Anda di halaman 1dari 32

TEKNIK PEMBUATAN AKTA II

( MAGANG II )
Oleh :
Dr. Unggul Basoeky, S.H.,M.Kn.,M.H
Address : Jl. Flores Gg. 4 No. 28 Kel. Panggung Kota Tegal

Phone : 085700003465

E-mail : unggul_basoeky@usp.ac.id
Place/Date of Birth : Tegal, September 11th, 1988
•I can’t teach to anyone
anything, I only make
them think
BUKU III KUHPERDATA / BURGELIJK WETBOEK (BW)
TENTANG PERIKATAN (VAN VERBINTENISSEN)
BAB I
PERIKATAN PADA UMUMNYA
Bagian 1 ketentuan umum
Bagian 2 perikatan untuk memberikan sesuatu
Bagian 3 perikatan untuk berbuat sesuatu/tidak berbuat sesuatu
Bagian 4 penggantian biaya, kerugian, dan bunga
Bagian 5 perikatan bersyarat
Bagian 6 perikatan dengan waktu yang ditetapkan
Bagian 7 perikatan dengan pilihan atau perikatan yang boleh
dipilih oleh salah satu pihak
Bagian 8 perikatan tanggung renteng atau perikatan
tanggungmenanggung
Bagian 9 perikatan yang dapat dibagi-bagi dan perikatan yang
tidak dapat dibagi-bagi
Bagian 10 perikatan dengan perjanjian hukuman

TERDIRI DARI 631PASAL


DAR PASAL 1233 S.D PASAL 1864
BAB II BAB IV
PERIKATAN YANG LAHIR DARI KONTRAK ATAU PERJANJIAN HAPUSNYA PERIKATAN
Bagian 1 ketentuan umum PASAL 1381 S.D PASAL 1380
Bagian 2 syarat-syarat terjadinya suatu perjanjian yang sah Bagian 1 pembayaran
Bagian 3 tentang akibat suatu perjanjian Bagian 2 penawaran pembayaran tunai yang diikuti
Bagian 4 tentang penafsiran suatu perjanjian penyimpanan atau penitipan
bagian 3 pembaharuan utang
Bagian 4 kompensasi atau perjumpaan utang
BAB III Bagian 5 percampuran utang
PERIKATAN YANG LAHIR KARENA UNDANG-UNDANG Bagian 6 pembebasan utang
PASAL 1352 S.D PASAL 1380 Bagian 7 musnahnya barang yang terutang
Bagian 8 kebatalan dan pembatalan perikatan

BAB V JUAL BELI 1457 KUHPER-1540 KUHPerdata


Bagian 1 ketentuan umum BAB VI TUKAR MENUKAR (Ps. 1541 -1546 )
Bagian 2 kewajiban penjual BAB VII SEWA MENYEWA (Ps. 1547 – 1600)
Bagian 3 kewajiban pembeli Bagian 1 ketentuan umum
Bagian 4 hak membeli kembali Bagian 2 Aturan-aturan yang Sama-sama Berlaku
Bagian 5 Ketentuan-ketentuan Khusus Mengenai Jual Beli Terhadap Penyewaan Rumah dan Penyewaan Tanah
Piutang dan Hak-hak Tak Berwujud Yang Lain Bagian 3 Aturan-aturan yang Khusus Berlaku
Bagi Sewa Rumah dan Perabot Rumah
Bagian 4 aturan khusus berlaku bagi sewa tanah
BUKU III KUHPERDATA / BURGELIJK WETBOEK (BW)
TENTANG PERIKATAN (VAN VERBINTENISSEN)

BAB VII A PERJANJIAN KERJA BAB VIII PERSEROAN PERDATA (PERSEKUTUAN


Bagian 1 ketentuan umum PERDATA)
Bagian 2 Perjanjian Kerja pada umumnya Bagian 1 ketentuan umum
Bagian 3 kewajiban majikan Bagian 2 Persetujuan antara satu peserta satu sama
Bagian 4 kewajiban buruh lain
Bagian 5 berbagai cara berakhirnya hubungan kerja Bagian 3 ikatan para peserta terhadap orang lain
Bagian 6 Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Bagian 4 cara pembubaran perseroan perdata

BAB IX BADAN HUKUM ( Ps. 1653 – 1665) BAB XIV BUNGA TETAP ATAU BUNGA ABADI
BAB X PENGHIBAHAN BAB XV PERSETUJUAN UNTUNG-UNTUNGAN
BAB XI PENITIPAN BARANG BAB XVI PEMBERIAN KUASA
BAB XII PINJAM PAKAI BAB XVII PENANGGUNG UTANG
BAB XIII PINJAM PAKAI HABIS BAB XVIII PERDAMAIAN
PERIKATAN YANG LAHIR DARI UNDANG-UNDANG
DIATUR DALAM PASAL 1352 KUHPERDATA S.D PASAL 1380 KUHP

