Anda di halaman 1dari 15

TERJEMAHAN AL-QUR’AN, PERCETAKAN DAN

PERKEMBANGAN PERCETAKAN AL-QUR’AN DI


INDONESIA
KELOMPOK 12
ADNAN (11170340000062)
DIAN PRABAWAWATI (111703400000XXX)
MUHDI ANBAYUDA (11170340000024)

MATA KULIAH SEJARAH AL-QURAN


PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
A. PENGERTIAN TERJEMAH
• Menurut KBBI, Terjemah berarti salinan bahasa atau alih bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain.
• Secara harfiah, terjemah berati menyalin atau memindahkan suatu pembicaraan dari suatu bahasa ke
bahasa lain, atau mengalihbahasakan.
• Secara etimologis, terjemah berarti menerangkan atau menjelaskan, seperti dalam ungkapan ">‫ت>>>رجم‬
>‫ "ا>>لكلم‬Maksudnya ">‫( “ب>>>ينه> ووضحه‬menerangkan suatu pembicaraan dan menerangkan maksudnya)
• Menurut Muhammad Husyan Al-Dzahabi kata tarjamah lazim digunakan untuk dua macam
pengertian:
• 1. Mengalihkan suatu pembicaar dari suatu bahasa ke bahasa lain tanpa menjelaskan makna
yang terkandung dalam bahasa asal.
• 2. menafsirkan suatu pembicaraan dengan menerangkan maksud yang terkandung didalamnya
dengan menggunakan bahasa lain.
B. MACAM-MACAM
TERJEMAH
Harfiah bi
ghair al- Maknawiya
mitsl h

Harfiah bi Terikat dengan susunan dan


al-mitsl struktur bahasa Tafsiriyah

Harfiah bi Tida terikat dengan Lebih luwes dan


ghair al- susunan dan struktur terfokus pada
mitsl bahasa pencapaian maksud
C. SYARAT-SYARAT PENERJEMAH
(MUTARJIM)
Penerjemah harus menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan seperti Ilmu
kalam, Ushul FiqhI, Ilmu akhlak, dan ilmu-ilmu pokok untuk memahami
al-qur’an.

Memiliki aqidah Islamiah yang kuat dan lurus.

Menguasai dengan baik bahasa yang bersangkutan (bahasa arab dan


bahasa terjemahan)

Sebelum menerjemahkan Al-Qur’an, penerjemah harus menuliskan ayat-


ayat yang akan diterjemahkannya terlebih dahulu.
D. TERJEMAHAN AL-QUR’AN KE DALAM BAHASA
ASING

Pada abad ke-12 Masehi yakni skitar pada tahun 1145 Masehi, ditengah-
tengah perdebatan para ulama mengenai hukum menerjemahkan Al-
Qur’an ke dalam bahasa asing, secara diam-diam orang-orang Eropa
menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa mereka.

Pada abad ke-18 Masehi detngah pesatnya terjemahan Al-Qur’an di


Eropa, kaum muslim berusaha menerjemahkan Al-Qur’an juga. Syeikh
Wali Allah Ad-Dahlawi menerjemahkan Al-Qu’an ke dalam bahasa India.
E. TERJEMAHAN AL-QUR’AN KE DALAM BAHASA
INDONESIA
• Orang pertama yang disebut-sebut menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia-
Melayu ialah Syeikh Abdul Ro’uf bin Ali al-Fanshuri dan sering ditambah kata al-Singkili
karena beliau merupakan ulama dari Singkil.
• Hal tersebut didasarkan pada karya beliau setebal 612 halaman kertas folio berukuran (33,5 cm
x 24,4 cm) tetapi masih dalam tulisan arab melayu.
• Untuk terjemahan ke dalam tulisan berbahasa Indonesia ialah seorang profesor muslim bernama
H. Mahmud Yunus pada tahun 1922 (baru 3 juz) dan dilanjut pada 1935-1938 lalu diterbitkan
tahun 1950.
AWAL PERCETAKAN AL-QURAN

Mushaf ditulis tangan dengan khat Arab

Mulai muncul mesin cetak dan percetakan (1431 H)

Cetakan pertama di Bunduqiyah – Venice, Italia (1530 H)


Dicetak dengan the moveable type, (jenis mesin cetak yang ditemukan oleh Johannes Gutenberg sekitar 1440 M
di Mainz, Jerman) oleh Paganino dan Alessandro Paganini. Namun sudah tidak ditemukan, diduga dimusnahkan
oleh Paus Gereja katholik saat itu.

Percetakan berikutnya
1. Oleh Abraham Hinkelman di Hambourg, Jerman (1694 M). Diberi nama “Alcoranus s. lex Islamitica
Muhammadis, filii Abdallae Pseudoprophetae”
2. Oleh Ludovico Maracci di Padoue (1698 M). Diberi nama “Alcorani Textus Universus”
PERCETAKAN ALQURAN OLEH MUSLIM

Pertama kali oleh Maulaya Usman di St. Petersburg Rusia (1787 M)

Volga, Kazan (1801 M)

Iran (Teheran 1828 M dan Tibriz 1833 M)

Leipzig, Jerman 1834 M


Dengan penulisan baru yang mudah dibaca dan dilengkapi terjemahan

Mesir, (dimulai antara tahun 1923-1925 M)


