Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

KATARAK SENILIS
IMATUR ODS
+ DRY EYE SYNDROME
Michelle Amanda Lau
112021344

Pembimbing: dr. Bambang Herwindu, Sp. M

STASE MATA RSUD TARAKAN


PERIODE 18 APRIL – 21 MEI 2022
STATUS PASIEN 01
status ophtalmologis
status ophtalmologis
TINJAUAN
PUSTAKA 02
anatomi dan fungsi lensa
katarak
kondisi dimana terjadi kekeruhan pada lensa yang menghambat masuknya
sinar ke retina sehingga berakibat pada penurunan tajam penglihatan
secara progresif hingga kebutaan. Kejadian katarak sangat dikaitkan
dengan usia, lebih sering dijumpai pada usia tua (>40 tahun), dan
merupakan penyebab kebutaan pertama di seluruh dunia. Kekeruhan yang
terjadi bisa disebabkan oleh hidrasi atau denaturasi protein, sehingga
membentuk gambaran berawan atau putih.
klasifikasi
etiologi dan faktor risiko
o Proses degenerasi

o Jenis kelamin perempuan

o Indeks massa tubuh

o Diabetes mellitus, hipertensi

o Merokok

o Paparan sinar UV dan polusi

o Tr a u m a
epidemiologi
o 51% penyebab kebutaan di dunia, 90%nya di Indonesia

o WHO (2010): 42% kasus kebutaan di dunia yang disebabkan oleh


k a t a r a k b e r a s a l d a r i A s i a Te n g g a r a

o Metode RAAB (Rapid Assesment of Avoidable Blindness )


o NTB, Jawa Barat, Sulawesi Selatan (2013-2014): prevalensi kebutaan pada
masyarakat >50 tahun rata-rata sekitar 3,2% dan 71% diantaranya adalah
katarak.
o Jakarta (2015): 81,9%

o Prevalensi wanita dan pria (2010): 0,19% pada wanita dan 0,13% pada pria
patofisiologi
1. Pemadatan dan kekakuan material lensa sentral (nuclear
sclerosis)

2. Proliferasi lapisan kortikal baru

3. Perubahan abnormal pada protein lensa (kristalin)  perubahan


kimia dan struktural sehingga lensa tidak jernih

4. Pigmentasi lensa dari kuning menjadi coklat

5. Cahaya ke retina terhambat

6. Penurunan ketajaman penglihatan


gejala dan diagnosis
o P e n g l i h a t a n k a b u r, g a n d a

o Penglihatan warna terganggu

o Sensitivitas terhadap cahaya

o Kesan silau pada malam hari

o melihat pelangi pada cahaya

o Lensa keruh

o Shadow test (+) pada katarak imatur


tatalaksana
intraocular lens
komplikasi tindakan bedah
o Hilangnya vitreus (jika kapsul posterior rusak)

o Prolaps iris (melalui insisi bedah)

o Endoftalmitis

o Astigmatisme pascaoperasi

o Dislokasi IOL ke posterior

Apabila tidak ada penyakit okular lain

prognosis: (degenerasi makula/atrofi saraf optik) 


dubia ad bonam
sistem lakrimasi
dry eye syndrome
Asia Dry Eye Society (ADES)
penyakit multifaktorial yang ditandai dengan lapisan air mata yang tidak stabil
yang menyebabkan berbagai gejala dan/atau gangguan penglihatan, yang
berpotensi disertai kerusakan permukaan mata.

T h e Te a r F i l m a n d O c u l a r S u r f a c e S o c i e t y D r y E y e Wo r s k h o p I I ( T F O S
DEWS II)
penyakit multifaktorial pada permukaan mata yang ditandai dengan hilangnya
homestasis lapisan air mata, dan disertai dengan gejala pada mata dimana
ketidakstabilan lapisan air mata dan hiperosmolaritas, peradangan dan kerusakan
permukaan mata, dan kelainan neurosensori memiliki peran etiologis .
klasifikasi
etiologi dan faktor risiko
o Defisiensi komponen air mata (aqueous, musinosa, lipid)
o Kelainan permukaan palpebra/epitel
o Usia lanjut
o Ras Asia
o Hormonal (LH, FSH, prolaktin, TSH, progesteron, estrogen)
o Pemakaian kontak lensa dengan kadar air tinggi
o P e n y a k i t ( S L E , D M , H e p C , G r a v e ’s d i s e a s e , R A )
o Obat (dekongestan, antihistamin, antidepresan, ß-blocker)
o Kebiasaan menatap layar terlalu lama
o Paparan udara panas dan kering
epidemiologi
o Dry eye merupakan 25% dari semua penyakit mata

o Prevalensi Asia tenggara (20-52,4%)

o Prevalensi Amerika (14,5%)

o Prevalensi Eropa (Spanyol 18,4%, Inggris 20%)

o Prevalensi pada wanita 1,33-1,74 kali lebih tinggi dibandingkan pria

o Prevalensi pada wanita (O’Neil et al, 2019)


> 5 0 t a h u n : 11 , 3 %
>75 tahun: 22,8%
patofisiologi
o Gangguan pada unit fungsi lakrimal (glandula lakrimal,
permukaan okular dan kelopak mata, saraf sensorik dan
motorik)  hiperosmolaritas dan ketidak stabilan air mata

o Hiperosmolaritas  kerusakan epitel (inflamasi) 


menstimulasi akhir persarafan kornea  apoptosis sel,
hilangnya sel goblet  peningkatan evaporasi 
ketidakstabilan film air mata

o Ketidaknyamanan, penutupan mata ↑, kompensasi refleks


sekresi air mata
manifestasi klinis
o Mata gatal

o Mata merah

o Mata berair

o Sensitivitas terhadap cahaya

o Penglihatan mata yang kabur

o Ketidaknyamanan okular yang tidak spesifik

o Te r d a p a t s e n s a s i s e p e r t i p a s i r p a d a m a t a
diagnosis
tatalaksana

prognosis : ketajaman visual baik


DISKUSI 03
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai