Anda di halaman 1dari 10

TEORI KONTRAK

DAN TINDAKAN
KOLEKTIF
By. Kelompok 5
01 PENGERTIAN TEORI KONTRAK

Materi 02 TEORI KONTRAK EKONOMI


MODERN
Pembahasan
03 MEKANISME PENEGAKKAN DAN
INSTRUMEN EKSTRALEGAL

04 TEORI TINDAKAN KOLEKTIF


DAN FREE-RIDERS

05 TIGA MEKANISMEMEMPERCEPAT
PROSES TINDAKAN KOLEKTIF
MENURUT OLSON (1965)

06 PILIHAN RASIONAL DAN


TINDAKAN KOMUNIKATIF
Kelompok V

PANJI MERENTEK DIO R.MANDEY VISTA LAPIAN


18061101037 18061101023 18061101141
Your Picture Here

REGINA LUMINTANG TASYA MAKAWAEHE

18061101056 18061101008
1. PENGERTIAN TEORI KONTRAK
Kontrak secara umum digambarkan sebagai Konsep kontrak pada NIE (Nomor Izin Edar) berbasis pada hak
kesepakatan antara dua pihak pelaku untuk kepemilikan. Sedangkan, teori neoklasik mengasumsikan kondisi
melakukan tindakan yang memiliki nilai lengkap dapat dibuat tanpa biaya. Faktanya, pembuatan dan
ekonomi kepada pihak lain, tentunya penegakkan pada kontrak sangat sulit terjadi tanpa adanya biaya
dengan konsekuensi adanya tindakan transaksi.
balasan atau pembayaran.
Menurut R.Subekti;1996 mendefenisikan Kontrak selalu tidak lengkap pada kenyataannya dengan dua
Perjanjian atau kontrak adalah: Suatu alasan;
peristiwa dimana ada seorang berjanji 1. Adanya ketidak pastian yang menyebabkan muncuknya biaya
kepada seorang lain atau dua orang itu untuk mengetahui dan mengidentifikasi kemungkinan
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu ketidakpastian itu sendiri.
hal, dari peristiwa ini, timbulah suatu 2. Kinerja kontrak khusus yang kerapkali membutuhkan biaya
hubungan antara dua orang tersebut yang dalam melakukan pengukuran.
dinamakan “perikatan”. Munculnya ketidakpastian menggambarkan adanya informasi
asimetris. Keadaan ini merupakan kondisi dimana ketidaksetaraan
informasi atau pengetahuan yang dialami oleh pelaku-pelaku
untuk melakukan transaksi di pasar. Dengan begitu, dalam hal ini
kontrak juga dapat dimaknai sebagai instrumen kompensasi yang
di desain untuk mengeliminasi dampak dari informasi
asimetris.asi.
2. TEORI KONTRAK EKONOMI MODERN
Terdapat tiga jenis kontrak menurut ekonomi modern, yaitu;

1) Teori kontrak agen (agency contrac theory), Terdapat dua pelaku yang berhubungan,
yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melayani kebutuhan
prinsipal. Dalam hal ini, terdapat informasi asimetris dimana prinsipal tidak mengamati
secara langsung tindakan agen ( hidden action) dan agen membuat beberapa pengamatan
yang tidak dilakukan prinsipal (hidden information).
2) Teori kesepakatan otomatis (self-enforcing agreements theory), diasumsikan
kesepakatan bisa ditegakkan secara hukum, maka diandaikan tidak seluruh hubungan
atau pertukaran bisa ditegakkan secara hukum.
3) Teori kontrak-relasional (relational-contract theory), dipahami sebagai kontrak yang
tidak bisa menghitung seluruh ketidakpastian di masa depan, tetapi hanya kesepakatan di
masa silam, saat ini, dan ekspektasi terhadap hubungan di masa depan antara pelaku-
pelaku yang terlibat dalam kontrak. Kontrak ini bersifat implisit, informal, dan tanpa
ikatan. Maka, penegakan otomatis pada kontrak ini berperan penting. Seringkali ditemui
pada struktur hubungan transaksi yang longgar.
3. MEKANISME PENEGAKKAN DAN
INSTRUMEN EKSTRALEGAL
Dari review terhadap beragam studi tentang kontrak yang telah dilakukan, terdapat empat aspek yang bisa disimpulkan
menjadi faktor perbedaan jenis kontrak (Menard, 2000:236);
1. Pertama, jangka waktu (duration) dari kontrak. Hampir semua studi empiris yang dilakukan menunjukkan bahwa jangka
waktu kontrak sangat berhubungan dengan atribut dari transaksi.
2. Kedua, derajat kelengkapan (degree of completeness), yang mencangkup variabel-variabel harga, kualitas, aturan
keterlambatan (delay), dan penalty.
3. Ketiga,kontrak biasanya bersinggungan dengan insentif. Di sini hanya terdapat sedikit jenis mekanisme insentif.
Mekanisme tersebut antara lain adalah sistem tingkat yang tetap (piece-rate systems), upah berdasarkan jam kerja,
distribusi bagian kepada pekerja, pengembalian aset yang dibayarkan kepada pemilik, dan sewa yang dibagi antara mitra
yang bergabung dalam proyek.
4. Keempat, prosedur penegakan (enforcement procedures) yang berlaku. Kontrak berhubungan dengan mitra untuk tujuan
yang saling menguntungkan (mutual advantage), tetapi pada tempo yang bersamaan kontrak juga menyimpan risiko
kerugian (disadvantage) melalui sikap oportunis (opportunism); entah disebabkan oleh kontrak yang tidak lengkap
maupun kondisi pelaksanaan yang berbeda dengan situasi pada saat negosiasi, atau bisa karena keduanya. 
4. TEORI TINDAKAN KOLEKTIF
DAN FREE-RIDERS

