( MAGANG II )
Oleh :
Dr. Unggul Basoeky, S.H.,M.Kn.,M.H
Address : Jl. Flores Gg. 4 No. 28 Kel. Panggung Kota Tegal
Phone : 085700003465
E-mail : unggul_basoeky@usp.ac.id
Place/Date of Birth : Tegal, September 11th, 1988
•I can’t teach to anyone
anything, I only make
them think
BUKU III KUHPERDATA / BURGELIJK WETBOEK (BW)
TENTANG PERIKATAN (VAN VERBINTENISSEN)
BAB I
PERIKATAN PADA UMUMNYA
Bagian 1 ketentuan umum
Bagian 2 perikatan untuk memberikan sesuatu
Bagian 3 perikatan untuk berbuat sesuatu/tidak berbuat sesuatu
Bagian 4 penggantian biaya, kerugian, dan bunga
Bagian 5 perikatan bersyarat
Bagian 6 perikatan dengan waktu yang ditetapkan
Bagian 7 perikatan dengan pilihan atau perikatan yang boleh
dipilih oleh salah satu pihak
Bagian 8 perikatan tanggung renteng atau perikatan
tanggungmenanggung
Bagian 9 perikatan yang dapat dibagi-bagi dan perikatan yang
tidak dapat dibagi-bagi
Bagian 10 perikatan dengan perjanjian hukuman
BAB IX BADAN HUKUM ( Ps. 1653 – 1665) BAB XIV BUNGA TETAP ATAU BUNGA ABADI
BAB X PENGHIBAHAN BAB XV PERSETUJUAN UNTUNG-UNTUNGAN
BAB XI PENITIPAN BARANG BAB XVI PEMBERIAN KUASA
BAB XII PINJAM PAKAI BAB XVII PENANGGUNG UTANG
BAB XIII PINJAM PAKAI HABIS BAB XVIII PERDAMAIAN
PERIKATAN YANG LAHIR DARI UNDANG-UNDANG
DIATUR DALAM PASAL 1352 KUHPERDATA S.D PASAL 1380 KUHP
BERASAL DARI UU
SAJA
PERIKATAN
BERSUMBER DARI
UNDANG- PERBUATAN YANG SAH
UNDANG (RECHTMATIGE)
BERASAL DARI
PERBUATAN MANUSIA
(Ps. 1353 )
PERBUATAN MELAWAN
HUKUM
(ONRECHTMATIGE, Ps.
1365 )
• PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI UU
SAJA
Perikatan dengan peristiwa hukum tertentu,
ditetapkan melahirkan suatu hubungan
hukum di antara subjek hukum tertentu
terlepas dari kemauan subjek hukum
tersebut.
- Lampau waktu (verjaring) : dengan lampau
waktu seseorang mungkin terlepas haknya
atau mendapatkan hak atas objek hukum;
- Kematian
- kelahiran
Perikatan yang bersumber akibat
perbuatan orang
Dilakukannya serangkaian perbuatan
seseorang sehingga undang-undang
melekatkan akibat hukum berupa
perikatan terhadap orang tersebut;
• Perbutan sesuai hukum
(rechtmatige) : zaakwaarneming
(Ps. 1354 KUHPerdata )
pembayaran yang tak terhutang
( 1359 KUHPerdata)
• Perbuatan melawan hukum
(onrechtmatige daad)
Sewa Menyewa
(huur onver huur)
•Secara Etimologi : memakai sesuatu dengan
membayar
•Diatur dalam Ps. 1548 s.d Ps. 1600 KUHPer
•“Perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan
kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari
suatu barang selama waktu tertentu dan
dengan pembayaran (vide Ps. 1548)”
•“Persetujuan untuk pemakaian sementara
suatu benda, baik bergerak maupun tidak
bergerak, dengan pembayaran dan suatu
harga”
SEWA MENYEWA
•Pasal 1868
Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk
yang ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat
umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat.
•Pasal 1869
Suatu akta yang tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik,
baik karena tidak berwenang atau tidak cakapnya pejabat
umum yang bersangkutan maupun karena cacat dalam
bentuknya, mempunyai kekuatan sebagai tulisan di bawah
tangan bila ditandatangani oleh para pihak.
•Pasal 1870
•Bagi para pihak yang berkepentingan beserta para ahli
warisnya ataupun bagi orang-orang yang mendapatkan hak
dari mereka, suatu akta otentik memberikan suatu bukti yang
sempurna tentang apa yang termuat di dalamnya.
• Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris menyebutkan bahwa:
De notarissen zijn openbare ambtenaren uitsluitend bevoegd, om
authentiele akten op te maken wegens alle handelinggen,
overeenkomsten en beschikkingen waarvan eene olgemeene
verordening gebiedt of de belanghebbenden verlangen, dat bij
authentiek geschrift bkijken zoal, daarvan de dagteekening te
verzekeren, de akten in bewaring te houden en daarvan grossen,
ofschriften en uittreksels uit te geven; alles voorzoover het opmaken
dier akten door eene algemeene verordening niet ook aan andere
ambtenaren of personen opgedragen of voorhebehouden is. (Notaris
adalah pelabat umum yang satu- satunya berwenang untuk
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh
yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu
akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya
dan memberikon grosse, salinan dan kutipannya, semuanya
sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak
juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejobat atau orang lain).
SIAPA YANG
BERWENANG MEMBUAT
AKTA AUTENTIK ?
NOTARIS :
RUJUKAN HUKUM : UU NO. 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN
NOTARIS JUNCTO UU NO. 2 TH.2014 TTG PERUBAHAN UU
NO.30/2004 TTG JABATAN NOTARIS
dengan segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta
ASAS PELAKSANAAN JABATAN
NOTARIS/PPAT
Asas Kehati-hatian : Asas kehati-hatian dalam pelaksanaan jabatan Notaris dan PPAT, notaris
dan PPAT wajib untuk bertindak saksama. Pelaksaan asas kecermatan wajib dilakukan dalam
pembuatan akta dengan :
1) Melakukan pengenalan terhadap penghadap berdasarkan identitasnya yang diperlihatkan
kepada notaris.
