
tangan sekutu aktif.
Sedangkan dalam Firma, setiap sekutu memiliki
kewenangan dan tanggung jawab untuk
menjalankan perusahaan. Ini artinya, masing-
masing sekutu akan terikat dengan setiap perbuatan
atau perjanjian yang dilakukan sekutu lain.
Perbedaan CV & Firma
CV adalah persekutuan usaha dengan satu pihak hanya berkewajiban menanam modal
dan pihak lainnya mengelola dana serta perusahaan tersebut. Sedangkan, Firma
adalah persekutuan perdata yang menjalankan usahanya di bawah nama bersama dan
setiap sekutunya berhak bertindak atas nama persekutuan.

Kepengurusan
• Dalam CV, terdapat dua peran yaitu sekutu aktif dan sekutu pasif. Untuk
kepengurusan, hanya sekutu aktif yang bertanggung jawab atas berjalannya
perusahaan. Sedangkan sekutu pasif hanya bertanggung jawab atas modal saja.
• Sementara dalam Firma, peran yang diakui hanyalah satu, yaitu sekutu aktif
sehingga setiap sekutu dapat menjalankan kepengurusan dan bertindak atas nama
Firma. Kecuali jika terdapat aturan tertulis dalam Anggaran Dasar Firmas bahwa
sekutu tertentu tidak berwenang dalam kepengurusan.
• Persamaan CV dan Firma
• Meski memiliki beberapa perbedaan, CV dan Firma juga punya banyak kesamaan. Di
antarannya:
1.Baik CV maupun Firma merupakan persekutuan perdata atau bidang usaha tidak berbadan
hukum.
2.Dasar hukum. Aturan umum tentang CV dan Firma diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD). Sementara proses pendiriannya juga sama-sama diatur dalam
peraturan Kemenkumham atau tepatnya Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018.
3.Modal pendirian usaha. Tidak ada perbedaan modal antara CV dan Firma, alias modal
minimum keduanya disesuaikan kesepakatan pendiri. Selain itu, karena bentuknya
persekutuan perdata, maka setiap sekutu wajib menyetor modal.
4.Pendaftaran usaha. Untuk membuat CV dan Firma, pendiri harus mendaftarkan syarat
dan berkas terkait, termasuk akta notaris melalui Sistem Administrasi Badan Usaha
Contoh SKT
Persekutuan
perdata,
Firma, CV
Syarat Badan
Hukum :
Badan Hukum harus memenuhi 2
syarat, yaitu:
1. Syarat formil yaitu didirikan dengan
akta autentik untuk mendapatkan
pengesahan Menteri dengan
terpenuhinya syarat tersebut, maka
suatu badan hukum akan diakui
eksistensinya oleh Negara .
2. Syarat Materiil yaitu adanya
pemisahan harta kekayaan, adanya
tujuan tertentu, ada pengurus
Unsur – Unsur Badan
Hukum

Dikatakan sebagai badan hukum, yaitu :


• Ada Organisasi yang teratur
• Ada maksud dan tujuan tertentu;
• Memiliki kepentingan sendiri (hak dan kewajiban),
• Dapat bertindak dalam hukum (sebagai subjek
hukum (rechtpersoon)
• Dapat melakukan perbuatan hukum perdata
(digugat dan menggugat dipengadilan)
• Memiliki harta kekayaan yang terpisah
Entitas Badan Hukum