Teori tindakan kolektif pertama kali diformulasikan


oleh Mancur Olson (1971), khususnya saat mengupas
masalah kelompok-kelompok kepentingan. Teori ini sangat
berguna untuk mengatasi masalah penunggang bebas (free-
rider) dan mendesain jalan keluar bersama bagi pengelola
sumber daya manusia atau penyediaan barang-barang publik.
Menurut Olson, determinan penting bagi keberhasilan suatu
tindakan bersama adalah ukuran , homogenitas, dan tujuan
kelompok. Teori ini sudah mapan dimanfaatkan untuk menyeleseikan
persoalan yang bersinggungan dengan manajemen sumber daya
manusia, seperti air, perikanan, tanah, hutan, dan lain-lain. 
5. TIGA MEKANISME MEMPERCEPAT PROSES
TINDAKAN KOLEKTIF MENURUT OLSON (1965)
Tiga mekanisme yang dapat dilakukan untuk mempercepat proses tindakan kolektif menurut Olson (1965) adalah sebagai
berikut :

1. Olson beragumentasi bahwa produksi secara sukarela akan dapat dilaksanakan hanya dalam kelompok-kelompok kecil atau
kelompok uang didominasi oleh produsen besar. Namun, Oliver et. al. (1985) menunjukkan bahwa dalam suatu lingkaran
tertentu peningkatan ukuran suatu kelompok dapat memfasilitasi tindakan kolektif lewat peningkatan kemungkinan masa
kritis dari para pelaku yang bergabung untuk menanggung beban ongkos produksi dari barang-barang publik.
2. Olson berpendapat bahwa interaksi strategis (misalnya kerja sama kondisional yang menyatakan “jika kamu bergabung,
maka saya juga akan masuk”) mungkin akan menelurkan kerja sama cuma dalam kelompok sedang. Tetapi Axelrod (1984)
menunjukkan bahwa interaksi strategis dapat memfasilitasi kerja sama dalam kelompok manapun karena efek dari reputasi
dan mekanisme pergaulan.
3. Olson berasumsi bahwa insentif selektif (seperti hukuman bagi free-riders atau penghargaan terhadap pihak yang mau
bekerja sama) mempersyaratkan adanya otoritas sentral. Intinya Olson mengantisipasi muncuknya masalah penanggung
bebas pada level lebih lanjut yang muncul karena insentif selektif juga merupakan barang publik, di mana pelaku yang
gaga dibebani biaya dari insentif yang diterima mungkin juga tidak mendapatkan benefit dari pemanfaatan insentif
tersebut.
6. PILIHAN RASIONAL DAN TINDAKAN KOMUNIKATIF
Setidaknya terdapat dua pendekatan dalam teori pilihan Dengan mencermati deskripsi tersebut, secara
rasional, yakni pendekatan kuat (strong approach) dan sederhana dapat dinyatakan bahwa rintangan sosial,
pendekatan lemah (weak approach) [Miller, 1992:24; dan kelembagaan sama-sama eksis dalam
dalam Yustika, 2013:90]. Pendekatan kuat melihat pendekatan kuat maupun lemah. Namun, dalam
rintangan sosial dan kelembagaan sebagai produk dari pendekatan kuat diandaikan hambatan sosial dan
tindakan rasional dan tindakan rasional itu sendiri kelembagaan sebagai pemicu munculnya tindakan
menjadi sebab munculnya analisis pilihan rasional. rasional. Sebaliknya, dalam pendekatan lemah
Sedangkan pendekatan lemah menempatkan halangan hambatan sosial dan kelembagaan lahir akibat
sosial dan kelembagaan sebagai suatu kerangka yang pertarungan rasional antara individu yang berupaya
pasti ada (given framework) karena aktor-aktor rasional memaksimalisasikan laba dan meminimalisasikan
berupaya memaksimalisasikan keuntungan atau ongkos. Tentunya, jalan keluar untuk
meminimalisasikan biaya. menyelesaikan persoalan tindakan kolektif dari dua
versi teori pilihan rasional tersebut berbeda,
tergantung pendekatan mana yang eksis.
• Infographic Style

THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai