Anda di halaman 1dari 27

TEKNIK PEMBUATAN AKTA II

( MAGANG II )
Oleh :
Dr. Unggul Basoeky, S.H.,M.Kn.,M.H
Address : Jl. Flores Gg. 4 No. 28 Kel. Panggung Kota Tegal

Phone : 085700003465

E-mail : unggul_basoeky@usp.ac.id
Place/Date of Birth : Tegal, September 11th, 1988
•We absolutely must leave room for
doubt or there is no progress and there is
no learning. There is no learning without
having to pose a question. And a
question requires doubt. People search
for certainty. But there is no certainty.
People are terrified — 'how can you live
and not know?’
BUKU III KUHPERDATA / BURGELIJK WETBOEK (BW)
TENTANG PERIKATAN (VAN VERBINTENISSEN)
BAB I
PERIKATAN PADA UMUMNYA
Bagian 1 ketentuan umum
Bagian 2 perikatan untuk memberikan sesuatu
Bagian 3 perikatan untuk berbuat sesuatu/tidak berbuat sesuatu
Bagian 4 penggantian biaya, kerugian, dan bunga
Bagian 5 perikatan bersyarat
Bagian 6 perikatan dengan waktu yang ditetapkan
Bagian 7 perikatan dengan pilihan atau perikatan yang boleh
dipilih oleh salah satu pihak
Bagian 8 perikatan tanggung renteng atau perikatan
tanggungmenanggung
Bagian 9 perikatan yang dapat dibagi-bagi dan perikatan yang
tidak dapat dibagi-bagi
Bagian 10 perikatan dengan perjanjian hukuman

TERDIRI DARI 631PASAL


DAR PASAL 1233 S.D PASAL 1864
BAB II BAB IV
PERIKATAN YANG LAHIR DARI KONTRAK ATAU PERJANJIAN HAPUSNYA PERIKATAN
Bagian 1 ketentuan umum PASAL 1381 S.D PASAL 1380
Bagian 2 syarat-syarat terjadinya suatu perjanjian yang sah Bagian 1 pembayaran
Bagian 3 tentang akibat suatu perjanjian Bagian 2 penawaran pembayaran tunai yang diikuti
Bagian 4 tentang penafsiran suatu perjanjian penyimpanan atau penitipan
bagian 3 pembaharuan utang
Bagian 4 kompensasi atau perjumpaan utang
BAB III Bagian 5 percampuran utang
PERIKATAN YANG LAHIR KARENA UNDANG-UNDANG Bagian 6 pembebasan utang
PASAL 1352 S.D PASAL 1380 Bagian 7 musnahnya barang yang terutang
Bagian 8 kebatalan dan pembatalan perikatan

BAB V JUAL BELI 1457 KUHPER-1540 KUHPerdata


Bagian 1 ketentuan umum BAB VI TUKAR MENUKAR (Ps. 1541 -1546 )
Bagian 2 kewajiban penjual BAB VII SEWA MENYEWA (Ps. 1547 – 1600)
Bagian 3 kewajiban pembeli Bagian 1 ketentuan umum
Bagian 4 hak membeli kembali Bagian 2 Aturan-aturan yang Sama-sama Berlaku
Bagian 5 Ketentuan-ketentuan Khusus Mengenai Jual Beli Terhadap Penyewaan Rumah dan Penyewaan Tanah
Piutang dan Hak-hak Tak Berwujud Yang Lain Bagian 3 Aturan-aturan yang Khusus Berlaku
Bagi Sewa Rumah dan Perabot Rumah
Bagian 4 aturan khusus berlaku bagi sewa tanah
BUKU III KUHPERDATA / BURGELIJK WETBOEK (BW)
TENTANG PERIKATAN (VAN VERBINTENISSEN)

BAB VII A PERJANJIAN KERJA BAB VIII PERSEROAN PERDATA (PERSEKUTUAN


Bagian 1 ketentuan umum PERDATA)
Bagian 2 Perjanjian Kerja pada umumnya Bagian 1 ketentuan umum
Bagian 3 kewajiban majikan Bagian 2 Persetujuan antara satu peserta satu sama
Bagian 4 kewajiban buruh lain
Bagian 5 berbagai cara berakhirnya hubungan kerja Bagian 3 ikatan para peserta terhadap orang lain
Bagian 6 Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Bagian 4 cara pembubaran perseroan perdata

BAB IX BADAN HUKUM ( Ps. 1653 – 1665) BAB XIV BUNGA TETAP ATAU BUNGA ABADI
BAB X PENGHIBAHAN BAB XV PERSETUJUAN UNTUNG-UNTUNGAN
BAB XI PENITIPAN BARANG BAB XVI PEMBERIAN KUASA
BAB XII PINJAM PAKAI BAB XVII PENANGGUNG UTANG
BAB XIII PINJAM PAKAI HABIS BAB XVIII PERDAMAIAN
PERIKATAN YANG LAHIR DARI KONTRAK
DIATUR DALAM PASAL 1313 KUHPERDATA S.D PASAL 1351 KUHP

 SYARAT-SYARAT TERJADINYA PERJANJIAN YANG SAH (Ps. 1320-Ps.