Badan hukum publik adalah badan hukum yang didirikan


berdasarkan hukum publik atau orang banyak dan bergerak di
bidang publik atau yang menyangkut kepentingan negara atau
umum, badan hukum ini merupakan badan negara yang
dibentuk oleh yang berkuasa berdasarkan perUndang-
Undangan, yang dijalankan oleh pemerintah atau badan yang
ditugasi untuk itu, contohnya
 Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD1945
 Daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota berdasarkan
Pasal 18, 18A, dan 18B UUD 1945 jo. Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU
Pemda tersebut telah mengalami revisi sebanyak dua kali).
 Badan Usaha Milik Negara (UU No. 19 Tahun 2003)
 Pertamina (UU No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara )
Entitas Badan Hukum
Badan hukum privat adalah badan hukum yang didirikan
atas dasar hukum perdata atau hukum sipil yang bergerak
dibidang privat atau menyangkut kepentingan orang atau
individu-individu yang termasuk dalam badan hukum
tersebut. Badan hukum ini merupakan badan swasta yang
didirikan oleh sejumlah orang untuk tujuan tertentu seperti
mencari laba, sosial/ kemasyarakatan, politik, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi contohnya :
 Perseroan Terbatas (PT) (UU No. 40 Tahun 2007
tentang PerseroanTerbatas
 Koperasi, (UU No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi
 Yayasan, (UU No. 16 Tahun 2001 jo. UU No. 28 Tahun
2004 )
 Partai Politik, (UU No. 2 Tahun 2008 jo. UU 2 Tahun
2001 )
Yayasan
Yayasan, Foundation, Stichting.
• Emerson Andrews, “A non governmental, nonprofit
organization having a principle fund of its own, manage by its
own trustees or directors, and established to maintain or aid
social, educational, charitable, religious, or other activities
serving the common welfare
• Foundation. Permanent Fund establised and maintained by
contributions for charitable, educated, religious or other
benevolent purpose. An institution or association given to
rendering financial aid to colleges, schools and generally
supported by gifts for such purposes.
Pitlo memberikan uraian tentang yayasan sebagai berikut:
• “Sebagaimana halnya untuk tiap-tiap perbuatan hukum,
maka untuk pendirian yayasan harus ada sebagai dasar
suatu kemauan yang sah. Pertama-tama harus ada maksud
untuk mendirikan suatu yayasan, kemudian perbuatan hukum
tersebut harus memenuhi tiga syarat materiil, yakni adanya
pemisahan harta kekayaan, tujuan, dan organisasi, dan satu
syarat formal yakni surat
• Di negeri Belanda sejak tahun 1882 telah
ada yurisperudensi tentang yayasan. Di
Negara kita Mahkamah Agung dalam
putusannya tanggal 27 Juni 1973 No. 124
K/Sip/1973 telah mempertimbangkan
kedudukan suatu yayasan sebagai badan
hukum.Dalam pertimbangan putusan
Mahkamah Agung tersebut nampak
bahwa pertimbangannya tentang yayasan
sebagai badan hukum ternyata sejalan
dengan unsur-unsur yaitu memiliki
kekayaan sendiri yang dipisahkan, dan
memiliki alat kelengkapan yang
bertanggung jawab baik secara internal
dan eksternal
Yayasan atau stichtingen dapat dilihat
dalam Pasal 285 ayat (1) NBW, yang
berbunyi :
“een stichting is een door een
rechtshandeling in het leven geroepen
rechtspersoon, welke geen laden, kent en
beoogt met behulp van een door toe
bestemd vermogen een in de statuten
vermeld doel te verwezenlijken.”
(Yayasan adalah badan hukum yang lahir
karena suatu perbuatan hukum, yang tidak
mempunyai anggota dan bertujuan untuk
melaksanakan tujuan yang tertera dalam
statistik yayasan dengan dana yang
dibutuhkan untuk itu)
Yayasan

Dasar Yuridis :
1. UU No. 16/2001
2. UU No. 28/2004
3. PP No. 63/2008
4. PP No. 2/2013
Definisi Pasal 1 angka 1 UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang
menyatakan bahwa “yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
Normatif kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan
tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak
Yayasan memiliki anggota
Syarat Badan
Hukum
Yayasan:
Badan Hukum harus memenuhi 2
syarat, yaitu:
1. Syarat formil yaitu didirikan dengan
akta autentik dan mendapatkan
pengesahan Menteri Hukum dan
HAM
2. Syarat Materiil yaitu adanya
pemisahan harta kekayaan,
maksud dan tujuan tertentu, adanya
organisasi yayasan
Pasal 9 ayat (1) dan (2) mengatur bahwa suatu
yayasan juga harus didirikan dengan syarat
sebagai berikut :
1) Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih
dengan memisahkan sebagian harta kekayaan
pendirinya sebagai kekayaan awal.
2) Pendirian yayasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan dengan akta notaris dan
dibuat dalam bahasa Indonesia.

Pasal 11 ayat (1) yang berbunyi:


“Yayasan memperoleh status badan hukum
setelah akta pendirian yayasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) memperoleh
pengesahan dari Menteri.”
Unsur-Unsur
Yayasan
1. Ada Organisasi yang teratur
2. Ada maksud dan tujuan tertentu;
3. Memiliki kepentingan sendiri (hak dan
kewajiban),
4. Dapat bertindak dalam hukum (sebagai
subjek hukum (rechtpersoon)
5. Dapat melakukan perbuatan hukum
perdata (digugat dan menggugat
dipengadilan)
6. Memiliki harta kekayaan yang terpisah
Yayasan tidak dapat menjalankan sendiri segala kegiatan yang harus
dilakukan oleh badan tersebut. Dalam melakukan perbuatan hukum,
yayasan memerlukan perantara manusia selaku wakilnya. Walaupun
dalam bertindak suatu yayasan harus melalui perantaraan orang
(natuurlijkepersonen), namun orang tersebut tidak bertindak untuk
dan atas nama dirinya, melainkan untuk dan atas pertanggung
jawaban yayasan. Orang-orang yang bertindak untuk dan atas
pertanggung jawaban yayasan tersebut inilah yang disebut sebagai
Organ organ

Yayasan Organ yayasan terdiri atas : (Ps. 2 UU No. 16/2001)


1. Pembina,
2. pengurus, dan
3. pengawas
Karena kondisinya yang tidak mempunyai
anggota, maka para pembina, pengurus maupun
pengawas tidak ada yang mendapat pembagian
keuntungan yang diperoleh yayasan, yang mana
hal ini secara tegas diatur dalam Pasal 3 ayat (2),
yang berbunyi :
“Yayasan tidak boleh membagikan hasil
kegiatan usaha kepada pembina pengurus
dan pengawas”

Pasal 5 mengatur bahwa:


“Kekayaan yayasan baik berupa uang,
barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh yayasan berdasarkan Undang-
Undang ini dilarang dialihkan atau dibagikan
secara langsung atau tidak langsung kepada
pembina, pengurus, dan pengawas,
karyawan atau pihak lain yang mempunyai
kepentingan terhadap yayasan.”
Organ Yayasan
(Pembina)
Definisi Pembina diatur dalam Undang-Undang Yayaasan Pasal 28 ayat
(1) yang berbunyi:
“Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang
tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-Undang
ini atau anggaran dasar”.
• Syarat Pembina di antara lain :
1. Orang perorangan (Pasal 28 ayat (3) UUYayasan).
2. Mempunyai dedikasi tinggi untuk mencapai tujuan dan maksud
yayasan
3. (Pasal 28 ayat Undang-Undang Yayasan).
4. Diangkat berdasarkan keputusan rapat gabungan seluruh anggota
pengurus dan anggota pengawas (Pasal 28 ayat (4) Undang-Undang
Yayasan).
5. Tidak boleh merangkap sebagai anggota pengurus dan/atau anggota
pengawas (Pasal 29 Undang-Undang Yayasan).
Organ Yayasan (Pengurus)
Definisi Pengurus diatur dalam Undang-Undang Yayasan Pasal 31 ayat (1) yang
berbunyi :
• “Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan
Yayasan.” Syarat Pengurus antara lain :
1. Orang perorangan (Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Yayasan).
2. Mampu melakukan perbuatan hukum (Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang
Yayasan)
3. Diangkat oleh pembina berdasarkan keputusan rapat pembina (Pasal 32 ayat
(1) Undang-Undang Yayasan).
4. Tidak boleh merangkap sebagai anggota pembina dan/atau anggota
pengawas (Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Yayasan).
5. Memenuhi persyaratan lainnya yang diatur dalam anggaran dasar (Pasal 32
ayat (4) Undang-Undang Yayasan).
6. Tidak pernah dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan dalam
7. melakukan pengurusan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi yayasan,
masyarakat, atau negara (Pasal 39 ayat (3) UU Yayasan)
7. anggota pengurus yang didirikan oleh orang asing atau orang asing bersama
orang Indonesia wajib bertempat tinggal di Indonesia (Pasal 12 ayat (2) PP
Nomor 63 Tahun 2008).185
8. anggota pengurus berkewarganegaraan asing harus memegang izin
melakukan kegiatan dan/atau usaha di Indonesia dan merupakan pemegang
Kartu Izin Tinggal Sementara (Pasal 12 ayat (3) PP No. 63 Tahun 2008).
Organ Yayasan (Pengawas)
Definisi Pengurus diatur dalam Undang-Undang Yayasan Pasal 40
ayat (1) yang berbunyi :
• Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan
pengawasan serta memberi nasihat kepada Pengurus dalam
menjalankan kegiatan Yayasan , syarat Pengawas :
1. Orang perorangan (Pasal 40 ayat (3) Undang-Undang Yayasan).
2. Mampu melakukan perbuatan hukum (Pasal 40 ayat (3) Undang-
Undang Yayasan)
3. Diangkat oleh pembina berdasarkan keputusan rapat pembina
(Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Yayasan).
4. Tidak boleh merangkap sebagai anggota pembina dan/atau
anggota Pengurus (Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Yayasan).
5. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan (Pasal 41 UUY)
KEKAYAAN YAYASAN
• Kekayaan yayasan selain berasal dari harta kekayaan yang dipisahkan dari pemisahan harta kekayaan pendirinya, juga
bersumber dari sumbangan atau bantuan tidak mengikat, wakaf, hibah, hibah wasiat, dan perolehan lain yang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan/ atau peraturan perUndang- Undangan yang berlaku, sebagaimana
diatur dalam ketentuan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan sebagai berikut
1) Kekayaan Yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang.
2) Selain kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kekayaan yayasan dapat diperoleh dari:
a. Sumbangan atau bantuan yang mengikat,
b. Wakaf,
c. Hibah,
d. Hibah Wasiat,
e. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
f. Yayasan dan/ atau peraturan PerUndang-Undang an yang berlaku.
3) Dalam hal kekayaan yayasan berasal dari wakaf, maka berlaku ketentuan hukum perwakafan.
4) Kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dipergunakan untuk mecapai maksud dan tujuan
Yayasan
Kekayaan Yayasan

