Pada abad ke-12 Masehi yakni skitar pada tahun 1145 Masehi, ditengah-
tengah perdebatan para ulama mengenai hukum menerjemahkan Al-
Qur’an ke dalam bahasa asing, secara diam-diam orang-orang Eropa
menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa mereka.
Percetakan berikutnya
1. Oleh Abraham Hinkelman di Hambourg, Jerman (1694 M). Diberi nama “Alcoranus s. lex Islamitica
Muhammadis, filii Abdallae Pseudoprophetae”
2. Oleh Ludovico Maracci di Padoue (1698 M). Diberi nama “Alcorani Textus Universus”
PERCETAKAN ALQURAN OLEH MUSLIM
1. Yang pertama kali mencetak alquran adalah Muhammad Azhari, orang asli Palembang,
Sumatera. Ia membuat sebuah litografi Al-Qur’an yang kemudian dicetak.
2. Ada yang mengatakan bahwa yang mencetak adalah Ibrahim bin Husain di toko percetakan
milik Muhammad Azhari di Palembang.
3. Dikutip oleh M. Ibnan Syarif, pencetakan al-Qur’an di Indonesia dimulai sekitar tahun 1950
oleh penerbit Salim Nabhan dari Surabaya dan Afif dari Cirebon.
• Pada tahun 1957, menara Kudus yang merupakan percetakan tertua di Jawa Tengah mencetak
al-Qur’an pojok atau bahriyya yang dikhususkan untuk huffadz (para penghapal al-Qur’an).
• Pada tahun 1974 dicetak Juz Amma yang dikhususkan bagi pembelajar Al-Qur’an.
• Faktor Kedua : faktor yang bersumber dari kondisi tanah air juga
banyak memengaruhi pembaharuan pendidikan di Indonesia. Yang
dimana adanya penjajahan oleh kaum penjajah Barat, sehingga hal ini
memberikan motivasi besar bagi bangsa Indonesia untuk bangkit dari
keterpurukan dengan melakukan pembaharuan dalam bidang
pendidikan.
TERDAPAT TIGA GENERASI DALAM PERKEMBANGAN
ALQUR’AN DI INDONESIA
• Generasi Pertama Generasi Pertama ditandai dengan gerakan terjemah atau tafsir
yang berpisah-pisah, mulai dari abad XX sampai awal tahun 60-an. Federsfiel
secara tegas, tidak menyebutkan karya-karya yang dapat mewakili generasi
pertama.
• Generasi Kedua Generasi Kedua kemudian muncul sebagai penyempurna
metodologis atas karya-karya generasi pertama. Penerjemahan generasi kedua
yang muncul pada pertengahan tahun 60-an ini, biasanya dibubuhi dengan catatan
khusus, catatan kaki, bahkan disertai dengan indeks yang sederhana. Contoh :
Tafsir Alquranul Karim atau Tafsir Quran Indonesia karya Mahmud Yunus tahun
1935.
• Generasi Ketiga Terjemah atau tafsir lengkap, menandai munculnya generasi
ketiga pada tahun 70-an. tafsir generasi ini biasanya memberi pengantar
metodologis serta indeks yang akan lebih memperluas wacana masing-masing.
Contoh : Tafsir An-Nur/Al-Bayan karya Hasbi Ash-Shiddieqi tahun 1966.