1317 KUHPerdata)
 AKIBAT SUATU PERJANJIAN (Ps. 1338 – Ps. 1341 KUHPerdata)
 PENAFSIRAN PERJANJIAN ( Ps. 1342 – Ps. 1351 KUHPerdata )
Persetujuan tidak mempunyai kekuatan jika diberikan
karena kekhilafan/Kesesatan (dwaling), paksaan (dwang)
dan penipuan (bedrog) –Cacat Kehendak
Paksaan terjadi jika seseorang memberikan persetujuannya karena ia
takut pada suatu ancaman. Kekhilafan dapat terjadi mengenai orang
atau mengenai barang yang menjadi tujuan pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian. Sedangkan penipuan terjadi apabila satu
pihak dengan sengaja memberikan keterangan- keterangan yang tidak
benar, disertai dengan kelicikan-kelicikan, sehingga pihak lain
terbujuk karenanya untuk memberikan perizinan
Dalam perkembangannya, cacat kehendak juga dapat terjadi
dalam hal adanya penyalahgunaan keadaan (misbruik van
omstandigheden/undue influence).  Di Negeri Belanda,
menurut Pasal 3 : 44 NBW (sejak Januari 1992) perjanjian
dapat dibatalkan apabila satu pihak dalam melakukan
perjanjian tersebut berada dalam keadaan darurat atau
terpaksa atau dalam keadaan di mana pihak lawannya
mempunyai keadaan psikologis yang lebih kuat dan
menyalahgunakan keadaan tersebut dalam membuat
perjanjian
DEFINISI PERJANJIAN
Pasal 1313
Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu
orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang
lain atau lebih.
• Perjanjian menurut Sudikno, Hubungn hukum yang
dimiliki oleh kedua belah pihak atau lebih dengan dasar dari
kesepaktan dan menimbulkan akibat hukum.
• Perjanjian menurut Abdulkadir, persetujuan yang dilakukan
antara dua orang atau lebih untuk mengikatkan diri dalam
melaksanakan suatu hal yang terkait dengan harta kekayaan.
• Perjanjian menurut K.M.R.T Tirtodiningrat adalah
perbuatan hukum yang didasari oleh kesepakatan antara
kedua belah pihak atau lebih yang akibat hukumnya dapat
dipaksakan oleh ketentuan undang-undang yang berlaku.
Perjanjian Obligatoir

Perjanjian obligatoir adalah suatu perjanjian dimana


mengharuskan/mewajibkan seseorang membayar atau
menyerahkan sesuatu, misalnya penjual harus
menyerahan barang. Contoh : Perjanjian Sepihak,
Perjanjian Timbal Balik , Perjanjian Cuma, Cuma,
Perjanjian Atas Beban, Perjanjian Konsensuil, Perjanjian
Riil, dan Perjanjian Formil

Perjanjian Non Obligatoir

Perjanjian non obligatoir adalah perjanjian yang tidak


mengharuskan seseorang membayar/memyerahkan
sesuatu.
Contoh : Zakelijk Overeenkomst, Bevifs Overeenkomst,
Liberatoir Overeenkomst ,
Jenis-Jenis Perjanjian
Obligatoir
•Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang hanya ada kewajiban pada satu pihak dan
hanya ada hak pada pihak lain. Contoh perjanjian ini adalah perjanjian hibah dan
perjanjian pinjam pakai.

•Perjanjian Timbal Balik, adalah perjanjian dimana hak dan kewajiban ada pada kedua
belah pihak. Pihak yang berkewajiban melakukan prestasi juga berhak menuntut suatu
kontra prestasi. Contoh perjanjian ini adalah perjanjian jual beli, perjanjian sewa-
menyewa.

•Perjanjian Cuma-Cuma adalah perjanjian dimana pihak yang satu memberikan suatu
keuntungan kepada pihak lain dengan tiada mendapatkan nikmat dari padanya. Contoh
perjanjian ini adalah perjanjian hibah.

•Perjanjian Atas Beban adalah perjanjian yang mewajibkan masing-masing pihak


memberikan prestasi (memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu).
Contoh perjanjian ini adalah perjanjian jual beli dan perjanjian sewa-menyewa.
Jenis-Jenis Perjanjian Non
Obligatoir
•Zakelijk Overeenkomst adalah perjanjian yang menetapkan dipindahkannya
suatu hak dari seseorang kepada orang lain, objeknya adalah hak. Contoh
perjanjian ini adalah perjanjian balik nama atas tanah

•Bevifs Overeenkomst adalah perjanjian untuk membuktikan sesuatu.


Perjanjian ini umumnya ditujukan pada hakim

• Liberatoir Overeenkomst adalah perjanjian diamana seseorang


membebaskan pihak lain dari suatu kewajiban. Misalnya A berhutang
kepada B, kemudian B mengadakan perjanjian liberatoir yakni mulai
sekarang A tidak usah membayar hutang tersebut

•Vaststelling Overeenkomst adalah perjanjian untuk mengakhiri perselisihan


yang ada di muka pengadilan. Contoh perjanjian ini adalah dading
(perjanjian antara kedua belah pihak untuk mengakhiri perselisihan yang
ada di muka pengadilan).
Akta Autentik

•SIAPA SAJA YANG BERWENANG MEMBUAT


AKTA AUTENTIK

•APA SAJA SYARAT FORMAL DAN MATERIIL


AKTA AUTENTIK ?

•APA SAJA FUNGSI DAN TUJUAN DIBUATKAN


AKTA AUTENTIK ?
AKTA AUTENTIK

•Pasal 1868
Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk
yang ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat
umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat.
•Pasal 1869
Suatu akta yang tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik,
baik karena tidak berwenang atau tidak cakapnya pejabat
umum yang bersangkutan maupun karena cacat dalam
bentuknya, mempunyai kekuatan sebagai tulisan di bawah
tangan bila ditandatangani oleh para pihak.
•Pasal 1870
•Bagi para pihak yang berkepentingan beserta para ahli
warisnya ataupun bagi orang-orang yang mendapatkan hak
dari mereka, suatu akta otentik memberikan suatu bukti yang
sempurna tentang apa yang termuat di dalamnya.
• Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris menyebutkan bahwa:
De notarissen zijn openbare ambtenaren uitsluitend bevoegd, om
authentiele akten op te maken wegens alle handelinggen,
overeenkomsten en beschikkingen waarvan eene olgemeene
verordening gebiedt of de belanghebbenden verlangen, dat bij
authentiek geschrift bkijken zoal, daarvan de dagteekening te
verzekeren, de akten in bewaring te houden en daarvan grossen,
ofschriften en uittreksels uit te geven; alles voorzoover het opmaken
dier akten door eene algemeene verordening niet ook aan andere
ambtenaren of personen opgedragen of voorhebehouden is. (Notaris
adalah pelabat umum yang satu- satunya berwenang untuk
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh
yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu
akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya
dan memberikon grosse, salinan dan kutipannya, semuanya
sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak
juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejobat atau orang lain).
SIAPA YANG
BERWENANG MEMBUAT
AKTA AUTENTIK ?
NOTARIS :
RUJUKAN HUKUM : UU NO. 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN
NOTARIS JUNCTO UU NO. 2 TH.2014 TTG PERUBAHAN UU
NO.30/2004 TTG JABATAN NOTARIS

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)


RUJUKAN HUKUM : PP NO. 37 TAHUN 1998 TENTANG JABATAN
PPAT
PP NO. 24 TH. 2016 TTG PERUBAHAN PP NO. 37/1998 TTG
JABATAN PPAT
•Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 2 tahun
2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut
UUJN-P) menyatakan bahwa Notaris adalah pejabat
umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan memiliki kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini
atau berdasarkan undang-undang lainnya.

•Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24


tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah menyatakan bahwa Pejabat
Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT
adalah pejabat umum yang diberi kewenangan
untuk membuat akta-akta otentik mengenai
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
TUGAS DAN WEWENANG
NOTARIS/PPAT
Pasal 15 UUJN-P yang mengatur bahwa :
(1) Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta autentik,
menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh undang-undang.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris berwenang pula:
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan
dalam surat yang bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
e. emberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta;
f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. membuat Akta risalah lelang.
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam
peraturan perundang- undangan
TUGAS POKOK DAN WEWENANG PPAT
Pasal 2 PP No. 37 tahun 1998 mengatur bahwa :
(1) PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai
bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang
diakibatkan oleh perbuatan hukum itu
(2) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. jual beli;
b. tukar menukar;
c. hibah;
d. pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);
e. pembagian hak bersama;
f. pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik;
g. pemberian Hak Tanggungan;
h. pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan
ASAS PELAKSANAAN JABATAN
NOTARIS/PPAT
Asas Kepastian Hukum : Indonesia merupakan negara hukum dimana kepastian hukum bertujuan untuk
menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan
kepastian dalam hubungan antar manusia, yaitu menjamin prediktabilitas, dan juga bertujuan untuk mencegah
bahwa hak yang terkuat yang berlaku. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, notaris dan PPAT dalam
menjalankan tugas jabatannya wajib berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang berkaitan