BERASAL DARI UU
SAJA

PERIKATAN
BERSUMBER DARI
UNDANG- PERBUATAN YANG SAH
UNDANG (RECHTMATIGE)
BERASAL DARI
PERBUATAN MANUSIA
(Ps. 1353 )
PERBUATAN MELAWAN
HUKUM
(ONRECHTMATIGE, Ps.
1365 )
• PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI UU
SAJA
Perikatan dengan peristiwa hukum tertentu,
ditetapkan melahirkan suatu hubungan
hukum di antara subjek hukum tertentu
terlepas dari kemauan subjek hukum
tersebut.
- Lampau waktu (verjaring) : dengan lampau
waktu seseorang mungkin terlepas haknya
atau mendapatkan hak atas objek hukum;
- Kematian
- kelahiran
Perikatan yang bersumber akibat
perbuatan orang
Dilakukannya serangkaian perbuatan
seseorang sehingga undang-undang
melekatkan akibat hukum berupa
perikatan terhadap orang tersebut;
• Perbutan sesuai hukum
(rechtmatige) : zaakwaarneming
(Ps. 1354 KUHPerdata )
pembayaran yang tak terhutang
( 1359 KUHPerdata)
• Perbuatan melawan hukum
(onrechtmatige daad)
Sewa Menyewa
(huur onver huur)
•Secara Etimologi : memakai sesuatu dengan
membayar
•Diatur dalam Ps. 1548 s.d Ps. 1600 KUHPer
•“Perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan
kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari
suatu barang selama waktu tertentu dan
dengan pembayaran (vide Ps. 1548)”
•“Persetujuan untuk pemakaian sementara
suatu benda, baik bergerak maupun tidak
bergerak, dengan pembayaran dan suatu
harga”
SEWA MENYEWA

PARTIES JANGKA WAKTU DAN


PERSETUJUAN BENDA
(YANG MENYEWAKAN HARGA
(HAK & KEWAJIBAN) (rechtobject/goedere)
& PENYEWA)
KEWAJIBAN
YANG
MENYEWAKAN
Pasal 1550 KUHPerdata, pihak yang menyewakan
mempunyai tiga kewajiban yang wajib dipenuhi, yaitu :
1. Menyerahkan benda sewaan kepada penyewa
Penyerahan nyata (feitelijk levering) bukan
penyerahan secara yuridis
2. Memelihara barang yang disewakan (Ps. 1551 )
3. Memberikan si penyewa kenikmatan yang tentran
daripada barang yang disewakan selam
berlansungnya sewa (Ps. 1552, 1554, 1557, dan 1558
KUHPerdata) menanggung cacat pada barang yang
disewakan, tidak boleh merubah bangunan dan
susunan barang yang disewa
KEWAJIBAN
PENYEWA

Pasal 1560 s.d Pasal 1567 KUHPerdata, pihak


penyewa mempunyai tiga kewajiban yang wajib
dipenuhi, yaitu :
1. Memakai barang yang disewa sebagai seorang
“bapak rumah yang baik”
2. Membayar harga sewa pada waktu-waktu yang
telah ditentukan
3. wajib mengembalikan barang itu dalam keadaan
seperti waktu barang itu diterima
4. bertanggung jawab atas segala kerusakan yang
ditimbulkan pada barang yang disewakan selama
waktu sewa
PERJANJIAN KERJA
Pasal 1601 a KUHPerdata memberikan
pengertian sebagai berikut:
“perjanjian kerja adalah suatu perjanjian
dimana pihak kesatu (si pekerja),
mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah
yang lain, si majikan untuk suatu waktu
tertentu melakukan pekerjaan dengan
menerima upah”.
Ps. 1 angka 14 Undang-Undang No.13 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan, bahwa :
“perjanjian kerja adalah suatu perjanjian
antara pekerja buruh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat
kerja hak dan kewjiban kedua belah pihak”
PERJANJIAN KERJA

PARTIES JANGKA WAKTU DAN


PERSETUJUAN PEKERJAAN
(PEMBERI KERJA & UPAH
(HAK & KEWAJIBAN) (WORK)
PEKERJA)
KEWAJIBAN MAJIKAN
Dalam KUHPerdata ketentuan mengenai kewajiban MAJIKAN diatur dalam
pasal 1602, 1602a s.d 1602z KUHPerdata yang pada intinya adalah sebagai
berikut:
• Wajib membayar upah (1602a s.d 1602u)
• Wajib memberikan istirahat/cuti, pihak majikan/ pengusaha diwajibkan
untuk memberikan istirahat tahunan kepada pekerja secara teratur. (Ps.
1602v)
• Wajib mengurus perawatan dan pengobatan. Perlindungan bagi tenaga
kerja yang sakit, kecelakaan, kematian telah dijamin melalui perlindungan
Jamsostek. (Ps. 1602x)
• wajib untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang dalam
keadaan yang sama wajib dilakukan atau tidak dilakukan oleh seorang
majikan yang baik. (Ps. 1602y)
• Wajib memberi surat pernyataan kerja (Ps. 1602z)
KEWAJIBAN BURUH
Dalam KUHPerdata ketentuan mengenai kewajiban buruh/ pekerja diatur
dalam pasal 1603, 1603a, 1603b dan 1603c, KUHPerdata yang pada intinya
adalah sebagai berikut:
1. Buruh/pekerja wajib melakukan pekerjaan, melakukan pekerjaan adalah
tugas utama dari seorang pekerja yang harus dilakukan sendiri,
meskipun demikina dengan seizin pengusaha dapat diwakilkan.
2. Bururh/pekerja wajib menaati aturan dan petunjuk majikan/pengusaha
dalam melakukan pekerjaannya buruh/pekerja wajib menaati petunjuk
yang diberikan oleh pengusaha. Aturan yang wajib ditaati oleh pekerja
sebaiknya dituangkan dalam peraturan perusahaan
3. Kewajiban membayar ganti rugi dan denda jika merugikan perusahaan
karena kesengajaan dan kelalaiannya
4. wajib melakukan atau tidak melakukan segala sesuatu yang dalam
keadaan yang sama seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan oleh
seorang buruh yang baik.
Persetujuan Untung-Untungan

Diatur dalam Pasal 1774 s.d 1791 KUHPerdata


Pasal 1774 KUHPerdata menyatakan bahwa persetujuan
untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya
mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun
bagi sementara pihak, bergantung pada kejadian yang belum
tentu.
Jenis-Jenis Persetujuan Untung-Untungan , antaralain :
 Persetujuan pertanggungan (dalam KUHD)
 Bunga cagak hidup,
 Perjudian dan pertaruhan.
Perjanjian pertanggungan (asuransi) adalah suatu
perjanjian dimana seorang penanggung dengan
menerima suatu premie, menyanggupi kepada orang
yang ditanggung untuk memberikan penggantian suatu
kerugian atau kehilangan keuntungan, yang mungkin
akan diderita oleh orang yang ditanggung itu sebagai
akibat suatu kejadian yang tidak tentu.

Bunga cagak hidup adalah bunga yang dibayarkan


setiap tahun (bulan) oleh seseorang kepada orang yang
ditunjuk selama ia masih hidup untuk keperluan sehari-
hari.
 Cara terjadinya diatur dalam Pasal 1775 KUH
Perdata yaitu perjanjian, hibah, dan wasiat.
 Orang yang berhak menerima bunga cagak hidup
telah diatur dalam Pasal 1776 s.d 1778 KUH Perdata
yaitu atas diri orang yang memberikan pinjaman; atas
diri orang yang diberi manfaat dari bunga tersebut;
atas diri seorang pihak ketiga, walaupun orang ini
tidak mendapat manfaat daripadanya; atas diri satu
orang atau lebih; dan dapat diadakan untuk seorang
pihak ketiga, meskipun uangnya diberikan oleh orang
lain.
Akta Autentik

•SIAPA SAJA YANG BERWENANG MEMBUAT


AKTA AUTENTIK

•APA SAJA SYARAT FORMAL DAN MATERIIL


AKTA AUTENTIK ?

•APA SAJA FUNGSI DAN TUJUAN DIBUATKAN


AKTA AUTENTIK ?
AKTA AUTENTIK

•Pasal 1868
Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk
yang ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat
umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat.
•Pasal 1869
Suatu akta yang tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik,
baik karena tidak berwenang atau tidak cakapnya pejabat
umum yang bersangkutan maupun karena cacat dalam
bentuknya, mempunyai kekuatan sebagai tulisan di bawah
tangan bila ditandatangani oleh para pihak.
•Pasal 1870
•Bagi para pihak yang berkepentingan beserta para ahli
warisnya ataupun bagi orang-orang yang mendapatkan hak
dari mereka, suatu akta otentik memberikan suatu bukti yang
sempurna tentang apa yang termuat di dalamnya.
• Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris menyebutkan bahwa:
De notarissen zijn openbare ambtenaren uitsluitend bevoegd, om
authentiele akten op te maken wegens alle handelinggen,
overeenkomsten en beschikkingen waarvan eene olgemeene
verordening gebiedt of de belanghebbenden verlangen, dat bij
authentiek geschrift bkijken zoal, daarvan de dagteekening te
verzekeren, de akten in bewaring te houden en daarvan grossen,
ofschriften en uittreksels uit te geven; alles voorzoover het opmaken
dier akten door eene algemeene verordening niet ook aan andere
ambtenaren of personen opgedragen of voorhebehouden is. (Notaris
adalah pelabat umum yang satu- satunya berwenang untuk
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh
yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu
akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya
dan memberikon grosse, salinan dan kutipannya, semuanya
sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak
juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejobat atau orang lain).
SIAPA YANG
BERWENANG MEMBUAT
AKTA AUTENTIK ?
NOTARIS :
RUJUKAN HUKUM : UU NO. 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN
NOTARIS JUNCTO UU NO. 2 TH.2014 TTG PERUBAHAN UU
NO.30/2004 TTG JABATAN NOTARIS

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)


RUJUKAN HUKUM : PP NO. 37 TAHUN 1998 TENTANG JABATAN
PPAT
PP NO. 24 TH. 2016 TTG PERUBAHAN PP NO. 37/1998 TTG
JABATAN PPAT
•Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 2 tahun
2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut
UUJN-P) menyatakan bahwa Notaris adalah pejabat
umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan memiliki kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini
atau berdasarkan undang-undang lainnya.

•Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24


tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah menyatakan bahwa Pejabat
Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT
adalah pejabat umum yang diberi kewenangan
untuk membuat akta-akta otentik mengenai
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
TUGAS DAN WEWENANG
NOTARIS/PPAT
Pasal 15 UUJN-P yang mengatur bahwa :
(1) Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta autentik,
menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh undang-undang.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris berwenang pula:
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan
dalam surat yang bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
e. emberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta;
f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. membuat Akta risalah lelang.
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam
peraturan perundang- undangan
TUGAS POKOK DAN WEWENANG PPAT
Pasal 2 PP No. 37 tahun 1998 mengatur bahwa :
(1) PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai
bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang
diakibatkan oleh perbuatan hukum itu
(2) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. jual beli;
b. tukar menukar;
c. hibah;
d. pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);
e. pembagian hak bersama;
f. pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik;
g. pemberian Hak Tanggungan;
h. pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan
ASAS PELAKSANAAN JABATAN
NOTARIS/PPAT
Asas Kepastian Hukum : Indonesia merupakan negara hukum dimana kepastian hukum bertujuan untuk
menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan
kepastian dalam hubungan antar manusia, yaitu menjamin prediktabilitas, dan juga bertujuan untuk mencegah
bahwa hak yang terkuat yang berlaku. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, notaris dan PPAT dalam
menjalankan tugas jabatannya wajib berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang berkaitan

dengan segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta
ASAS PELAKSANAAN JABATAN
NOTARIS/PPAT
Asas Kehati-hatian : Asas kehati-hatian dalam pelaksanaan jabatan Notaris dan PPAT, notaris
dan PPAT wajib untuk bertindak saksama. Pelaksaan asas kecermatan wajib dilakukan dalam
pembuatan akta dengan :
1) Melakukan pengenalan terhadap penghadap berdasarkan identitasnya yang diperlihatkan
kepada notaris.
2) Menanyakan, kemudian mendengarkan dan mencermati keinginan atau kehendak para
pihak tersebut.
3) Memeriksa bukti surat yang berkaitan dengan keinginan atau kehendak para pihak tersebut.
4) Memberikan saran dan membuat kerangka akta untuk memenuhi keinginan atau kehendak
para pihak tersebut.
5) Memenuhi segala teknik administratif pembuatan akta notaris, seperti pembacaan,
penandatanganan, memberikan salinan dan pemberkasanuntuk minuta.
6) Melakukan kewajiban lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan notaris.
ASAS PELAKSANAAN JABATAN
NOTARIS/PPAT
Asas Profesionalitas, Agar seseorang dapat digolongkan profesional harus memenuhi kriteria
atau persyaratan sebagai berikut :
1) Mempunyai keterampilan tinggi dalam suatu bidang pekerjaan, mahir dalam
mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya.
2) Mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup memadai, pengalaman yang memadai dan
mempunyai kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah, peka dalam membaca situasi,
cepat dan cermat dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan organisasi.
3) Mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi segala permasalahan yang terbentang di
hadapannya.
4) Mempunyai sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
untuk menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memiliki hal
terbaik bagi perkembangan pribadinya.
SYARAT FORMAL AKTA AUTENTIK
NOTARIS
Pasal 38 UUJN-P
(1)  Setiap Akta terdiri atas:
a. awal Akta atau kepala Akta;
b. badan Akta; dan
c. akhir atau penutup Akta.
(2)  Awal Akta atau kepala Akta memuat:
d. judul Akta;
e. nomor Akta;
f. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan
g. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
(3)  Badan Akta memuat:
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili;
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
c. isi Akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
(4)  Akhir atau penutup Akta memuat:
1. uraian tentang pembacaan Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7);
2. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan Akta jika ada;
…..dan seterusnya
SYARAT FORMAL AKTA AUTENTIK
PPAT
PASAL 96 PERKA BPN RI NO. 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ATR/KA BPN NO. 3/1997 TENTANG
PERATURAN PELAKSANA PERATURAN PEMERINTAH NO. 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH

( 1 ) Bentuk akta yang dipergunakan di dalam pembuatan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) dan
tata cara pengisian dibuat sesuai dengan Lampiran Peraturan ini yang terdiri dari :
a. Akta Jual Beli
b. Akta Tukar Menukar;
c. Akta Hibah;
d. Akta Pemasukan ke dalam Perusahaan;
e. Akta Pembagian Hak Bersama
f. Akta Pemberian Hak Tanggungan
g. Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai di atas Tanah Hak Milik;
h. Surat Kuasa membebankan Hak Tanggungan;
FUNGSI AKTA AUTENTIK
Pasal 1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, bahwa “Suatu akta otentik memberikan diantara
para pihak beserta para ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak daripada mereka, suatu
bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya”. Dengan memenuhi seluruh unsur di
atas maka akta otentik dapat dijadikan alat bukti yang sempurna sebagaimana arti dari akta otentik
itu sendiri. Kekuatan pembuktian akta ini dibedakan menjadi tiga macam
Fungsi alat bukti (probationis causa) bahwa akta itu dibuat sejak semula dengan sengaja untuk
pembuktian dikemudian hari, bahwa akta otentik sekurang-kurangnya mempunyai tiga fungsi yaitu:
a. Sebagai bukti bahwa para pihak yang bersangkutan telah mengadakan perjanjian tertentu;
b. Sebagai bukti bagi para pihak bahwa apa yang tertulis dalam perjanjian adalah menjadi tujuan
dan keinginan para pihak;
c. Sebagai bukti kepada pihak ketiga bahwa pada tanggal tertentu kecuali apabila ditentukan
sebaliknya para pihak telah mengadakan perjanjian dan bahwa isi perjanjian adalah sesuai
dengan kehendak para pihak;
Kekuatan pembuktian akta ini dibedakan menjadi tiga macam :

1) Kekuatan pembuktian lahir (kekuatan pembuktian yang didasarkan pada keadaan lahir, apa yang tampak pada lahirnya;
acta publica probant sese ipsa). Kekuatan pembuktian ini didasari atas keadaan lahiriah, apa yang tampak pada lahirnya,
yaitu surat yang tampak seperti akta dianggap mempunyai kekuatan seperti akta, sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya.
Suatu akta otentik yang ditunjukan harus dianggap dan diperlakukan sebagai akta otentik, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya bahwa akta itu bukanlah merupakan akta otentik

2) Kekuatan pembuktian formil (memberikan kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat dan para pihak menyatakan dan
melakukan apa yang dimuat dalam akta). Kekuatan pembuktian ini didasarkan pada benar atau tidaknya ada pernyataan
oleh yang bertanda tangan di bawah akta ini. Kekuatan pembuktian formal memberi kepastian tentang peristiwa bahwa
pejabat dan para pihak yang menyatakan dan melakukan apa yang dimuat dalam akta. Segala keterangan yang disampaikan
oleh orang yang menandatangani akta otentik dianggap benar sebagai keterangan yang disampaikan dan dikehendaki oleh
yang bersangkutan.

3) Kekuatan pembuktian materiiil (memberikan kepastian tentang materi suatu akta). Kekuatan pembuktian ini memberi
kepastian tentang materi suatu akta, memberi kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat atau para pihak menyatakan
dan melakukan seperti yang dimuat dalam akta

Anda mungkin juga menyukai