2) Menanyakan, kemudian mendengarkan dan mencermati keinginan atau kehendak para
pihak tersebut.
3) Memeriksa bukti surat yang berkaitan dengan keinginan atau kehendak para pihak tersebut.
4) Memberikan saran dan membuat kerangka akta untuk memenuhi keinginan atau kehendak
para pihak tersebut.
5) Memenuhi segala teknik administratif pembuatan akta notaris, seperti pembacaan,
penandatanganan, memberikan salinan dan pemberkasanuntuk minuta.
6) Melakukan kewajiban lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan notaris.
ASAS PELAKSANAAN JABATAN
NOTARIS/PPAT
Asas Profesionalitas, Agar seseorang dapat digolongkan profesional harus memenuhi kriteria
atau persyaratan sebagai berikut :
1) Mempunyai keterampilan tinggi dalam suatu bidang pekerjaan, mahir dalam
mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya.
2) Mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup memadai, pengalaman yang memadai dan
mempunyai kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah, peka dalam membaca situasi,
cepat dan cermat dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan organisasi.
3) Mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi segala permasalahan yang terbentang di
hadapannya.
4) Mempunyai sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
untuk menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memiliki hal
terbaik bagi perkembangan pribadinya.
SYARAT FORMAL AKTA AUTENTIK
NOTARIS
Pasal 38 UUJN-P
(1) Setiap Akta terdiri atas:
a. awal Akta atau kepala Akta;
b. badan Akta; dan
c. akhir atau penutup Akta.
(2) Awal Akta atau kepala Akta memuat:
d. judul Akta;
e. nomor Akta;
f. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan
g. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
(3) Badan Akta memuat:
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili;
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
c. isi Akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
(4) Akhir atau penutup Akta memuat:
1. uraian tentang pembacaan Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7);
2. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan Akta jika ada;
…..dan seterusnya
SYARAT FORMAL AKTA AUTENTIK
PPAT
PASAL 96 PERKA BPN RI NO. 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ATR/KA BPN NO. 3/1997 TENTANG
PERATURAN PELAKSANA PERATURAN PEMERINTAH NO. 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH
( 1 ) Bentuk akta yang dipergunakan di dalam pembuatan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) dan
tata cara pengisian dibuat sesuai dengan Lampiran Peraturan ini yang terdiri dari :
a. Akta Jual Beli
b. Akta Tukar Menukar;
c. Akta Hibah;
d. Akta Pemasukan ke dalam Perusahaan;
e. Akta Pembagian Hak Bersama
f. Akta Pemberian Hak Tanggungan
g. Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai di atas Tanah Hak Milik;
h. Surat Kuasa membebankan Hak Tanggungan;
FUNGSI AKTA AUTENTIK
Pasal 1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, bahwa “Suatu akta otentik memberikan diantara
para pihak beserta para ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak daripada mereka, suatu
bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya”. Dengan memenuhi seluruh unsur di
atas maka akta otentik dapat dijadikan alat bukti yang sempurna sebagaimana arti dari akta otentik
itu sendiri. Kekuatan pembuktian akta ini dibedakan menjadi tiga macam
Fungsi alat bukti (probationis causa) bahwa akta itu dibuat sejak semula dengan sengaja untuk
pembuktian dikemudian hari, bahwa akta otentik sekurang-kurangnya mempunyai tiga fungsi yaitu:
a. Sebagai bukti bahwa para pihak yang bersangkutan telah mengadakan perjanjian tertentu;
b. Sebagai bukti bagi para pihak bahwa apa yang tertulis dalam perjanjian adalah menjadi tujuan
dan keinginan para pihak;
c. Sebagai bukti kepada pihak ketiga bahwa pada tanggal tertentu kecuali apabila ditentukan
sebaliknya para pihak telah mengadakan perjanjian dan bahwa isi perjanjian adalah sesuai
dengan kehendak para pihak;
Kekuatan pembuktian akta ini dibedakan menjadi tiga macam :
1) Kekuatan pembuktian lahir (kekuatan pembuktian yang didasarkan pada keadaan lahir, apa yang tampak pada lahirnya;
acta publica probant sese ipsa). Kekuatan pembuktian ini didasari atas keadaan lahiriah, apa yang tampak pada lahirnya,
yaitu surat yang tampak seperti akta dianggap mempunyai kekuatan seperti akta, sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya.
Suatu akta otentik yang ditunjukan harus dianggap dan diperlakukan sebagai akta otentik, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya bahwa akta itu bukanlah merupakan akta otentik
2) Kekuatan pembuktian formil (memberikan kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat dan para pihak menyatakan dan
melakukan apa yang dimuat dalam akta). Kekuatan pembuktian ini didasarkan pada benar atau tidaknya ada pernyataan
oleh yang bertanda tangan di bawah akta ini. Kekuatan pembuktian formal memberi kepastian tentang peristiwa bahwa
pejabat dan para pihak yang menyatakan dan melakukan apa yang dimuat dalam akta. Segala keterangan yang disampaikan
oleh orang yang menandatangani akta otentik dianggap benar sebagai keterangan yang disampaikan dan dikehendaki oleh
yang bersangkutan.
3) Kekuatan pembuktian materiiil (memberikan kepastian tentang materi suatu akta). Kekuatan pembuktian ini memberi
kepastian tentang materi suatu akta, memberi kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat atau para pihak menyatakan
dan melakukan seperti yang dimuat dalam akta