dengan segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta
ASAS PELAKSANAAN JABATAN
NOTARIS/PPAT
Asas Kehati-hatian : Asas kehati-hatian dalam pelaksanaan jabatan Notaris dan PPAT, notaris
dan PPAT wajib untuk bertindak saksama. Pelaksaan asas kecermatan wajib dilakukan dalam
pembuatan akta dengan :
1) Melakukan pengenalan terhadap penghadap berdasarkan identitasnya yang diperlihatkan
kepada notaris.
2) Menanyakan, kemudian mendengarkan dan mencermati keinginan atau kehendak para
pihak tersebut.
3) Memeriksa bukti surat yang berkaitan dengan keinginan atau kehendak para pihak tersebut.
4) Memberikan saran dan membuat kerangka akta untuk memenuhi keinginan atau kehendak
para pihak tersebut.
5) Memenuhi segala teknik administratif pembuatan akta notaris, seperti pembacaan,
penandatanganan, memberikan salinan dan pemberkasanuntuk minuta.
6) Melakukan kewajiban lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan notaris.
ASAS PELAKSANAAN JABATAN
NOTARIS/PPAT
Asas Profesionalitas, Agar seseorang dapat digolongkan profesional harus memenuhi kriteria
atau persyaratan sebagai berikut :
1) Mempunyai keterampilan tinggi dalam suatu bidang pekerjaan, mahir dalam
mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya.
2) Mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup memadai, pengalaman yang memadai dan
mempunyai kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah, peka dalam membaca situasi,
cepat dan cermat dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan organisasi.
3) Mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi segala permasalahan yang terbentang di
hadapannya.
4) Mempunyai sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
untuk menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memiliki hal
terbaik bagi perkembangan pribadinya.
SYARAT FORMAL AKTA AUTENTIK
NOTARIS
Pasal 38 UUJN-P
(1)  Setiap Akta terdiri atas:
a. awal Akta atau kepala Akta;
b. badan Akta; dan
c. akhir atau penutup Akta.
(2)  Awal Akta atau kepala Akta memuat:
d. judul Akta;
e. nomor Akta;
f. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan
g. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
(3)  Badan Akta memuat:
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili;
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
c. isi Akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
(4)  Akhir atau penutup Akta memuat:
1. uraian tentang pembacaan Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7);
2. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan Akta jika ada;
…..dan seterusnya
SYARAT FORMAL AKTA AUTENTIK
PPAT
PASAL 96 PERKA BPN RI NO. 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ATR/KA BPN NO. 3/1997 TENTANG
PERATURAN PELAKSANA PERATURAN PEMERINTAH NO. 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH

( 1 ) Bentuk akta yang dipergunakan di dalam pembuatan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) dan
tata cara pengisian dibuat sesuai dengan Lampiran Peraturan ini yang terdiri dari :
a. Akta Jual Beli
b. Akta Tukar Menukar;
c. Akta Hibah;
d. Akta Pemasukan ke dalam Perusahaan;
e. Akta Pembagian Hak Bersama
f. Akta Pemberian Hak Tanggungan
g. Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai di atas Tanah Hak Milik;
h. Surat Kuasa membebankan Hak Tanggungan;
FUNGSI AKTA AUTENTIK
Pasal 1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, bahwa “Suatu akta otentik memberikan diantara
para pihak beserta para ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak daripada mereka, suatu
bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya”. Dengan memenuhi seluruh unsur di
atas maka akta otentik dapat dijadikan alat bukti yang sempurna sebagaimana arti dari akta otentik
itu sendiri. Kekuatan pembuktian akta ini dibedakan menjadi tiga macam
Fungsi alat bukti (probationis causa) bahwa akta itu dibuat sejak semula dengan sengaja untuk
pembuktian dikemudian hari, bahwa akta otentik sekurang-kurangnya mempunyai tiga fungsi yaitu:
a. Sebagai bukti bahwa para pihak yang bersangkutan telah mengadakan perjanjian tertentu;
b. Sebagai bukti bagi para pihak bahwa apa yang tertulis dalam perjanjian adalah menjadi tujuan
dan keinginan para pihak;
c. Sebagai bukti kepada pihak ketiga bahwa pada tanggal tertentu kecuali apabila ditentukan
sebaliknya para pihak telah mengadakan perjanjian dan bahwa isi perjanjian adalah sesuai
dengan kehendak para pihak;
Kekuatan pembuktian akta ini dibedakan menjadi tiga macam :

1) Kekuatan pembuktian lahir (kekuatan pembuktian yang didasarkan pada keadaan lahir, apa yang tampak pada lahirnya;
acta publica probant sese ipsa). Kekuatan pembuktian ini didasari atas keadaan lahiriah, apa yang tampak pada lahirnya,
yaitu surat yang tampak seperti akta dianggap mempunyai kekuatan seperti akta, sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya.
Suatu akta otentik yang ditunjukan harus dianggap dan diperlakukan sebagai akta otentik, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya bahwa akta itu bukanlah merupakan akta otentik

2) Kekuatan pembuktian formil (memberikan kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat dan para pihak menyatakan dan
melakukan apa yang dimuat dalam akta). Kekuatan pembuktian ini didasarkan pada benar atau tidaknya ada pernyataan
oleh yang bertanda tangan di bawah akta ini. Kekuatan pembuktian formal memberi kepastian tentang peristiwa bahwa
pejabat dan para pihak yang menyatakan dan melakukan apa yang dimuat dalam akta. Segala keterangan yang disampaikan
oleh orang yang menandatangani akta otentik dianggap benar sebagai keterangan yang disampaikan dan dikehendaki oleh
yang bersangkutan.

3) Kekuatan pembuktian materiiil (memberikan kepastian tentang materi suatu akta). Kekuatan pembuktian ini memberi
kepastian tentang materi suatu akta, memberi kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat atau para pihak menyatakan
dan melakukan seperti yang dimuat dalam akta
Bedah substansi Akta Jual Beli dalam
perspektif buku III BW
Pasal 1457 BW Perkaban No. 8/2012 Lamp. 1
Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang Premis :
satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, Jual beli ini dilakukan dengan harga ……….
dan pihak yang lain untuk membayar harga yang Pihak pertama mengaku telah menerima sepenuhnya uang
dijanjikan. tersebut diatas dari Pihak Kedua dan untuk penerimaan
uang tersebut akta ini berlaku pula sebagai tanda
Pasal 1466 penerimaan yang sah (kuitansi)
Biaya akta jual beli dan biaya tambahan lain dipikul oleh
pembeli kecuali kalau diperjanjikan sebaliknya. Pasal 1
Mulai hari ini objek jual beli yang diuraikan dalam akta ini
Pasal 1484 telah menjadi milik pihak kedua dan karenanya………
Jika penjualan sebuah barang tak bergerak dilakukan
dengan menyebutkan luas atau isinya dan hartanya Pasal 7
ditentukan menurut ukurannya, maka penjual wajib Biaya Pembuatan akta ini, uang saksi dan segala biaya
menyerahkan jumlah yang dinyatakan dalam persetujuan; peralihan hak dibayar oleh….
dan jika ia tidak mampu melakukannya atau pembeli tidak
menuntutnya maka penjual harus bersedia menerima
pengurangan harga menurut perimbangan.
Bedah substansi Akta Tukar Menukar dalam
perspektif buku III BW
Perkaban No.8/2012 lamp. 2
Pasal 1541 Premis :
Tukar menukar ialah suatu persetujuan dengan mana kedua Para penghadap dengan akta ini menerangkan, bahwa
belah pihak mengikatkan diri untuk saling memberikan mereka mengadakan tukar menukar……..satu/…..hak atas
suatu barang secara timbal balik sebagai ganti suatu barang tanah dan Hak milik kepunyaan pihak pertama…..
lain. Dengan…
Satu/ hak atas tanah dan hak milik kepunyaan pihak
Pasal 1546 kedua…
Untuk lain-lainnya, aturan-aturan tentang persetujuan jual
beli berlaku terhadap persetujuan tukar-menukar. Pasal 1
Mulai hari ini para penghadap masing-masing telah
Pasal 1466 menerima penyerahan objek tukar menukar sebagai
Biaya akta jual beli dan biaya tambahan lain dipikul oleh penukaran dari hak kepunyaannya semula dan segala
pembeli kecuali kalau diperjanjikan sebaliknya. keuntungan……

Pasal 7
Biaya Pembuatan akta ini, uang saksi dan segala biaya
peralihan hak dibayar oleh….

Anda mungkin juga menyukai