terjadi likuidasi diserahkan kepada


yayasan lain yang mempunyai maksud
Harta kekayaan yayasan hanya dapat
dan tujuan yang sama dengan yayasan
dipergunakan untuk mencapai maksud
yang bubar (Pasal 68 ayat (1) Undang-
dan tujuan yayasan. Kekayaan tersebut
Undang Nomor 16 Tahun 2001).191 Jika
dilarang untuk dialihkan atau dibagikan
sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada
secara langsung maupun tidak langsung
Yayasan lain yang dimaksud dan tujuan
kepada pembina, pengurus, pengawas,
yang sama sebagaimana dimaksud dalam
karyawan atau pihak lain yang
ayat (1), sisa kekayaan tersebut
mempunyai kepentingan terhadap
diserahkan kepada negara dan
Yayasan hal ini diatur dalam pasal 3 dan
pengguanaannya dilakukan sesuai dengan
pasal 5 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
maksud dan tujuan yayasan tersebut
2001 Tentang Yayasan.190 Di dalam hal
(Pasal 68 ayat (2) Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2001).
Akta Autentik
Yayasan

•SIAPA SAJA YANG BERWENANG MEMBUAT


AKTA AUTENTIK YAYASAN

•APA SAJA SYARAT FORMAL DAN MATERIIL


AKTA AUTENTIK YAYASAN ?
Pasal 14 UU No. 16/2001 mengatur bahwa :
(1)  Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu.
(2)  Anggaran Dasar Yayasan sekurang-kurangnya memuat:
a. nama dan tempat kedudukan;
b. maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut;
c. jangka waktu pendirian;
d. jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam bentuk uang atau benda;
e. cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;
f. tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;
g. hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;
h. tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;
i. ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
j. penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan
k. Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah pembubaran.

(3)  Keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat sekurang-kurangnya nama, alamat,
pekerjaan, tempat dan tanggal lahir, serta kewarganegaraan Pendiri, Pembina, Pengurus, dan Pengawas.
(4)  Jumlah minimum harta kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi Pendiri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
PERSEROAN TERBATAS (PT)

•Naamloze Vennotschap (NV)


•Societe Anonyme (SA)
Dasar Yuridis :
 Kitab undang-undang hukum
dagang (Wetboek Van Koophandel),
Staatstblaad tahun 1847 No. 23
dalam Buku Kesatu Titel ketiga
bagian ketiga, mulai dari Pasal 36
sampai dengan Pasal 56
 UU No. 1 tahun 1995
 UU No. 40 tahun 2007
 UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal
•Pasal 36 KUHD
Perseroan terbatas tidak mempunyai firma, dan tak
memakai nama salah seorang atau lebih dari antara para
persero, melainkan mendapat namanya hanya dari
tujuan perusahaan saja.

Sebelum perseroan tersebut dapat didirikan, akta


pendiriannya atau rencana pendiriannya harus
disampaikan kepada Gubernur Jenderal (dalam hal ini
Presiden) atau penguasa yang ditunjuk oleh Presiden
untuk memperoleh izinnya.

•Pasal 40
Modal perseroan dibagi atas saham-saham atau Sero-
sero atas nama atau blangko. Para persero atau
pemegang saham atau sero tidak bertanggung jawab
lebih daripada jumlah penuh saham-saham itu.

Pasal 1 angka 1 UU PT
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan,
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
Menurut pemerintah Belanda ketika
membacakan Memorie Van Toelichting
(penjelasan) rencana undang-undang Wetboek
Van Koophandel di muka parlemen
menyebutkan, bahwa perusahaan adalah
keseluruhan perbuatan yang dilakukan
secara terus menerus, dengan mencari laba
bagi dirinya sendiri.
Menurut Molengraaf, perusahaan adalah
keseluruhan perbuatan yang dilakukan
secara terus menerus, bertindak ke luar
untuk mendapatkan suatu pengahasilan,
dengan cara memperniagakan barang-barang
atau mengadakan perjanjian perdagangan
Unsur Badan Hukum Perseroan Terbatas
Badan Hukum (Legalperson, Rechtpersoon), memiliki unsur-unsur :
Pendukung hak dan kewajiban
Dapat menuntut dan dituntut di muka pengadilan
memiliki kekayaan sendiri yang terpisah
memiliki tujuan tertentu
berkesinambungan (memiliki kontinuitas) dalam arti keberadaannya
tidak terikat pada orang-orang tertentu, karena hak-hak dan
kewajibannya tetap ada meskipun orang-orang yang menjalankannya
berganti
Syarat Formal dan Materiil
Pasal 7 ayat (4) menyebutkan bahwa Perseroan memperoleh status sebagai badan hukum
pada tanggal diterbitkannya keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum
Perseroan
Pasal 8
(1)  Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan
pendirian Perseroan.
(2)  Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya :
1. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat
lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan
hukum dari pendiri Perseroan;
2. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali
diangkat;
3. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah
saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.
Pasal 15 UUPT
(1) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) memuat sekurang-kurangnya
1. nama dan tempat kedudukan Perseroan;
2. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
3. jangka waktu berdirinya Perseroan;
4. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
5. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak
yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;
6. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
7. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
8. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
9. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.
Organ Perseroan Terbatas

RAPAT UMUM
DEWAN
PEMEGANG DIREKSI
KOMISARIS
SAHAM (RUPS)

two-tier management system di mana terdapat lembaga Direksi yang menjalankan


manajemen perusahaan dan Dewan Dewan Komisaris yang bertugas mengawasi
jalannya manajemen (pengurusan) perusahaan oleh Direksi
•Pasal 1 angka 3 UU No. 1/95
Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya
disebut RUPS adalah organ perseroan yang
memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan
dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada Direksi atau Komisaris.

•Pasal 1 angka 4 UU No. 40/2007


Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya
disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam
batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini
dan/atau anggaran dasar.

•Pasal 75 ayat (1) UUPT


RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada Direksi atau Dewan Dewan Komisaris
dalam batas yang ditentukan dalam Undang-
Undang ini dan/atau anggaran dasar.
Wewenang RUPS
Kewenangan apa saja yang dimiliki RUPS yang diberikan UUPT yang diatur dalam UUPT tidak jarang memakai frasa “hak’ atau “berhak”,
sebagai berikut :
 Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan Perseroan yang belum didirikan sehingga perbuatan
hukum calon pendiri tersebut mengikat Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum (Pasal 13 ayat (1) UUPT)
 Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan pendiri setelah pendirian Peseroan (Pasal 14 UUPT0
 Menyetujui usulan perubahan anggaran dasar Perseroan (Pasal 19-28 UUPT)
 Menyetujui penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak (Pasal 34 ayat (3) UUPT)
 Menyetujui hak tagih pemegang saham atau kreditor terhadap Perseroan sebagai kompensasi penyetoran saham dalam permodalan
Perseroan (Pasal 35 UUPT)
 Menyetujui maksud Perseroan untuk membeli kembali saham (bay back) yang telah dikeluarkan (Pasal 38 UUPT)
 Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan atas maksud Perseroan untuk membeli kembali saham (buy back) yang
telah dikeluarkan Dewan Dewan Komisaris (Pasal 39 UUPT)
 Menyetujui penambahan modal Perseroan yaitu, modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal disetor (Pasal 41 ayat (1) UUPT)
 Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persertujuan pelaksanaan keputusan RUPS tentang penambahan modal Perseroan
kepada Dewan Dewan Komisaris (Pasal 41 ayat (2) UUPT)
 Menyetujui pengurangan modal Perseroan, yaitu modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor (Pasal 44 UUPT)
Wewenang RUPS
 Menyetujui pemindahan hak atas saham apabila disyaratkan oleh anggaran dasar Perseroan (Pasal 57 ayat (1)
huruf b UUPT)
 Menyetujui rencana kerja tahunan yang di susun Direksi apabila disayaratkan oleh anggaran dasar Perseroan
(Pasal 64 ayat (2) dan (3) UUPT)
 Menolak untuk mengesahkan laporan keuangan laporan keuangan Perseroan yang termasuk dalam kualifikasi :
Perseroan yang bergerak di bidang pengerahan dana masyarakat atau Perseroan yang mengeluarkan surat
pengakuan utang atau Perseroan yang merupakan Perseroan terbuka atau Perseroan yang merupakan yang
mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha paling sedikit Rp50.000.000.000,00- (lima puluh miliar rupiah)
atau Perseroan yang laporan keuangannya wajib di audit akuntan publik sebagai mana yang disyaratkan peraturan
perundang- undangan, yang mana Direksi Perseroan tersebut ternyata tidak meyerahkan laporan keuangan
Perseroan tersebut kepada akuntan publik untuk di audit (Pasal 68 ayat (1) dan (2) UUPT)
 Menyetujui laporan tahunan Perseroan dan mengesahkan perhitungan tahunan Perseroan (Pasal 69 ayat (1) UUPT)
 Menyetujui penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan (Pasal 71 ayat (1)
UUPT)
 Mengatur tata cara pengambilan deviden yang telah dimasukkan ke dalam cadangan khusus (Pasal 73 ayat (2)
UUPT)
 Menyetujui penggabungan (merger), peleburan, pengambilalihan atau pemisahan, pengajuan permohonan agar
Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya dan pembubaran Perseroan (Pasal 89 ayat (1)
UUPT)
 Menetapkan pembagian tugas dan wewenang pengurusan Perseroan di antara anggota Direksi (Pasal 92 ayat (5)
UUPT)
 Mengangkat anggota Direksi (Pasal 94 ayat (1) UUPT) dan anggota Dewan Dewan Komisaris (Pasal 111 ayat (1)
UUPT)
 Memberhentikan anggota Direksi (Pasal 94 ayat (5) Jo. Pasal 105 ayat (1) UUPT) dan anggota Dewan Dewan
Komisaris (Pasal 115 ayat (5) dan Pasal 119 UUPT)
 Menetapkan besaran gaji dan tunjangan anggota Direksi (Pasal 96 ayat (1) UUPT) dan anggota Dewan Dewan
Komisaris (Pasal 113 UUPT)
 Menetapkan pembatasan atau persyaratan kewenangan Direksi (Pasal 98 ayat (3) UUPT)
 Penunjukan pihak luar anggota Direksi dan Dewan Dewan Komisaris Perseroan untuk mewakili Perseroan dalam
hal terdapat seluruh anggota Direksi dan Dewan Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan (conflict of
interest) dengn Perseroan (Pasal 99 ayat (2) huruf c UUPT)
 Menyetujui maksud Direksi untuk mengalihkan kekayaan atau menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan
yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) dari kekayaan bersih Perseroan (Pasal 102 ayat (1) UUPT)
 Menyetujui atau menolak rencana/maksud Direksi untuk mengajukan permohonan pailit atas Perseroan (Pasal
104 ayat (1) UUPT)
 Mencabut atau menguatkan keputusan Dewan Dewan Komisaris yang memberhentikan sementara anggota
Direksi (Pasal 106 ayat (6) UUPT)
 Meminta laporan Dewan Dewan Komisaris tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku
yang baru lampau (Pasal 116 huruf c UUPT)
 Memberikan kewenangan kepada Dewan Komisaris untuk melakukan tindakan pengurusan
Perseroan apabila Direksi tidak ada atau apabila seluruh anggota Direksi mempunyai
benturan kepentingan dengan Perseroan (Pasal 118 ayat (1) UUPT)
 Mengangkat Dewan Komisaris independen (Pasal 120 ayat (2) UUPT)
 Menyetujui rencana penggabungan yang disusun Direksi dan sebelumnya telah
mendapatkan persetujuan Dewan Dewan Komisaris Perseroan(Pasal 123 ayat (3) UUPT)
 Menyetujui pengambilalihan (Pasal 125 ayat (4) Jo. Pasal 126 ayat (2) dan Pasal 127 ayat (1)
UUPT) dan rencana pengambil alihan (Pasal 128 ayat (1) UUPT)
 Menyetujui pembubaran Perseroan (Pasal 142 ayat (1) huruf a UUPT)
 Menunjuk likuidator (Pasal 142 ayat (3) Jo. Pasal 145 ayat (2) UUPT)
 Menyetujui laporan pertanggungjawaban likuidator atas likuiditas Perseroan yang
dilakukannya (Pasal 152 ayat (1) UUPT)
Pasal 1 butir 5 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah organ
Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan,
baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
Direksi berhak dan berwenang untuk menjalankan perusahaan, bertindak untuk dan atas nama
Perseroan (baik di dalam maupun di luar pengadilan)
Pasal 92 UUPT
• Direksi menjalankan pengurusan Perseroan
untuk kepentingan Perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan.
• Direksi berwenang menjalankan pengurusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam
batas yang ditentukan dalam Undang-Undang
ini dan/atau anggaran dasar.

Pasal 97 UU PT
(1)  Direksi bertanggung jawab atas pengurusan
Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92
ayat (1).
(2)  Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.
(3)  Setiap anggota Direksi bertanggung jawab
penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan
apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan
atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
apabila dapat membuktikan:
 kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau
kelalaiannya;
 telah melakukan pengurusan dengan itikad baik
dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan;
 tidak mempunyai benturan kepentingan baik
langsung maupun tidak langsung atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
 telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul
atau berlanjutnya kerugian tersebut.
Kewajiban Direksi
Kewajiban Direksi yang berkaitan dengan Perseroan
1) Mengusahakan pendaftaran akta pendirian atas akta perubahan anggaran dasar Perseroan secara lengkap
2) Mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham dan daftar khusus yang memuat keterangan mengenai
kepemilikan saham dari anggota Direksi atau Dewan Komisaris beserta keluarganya pada Perseroan tersebut atas
Perseroan lain
3) Mendaftarkan atau mencatat setiap pemindahan hak atas saham disertai dengan tanggal dan hari pemindahan hak
dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus
4) Dengan iktikat baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan
usaha Perseroan
5) Menyelenggarakan pembukuan Perseroan
6) Membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan Perseroan
7) Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan Perseroan
8) Direksi dan anggota Direksi wajib melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya beserta
keluarganya pada Perseroan tersebut dan Perseroan lain
Kewajiban Direksi
Kewajiban Direksi yang berkaitan dengan RUPS
1) Meminta persetujuan RUPS, jika ingin membeli kembali saham yang telah dikeluarkan
2) Meminta persetujuan RUPS, jika Perseroan ingin menambah atau mengurangi besarnya jumlah modal Perseroan
3) Menyampaikan laporan tahunan
4) Menanda tangani laporan tahunan sebelum disampaikan kepada RUPS
5) Menyampaikan laporan secara tertulis tentang perhitungan tahunan
6) Pada saat diselenggarakan RUPS, Direksi mengajukan semua dokumen Perseroan
7) Menyelenggarakan panggilan RUPS
8) Meminta persetujuan RUPS, jika hendak melakukan tindakan hukum pengalihan atau menjadikan jaminan uang atas
seluruh atau sebagian besar aset Perseroan
9) Menyusun rancangan penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan untuk disampaikan kepada RUPS guna
mendapatkan keputusannya
10) Mengumumkan dalam dua surat kabar harian tentang rencana penggabungan, peleburan dan penambilalihan Perseroan
paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum panggilan RUPS dilakukan.
Dewan
Komisaris
Pasal 1 angka 6 UUPT
Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada Direksi.
Pasal 108 UUPT
(1)  Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha
Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.
(2)  Pengawasan dan pemberian nasihat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan.
Dewan Komisaris
Dalam melaksanakan, Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas tunduk pada beberapa prinsip yuridis Menurut
ketentuan UUPT. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1) Dewan Komisaris merupakan badan pengawas, (badan supervisi) selain mengawasi tindakan Direksi, Dewan
Komisaris juga mengawasi Perseroan secara umum.
2) Dewan Komisaris merupakan badan independen, seperti halnya Direksi dan RUPS, pada prinsipnya Dewan
Komisaris merupakan badan yang independen, Dewan Komisaris tidak tunduk kepada kekuatan siapapun dan Dewan
Komisaris melaksanakan tugasnya semata-mata hanya untuk kepentingan Perseroan.
3) Dewan Komisaris tidak mempunyai otoritas manajemen (non Executive) meskipun Dewan Komisaris merupakan
pengambilan keputusan (decision maker) tetapi pada prinsipnya Dewan Komisaris tidak memiliki otoritas
manajemen. Pihak yang memiliki tugas manajemen atau eksekutif hanyalah Direksi.
4) Dewan Komisaris tidak bisa memberikan instruksi yang mengikat kepada Direksi walaupun tugas utama Dewan
Komisaris adalah untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas-tugas Direksi, tetapi Dewan Komisaris
tidak berwenang untuk memberikan instruksi-instruksi langsung kepada Direksi.
5) Dewan Komisaris tidak dapat diperintah oleh RUPS, meskipun diketahui bahwa RUPS memiliki kekuasaan tertinggi
dalam suatu Perseroan. RUPS Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dapat memberhentikan Dewan Komisaris,
dengan atau tanpa menunjukkan alasan pemberhentiannya (With Or Without cause)
•Pasal 114 ayat (5) menyatakan bahwa Anggota
Dewan Dewan Komisaris tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila
dapat membuktikan :
• Setelah melakukan pengawasan dengan itikad
baik dan kehati- hatian untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan
• Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik
langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan Direksi yang
mengakibatkan kerugian
• Telah memberikan nasihat kepada Direksi
untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut
TUGAS DAN WEWENANG
NOTARIS/PPAT
Pasal 15 UUJN-P yang mengatur bahwa :
(1) Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta autentik,
menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh undang-undang.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris berwenang pula:
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan
dalam surat yang bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
e. emberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta;
f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. membuat Akta risalah lelang.
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam
peraturan perundang- undangan
ASAS PELAKSANAAN JABATAN
NOTARIS/PPAT
Asas Kepastian Hukum : Indonesia merupakan negara hukum dimana kepastian hukum bertujuan untuk
menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan
kepastian dalam hubungan antar manusia, yaitu menjamin prediktabilitas, dan juga bertujuan untuk mencegah
bahwa hak yang terkuat yang berlaku. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, notaris dan PPAT dalam
menjalankan tugas jabatannya wajib berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang berkaitan

dengan segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta
ASAS PELAKSANAAN JABATAN
NOTARIS/PPAT
Asas Kehati-hatian : Asas kehati-hatian dalam pelaksanaan jabatan Notaris dan PPAT, notaris
dan PPAT wajib untuk bertindak saksama. Pelaksaan asas kecermatan wajib dilakukan dalam
pembuatan akta dengan :
1) Melakukan pengenalan terhadap penghadap berdasarkan identitasnya yang diperlihatkan
kepada notaris.
2) Menanyakan, kemudian mendengarkan dan mencermati keinginan atau kehendak para
pihak tersebut.
3) Memeriksa bukti surat yang berkaitan dengan keinginan atau kehendak para pihak tersebut.
4) Memberikan saran dan membuat kerangka akta untuk memenuhi keinginan atau kehendak
para pihak tersebut.
5) Memenuhi segala teknik administratif pembuatan akta notaris, seperti pembacaan,
penandatanganan, memberikan salinan dan pemberkasanuntuk minuta.
6) Melakukan kewajiban lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan notaris.
ASAS PELAKSANAAN JABATAN
NOTARIS/PPAT
Asas Profesionalitas, Agar seseorang dapat digolongkan profesional harus memenuhi kriteria
atau persyaratan sebagai berikut :
1) Mempunyai keterampilan tinggi dalam suatu bidang pekerjaan, mahir dalam
mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya.
2) Mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup memadai, pengalaman yang memadai dan
mempunyai kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah, peka dalam membaca situasi,
cepat dan cermat dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan organisasi.
3) Mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi segala permasalahan yang terbentang di
hadapannya.
4) Mempunyai sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
untuk menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memiliki hal
terbaik bagi perkembangan pribadinya.
SYARAT FORMAL AKTA AUTENTIK
NOTARIS
Pasal 38 UUJN-P
(1)  Setiap Akta terdiri atas:
a. awal Akta atau kepala Akta;
b. badan Akta; dan
c. akhir atau penutup Akta.
(2)  Awal Akta atau kepala Akta memuat:
d. judul Akta;
e. nomor Akta;
f. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan
g. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
(3)  Badan Akta memuat:
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili;
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
c. isi Akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
(4)  Akhir atau penutup Akta memuat:
1. uraian tentang pembacaan Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7);
2. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan Akta jika ada;
…..dan seterusnya
SYARAT FORMAL AKTA AUTENTIK
PPAT
PASAL 96 PERKA BPN RI NO. 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ATR/KA BPN NO. 3/1997 TENTANG
PERATURAN PELAKSANA PERATURAN PEMERINTAH NO. 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH

( 1 ) Bentuk akta yang dipergunakan di dalam pembuatan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) dan
tata cara pengisian dibuat sesuai dengan Lampiran Peraturan ini yang terdiri dari :
a. Akta Jual Beli
b. Akta Tukar Menukar;
c. Akta Hibah;
d. Akta Pemasukan ke dalam Perusahaan;
e. Akta Pembagian Hak Bersama
f. Akta Pemberian Hak Tanggungan
g. Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai di atas Tanah Hak Milik;
h. Surat Kuasa membebankan Hak Tanggungan;
FUNGSI AKTA AUTENTIK
Pasal 1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, bahwa “Suatu akta otentik memberikan diantara
para pihak beserta para ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak daripada mereka, suatu
bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya”. Dengan memenuhi seluruh unsur di
atas maka akta otentik dapat dijadikan alat bukti yang sempurna sebagaimana arti dari akta otentik
itu sendiri. Kekuatan pembuktian akta ini dibedakan menjadi tiga macam
Fungsi alat bukti (probationis causa) bahwa akta itu dibuat sejak semula dengan sengaja untuk
pembuktian dikemudian hari, bahwa akta otentik sekurang-kurangnya mempunyai tiga fungsi yaitu:
a. Sebagai bukti bahwa para pihak yang bersangkutan telah mengadakan perjanjian tertentu;
b. Sebagai bukti bagi para pihak bahwa apa yang tertulis dalam perjanjian adalah menjadi tujuan
dan keinginan para pihak;
c. Sebagai bukti kepada pihak ketiga bahwa pada tanggal tertentu kecuali apabila ditentukan
sebaliknya para pihak telah mengadakan perjanjian dan bahwa isi perjanjian adalah sesuai
dengan kehendak para pihak;
Kekuatan pembuktian akta ini dibedakan menjadi tiga macam :

1) Kekuatan pembuktian lahir (kekuatan pembuktian yang didasarkan pada keadaan lahir, apa yang tampak pada lahirnya;
acta publica probant sese ipsa). Kekuatan pembuktian ini didasari atas keadaan lahiriah, apa yang tampak pada lahirnya,
yaitu surat yang tampak seperti akta dianggap mempunyai kekuatan seperti akta, sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya.
Suatu akta otentik yang ditunjukan harus dianggap dan diperlakukan sebagai akta otentik, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya bahwa akta itu bukanlah merupakan akta otentik

2) Kekuatan pembuktian formil (memberikan kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat dan para pihak menyatakan dan
melakukan apa yang dimuat dalam akta). Kekuatan pembuktian ini didasarkan pada benar atau tidaknya ada pernyataan
oleh yang bertanda tangan di bawah akta ini. Kekuatan pembuktian formal memberi kepastian tentang peristiwa bahwa
pejabat dan para pihak yang menyatakan dan melakukan apa yang dimuat dalam akta. Segala keterangan yang disampaikan
oleh orang yang menandatangani akta otentik dianggap benar sebagai keterangan yang disampaikan dan dikehendaki oleh
yang bersangkutan.

3) Kekuatan pembuktian materiiil (memberikan kepastian tentang materi suatu akta). Kekuatan pembuktian ini memberi
kepastian tentang materi suatu akta, memberi kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat atau para pihak menyatakan
dan melakukan seperti yang dimuat dalam akta

Anda mungkin juga menyukai