Diberi nama “al-Matba‘ah al-Ahliyah”, dikelola oleh panitia yang diketuai Syekh Muh. Ali Husain. Setelah itu,
pada tahun 1984/1985 M berdiri percetakan khusus al-Quran “Majma’ Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif”,
percetakan terbesar di dunia diresmikan oleh Raja Malik Fadh.
Sejak saat itu, berjuta-juta eksemplar alquran dicetak dan disebarluaskan di seluruh dunia.
PERCETAKAN ALQURAN DI INDONESIA

Beberapa pendapat mengenai awal mula percetakan alquran di Indonesia :

1. Yang pertama kali mencetak alquran adalah Muhammad Azhari, orang asli Palembang,
Sumatera. Ia membuat sebuah litografi Al-Qur’an yang kemudian dicetak.
2. Ada yang mengatakan bahwa yang mencetak adalah Ibrahim bin Husain di toko percetakan
milik Muhammad Azhari di Palembang.
3. Dikutip oleh M. Ibnan Syarif, pencetakan al-Qur’an di Indonesia dimulai sekitar tahun 1950
oleh penerbit Salim Nabhan dari Surabaya dan Afif dari Cirebon.
• Pada tahun 1957, menara Kudus yang merupakan percetakan tertua di Jawa Tengah mencetak
al-Qur’an pojok atau bahriyya yang dikhususkan untuk huffadz (para penghapal al-Qur’an).
• Pada tahun 1974 dicetak Juz Amma yang dikhususkan bagi pembelajar Al-Qur’an.

• Pada tahun-tahun berikutnya, pencetakan al-Qur’an mulai berkembang pesat di Indonesia.


Muncullah penerbit-penerbit al-Qur’an seperti Penerbit Bina Progresif, CV. Mahkota di
Surabaya, CV. Madu Jaya Makbul, PT. Bina Ilmu, UD Surya Cipta Aksara dan lain-lain.
• Perkembangan berikutnya adalah munculnya upaya-upaya untuk memelihara dan menjaga
kesucian Al-Qur’an dari kesalahan cetak. Pada tahun 1957, pemerintah melalui Kementerian
Agama membentuk Lajnah Pentashih Al-Qur’an.
PERKEMBANGAN ALQURAN DI INDONESIA

• MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA MEMBAWA BANYAK DAMPAK KEMAJUAN


DIBIDANG-BIDANG KEMASYARAKATAN. PARA ULAMA BANGSA ARAB YANG
DATANG SEBAGAI PEDAGANG BANYAK MENGAJARKAN PENDIDIKAN-PENDIDIKAN
ISLAM DAN MENERAPKANNYA DALAM KESEHARIAN MEREKA YANG BERSUMBER
DARI AL-QUR’AN DAN AL-HADIS. KEMUDIAN BANYAK ILMUAN YANG MULAI
MENELITI DAN MENGKAJI AL-QUR’AN DAN TAFSIR, DI INDONESIA PENGKAJIAN
TELAH DILAKUKAN OLEH BEBERAPA INDONESIANIS SEPERTI, R. ISRAELI DAN
A.H. JOHNS ”ISLAM IN THE MALAY WORLD: AN EXPLOTARY SURVEY WITH THE
SOME REFENCES TO QURANIC EXEGIESIS, 1984”. ABDUR RAUF SINGKEL ADALAH
TOKOH YANG MERINTIS DALAM MENERJEMAHKAN AL-QUR’AN KE DALAM BAHASA
MELAYU, PADA PERTENGAHAN ABAD XVII M.
ADA 2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ALQURAN DI
INDONESIA
• Faktor Pertama : pembaruan yang bersumber dari ide-ide yang
muncul dari luar yang telah dibawa oleh para tokoh atau ulama yang
pulang ke tanah air setelah beberapa lama bermukim di luar negeri.

• Faktor Kedua : faktor yang bersumber dari kondisi tanah air juga
banyak memengaruhi pembaharuan pendidikan di Indonesia. Yang
dimana adanya penjajahan oleh kaum penjajah Barat, sehingga hal ini
memberikan motivasi besar bagi bangsa Indonesia untuk bangkit dari
keterpurukan dengan melakukan pembaharuan dalam bidang
pendidikan.
TERDAPAT TIGA GENERASI DALAM PERKEMBANGAN
ALQUR’AN DI INDONESIA

• Generasi Pertama Generasi Pertama ditandai dengan gerakan terjemah atau tafsir
yang berpisah-pisah, mulai dari abad XX sampai awal tahun 60-an. Federsfiel
secara tegas, tidak menyebutkan karya-karya yang dapat mewakili generasi
pertama.
• Generasi Kedua Generasi Kedua kemudian muncul sebagai penyempurna
metodologis atas karya-karya generasi pertama. Penerjemahan generasi kedua
yang muncul pada pertengahan tahun 60-an ini, biasanya dibubuhi dengan catatan
khusus, catatan kaki, bahkan disertai dengan indeks yang sederhana. Contoh :
Tafsir Alquranul Karim atau Tafsir Quran Indonesia karya Mahmud Yunus tahun
1935.
• Generasi Ketiga Terjemah atau tafsir lengkap, menandai munculnya generasi
ketiga pada tahun 70-an. tafsir generasi ini biasanya memberi pengantar
metodologis serta indeks yang akan lebih memperluas wacana masing-masing.
Contoh : Tafsir An-Nur/Al-Bayan karya Hasbi Ash-Shiddieqi tahun 1966.

Anda mungkin juga menyukai